BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan jenis kambing unggul yang
berasal dari persilangan kambing Ettawa (Jamnapari) dari India dan kambing kacang dari Jawa. Persilangan tersebut menghasilkan kambing PE yang cenderung mirip dengan kambing Ettawa. Jika bentuk fisiknya lebih mirip kambing kacang dan badannya lebih kecil dari kambing PE, maka disebut kambing Bligon atau Jawa Randu. [1] Kambing PE lebih adaptif dengan kondisi di Indonesia dibandingkan kambing Ettawa. Sosok kambing PE yang gagah membuat banyak orang memeliharanya sebagai binatang kesayangan (Jawa: kelangenan). Bahkan disebut juga kualitas kambing PE menggambarkan kelas pemiliknya. Hal inilah yang kemudian mendorong berbagai pihak untuk menyelenggarakan kontes kambing PE. Kontes kambing PE berdasarkan standar ciri kambing Kaligesing yang berkualitas bagus. Dalam penilaian kualitas kambing, hal utama yang diperhatikan adalah bagian Wajah. Dengan hanya memperhatikan wajah, terutama panjang telinga dan warna wajah, para pedagang mampu menaksir harga kambing, yang artinya secara visual mereka dapat menentukan kualitas kambing tanpa memperhatikan bagian tubuh yang lain. Wajah kambing kualitas bagus memiliki panjang telinga minimal 30 cm dan wajah berwarna hitam/dominan hitam, kambing kualitas kurang bagus memiliki wajah berwarna hitam namun panjang telinga kurang dari 30 cm. Wajah 2
kambing kurang bagus juga memiliki warna wajah yang tidak dominan hitam meskipun telinga 30 cm. Untuk kelas wajah kambing tidak bagus, memiliki ciri panjang telinga kurang dari 30 cm dan warna wajah dominan putih/coklat. Di dalam kontes, ciri wajah kambing yang mendekati ciri kambing Ettawa bagus, itulah pemenangnya. Harga kambing yang menjadi juara kontes pun melonjak drastis, mencapai puluhan juta rupiah. Namun tidak selamanya para peternak dapat menikmati hasil dari mahalnya kambing jenis ini. Di luar kontes, para pedagang yang lebih berpengalaman dalam mengamati dan bernegosiasi seakan “berwenang” dalam menentukan harga dan kriteria kambing PE yang bagus. Hal ini disebabkan belum adanya alat maupun sistem yang dapat mengklasifikasi kambing PE. Selama ini, pengklasifikasian kambing PE masih menggunakan metode konvensional, yaitu melihat secara langsung/visual kambing PE dan mengukur secara manual. Metode konvensional ini masih memiliki banyak kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan manusia. Hal ini menyebabkan perbedaan pengukuran yang dilakukan oleh satu orang berbeda dengan orang lain sehingga
dapat
menimbulkan ketidakobjektifan dalam menentukan pemenang. Penelitian ini mencoba memberikan satu solusi dengan membuat suatu sistem yang mampu mengklasifikasi wajah kambing PE jantan kualitas bagus, kualitas kurang bagus, dan tidak bagus, berdasarkan ukuran panjang telinga, nilai kehitaman wajah dan kecoklatan wajah. Metode jaringan syaraf tiruan perseptron merupakan metode yang mampu mengklasifikasi dengan cara memilih suatu input data ke dalam kategori tertentu yang sudah ditetapkan [11]. Dari standar kualitas wajah kambing PE jantan yang 3
sudah diketahui, penggunaan metode Jaringan Syaraf Tiruan Perseptron diperkirakan mampu mengklasifikasi kambing PE jantan berkualitas bagus, kurang bagus, dan tidak bagus.
1.2 Perumusan masalah Dari uraian yang telah disebutkan di depan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan yakni perlunya mengekstraksi ciri dan mengklasifikasi wajah kambing PE jantan. Perumusan masalah tersebut adalah: 1. Bagaimana cara mengklasifikasi wajah kambing PE jantan
yang
berkualitas bagus, kurang bagus, dan tidak bagus, berbasis Perseptron pada data yang berupa foto/citra. 2. Bagaimana penerapan klasifikasi wajah kambing PE jantan
yang
berkualitas bagus, kurang bagus, dan tidak bagus, berbasis Perseptron pada data yang berupa foto/citra 3. Bagaimana menguji dan menganalisis hasil uji rancangan perangkat-lunak untuk klasifikasi wajah kambing PE jantan yang berkualitas bagus, kurang bagus, dan tidak bagus, berbasis Perseptron
1.3 Keaslian penelitian Berdasarkan
penelitian-penelitian sebelumnya, belum ditemukan
penelitian tentang Klasifikasi wajah kambing PE jantan berbasis Perseptron. Hal ini dapat dilihat dari penelitian-penelitian yang ada seperti penelitian yang dilakukan oleh Afri Yudamson [3], dalam penelitiannya untuk 4
membedakan citra wajah asli dan citra wajah tidak asli berbasis perseptron dengan menggunakan metode ekstraksi ciri. Membandingkan antara nilai proyeksi vektor mata kanan-hidung terhadap vektor mata kiri-mata kanan dan nilai vektor mata kanan-mata kiri yang menjadi ciri untuk masingmasing citra, dengan metode Perseptron sebagai pengklasifikasinya. Dalam penelitiannya Achmad Hidayatno, R. Rizal Isnanto, dan Dian Kurnia Widya Buana [4], tentang Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Perambatan-Balik (Back Propagation), dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam
mengidentifikasi tanda tangan
menggunakan jaringan syaraf tiruan perambatan balik. Pengenalan tanda tangan yaitu akuisisi data citra tanda tangan sebagai masukan, segmentasi menggunakan mean clustering, ekstraksi ciri, dan pelatihan dengan JST perambatan balik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dian Sa’adillah Maylawati [5], yang berjudul Pengenalan Karakter Manusia Melalui Bentuk Wajah dengan Metode Back Propagation Jaringan Saraf Tiruan, menjelaskan dua tahap yang dilakukan yaitu tahap pre proses dan tahap back propagation. Pada tahap Pre-proses, metode yang digunakan adalah PCA (Principal Component Analysis). Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Hidayat Zayuman dan
kawan-kawan
[6]
yaitu
tentang
pengenalan
wajah
manusia
menggunakan analisis komponen utama (PCA) dan JST. Dalam penelitian ini akan dilakukan klasifikasi wajah kambing PE 5
jantan berbasis perseptron. Keaslian penelitian ini dapat dilihat dari : 1. Klasifikasi dengan objek adalah wajah kambing PE jantan 2. Ekstraksi ciri yang digunakan adalah deteksi tepi dan segmentasi 2. Ciri yang digunakan sebagai masukan adalah prosentase panjang telinga, nilai kehitaman wajah, dan nilai kecoklatan wajah. 3. Metode yang digunakan untuk klasifikasi adalah metode Perseptron
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan klasifikasi wajah kambing PE jantan yang berkualitas bagus, berkualitas kurang bagus, dan tidak bagus, berbasis Perseptron pada data yang berupa foto/citra. 2. Menerapkan klasifikasi wajah kambing PE jantan yang berkualitas bagus, berkualitas kurang bagus, dan tidak bagus, berbasis Perseptron pada data yang berupa foto/citra. 3. Menguji dan menganalisis hasil uji perangkat lunak klasifikasi wajah kambing PE jantan yang berkualitas bagus, kurang bagus, dan tidak bagus, berbasis Perseptron
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk membantu
peternak dalam
mengklasifikasi wajah kambing PE jantan yang berkualitas bagus, kualitas kurang bagus, dan tidak bagus, sehingga peternak dapat menentukan kisaran 6
harga jual kambing agar tidak dirugikan oleh pedagang yang lebih berpengalaman. Selama ini seringkali para pedagang bertindak subjektif dan berstandard ganda dengan memberikan keterangan bahwa kambing yang seharusnya berkualitas bagus dikatakan sebagai kambing yang berkualitas kurang bagus atau sebaliknya kambing yang seharusnya berkualitas kurang bagus dikatakan sebagai kambing berkualitas bagus. Hal ini biasa dilakukan oleh para pedangang agar kambing dagangannya berharga jual tinggi, dan harga kambing yang akan dibelinya berharga rendah dari harga seharusnya. Keterangan yang tidak pasti dan berstandard ganda ini menyebabkan para pedagang untung banyak dan para peternak yang kurang berpengalaman akan dengan mudah tertipu sehingga mengalami kerugian. Selain itu juga menyebabkan para peternak bingung dan tidak yakin ciri apa saja yang menyebabkan harga kambing berharga jual tinggi atau tidak. Untuk kontes kambing PE yang sering diadakan di beberapa daerah, biasanya yuri berasal dari Dinas Peternakan dan para pedagang yang sudah berpengalaman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari subjektifitas penilaian kontes kambing PE. Namun demikian, subjektifitas seringkali masih terjadi, manakala ada kepentingan-kepentingan dari orang-orang tertentu dan juga keterbatasan kemampuan yuri dalam penilaian karena masih menggunakan cara penilaian manual dan visual. Untuk mengurangi subjektifitas dan kesalahan penilaian tersebut, tepat kiranya jika dibuat suatu alat atau sistem yang mampu mengklasifikasi kambing sesuai standard yang ada (standard Kaligesing) baik untuk kontes
7
maupun untuk perdagangan kambing. Sehingga di ajang kontes kambing, tidak
lagi
terjadi
subjektifitas
8
dan
kesalahanopenilaian.