1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kitab kuning adalah sebutan kitab klasik bahan kajian pokok di pesantren-pesantren. Julukan mengikuti warna kertas yang digunakan. Bahkan ketika cetakan baru kitab-kitab klasik menggunakan kertas HVS putih jernih, tetap saja dinamakan kitab kuning. Mungkin disebabkan oleh isinya yang tidak berubah. Hasil pemikiran para ulama abad pertengahan. Sebagian besar merupakan bidang ilmu fiqih. Sebagian lagi dibidang aqidah, akhlak, tasawuf, tafsir dan hadits, sebagian besar ilmu kalam (teologi) dan filsafat (mantik) yang hanya dipelajari pada tingkat tertentu secara tertutup. Bukan pesantern jika tidak mengkaji kitab kuning. Apapun warna kertasnya. Pada dasarnya kitab kuning mempunyai arti sebagai istilah yang diberikan kepada kitab yang berbahasa arab tanpa harokat dan arti yang biasanya menggunakan kertas berwarna kuning. Istilah kitab kuning muncul dilingkungan pondok pesantren yang ditunjukan kepada kitab-kitab ajaran islam yang ditulis dengan berbahasa arab tanpa harokat dan tanpa arti, kitab kuning ini sebagai standar bagi santri dalam memahami ajaran islam. Kitab kuning biasanya ditulis atau cetakan memakai huruf-huruf arab dalam Bahasa
2
arab, melayu, jawa, dan sebagainyayang berasal sekitar abad XI hingga XVI masehi.1 Format kitab klasik yang paling umum dipakai di pesantren sedikit lebih kecil dari kertas kuarto (26 cm) dan tidak dijilid. Lembaran-lembaran (koras-koras) tak terjilid dibungkus kulit sampul, sehingga para santri dapat membawa hanya satu halaman yang sedang dipelajari saja.2 Kitab kuning merupakan faktor penting yang menjadi karakteristik Pondok Pesantren. Kitab kuning difungsikan oleh kalangan pesantren sebagai referensi yang kandunganya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Kanyataanya kitab kuning yang ditulis sejak lama dan terus dipakai dari masa ke masa menunjukan bahwa kitab kuning sudah teruji kebenaranya dalam sejarah yang panjang. Kitab kuning merupakan kitab yang sudah sedemikian rupa dirumuskan oleh ulama-ulama dengan bersandar pada AlQuran dan Hadits Nabi.3 Kitab kuning sangatlah penting bagi pesantren untuk menfasilitasi proses
pemahaman
keagamaan
yang
mendalam
sehingga
mampu
merumuskan penjelasan yang segar tetapi tidak ahistoris mengenai ajaran Islam, Al-Qur‟an dan Hadist Nabi. Kitab kuning mencerminkan pemikiran keagamaan yang lahir dan berkembang sepanjang sejarah peradaban Islam.4 Tetapi tidaklah mudah dalam membaca dan memahami kitab kuning, perlu 1
Asep Usmani Ismail, Menguak yang Gaib Khasanah Kitab Kuning, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2002), hlm. 9 2 Martin Van Bruinnessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, cet 1, 1995), Hlm 142 3 Said Aqiel Siradj. Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), Hlm. 236 4 Ibid.
3
adanya ilmu nahwu shorf yang dijadikan sebagai alat untuk dapat membaca kitab-kitab klasik islam tersebut sehingga ilmu tersebut sangatlah penting dan harus dikuasai tiap santri. Ilmu nahwu dipelajari karena ada dua keperluan, pertama. Sebagai persyaratan atau sarana untuk dapat mendalami bidang ilmu lain yang referensi umumnya ditulis dengan bahasa arab, khususnya di pondok pesantren sebagaimana Pesantren yang menjadi objek penelitian penulis yakni Pesantren Mnaba‟ul Falah sampangan Pekalongan, seperti Ilmu Tafsir, Hadits, dan ilmu Fiqh yang semuanya itu ditulis dengan bahasa arab gundul. Kedua, Ilmu nahwu dipelajari sebgai tujuan utama( speliasasi linguistic bahasa arab) yang telah menjadi tradisi yang berkembnag dikalangan masyarakat arab (Islam) dari dulu sampai sekarang.5 Pembelajaran yang berkaitan dengan kitab kuning ataupun ilmu-ilmu agama merupakan suatu kesatuan dengan dunia pesantren sehingga setiap pesantren pastilah disitu ada pembelajaran mengenai kitab-kitab klasik yang sering disebut dengan kitab kuning. Meskipun kebanyakan pesantren telah memasukan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang penting dalam pendidikan pesantren, namun kitab-kitab islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yakni mendidik calon-calon generasi yang mempunyai pengetahuan agama, maupun umum yang luas, mendalam dan mutawatir hingga nantinya sampai sanadnya pada baginda Nabi Muhammad SAW.
5
Kholisin. CIkal Bakal Kelahiran Ilmu Nahwu, (Pdf).
4
Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok: nahwu, sorof, fiqh, usul fiqh, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf, dan cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang pendek sampai teks yang terdiri dari berjilid-jilid tebal yakni mengenai hadits, tafsir, fiqh, usul fiqh dan tasawuf. Kitab jim-jim ditulis dengan menggunakan Bahasa Jawa sehingga mudah dipahami oleh semua kalangan santri di pondok pesantren manba‟ul falah yakni dimulai dari santri junior
sampai yang sudah senior, selain itu
pemaparan materinya lebih mudah karena dalam awal penyampaian materi langsung diuraian penjelasan mengenai maksud dari isim mufrod, isim tasniah, isim jamak taksir, jamak mudzkar salim, asma khomsah, afal khomsah dll, berbeda dengan pemaparan pada kitab yang lain seperti pada kitab mukhtasor jiddan, Nahwul wadhe‟. Bahasa ibu merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan sejak kecil sehingga dirasa lebih mudah untuk memahami materi yang ada Namun menurut sebagian santri juga yang berasal dari luar Jawa (Sumatra, kalimantan, kuningan) mereka masih merasa kesulitan dalam memahaminya dikarenakan bahasa yang digunakan juga merupakan bahasa yang masih asing bagi mereka.6 Kitab jim-jim karangan KH. M. Hasanuddin Subki merupakan terjemahan dari kitab Jurumiyyah yang oleh pengarang diterjemahkan dengan menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin agar lebih mudah 6
Hasil wawancara dengan beberapa santri di ponpes. Manba‟ul falah. (Inayah, khamidah, heri, rasyidi, marlina, syifa dll).
5
dipahami, disertakan pula contoh-contoh yang sesuai, serta
pemaparan
materi semudah mungkin. Kitab ini dijadikan dasar para santri dalam memahami kitab kuning sebelum mereka mempelajari ilmu alat yang lebih tinggi seperti Imriti dan Alfiah ibn Malik, khususnya untuk para santri-santri junior di pondok pesntren Al-Masyhad Manba‟ul falah Sampangan Pekalongan. Keberhasilan proses belajar mengajar di pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan ini, tidak bisa dilepaskan dari kemampuan pengasuh maupun para ustadz dalam mengajar, ditambah kesesuaian materi yang diajarkan dan metode yang diterapkan dalam aktivitas belajar mengajar ilmu-ilmu keagamaan. Oleh karena itu pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan sebagai lembaga pendidikan alternatif yang mumpuni dalam membina dan mencetak SDM yang berilmu, bertaqwa dan berahlakul karimah dalam menunjang proses pembangunan bangsa yang senantiasa berkaitan, selaras dan seimbnag. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka penuis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Peran Pembelajaran Kitab Jim-jim Dalam Membantu Memudahkan Membaca Kitab Kuning di Pondok
Pesantren
Al-Masyhad
Manba’ul
Falah
Sampangan
Pekalongan”. Adapun alasan mengapa penulis memilih judul diatas adalah: 1. Judul ini sangat menarik, sebab kitab jim-jim ini mengupas dan menjelaskan secara rinci maksud dari kitab jurumiyyah karena dari
6
kebanyakan kitab lain pada awal penjelasanya menerangkan tentang apa itu kalam, pembagian kalam, tanpa dijelasakan apa itu isim, pembagian isim, i‟rob dan macam I‟robnya sepertibuku karangan Drs Sani Abu Zahra dengan judul Metode Praktis Belajar Ilmu Nahwu, berbeda dengan kitab Jim-jim ini yang pada awal pembahasannya menerangkan apa maksud isim, pembagian isim, isim mufrod, mutsana, jamak, jamak taksir, asma khomsah dan afal khomsah yang tentunya pengertian tersebut sangat penting terlebih dahulu diketahui oleh para santri. 2. Kemampuan membaca kitab kuning ini sangat penting karena merupakan langkah awal sebelum mempelajari Al-Quran, Al-Hadist, dan kitab-kitab ilmu agama yang semuanya itu merupakan panduan serta langkah kita dalam beragama,
umumnya bidang ilmu agama diatas ditulis
menggunakan bahasa arab gundul sehingga sangat penting bagi santri ataupun masyarakat umum yang ingin mempelajari dan mengkaji ilmu agama harus terlebih dahulu mengetahui ilmu alatnya yakni ilmu Nahwu Shorf. 3. Pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan merupakan pesantren yang ditempati santri dari berbagai daerah, termasuk pula dari luar jawa seperti; Sumatra, Kalimantan, medan dll. Tentunya dari yang bermacam- macam itu mempunyai logat Bahasa yang berbeda pula, tapi dalam kitab yang akan penulis teliti pembelajaran dan peranya itu ditulis dan diterjemahkan kedalam Bahasa jawa yang dentunya masih dirasa sulit bagi mereka yang baru. Begitu
7
juga dasar pendidikan yang berbeda sehingga penulis tertarik untuk mengadakan peneliti di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pembelajaran kitab jim-jim di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan? 2. Bagaimana upaya untuk memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan? 3. Bagaimana peran pembelajaran kitab Jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan? Penegasan Istiilah Agar tidak terjadi kerancauan dalam memahami judul sekripsi di atas, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut : 1. Peran menurut Purwadarminta dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, berpendapat bahwa peran adalah suatu yang menjadi bagian atau memegang peran utama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa).7 2. Pembelajaran, pembelajaran menurut bahasa adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pengertian pembelajaran menurut istilah, menurut beberapa ahli sebagai berikut: menurut Duffy 7
735
Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), Hlm.
8
dan Roehler (1989). Adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.8 3.
Kitab Kuning adalah Kitab kuning adalah bagian warisan peradaban Islam yang sangat berharga, di sanalah sumber informasi dunia Islam baik sejarah, teknologi, dan pengetahuan lainya. Selama ini, hanya dunia pesantren yang mampu mengenal, membaca dan menggali isi kitab kuning tersebut.9
4.
Pondok Pesantren menurut Arifin adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang Kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.10
5.
Kitab jim-jim adalah kitab yang dikarang oleh pengasuh pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan, kitab jim-jim dirujuk dari kitab Al-Jurumiyyah karangan Imam Sonhaji yang kemudian diterjemahkan dan ditulis menggunakan Bahasa jawa, isinya
8
H. Nurochim, M.M, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial, (PT RajaGrafindo Persada Jakarta, Cet k-1,2013), Hlm. 17 9 Anis Masykhur, Menakar Modernisasi Pendidikan Pesantren Mengusung Sistem Pesantren Sebagai Sistem Pendidikan Mandiri, Cet. Ke-I (Kalimanta: Barnea Pustaka, 2010), hlm. 141. 10 Manajemen Perubahan di Pondok Pesantren Kontruksi Teoritik dan Praktik Pengelolaan dan Perubahan Sebagai Upaya Pewarisan Tradisi dan Menatap Tantangan Masa Depan, Cet. Ke-I (Yogyakarta: Teras, 2014), hlm. 111
9
pun hampir sama dengan kitab jurumiyyah pada umumnya hanya saja pada awal materi lebih dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian fiel, isim mufrod, tasniah, jamak, asma khomsah, af‟al khomsah, jamak taksir, jamak mudzakar salim, jamak muannasissalim, baru kemudian masuk materi pada kitab jurumiyyah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kitab Jim-jim ini termasuk dalam katagori Kitab Nahwu. jadi yang dimaksud judul skripsi peran pembelajaran kitab jimjim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren AlMasyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan adalah, dalam penelitian ini akan diteliti mengenai bagaimana pembelajaran yang dilakuakan, upaya yang dilakukan dan bagaimana peran pembelajaran kitab jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul falah Sampangan Pekalongan. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pembelajaran kitab jim-jim di pondok pesantren AlMasyhad Manba‟ul falah Sampangan Pekalongan. 2. Untuk mengetahui upaya untuk memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan. 3. Untuk mengetahui peranan kitab jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan. D. Kegunaan Penelitian
10
Adapun kegunaan penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu teoritis dan praktis: 1. Secara Teoritis (manfaat penelitian dalam memberikan kontribusi teoritis). Temuan penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian teori dalam penelitian mengenai peran pembelajaran Kiatab Jim-jim (Jurumiyyah Jawa) dalam membaca kitab kuning di pondok pesantren AlMasyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan. 2. Secara Praktis (manfaat penelitian secara langsung sebagai penerapan hasil penelitian secara praktis). a) Bagi penulis dapat memberikan pengalaman yang bermanfaat sebagai calon guru dalam meningkatkan kompetensi membaca kitab kuning melalui pembelajaran kitab jim-jim. b) Bagi para ustad/guru yang menjadi objek dalam penelitian ini dapat memberi masukan dan koreksi dalam peningkatan membaca kitab kuning terhadap para santri melalui peran pembelajaran kitab jim-jim di pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan.
E. Tinjauan Pustaka 1.
Analisis Teoritis a. Tinjauan Buku Simamnora dalam bukunya Mustaka Kamil mengartikan penelitian adalah sebagai serangkaian aktifitas yang dirancang untuk
11
meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu.11 Pendidikan dan Pembelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu system, yaitu sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM). Melalui pengembangan tenaga dilakuakan berbagai kegiatan yang mengacu kepada upaya agar segala sumber daya manusia dapat didayagunakan dan dihasil guankan oleh organisasi semaksimal mungkin. Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajaran melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai: Designer of intruction (perancang pengajaran), Manager of intruction (pengelola pengajaran), Evalutor of student learning (penilai prestasi belajar siswa).12 Pemebelajaran akan dapat tercapai melalui perencanaan yang baik sehingga dalam sebuah pembelajaran harus menggunakan perencanaan yang baik. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat
11
Mustofa Kamil, Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi), (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. Ke-1, hlm. 4 12 Muhibbin Syah, Psikolog Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, hlm.250
12
perencanaan
atau
perancangan
(desain)
sebagai
upaya
untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi memungkinkan juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk menca[ai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Adapun dasar perlunya perencanaan pembelajaran diantaranya: a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pemebelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu mengguanakan pendekatan desdain. c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan peda bagaiman seseorang belajar. d. Untuk merencanakan suatu desain pemebelajaran diacukan pada siswa secara perorangan. e. Pemebelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran. f. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.13 Keberhaasilan
suatu
kegiatan
sangat
ditentuakan
oleh
perencanaannya. Apabila perencanaan suatu kegiatan dirancang dengan baik, maka kegiatan akan lebih mudah untuk dilaksanakan, terarah serta terkendali. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, agar pelaksanaan pembelajaran terlaksana denga baik maka diperlukan perecanaan pembelajaran yangbaik. Perencanaan pembelajaran berperan sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efektif dan efidien. Dengan kata lain perencanaan pembelajaran berperan 13
Hamzah B. Uno, Perenccanaan Pemebelajaran, ( PT. Bumi Aksara Jakarta, 2006), hlm.2
13
sebagaiu skenario proses pembelajaran. Oleh karenanya hendaknya perencanaan pembelajaran bersifat luwes (flaksibel) dan memberi kemungkianan bagi guru untuk menyesuaikan dengan respons siswa dalam proses pemeblajaran sesungguhnya. Perencanan pembelajaran perlu dilakukan karena mempunyai arti penting sebagai berikut: 1.
Untuk pengganti keberhasilan yang diperoleh secara untung-untungan.
2.
Sebagaii alat untuk menemukan dan memecahkan masalah.
3.
Untuk memanfaatkan sumber secara efektif.14 Kompetensi
profesional
merupakan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi mater, serta penguasaan terdapat struktur dan metodologi keilmuan.15 Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti, reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sektor kurikulum, baik struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum dengan diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Indikator pembaharuan kurikulum ditunjukkan dengan adanya perubahan pola
14
Ibid. Hlm. 115-116 Suyanto & Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualitas Guru di Era Global, (Erlangga Group, 2013), hlm 43 15
14
kegiatan pembelajaran, pemilihan media pendidikan, penentuan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan.16 b. Analisis Skripsi Terdahulu Skripsi yang ditulis oleh Binti Fatatin Azizah nim (03110025) mahasiswi UIN Malang, dengan judul “Upaya Peningkatan Kualitas Membaca Kitab Kuning Melalui Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Probolinggo”. Penulis mengungkapkan mengenai pentingnya meningkatkan membaca kitab kuning melalui pembelajaran bahasa arab. Penguasaan kemampuan membaca kitab kuning itu harus tidak hanya digunakan untuk membaca saja melainkan agar dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang terkandung di dalamnya, karenanya peranan pembelajaran bahasa arab merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas membaca kitab kuning.17 Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Kafafi nim (202509026) Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab di STAIN Pekalongan dengan judul “Peran Pembelajaran Bahasa Arab di Dalam Memudahkan Membaca Kitab Kuning”, studi kasus di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan mengemukakan bahwa dalam usaha pembelajaran untuk dapat membaca kitab kuning itu selain ada peranan bahasa arab, namun yang tak kalah penting ialah mempelajari ilmu nahwu, karena kalau hanya
16
Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru 2006, cet. 2, hlm. 3 17 Binti Fatatin Azizah, Upaya Peningkatan Kualitas Membaca Kitab Kuning Melalui Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Probolinggo; Studi kasus di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Probolinggo, Skripsi Pendidikan Agama Islam, ( Malang: UIN Malang, 2008), Nim. 03110025, hlm. 13
15
mengandalkan bisa berbahasa arab saja tanpa mengatahui kaidah nahwunya akan berakibat pada kurangnya pendalaman akan makna yang terkandung di dalamnya.18 Skripsi yang ditulis oleh Sihabudin dengan judul Pengajaran Nahwu dengan Menggunakan Nahwu Al-Wadhi; Studi Kasus di Kelas I‟dadiyah Madrasah Salafiah II Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta mengemukakan bahwa untuk menguasai keempat aspek kemampuan berbahasa Arab yakni kemampuan membaca, menulis, berbicara dan kemampuan memahami pembicaraan orang lain yang berbicara dengan bahasa Arab, maka mutlak diperlukan Ilmu Nahwu dan Sharaf, namun yang
lebih
diprioritaskan
adalah
aspek
yang
pertama,
karena
mempermudah seseorang dalam mempelajari aspek-aspek lainnya.19 2.
Kerangka Berfikir Pemebelajaran ilmu nahwu shorf merupakan suatu hal yang penting sebagai sarana meningkatkan kualitas bagi santri dalam membaca kitab kuning atau kitab gundul. Pembelajaran kitab jim-jim ini dilakuakan dengan maksud untuk membantu santri dalam mengetahui alat-alat yang digunakan yang nantinya dapat diaplikasikan dalam praktek membaca kitab kuning atau gundul. Peningkatan pengetahuan santri akan pembelajaran ilmu nahwu yang terdapat dalam kitab jim-jim
18
Ahmad Kafafi, Peran Pembelajaran Bahasa Arab dalam Memudahkan Membaca Kitab Kuning; Studi kasus di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan, Skripsi Pendidikan Bahasa Arab, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), Nim. 202509026, hlm. 3-4 19 Sihabudin, Pengajaran Nahwu dengan Mengguanakan Nahwu Al-Wadhi; Studi di Kelas I‟dadiyah Madrasah Salafiah II Pondok Pesantren Al-Munawir Krapayak Yogyakarta, Skripsi Sarjana Tarbiah, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), Nim 02421409, hlm. 4
16
ini dapat mendorong dan mengembangkankan potensi yang dimiliki oleh para santri sehingga nantinya mampu membaca kitab dengan baik serta mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Dalam pembelajaran ini sosok guru atau ustad juga sangat penting dalam peningkatan pengetahuan guru sehingga akan mendorong guru atau ustad untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga ia mampu menjadi guru atu ustad yang berkompetensi dan mampu memberikan pengetahuan yang dapat diterima oleh para santri- santrinya. Kompetensi guru dalam proses belajar mengajar merupakan perwujudan dari keterikatan dan komitmen guru sebagi pendidik terhadap kepentingan proses belajar mengajar dan sebagai salah satu tolak ukur mendasar
yang
paling
logis
dalam
menentukan
keberhasilan
pembelajaran. Kompetensi para santri dalam membaca kitab kuning merupakan suatu hal yang penting mengingat mereka nantinya akan menjadi seseorang yang dijadikan panutan, tidak hanya itu mereka juga dituntut untuk mengajarkan pengetahuan-pengethuan agama yang sumbernya berasal dari kitab-kitab klasik yang ditulis tanpa syakkal sehingga mengtahui ilmu nahwu shorf merupakan prioritas utama yang harus dimiliki para santri sebagai alat yang digunakan untuk membaca kitabkitab agama tersebut. Ketrampilan seorang siswa atau santri akan termotivasi jika guru atau ustad yang mengajarkan memiliki kompetensi mengajar yang baik,
17
enak, mudah diterima, dan memiliki metode yang baik. Hal itulah yang nantinya akan penulis gali melalui proses pembelajaran kitab jim-jim tersebut. Santri atau siswa harus selalu dimotivasi dan diberi kesempatan untuk mengembangkan diri agar menjadi santri yang ulet dalam belajar. Pengasuh
selaku
menejer,
pemimpin
dan
juga
guru
perlu
memperhatiakan setiap potensi yang dimiliki oleh santri. Santri juga harus mampu mengetahui dan memperdalam mengenai ilmu alat, diantaranya yakni melalaui pembelajaran kitab jim-jim. Hal itu dilakukan agar para santri mempunyai ilmu pengetahuan yang mahir dan luas akan ilmu nahwu yang bisa meningkatkan kualitas dan mempermudah dalam membaca kitab kuning.
F. Metode Penelitian 1.
Jenis dan Pendekatan Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal harus digunakan
metodologi penelitian yang tepat. Metode Penelitian adalah cara yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.20 Kemudian data
tersebut
diolah
sehingga
menjadi
kesimpulan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. a. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat 20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 30.
18
ke-lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan berperan serta.21 Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.22 b. Pendekatan Penelitian Penelitian dalam skripsi ini meliputi jenis dan desain penelitian. Jenis pendekatan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian berupa pemecahan masalah yang menggunakan data empiris.23
Pendekatan
Kualitatif
merupakan
pendekatan
yang
berasumsi bahwa „subject matter‟ suatu ilmu sosial adalah amat berbeda dengan „subject matter‟ dari ilmu fisik/alamiah dan mempersyaratkan tujuan yang berbeda untuk inkuiri dan seperangkat metode penyelidikan yang berbeda. Induktif berisi nilai-nilai yang subjektif, holistic dan berorientasi proses.24 2.
Sumber Data a.
Sumber Data Primer Sumber data utama yang menunjukan kepada permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, dalam hal ini adalah perangkat yang berkaitan dengan sistem pendidikan pondok
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cet ke V (Jakarta: CV Alfabeta, 2008) , hlm. 89. 22 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , Cet. Ke 21 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 4. 23 Masyhuri, Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Edisi Revisi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Hlm.53 24 Ibid. hlm. 20
19
pesantren, diantara pelaku yang sangat berkaitan dalam proses pendidikan di pesantren tersebut seperti pimpinan pesantren, ustadz, pengurus dan santri. b. Sumber Data Sekunder Data pendukung yang dapat memberi penjelasan atau sebagai pendukung argumentasi dari data primer berupa buku- buku, dokumen dan media cetak lainnya. 3.
Tehnik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data secara tepat dan relevan dengan jenis data yang digali merupakan langkah awal yang penitng dalam suatu penelitian. Penelitian ini dalam upaya pengumpulan datanya menggunakan metode-metode sebagai berikut; a. Metode Obserfasi Metode Observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera, penulis menggumakan metode ini untuk mengamati kondisi fisik Pondok Pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan serta pelaksanaan pembelajaran kitab jim-jim dan peningkatan membaca kitab kuning disana.25 Metode ini digunakan untuk mengetahui secara empiris tentang fenomena obyek yang diamati. Dalam hal ini peneliti menggunakan
25
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 40
20
tehnik Observasi Sistematil, Karena di dalamnya memuat factor-faktor yang sudah diatur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tipa-tiap factor dalam kategori-kategori itu.26 b. Metode Wawancara Metode Wawancara adalah alat pengumpulan data yang dilakuakan dengan cara mengedakan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penyelidikan. Metode wawancara ini terdiri atas tiga jenis, yaitu: Interview tidak terpimpin, Interview terpimpin dan Interview bebas terpimpin. Sedangkan dalam observasi ini penulis gunakan Interview bebas terpimpin.27 Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa gambaran umum pondok pesantren Al-Masyhad Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan, untuk memperoleh data tersebut digunakan wawancara dengan responden, adapun respondennya adalah Pengasuh, para pengajar/ Asatidz dan juga Santri. c. Metode Dokumentasi Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.28 Metode ini digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai data instansi pendidikan, struktur organisasi, kurikulum, jumlah guru, grafik perkembangan sekolah, dan lain-lain. 26
Sugiyono, Op.cit, hlm.137 Suharsimi Arikunto, Op.cit, Hlm. 127 28 Ibid. 274 27
21
4.
Teknik Analisi Data Analisi data yang digunakan dalam penulisan in adalah analisa data kualitatif dengan jalan memilah dan menelaah data-data yang ada kaitannya
dengan
permasalahan
judul
skripsi
sehingga
akan
menghasilkan data deskriptif analisi, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada waktu sekarang. 29Dalam analisis ini penulis menggunakan metode penalaran yaitu deduktif. Metode deduktif ialah suatu proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai suatu teori dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berisi sama dengan dengan fenomena yang bersangkutan.30
G. Sistematika Penulisan Upaya mempermudah memahami penulisan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis membagi ke dalam lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keguanaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Pembelajaran kitab jim-jim dan kitab kuning. Sub bab pertama pembahasan tentang kitab jim-jim yang meliputi: pengertian kitab jim-jim, Sejarah nahwu, Tujuan pembelajaran nahwu, metode pembelajaran nahwu. 29 30
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia, 1980), hlm. 61 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 40
22
Sub bab kedua pembahasan tentang kitab kuning yang meliputi: pengertian kitab kuning, metode pembelajaran kitab kuning dan unsur-unsur pengajaran kitab kuning. Bab III Peran pembelajaran kitab jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan, meliputi gambaran umum pondok pesantren, pembelajaran kitab jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning, upaya pemeblajaran kitab jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning, dan peran pembelajaran kitab jim-jim yang dilakukan dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan. Bab
IV
Analisis
peran
pembelajaran
kitab
jim-jim
dalam
memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan. Meliputi analisis pembelajaran kitab Jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren AlMasyhad Manba‟ul falah, analisis upaya pembelajaran kitab jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Manba‟ul Falah Sampangan Pekalongan dan analisis peran pembelajaran kitab jim-jim dalam memudahkan membaca kitab kuning di pondok pesantren Manba‟ul falah Sampangan Pekalongan. Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.