BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, model pembelajaran dan sumber belajar merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Penentuan model pembelajaran yang tepat oleh guru sangat diperlukan agar sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber belajar dapat diperoleh berbagai pengetahuan untuk kepentingan belajar. Kenyataan yang banyak dijumpai di kelas – kelas suatu sekolah selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning) yang meletakkan guru sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, dan cara penyampaian pengetahuannya cenderung masih di dominasi dengan metode ceramah dan masih mengutamakan buku paket sebagai salah satu sumber belajar terpenting. Kondisi ini juga terjadi di SMA Islam Hasanuddin Kesamben khususnya kelas X-B Penggunaan metode ceramah yang dominan dan kurang maksimalnya pemanfaatan sumber belajar tersebut menyebabkan partisipasi rendah, kemajuan siswa, perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau. Hal ini didukung dengan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada tanggal 19 November 2010 terhadap proses belajar mengajar biologi kelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Blitar adalah (1) Siswa diajarkan dengan 1
2
pembelajaran konvensional yaitu suatu pembelajaran yang diterapkan di kelas XB SMA Islam Hasanuddin Kesamben Blitar menggunakan metode ceramah dengan penggunaan buku paket sebagai satu – satunya sumber belajar utama yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi dan hampir setiap pertemuan siswa selalu diwajibkan untuk merangkum dari buku paket tersebut. (2) Sebagian siswa cenderung berbicara atau bercanda dengan teman sebangkunya atau teman lain saat guru sedang menjelaskan materi dan ada sebagian siswa yang tidak mencatat saat guru menyuruh mencatat materi yang sudah dicatat terlebih dahulu oleh guru di papan tulis. (3) Saat guru memberi pertanyaan yang berkaitan dengan materi hanya 1 siswa yang menjawab benar dari 20 jumlah keseluruhan siswa dan itupun juga harus di tunjuk oleh guru (4) Sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran biologi karena pelajaran biologi ini merupakan pelajaran hafalan yang banyak menggunakan bahasa latin yang susah untuk diingat, sehingga cenderung membuat siswa bosan belajar di kelas. (5) Jika guru mengadakan pembelajaran di lingkungan atau diluar kela, maka siswa akan lebih senang, akan tetapi pembelajaran di lingkungan dengan melibatkan siswa dalam memilih sub topik materi yang berkaitan dan melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang sub topik yang dipilih belum pernah dilakukan dan siswa cenderung hanya mengerjakan tugas guru berupa LKS. (6) Hasil belajar biologi materi pnyusun komponen ekosistem pada semester genap tahun ajaran 2009-2010 rata-rata 60.00 Nilai tersebut masih sangat rendah karena Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi komponen ekosistem pada SMA Islam Hasanuddin Kesamben Blitar kelas X-B adalah 70.
3
Metode ceramah dan penggunaan buku paket sebagai satu – satunya sumber belajar utama yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi, menyebabkan siswa kurang tertarik dan kurang termotivasi untuk belajar sehingga siswa menjadi bosan belajar di dalam kelas, dan aktivitas siswa dalm proses pembelajaran juga sangatlah kurang. Karena metode ceramah hanya menuntut siswa untuk mendengarkan saja dengan tidak mengembangkan aktivitas yang lain seperti membaca, bertanya, diskusi, menganalisis, mengungkap permasalahan serta mengungkapkan pendapatnya. Dari permasalahan tersebut dapatlah diketahui bahwa permasalahan yang paling mendasar adalah kurangnya aktivitas siswa. Siswa kurang beraktivitas dalam hal oral activities (bertanya, mengajukan pendapat), motor activitie, ( bekerja sama), kurangnya aktivitas tesebut disebabkan karena peran guru yang lebih dominan saat proses belajar mengajar dan transfer pengetahuan juga dominan dengan penjelasan teoritis, siswa menjadi lebih pasif dan cenderung sebagai pendengar sehingga siswa tidak mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dengan mengalami sendiri dan siswa hanya sekedar tahu secara teoritis dan bukan secara praktis yang mengakibatkan siswa kesulitan dalam memahami suatu konsep sehingga hasil belajar siswa juga tidak optimal. Terlebih lagi pada pokok bahasan komponen – komponen ekosistem yang harus dipelajari oleh siswa kelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Blitar sangat erat kaitannya dengan kehidupan nyata yang ada di alam atau lingkungan sekitar sehingga haruslah dipilih sumber –sumber belajar yang sesuai dengan
4
tujuan dan isi pengajaran yang dituangkan dalam silabus. Materi tersebut meliputi macam – macam komponen penyusun ekosistem berdasarkan sifatnya yaitu faktor biotik dan abiotik, serta macam – macam komponen ekosistem berdasarkan fungsinya yaitu produsen, konsumen, pengurai, detritivor. Dalam pokok bahasan tersebut siswa diharapkan mampu mendiskripsikan dan memahami dari masing – masing sub bab yang ada. Untuk itulah diperlukan suatu pendekatan pembelajaran dan metode khusus dalam penyampaiannya sehingga siswa lebih mudah untuk memahami konsep tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut maka ditawarkan pendekatan pembelajaran kooperatif yaitu pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Slavin (1985), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Macam-macam pembelajaran kooperatif antara lain,
5
(1) Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD), (2) Model Investigasi Kelompok (Group Investigation), (3) Model Jigsaw, (4) Model Cooperative Script, (5) Model Team Games Tournament (TGT), dan (6) Model Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui sumber – sumber belajar yang tersedia salah satunya dari lingkungan yang ada di sekitar sekolah siswa dapat memperoleh informasi mengenai komponen ekosistem. Tipe GI ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok, dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru kemungkinan akan mengetahui gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. Dalam pembelajaran tipe GI, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan siswa dalam proses belajar. Pembelajaran kooperatif memerankan peranannya dalam memberi kebebasan kepada siswa untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan, karena siswa sebagai obyek pembelajar ikut terlibat dalam penentuan pembelajaran. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan
6
dengan tiga tujuan penting yaitu: aktivitas belajar siswa, hasil belajar akademik, dan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi. Selain penerapan metode pembelajaran, pemanfaatan sumber belajar yang sesuai dengan materi juga perlu diterapkan karena dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar dan pencapaian indikator. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah (sawah, kebun, kolam dan taman sekolah) merupakan pemilihan sumber belajar yang sesuai pada materi ekosistem, hal ini dikarenakan proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami dan bukan hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru, karena dengan menggunakan alam yang ada di sekitar lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar dengan melakukan pengamatan secara nyata sesuai materi yang sedang dipelajari. Melalui pengamatan secara langsung tersebut diharapkan akan membuat siswa mudah mengingatnya kembali saat mengerjakan tes. Selain itu pembelajaran juga akan menjadi menyenangkan dan membuat siswa tidak merasa bosan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, diharapkan dapat diciptakan suatu proses pembelajaran dimana siswa dapat belajar dengan mengingat informasi dari lingkungan sekitar sekolah dan dapat membantu guru untuk mengaktifkan siswa dan memahami materi komponen ekosistem. Sehingga, siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat mengaitkan pelajaran yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
7
Sebelumnya penelitian tentang pembelajaran kooperatif model GI ini pernah dilakukan oleh Sondang Asih Januarti (2009) yaitu pada mata pelajaran Konsep Usaha dan Energi dikelas XI IPA MAN Bengkulu. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa aktivitas siswa meningkat yaitu hasil dari siklus I memiliki skor rata-rata sebesar 36 dalam kategori cukup, siklus II sebesar 42,5 dalam kategori baik dan siklus III 47 dalam kategori baik dan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai akhir rata-rata per siklus, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 82,5 dan ketuntasan belajar 87,50% (tuntas), siklus II diperoleh nilai rata –rata siswa 87,7 dan ketuntasan belajar 100% (tuntas), siklus III diperoleh nilai rata-rata siswa 91,3 dan ketuntasan belajar 100%. Dari penelitian ini diperoleh simpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas dikelas XI IPA MAN Bengkulu. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti akan mengadakan penilitian yang berjudul ”Pemanfaatan Lingkungan Sekolah dalam Pembelajaran Ekosistem Menggunakan Metode Group Investigation untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Siswa di Kelas X-B SMA-I Hasanuddin Blitar”.
1.2 Rumusan Masalah 1.
Bagaimanakah penerapan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
dengan pembelajaran tipe
Group
Investigation (GI)
dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi komponen ekosistem dikelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Kabupaten Blitar?
8
2.
Apakah pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan pembelajaran tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi komponen ekosistem dikelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Kabupaten Blitar?
3.
Bagaimana penerapan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan pembelajaran tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi komponen ekosistem dikelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Kabupaten Blitar?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.
mengetahui peningkatan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan pembelajaran tipe Group Investigation (GI) berupa aktivitas belajar siswa pada materi komponen ekosistem dikelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Kabupaten Blitar
2.
mengetahui peningkatan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan pembelajaran tipe Group Investigation (GI) berupa hasil belajar pada materi komponen ekosistem dikelas dikelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Kabupaten Blitar
3.
mengetahui peningkatan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan pembelajaran tipe Group Investigation (GI) berupa aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi materi komponen ekosistem dikelas dikelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Kabupaten Blitar
9
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Bagi Siswa a. Agar tercipta kebiasaan positif seperti mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain dan dapat bekerjasama dengan orang lain. b. Meningkatnya keaktifan siswa dan hasil belajar siswa c. Agar siswa termotivasi dan terbantu dalam mengenal lingkungan sebagai salah satu sumber belajar dalam pembelajaran.
2.
Bagi Peneliti Meningkatkan
pemahaman,
pengetahuan,
wawasan
dan
menambah
pengalaman untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan pembelajaran tipe Group Investigation (GI) yang dapat diterapkan nantinya dalam kegiatan pembelajaran biologi. 3.
Bagi Guru a. Dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas guru, karena guru dituntut dapat menggunakan dan menerapkan metode dan strategi pembelajaran dengan baik dan tepat. b. Melalui pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dapat mempermudah penyampaian materi komponen-komponen ekosistem secara langsung.
4.
Bagi SMA Islam Hasanuddin Kesamben Blitar Sekolah yang bersangkutan dapat memelihara lingkungan sekitar sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi kelangsungan kegiatan proses belajar-mengajar.
10
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 1.
Ruang Lingkup Penelitian a. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada kelas X-B SMA Islam Hasanuddin Kesamben Kabupaten Blitar. b. Tipe Penelitian Tindakan Kelas ini adalah pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan pembelajaran tipe Group Investigation (GI).
2.
Batasan Penelitian a. Materi yang dipelajari dalam penelitian ini yaitu materi komponen – komponen ekosistem b. Masalah yang diteliti adalah aktivitas berupa oral activities (siswa mengajukan pertanyaan saat proses belajar mengajar, siswa mengajukan pendapat saat proses belajar mengajar), motor activities (siswa bekerja sama dengan kelompoknya), mental aktivities (siswa mampu menjawab pertanyaan/soal) dan hasil belajar diperoleh dari hasil tes tulis yang dilakukan pada setiap akhir siklus I dan siklus II.
1.6 Definisi Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini maka perlu di definisikan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Sumber Belajar merupakan segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan atau memudahkan terjadinya proses belajar. (Arif S. Sadiman,1989) dalam (Rohani, 2004).
11
2. Pembelajaran
kooperatif
(Cooperative
Learning)
yaitu
pendekatan
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil peserta didik untuk bekerjasama dalam rangka mengoptimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Hanafiah dan Suhana, 2009:72). 3. Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih subtopik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas subtopik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas, jadi dalam hal ini siswa dilibatkan dalam merencanakan sub– subtopik yang akan dipelajari dan bagaimana cara menjalankan investigasinya. 4. Gabungan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan
pembelajaran
tipe
Group
Investigation
merupakan
model
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah (sawah, kebun, kolam dan taman sekolah) sebagai sumber belajar yang yang di gunakan untuk mendukung proses belajar mengajar siswa dimana pelaksanaanya dilakukan dengan tipe Group Investigation (Investigasi Kelompok). 5. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yang saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang maksimal (Rohani, 2004).
12
6. Hasil Belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindakan mengajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya kegiatan belajar dan merupakan puncak hasil belajar (Dimyati dan Mudjono, 1994).