BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pengetahuan saat ini telah diakui sebagai salah satu sumberdaya yang penting
bagi organisasi dalam pembentukan keunggulan kompetitifnya (Lam, 2000; Ramirez et al., 2012). Hal ini tidak terlepas dari sifat pengetahuan sebagai sumberdaya yang bernilai, langka, tidak bisa diimitasi dan tidak bisa disubstitusi (Barney, 1991; Nonaka et al., 1995). Untuk itu, organisasi selalu berupaya menciptakan dan melakukan pencarian akan pengetahuan melalui berbagai sumber termasuk dari luar organisasi. Salah satu sumber tersebut adalah universitas sebagai institusi riset. Hasilhasil penelitian berupa pengetahuan ilmiah yang dihasilkan oleh institusi riset kemudian menjadi kontributor penting dalam produksi pengetahuan bagi inovasi dan pertumbuhan ekonomi (Carayol dan Matt, 2006). Meskipun telah diakui sebagai kontributor, namun proses produksi pengetahuan dalam institusi riset masih belum mendapat perhatian yang cukup dalam literatur ilmiah yang ada, baik dalam bentuk teori maupun kontribusi empiris (Carayol dan Matt, 2006). Topik-topik yang lebih mendapat perhatian umumnya adalah bagaimana perusahaan menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ilmiah (Cohen et al., 2002), jenis perusahaan apa yang menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk memanfaatkan hasil penelitian ilmiah (Mohnen dan Hoareau, 2002), serta saluran apa yang digunakan oleh universitas dan perusahaan untuk berinteraksi (Carayol dan Matt, 2006). Dengan demikian, masih 1
ada ruang untuk penelitian yang bertujuan untuk melihat proses produksi atau penciptaan pengetahuan dalam institusi riset. Pengetahuan itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit (Nonaka et al., 1995; Polanyi, 1966). Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang bersifat personal, spesifik dan sulit dikomunikasikan. Pengetahuan tacit ini melekat pada pikiran individu, terkait erat dengan kemampuan kognitif, perilaku dan persepsi yang dimiliki oleh seorang individu. Sedangkan pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang sudah terkodifikasi ke dalam bentuk material sehingga dapat dengan mudah diproses, dialihkan, ditransfer dan disimpan ke dalam bentuk database (Nonaka et al., 1995; Siadat et al., 2012). Dalam proses penciptaan pengetahuan ada interaksi dan proses konversi dari kedua jenis pengetahuan ini (Nonaka et al., 1995). Nonaka dan Takeuchi (1995) mengemukakan sebuah proses penciptaan pengetahuan yang dikenal dengan nama SECI model. SECI merupakan singkatan dari empat proses konversi yaitu Socialization (sosialisasi) yaitu konversi pengetahuan tacit ke pengetahuan tacit, Externalization (eksternalisasi) yaitu konversi pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit, Combination (kombinasi) yaitu konversi pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit dan Internalization (internalisasi) yaitu konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit kembali. Keempat proses konversi ini pada dasarnya juga merupakan eksplorasi dan eksploitasi dari pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Penelitian dari Popadiuk dan Choo (2006) menyebutkan bahwa pengetahuan tacit berkaitan erat dengan eksplorasi pengetahuan sedangkan pengetahuan eksplisit lebih terkait dengan 2
eksploitasi pengetahuan. Popadiuk dan Choo (2006) merujuk pada definisi eksplorasi dan eksploitasi yang dikemukakan oleh Levinthal dan March (1993), dimana aktivitas eksplorasi merupakan pencarian hal-hal yang baru dan melibatkan proses penemuan dan eksperimen, menyerap atau menciptakan konsep atau teknologi baru, dan mengembangkan kemampuan baru yang mungkin diluar bidang keahlian saat ini. Sementara
aktivitas
eksploitasi
merupakan
tindakan
menggunakan
dan
mengembangkan hal-hal yang telah diketahui yang dicapai melalui pengumpulan pengalaman dari sejumlah keahlian dan meningkatkan kemampuan tersebut melalui latihan berulang-ulang dan formalisasi pengetahuan (Levinthal dan March, 1993). Melalui pemahaman ini dan merujuk pada SECI model dari Nonaka dan Takeuchi (1995), Popadiuk dan Choo (2006) menyatakan bahwa penciptaan dalam proses eksplorasi utamanya melibatkan penggunaan pengetahuan tacit melalui proses sosialisasi dan eksternalisasi, sedangkan proses eksploitasi adalah penerapan pengetahuan eksplisit yang telah dikodifikasi dan diformalkan dalam praktek melalui proses kombinasi dan internalisasi. Eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan sendiri diketahui memberi banyak manfaat bagi kelangsungan organisasi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kemampuan pembelajaran organisasi, termasuk eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan adalah sumber utama bagi keunggulan kompetitif organisasi (Kogut dan Zander, 1992; Prahalad dan Hamel, 1990; Liu, 2006). Penelitian yang ada juga menyebutkan bahwa mengelola keseimbangan secara tepat antara eksplorasi dan eksploitasi menjadi faktor utama yang dapat menunjang kelangsungan dan
3
kesejahteraan organisasi (March, 1991; Cohen dan Levinthal, 1990; Levinthal dan March, 1993). Kesadaran dan kebutuhan akan pentingnya melakukan eksplorasi dan eksploitasi serta menjaga keseimbangan diantara keduanya menjadi dasar bagi terbentuknya strategi ambidexterity, yang diajukan sebagai solusi untuk mencapai keseimbangan tersebut (Benner dan Tushman, 2003). Strategi ambidexterity mengacu pada sinkronisasi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi melalui penggabungan atau pemisahan sub unit atau individu, yang masing-masing mengkhususkan diri baik dalam ekplorasi atau eksploitasi dan melakukan keduanya secara simultan (Gupta et al., 2006). Organisasi ambidextrous – istilah bagi organisasi yang memiliki kemampuan ambidexterity − dapat unggul karena mereka mampu mengenali kesempatan, keterkaitan dan sinergi antara aktivitas eksplorasi dan eksploitasi (Smith dan Tushman, 2005). Proses melakukan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam konteks universitas sebagai institusi riset, penelitian sebelumnya menyebutkan faktor eksternal seperti jaringan sosial (McFadyen dan Cannella, 2004; Rotolo dan Petruzzelli, 2012) dan pendanaan (Connolly, 1997; Hottenrott dan Thorwarth, 2010; Hottenrott dan Lawson, 2012) menjadi faktor yang mempengaruhi penciptaan pengetahuan baru melalui produktivitas penelitian. Kelekatan organisasi dalam jaringan hubungan dengan organisasi lain diketahui memiliki implikasi signifikan bagi performa organisasi (Gulati et al., 2000; Zaheer dan Bell, 2005). Organisasi yang memiliki jaringan
4
eksternal superior akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengekploitasi kemampuan internalnya serta memiliki akses yang luas terhadap pengetahuan baru untuk kepentingan eksplorasinya (Zaheer dan Bell, 2005). Faktor pendanaan menjadi faktor yang tidak kalah penting bagi proses eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan. Faktor ini terbukti mempengaruhi perilaku dari institusi riset, apakah menghasilkan pengetahuan murni sebagai hasil dari eksplorasi atau pengetahuan terapan sebagai hasil dari eksploitasi (Hottenrott dan Thorwarth, 2010). Pendanaan yang berasal dari internal institusi umumnya lebih banyak menghasilkan penelitian murni karena dana ini memang dialokasikan untuk menunjang kegiatan dasar penelitian (Siadat et al., 2012). Sedangkan pendanaan eksternal lebih cenderung menghasilkan pengetahuan terapan karena menyesuaikan dengan kebutuhan pihak yang mendanai (Hottenrott dan Lawson, 2012). Selain itu, faktor internal organisasi seperti perilaku kolektif individu juga perlu diakomodasi untuk melihat pengaruhnya terhadap aktivitas eksplorasi dan eksploitasi. Perilaku keseharian individu tampaknya berakar dari kepribadian individu (Hofmann dan Jones, 2005). Schudy (2010) menduga bahwa kepribadian individu atau karyawan akan membentuk perilaku ambidextrous. Penelitian sebelumnya telah menganalisa ide dari perilaku keseharian ini sebagai salah satu anteseden dari ambidexterity, misalnya Adler et al. (1999) yang mengatakan bahwa meta-rutinitas – bentuk kolektif dari perilaku keseharian − berkontribusi pada kemampuan untuk menyeimbangkan eksplorasi dan eksploitasi.
5
Güttel dan Konlechner (2009) menyebutkan norma spesifik dan pola perilaku kolektif tertentu mendukung terbentuknya ambidexterity. Rutinitas dan norma tersebut timbul dari perilaku keseharian individu, disebut sebagai kepribadian, yang termanifestasi ke dalam level kolektif, disebut sebagai kepribadian kolektif (Hofmann dan Jones, 2005). Perilaku kolektif yang dimaksud terwakili oleh konstruk energi organisasi produktif yang mencakup tiga dimensi yaitu dimensi afektif, kognitif dan perilaku (Cole et al., 2012). Dimensi afektif menggambarkan emosi positif kolektif, antusiasme dan inspirasi pada tugas pekerjaan dan tujuan organisasi. Dimensi kognitif mengacu pada kemampuan kolektif untuk berpikir dan bertindak secara produktif dan proaktif terkait tugas pekerjaan. Dimensi energi keperilakuan merefleksikan perilaku agentic kolektif yaitu perilaku untuk memanfaatkan peluang, mengambil resiko dan ketekunan dalam mengejar tujuan serta kesediaan untuk berubah demi menyesuaikan diri terhadap situasi yang lebih sesuai dengan minat, aspirasi dan harapan (Cole et al., 2012; Schudy, 2010). Dengan mengacu pada keterkaitan ketiga faktor yaitu jaringan, pendanaan dan energi organisasi produktif pada aktivitas eksplorasi dan eksploitasi, maka penelitian ini bermaksud menguji hubungan langsung ketiga faktor tersebut pada eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan dalam kaitannya dengan penciptaan pengetahuan di institusi riset. Penelitian ini juga mencoba memberikan bukti empiris pengaruh ketiga faktor tersebut pada eksploitasi dan eksplorasi pengetahuan serta implikasinya terhadap pembentukan kemampuan ambidexterity dalam organisasi khususnya institusi riset. Penelitian ini juga menggabungkan teori dari beberapa domain teori yang berbeda. 6
Teori penciptaan pengetahuan (Nonaka dan Takeuchi, 1995) berperan sebagai pijakan awal dan dasar pemikiran, kemudian berlanjut pada teori pembelajaran organisasi (antara lain March, 1991) sebagai dasar memahami eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan. Perspektif teori lain yang juga ada dalam penelitian ini adalah teori modal sosial (antara lain Nahapiet dan Ghoshal, 1998) sebagai dasar untuk melihat struktur jaringan sosial serta teori organizational ambidexterity (Benner dan Tushman, 2003; Gibson dan Birkinshaw, 2004) untuk melihat manfaat dari dilakukannya aktivitas eksplorasi dan eksploitasi dalam organisasi. Hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan data primer sebagai data yang diolah. Sebagian besar penelitian terdahulu yang menganalisis mengenai jaringan dan pendanaan, umumnya menggunakan data sekunder. Keterbatasan database yang ada di wilayah Indonesia, khususnya Yogyakarta dan di unit-unit yang menjadi sampel penelitian menjadi faktor mengapa penelitian ini tidak menggunakan data sekunder. Agar tujuan pengujian tercapai, penelitian ini dilakukan pada institusi-institusi riset berupa laboratorium, pusat studi dan pusat pelatihan yang dimiliki oleh universitas di wilayah Yogyakarta. Institusi riset merupakan latar tempat yang tepat untuk mempelajari mengenai penciptaan pengetahuan karena fungsi utama dari institusi riset adalah memproduksi pengetahuan melalui penelitian dan memiliki output yang kongkrit seperti database, metode, paten, buku dan publikasi (McFadyen dan Cannella, 2004; Ynalvez dan Shrum, 2011).
7
1.2
Perumusan Masalah Penelitian ini diarahkan untuk meneliti pengaruh faktor-faktor pendorong
eksploitasi dan eksplorasi pengetahuan dalam proses penciptaan pengetahuan, serta melihat
pengaruh
tersebut
dalam
pembentukan
kemampuan
organizational
ambidexterity. Penelitian terdahulu mengenai penciptaan pengetahuan umumnya hanya meneliti dari sudut pandang proses penciptaan pengetahuan yang dikemukakan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995), belum cukup banyak yang menghubungkannya dengan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi dan perannya dalam pembentukan kemampuan organizational ambidexterity terutama di konteks institusi riset. Selain itu, belum ditemukan penelitian yang meneliti faktor jaringan sosial, pendanaan dan energi organisasi produktif sebagai konstruk independen secara bersama-sama. Penelitian sebelumnya umumnya meneliti ketiga faktor tersebut secara terpisah.
1.3
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka dapat disusun pertanyaan
penelitian sebagai berikut : 1. Apakah jaringan sosial yang dimiliki oleh institusi riset berpengaruh pada aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan? 2. Apakah pendanaan yang didapatkan oleh institusi riset berpengaruh pada aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan? 3. Apakah energi organisasi produktif berpengaruh pada aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan didalam institusi riset?
8
4. Apakah eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan berpengaruh pada penciptaan kemampuan organizational ambidexterity didalam institusi riset?
1.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, dapat diidentifikasi tujuan dalam
penelitian ini sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh jaringan sosial yang dimiliki oleh institusi riset pada aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan. 2. Menganalisis pengaruh pendanaan yang didapatkan oleh institusi riset pada aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan. 3. Menganalisis pengaruh energi organisasi produktif pada aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan didalam institusi riset. 4. Menganalisis pengaruh eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan pada kemampuan organizational ambidexterity didalam institusi riset.
1.5.
Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada dua hal yaitu
kontribusi praktikal dan teoritikal : 1. Secara praktikal, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada institusi riset untuk meningkatkan penciptaan pengetahuan melalui aktivitas eksplorasi dan eksploitasi pengetahuan serta mengembangkan kemampuan organizational ambidexterity.
9
2. Secara teoritikal, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan di bidang penciptaan pengetahuan serta bermanfaat bagi pengembangan
literatur
khususnya
mengenai
teori
organizational
ambidexterity dan teori penciptaan pengetahuan. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat melengkapi perkembangan teori penciptaan pengetahuan, jaringan sosial, pendanaan, energi organisasi produktif dan organizational ambidexterity yang selama ini masih kurang diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
1.6.
Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan urutan sebagai berikut:
Bab I
Menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian kontribusi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II
Berisi tinjauan teori dan pengembangan hipotesis. Bab ini menguraikan hasil-hasil penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini serta model penelitian
Bab III
Menjelaskan mengenai metoda penelitian, terdiri atas: pemilihan sampel, pengumpulan data, variabel penelitian dan pengukuran variabel, teknik analisis serta model pengujian hipotesis.
Bab IV
Menguraikan deskripsi data, pengujian hipotesis dan analisis data serta pembahasan hipotesis
10
Bab V
Merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi serta saran pada peneliti yang ingin melanjutkan penelitian dalam bidang sama.
11