19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi pendapatan dan pembangunan yang tidak merata. Akibatnya terjadilah kesenjangan ekonomi yang makin parah, baik antar pusat dan daerah, antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan persebaran yang tidak merata, ditambah lagi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi di kota besar, membuat sebagian besar penduduk terdorong untuk melakukan perpindahan ke kota yang lebih besar tersebut. Di kota tujuan tersebut terdapat kesempatan kerja yang lebih besar dengan jenis pekerjaan yang beragam, adanya berbagai fasilitas dan dari segi ekonomi migran yang melakukan perpindahan tersebut mengharap suatu kehidupan layak dengan pendapatan yang lebih besar dari pada di daerah asal. Perilaku perpindahan penduduk ini pun menjadi semakin tinggi karena di tempat asalnya terjadi penyempitan lapangan pekerjaan. Salah satunya akibat dari menyempitnya lahan pertanian karena dipakai untuk areal pemukiman, sektor manufaktur, jasa dan kebiasaan orang tua untuk membagi tanah yang dimilikinya sebagai warisan pada keturunan-keturunannya. Semakin tinggi kesadaran pendidikan membuat generasi muda merasa kehidupan di daerah asal makin tidak
20
menarik. Sehingga menyebabkan para penduduk bergerak ke kota yang lebih maju untuk mengenyam pendidikan dengan kualitas yang lebih baik dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pada akhirnya mereka berharap akan mendapat pekerjaan sesuai bidang yang diinginkan, tentunya untuk mendapat penghasilan yang lebih besar dibanding di daerah asal. Pertumbuhan penduduk yang besar diikuti persebaran yang tidak merata antar daerah dan perekonomian yang cenderung terkonsentrasi di perkotaan mendorong masyarakat untuk bermigrasi. Pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan
menunjukkan
perkembangan
yang
sangat
pesat.
Sedangkan
perkembangan ekonomi di daerah perdesaan adalah cukup lambat. Sehingga terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar perkotaan dan pedesaan. Proses migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh semakin kurang menariknya kehidupan di pedesaan, kawasan pedesaan yang kegiatan ekonomi utamanya adalah pertanian sudah kehilangan daya saing secara drastis. Fenomena yang umum menunjukkan, bahwa perpindahan penduduk (migrasi) cenderung menuju ke daerah perkotaan. Migrasi di Provinsi Bali selama ini ditandai dengan masuknya migran, khususnya dari luar Bali seperti Jawa Timur, Banyuwangi dan daerah lainnya, serta migrasi di Bali juga ditandai dengan terjadinya perpindahan antar kabupaten di Provinsi Bali, khususnya dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Berdasarkan angka hasil pendataan Sensus Penduduk 2010 (SP 2010), jumlah penduduk Provinsi Bali tercatat 3.891.428 jiwa seperti tampak pada Tabel 1.1.
21
Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Penduduk di Provinsi Bali Tahun 2010
Kabupaten / Kota
Jumlah Penduduk (orang)
2000 2010 Jembrana 231.806 261.618 Tabanan 376.030 420.370 Badung 345.863 543.681 Gianyar 393.155 470.380 Klungkung 155.262 170.559 Bangli 193.776 215.404 Karangasem 360.486 396.892 Buleleng 558.181 624.079 Denpasar 532.440 788.445 Provinsi Bali 3.146.999 3.891.428 Sumber : Sensus Penduduk 2010 BPS Provinsi Bali, 2011.
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 1,12 1,12 4,63 1,81 0,94 1,06 0,97 1,12 4,00 2,15
Dalam periode 10 tahun terakhir (2000 sampai 2010), laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali mencapai 2,15 persen per tahun. Adapun Kabupaten Badung dengan jumlah penduduk 345.863 orang pada tahun 2000 dan 543.681 orang pada tahun 2010, mencapai laju pertumbuhan penduduk 4,63 persen per tahun. Sedangkan Kota Denpasar dengan jumlah penduduk 532.440 orang tahun 2000, dan 788.445 orang pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 4,00 persen per tahun, tercatat sebagai daerah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi. Fenomena ini diduga karena kedua daerah tadi sebagai daerah potensi bagi kaum migran atau pendatang, disamping sebagai daerah destinasi pariwisata Bali. Sedangkan, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem merupakan dua kabupaten dengan laju pertumbuhan penduduk terendah, angkanya berada di bawah satu persen 0,94 persen per tahun dan 0,97 persen per tahun.
22
Berkembangnya sektor pariwisata di Bali merupakan satu pertumbuhan yang
relatif
kekuatan
baru dalam sejarah panjang pembangunan
perekonomian. Saat ini perkembangan kepariwisataan tersebut terlihat berperan cukup besar terhadap pendapatan regional. Berkembangnya kepariwisataan tersebut memberikan peluang kerja tidak saja pada tenaga kerja asal Bali tapi juga bagi tenaga kerja luar Bali. Tenaga kerja luar Bali ini adalah para migran yang umumnya datang ke Bali terutama ke daerah-daerah yang menjadi pusat–pusat aktivitas ekonomi dan pusat–pusat pengembangan kepariwisataan. Data Supas 1995 menunjukkan, bahwa sebanyak 167.075 orang (5,77 persen) dari jumlah penduduk di Bali adalah migran dan kebanyakan dari migran itu tinggal di Kota Denpasar (18,57 persen) dan disusul oleh Kabupaten Badung (8,11 persen), sedangkan untuk daerah kabupaten lainnya di bawah 5 persen. Selanjutnya data Sensus Penduduk (SP) tahun 2000 menunjukkan, bahwa secara keseluruhan migran di Bali mengalami peningkatan yaitu dari 167.075 orang pada tahun 1995 menjadi 184.182 orang pada tahun 2000 atau meningkat sebanyak 17,109 orang (5,85 persen). Bila dilihat menurut daerah asal migran, dari migran sebanyak 184.182 orang maka sebanyak 87.225 orang migran berasal dari luar Bali dan sisanya sebanyak 96.957 orang adalah migran antar kabupaten di Bali (Badan Kependudukan Daerah Bali, 2002). Pada Tabel 1.2 akan disajikan data jumlah penduduk pendatang dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Penduduk 2010 per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Data jumlah penduduk pendatang yaitu jumlah penduduk yang masuk di suatu provinsi adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang tempat tinggal
23
lima tahun yang lalu berbeda dengan tempat tinggal sekarang, dengan penduduk pertengahan tahun di provinsi tempat tinggal sekarang. Penduduk pertengahan tahun disini adalah penduduk lima tahun keatas. Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Pendatang Per Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 2010 Kabupaten / Kota
Jumlah Migran (Orang)
Jumlah Penduduk (Orang)
Jembrana 5.621 261.618 Tabanan 12.662 420.37 Badung 52.999 543.681 Gianyar 15.376 470.38 Klungkung 3.425 170.559 Bangli 2.024 215.404 Karang Asem 3.272 396.892 Buleleng 9.467 624.079 Kota Denpasar 87.545 788.445 Provinsi Bali 192.391 3.891.428 Sumber : Sensus Penduduk 2010 BPS Provinsi Bali, 2011.
Persentase (%) 2,15 3,01 9,75 3,27 2,01 0,94 0,82 1,52 11,10 4,94
Pada Tabel 1.2 jumlah penduduk pendatang (migran) yang terdata oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai data sensus penduduk tahun 2010 yaitu 192.391 orang. Jumlah penduduk pendatang terbanyak yaitu Kota Denpasar dengan jumlah 87.545 orang, yang kedua yaitu Kabupaten Badung dengan jumlah penduduk pendatang sebanyak 52.999 orang. Sedangkan jumlah pekerja migran yang paling sedikit yaitu Kabupaten Bangli sekitar 2.024 orang. Data pada Tabel 1.2
tersebut,
terlihat
pesatnya
laju
pertumbuhan
penduduk
di
kedua
Kabupaten/Kota tersebut dominan akibat faktor migrasi. Apabila jumlah para migran permanen dapat dengan mudah dimonitor karena mereka mencatatkan diri pada para petugas di daerah tujuan, tapi para
24
migran non permanen lebih sulit dideteksi secara tepat karena mereka sering kali tidak melaporkan diri pada petugas setempat. Kabupaten Badung dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi tahun 2010 yaitu 4,63 per tahun dan memiliki jumlah penduduk terbesar kedua setelah Kota Denpasar, merupakan salah satu wilayah yang menjadi daerah tujuan utama migran. Hal ini disebabkan oleh pembangunan yang dilakukan cenderung memusat di wilayah ini, yang memiliki fungsi dan peran yang strategis sebagai pusat pemerintahan, perekonomian dan perdagangan, pusat aktivitas pendidikan serta pelayanan kesehatan. Di samping itu juga disebabkan oleh posisi Kabupaten Badung yang merupakan pusat kegiatan pariwisata yang berperan besar terhadap perkembangan perekonomian Bali. Kondisi inilah yang mendorong tingginya arus migrasi menuju Kabupaten Badung. Pada tahun 2000 migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung sebanyak 13.773 orang, tahun 2001 meningkat menjadi 22.057 orang (60,14 persen), tahun 2002 menurun menjadi 17.258 orang (-21,79 persen), tahun 2003 menjadi 13.203 orang (-23,49 persen) dan tahun 2004 menjadi 10.755 orang (-18,54 persen) dari data migrasi tersebut terlihat, bahwa migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung pada periode 2000-2004, sangat fluktuatif karena migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi Kabupaten Badung. Kondisi perekonomian Kabupaten Badung yang semakin membaik pasca krisis, begitu juga dengan migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung terlihat semakin meningkat hingga puncaknya terjadi pada tahun 2001. Sebaliknya ketika kondisi ekonomi Kabupaten Badung mulai terganggu akibat tragedi Kuta terlihat
25
migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung menurun. Hal ini berarti, bahwa naik turunnya migrasi yang masuk ke Kabupaten Badung sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung (Bappeda Badung, 2010). Kabupaten Badung merupakan kabupaten yang tingkat migrasinya cukup tinggi diantara kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Jumlah penduduk pendatang yang terdata di Kecamatan Kuta adalah 22.593 orang atau sekitar 42,63 persen penduduknya adalah warga pendatang (migran).
Berikut data penduduk
pendatang di Kabupaten Badung tahun 2010. Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Pendatang Di Kabupaten Badung Tahun 2010 Jumlah Migran No Kecamatan (Orang) (%) 1 Mengwi 3.656 6,90 2 Abiansemal 1.063 2,01 3 Kuta Selatan 9.679 18,26 4 Kuta Utara 14.562 27,48 5 Kuta 22.593 42,63 6 Petang 1.446 2,73 Kabupaten Badung 52.999 100 Sumber : Sensus Penduduk 2010 BPS Provinsi Bali, 2011. Banyaknya penduduk yang masuk ke Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung karena pusat kegiatan pariwisata yang berperan besar terhadap perkembangan perekonomian Bali yang terdapat di Kecamatan Kuta ini. Selain itu, banyaknya perusahaan industri besar yang tentunya dapat menyerap tenaga kerja dan merupakan salah satu penyangga kegiatan perekonomian di Provinsi Bali, sehingga banyak penduduk mencari kehidupan yang lebih baik di tempat tujuan migrasi, terutama untuk tujuan ekonomi.
26
Migran dapat dibedakan atas dua, yaitu migran permanen dan nonpermanen. Kehadiran para migran terutama migran permanen lebih mudah dipantau
karena migran terdaftar di tempat tujuan, akan tetapi bagi migran
nonpermanen kebanyakan tidak terdaftar atau tidak melapor di daerah tujuan (Giri, 2003). Sesungguhnya kehadiran para migran memberikan dampak positif baik bagi daerah tujuan maupun daerah asal migran. Tenaga kerja migran dapat dimanfaatkan dengan tingkat upah yang relatif murah dibandingkan dengan tenaga kerja lokal. Di samping itu, pengeluaran migran baik konsumsi sandang, pangan, perumahan dan jasa-jasa lainnya di daerah tujuan dapat mempercepat proses peningkatan pendapatan masyarakat di daerah tujuan melalui efek ganda (multiplier effect). Keeratan hubungan antara migran dengan daerah asal baik yang diwujudkan dalam bentuk kunjungan maupun remitan ke daerah asal, akan berpengaruh terhadap perilaku migran dalam melakukan aktivitas di daerah tujuan. Selain berpengaruh terhadap pola konsumsinya para migran berupaya bekerja maksimal untuk meningkatkan pendapatan. Pada sisi lain pekerja migran berupaya menekan pengeluaran sedemikian rupa untuk lebih banyak mengirim remitan ke daerah asal. Menurut Curson (Junaidi; 2007), kiriman remitan ke daerah asal merupakan upaya migran dalam menjaga kelangsungan ikatan sosial ekonomi dengan daerah asal, meskipun secara geografis terpisah jauh. Selain itu, migran mengirim remitan karena secara moral maupun sosial memiliki tanggung jawab terhadap keluarga yang ditinggalkan. Masyarakat akan menghargai migran yang secara rutin mengirim remitan ke daerah asal dan
27
sebaliknya akan merendahkan migran yang tidak bisa memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya. Peningkatan daya beli tidak hanya berpengaruh pada pola makanan, namun juga berpengaruh pada kemampuan membeli barang-barang konsumsi rumah tangga lainnya seperti pakaian, sepatu, alat-alat dapur, radio dan sepeda motor. Permintaan akan barang-barang tersebut telah memunculkan peluang berusaha di sektor perdagangan dan pada tahap selanjutnya akan berefek ganda pada peluang berusaha di sektor lainnya. Namun di sisi lain, remitan tidak hanya mempengaruhi pola konsumsi keluarga migran di daerah asal. Dalam rangka peningkatan remitan, migran berusaha melakukan berbagai kompromi untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya dan mengadopsi pola konsumsi tersendiri di daerah tujuan. Para migran akan melakukan pengorbanan dalam hal makanan, pakaian dan perumahan agar dapatmenabung dan akhirnya dapat mengirim remitan ke daerah asal. Secara sederhana para migran akan meminimalkan pengeluaran dan memaksimumkan pendapatannya. Pada penelitian ini hanya di bahas pengaruh tentang pendapatan dan pendidikan terhadap kiriman remitan dan pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi dan kiriman remitan ke daerah asal selain pendapatan dan pendidikan tidak dibahas pada penelitian ini, dari uraian-uraian yang telah dipaparkan dapat disadari, bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi kiriman remitan dan pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen tidaklah mutlak. Artinya, secara riil variabelvariabel seperti pendapatan dan pendidikan tidak selalu tepat secara teori dalam
28
mempengaruhi remitan dan pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Oleh karena itu, kiranya konsep dari teori tersebut perlu dibuktikan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah. 1) Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 2) Bagaimanakah pengaruh pendidikan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 3) Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran
konsumsi
pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 4) Bagaimanakah pengaruh pendidikan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 5) Bagaimanakah pengaruh remitan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung?
1.3 Tujuan Penelitian Berkenaan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
29
2) Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap kiriman remitan pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 3) Untuk mengetahui pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung 4) Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 5) Untuk mengetahui pengaruh remitan terhadap pengeluaran konsumsi pekerja migran nonpermanen di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat secara praktis maupun teoritis. 1) Secara teoritis hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan teori, khususnya pendapatan dengan pengeluaran konsumsi bagi rumah tangga migran, khususnya migran nonpermanen, yaitu untuk melihat pergeseran-pergeseran pengeluaran konsumsi dan remitan akibat adanya faktor pendapatan dan pendidikan. 2) Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat, memberikan informasi yang riil tentang kondisi sosial-ekonomi nonpermanen yang ada di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.