1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bencana dapat terjadi di belahan bumi manapun, termasuk di Indonesia sendiri yang notabennya kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik. Oleh karena itu, daerah- daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana alam. Gambar 1.1 menggambarkan kondisi geologi Indonesia. Gambar 1.1 Peta Kepulauan Indonesia dan Pertemuan Tiga Lempeng
Sumber: Physic Education, 2009
Dari kondisi geologi Indonesia tersebut, menyebabkan Indonesia sering kali dilanda bencana terutamanya adalah bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir, tsunami dan angin kencang. Beberapa contoh bencana alam besar yang pernah terjadi di Indonesia selama lima tahun terakhir yaitu dapat dijelaskan dalam Tabel 1.1.
2
Tabel 1.1 Kejadian Bencana Alam dan Korbannya di Indonesia Tahun 2010-2014 No Tahun Tanggal Kejadian dan Jumlah Korban 13 Februari Gunung Kelud meletus di Jawa Timur Januari Gunung Sinabung meletus di Sumatera Utara Angin kencang “Gusty” dengan kecepatan 19 Maret 1 2014 34 knot menerjang Kota Denpasar Tsunami kiriman dari gempa Chilie setinggi 3 April 0,5 meter di Sanur Gempa berkekuatan 6,2 SR terjadi di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah 2 2013 2 Juli dengan jumlah korban tewas mencapai 39 jiwa Banjir Bandang sejumlah Kota di NTB yang menyebabkan kerugian sekitar Rp.22,8 miliar karena jumlah rumah rusak diterjang, 3 2012 Januari puluhan ekor ternak hanyut, dan 152 hektar lahan pertaian yang sudah ditanami padi rusak. Gempa berkekuatan 7,1 SR terjadi di Cilacap, Jawa Tengah yang berpotensi 4 2011 4 April tsunami, namun kemudian peringatan tsunami tersebut dicabut oleh BMKG. Gunung merapi meletus di Jawa Tengah, memaksa 100.000 orang dievakuasi dan 26 Oktober menyebabkan lebih dari 100 orang meninggal Gempa 7,7 SR dirasakan di sebelah barat Sumatera Barat. Alarm tsunami yang tidak 2010 berbunyi menyebabkan 400 orang meninggal 25 Oktober 5 di Kepulauan Mentawai dan lebih dari 15.000 orang kehilangan tempat tinggal. Puluhan orang masih tidak ditemukan. Banjir melanda Wasior di Papua Barat 4 Oktober menyebabkan sedikitnya 148 orang meninggal Sedikitnya 85 orang meninggal atau hilang 23 Februari setelah terjadi tanah longsor di dekat Bandung Sumber: A Catalogue of Deadly Disaster in Indonesia, 2010, Mongabay.co.id, 2012
3
Bukan hanya bencana yang disebabkan oleh faktor alam, bencana di Indonesia juga berasal dari faktor non alam atau bencana buatan manusia seperti misalnya kecelakaan transportasi, travel warning, serangan bom, dan perampokan. Beberapa jenis bencana yang disebabkan oleh faktor non alam atau bencana buatan manusia selama lima tahun terakhir di Indonesia dapat dijelaskan dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Kejadian Bencana Non Alam dan Korbannya di Indonesia Tahun 2010-2014 No Tahun Tanggal Kejadian dan Jumlah Korban Jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun, Kotawaringin 1 2014 11 Januari Barat, Kalimantan Tengah yang menyebabkan ratusan korban jiwa. Departemen Luar Negeri Australia mengeluarkan Travel Warning ke 2 2013 Indonesia karena kemungkinan adanya serangan teror. 3 2012 Bom bunuh diri di masjid Mapolresta 15 April Cirebon. Menyebabkan 25 orang luka-luka Bom Solo di GBIS Keputon di sebuah 25 4 2011 gereja. Pelaku bom tewas, sedangkan 28 September korban lainya luka-luka 5 2010 September Perampokan di CIMB Niaga Sumber:
www.tempo.com, 2014, www. Jpnn.com, www.kompasInternasional.com,2013, www.detiknews.com, 2015
2014,
Berdasarkan jenis-jenis bencana yang dihadapi oleh Indonesia yang terdapat dalam Tabel 1.1 dan Tabel 1.2, dan melihat sifat dari bencana itu sendiri, menurut Rosyidie (2004) yang merupakan peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya, maka diperlukan sebuah manajemen penanggulangan terhadap bencana tersebut sehingga kerugian yang dihasilkan oleh bencana dapat diminimalisir.
4
Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu hal yang diperlukan dalam industri pariwisata karena selain dalam hal budaya, maupun atraksi buatan, daya tarik wisata juga dapat berupa keindahan alam yang rentan terhadap timbulnya bencana. Bali yang merupakan salah satu pulau pariwisata unggulan di Indonesia, seharusnya mempersiapkan diri dengan manajemen penggulangan bencana, karena pariwisata Bali erat kaitannya dengan alam. Industri pariwisata Bali sempat beberapa kali mengalami gangguan akibat bencana yang berasal dari alam dan juga bencana non alam atau buatan manusia. Beberapa bencana yang pernah melanda Bali diantaranya dapat dijelaskan dalam Tabel 1.3.
NO 1 2 3
Tahun 1993 1994 1997
4
2002
5
2005
6
2011
7
2013
8
2014
Sumber:
Tabel 1.3 Jenis Bencana Yang Pernah Terjadi di Bali Kejadian dan Jumlah Korban Kebakaran di hotel Grand Inna Bali Beach Tsunami kiriman dari Banyuwangi di Cupel, Bali Barat Tsunami kiriman dari Flores di Sanur Bom Bali I, yang menyebabkan 202 korban yang mayoritas orang Australia tewas dan 300 orang lainya luka-luka. Travel Warning pasca bom Bali I Bom Bali II di R.AJA’s Bar and restaurant, Kuta dan di Nyoman Café Jimbaran yang menyebabkan 22orang tewas dan 102 lainya luka-luka Travel Warning pasca Bom Bali II Angin puting beliung di Sanur yang menyebabkan kerugian hingga 750 juta Kebakaran di Restauran Yamayuri, Sanur. Kerugian sebesar 20 juta Tsunami kiriman dari gempa Chilie setinggi 0,5 meter di Sanur Angin kencang “Gusty” dengan keceptan 34 Knot menerjang kota Denpasar
www.tempo.com, 2014, www.kompasInternasional.com,2013, www.beritabali.com, 2011, www.Liputan6.com,2014, www.BPBD Kota Denpasar.com, 2013, www.Antara Bali.com, 2011.
5
Bencana-bencana yang dihadapi oleh pulau Bali secara tidak langsung mempengaruhi kelangsungan industri pariwisata yang terdapat di pulau dewata tersebut. Kejadian bencana di Bali menyebabkan timbulnya berbagai kerugian materi, korban jiwa, dan kerugian non materi lainnya. Kerugian yang besar ini dikarenakan industri pariwisata di Bali belum mempersiapkan dirinya dengan sebuah manajemen bencana. Bila dilihat kenyataan sampai saat ini, tidak semua industri pariwisata di Bali mempersiapkan diri mereka dengan manajemen bencana, padahal manajemen bencana merupakan hal yang sangat penting bagi kenyamanan dan keselamatan wisatawan, masyarakat dan para pelaku industri pariwisata di Bali. Contohnya yaitu manajemen bencana yang dimiliki oleh salah satu industri pariwisata yaitu hotel. Tidak seluruh hotel di Bali mempersiapkan diri mereka dengan manjemen bencana. Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh BPBD Provinsi Bali, dari 130 hotel yang terdapat di wilayah Denpasar dan Badung baru 15 hotel saja yang telah memiliki sertifikasi bencana. Bila suatu industri pariwisata tidak memiliki sebuah manajemen bencana, dikawatirkan apabila terjadi bencana maka kerugian yang disebabkan oleh bencana tersebut akan sangat besar dan bukan tidak mungkin bahwa industri pariwisata tersebut bisa ditinggalkan oleh wisatawan. Oleh karena itu pentingnya sebuah penelitian mengenai penerapan manajemen bencana. Dalam penelitian ini diteliti bagaimana manajemen bencana yang diterapkan di Sanur, khususnya pada hotel berbintang yang terdapat di pesisir Sanur. Sanur merupakan sebua destinasi pantai yang terkenal di Bali. Pemilihan lokasi di Sanur karena destinasi wisata pantai ini telah beberapa kali mengalami bencana, baik yang disebabkan oleh
6
faktor alam maupun non alam. Beberapa bencana tersebut diantaranya: Berdasarkan Tabel 1.3 mengenai beberapa jenis bencana yang pernah dialami oleh Bali, sebagian besar diantra bencana tersebut menyerang kawasan Sanur seperti halnya pada tahun 1993 terjadi kebakaran akibat ledakan tower di Grand Inna Bali Beach, kemudian dilanjutkan tahun 1997 terjadi tsunami kiriman dari Flores dan pada tahun 2014 terjadi tsunami kiriman dari gempa Chilie setinggi 0,5 meter dan angin kencang “Gusty” dengan kecepatan 34 Knot. Dan bencana selanjutnya yaitu terjadi kebakaran di Restaurant Yamayuri tanggal 26 Juni 2013 di Jl. Danau Tamblingan, Br. Sindhu Kelod. Diperkirakan terjadi hubungan arus pendek (konsleting listrik). Kejadian ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun kerugian diperkirakan sebesar 20 juta rupiah. Untuk daerah Kota Denpasar, apabila terjadi bencana pemerintah Kota Denpasar telah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar yang bertugas menangani segala jenis bencana yang kemungkinan terjadi di Kota Denpasar. Dan beberapa hotel berbintang yang terdapat di kawasan Sanur juga telah memiliki manajemen bencana yang diperuntukkan bagi para karyawan dan wisatawan yang terdapat di hotel tersebut. BPBD Kota Denpasar dan para manajemen hotel saling berkoordinasi dalam menanggulangi bencana yang terjadi di kawasan wisata Sanur. Setelah mengetahui bagaimana manajemen bencana yang diterapkan di Sanur, khususnya pada hotel berbintang yang terdapat di pesisir Sanur, penting pula diketahui bagaimana implikasi setelah diterapkannya manajemen bencana
7
terhadap praktek pariwisata Sanur yang dirasakan oleh wisatawan, masyarakat lokal, pemerintah maupun pihak swasta. Penelitian mengenai manajemen bencana dan implikasi dari manajemen bencana tersebut diharapkan dapat dijadikan contoh oleh hotel- hotel di daerah Bali lainnya yang belum memiliki sebuah manajemen bencana untuk dapat merancang manajemen bencana sesuai daerah mereka masing-masing. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen bencana pada hotel berbintang di Sanur? 2. Bagaimana implikasi manajemen bencana terhadap praktek pariwisata di Sanur? 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui manajemen bencana pada hotel berbintang di Sanur. 2. Untuk mengetahui bagaimana implikasi manajemen bencana terhadap praktek pariwisata di Sanur?
8
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat,
diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Penelitian ini dapat memberikan kesempatan dan peluang terhadap mahasiswa selaku peneliti untuk menerapkan dan menggunakan ilmu pengetahuannya
mengenai
manajemen
bencana
dalam
industri
pariwisata dan teori struktural fungsional, sehingga dapat memberikan tambahan wawasan dan pengalaman serta dapat memperdalam pengetahuan mengenai manajemen krisis di suatu industri pariwisata. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi hotel lainya yang belum memiliki manajemen bencana untuk merancang manajemen bencana yang sesuai dengan daerah mereka. Selain itu juga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data awal dan data penunjang untuk terselenggaranya penelitian lebih lanjut yang mendalam.