BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Teknologi menjadi penggerak utama dalam membawa perubahan besar pada
abad ini, yang mengubah seluruh aspek kehidupan manusia sehingga membuat aktivitas lebih mudah dan tepat waktu. Teknologi juga telah mengubah dunia perbankan dari perbankan tradisional menjadi perbankan modern dengan sistem online (Zahid et al., 2010). Sebelum berkembangnya Sistem Teknologi Informasi (STI) di dunia perbankan seperti sekarang, semua aktivitas perbankan seperti pembayaran masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan menggunakan uang kartal (kertas dan logam) sebagai alat pembayaran. Selain uang kartal yang masih menjadi alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat, dengan inovasi perbankan pada instrumen pembayaran pada saat ini dikenal dengan uang elektronik yaitu menggunakan kartu sebagai pengganti uang kartal untuk setiap transaksi pembayaran (www.bi.go.id, 2012). Ada dua jenis kartu yang diterbitkan oleh bank sebagai alat pembayaran yaitu kartu debit atau kartu ATM (Automatic Teller Machine) dan kartu kredit. Perkembangan alat pembayaran elektronik dengan menggunakan kartu kredit telah berkembang dan maju pesat di Indonesia (Tabel 1.1). Tabel 1.1. Jumlah Kartu Kredit Beredar Periode
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Kartu Kredit
9,148,104
11,548,318
12,259,295
13,574,673
14,785,382
14,817,168
Sumber: www.bi.go.id (2013). 1
Di Indonesia ada tujuh belas bank swasta dan tiga bank pemerintah yang sudah menerbitkan kartu kredit (bank penerbit). Jumlah kartu kredit yang diterbitkan di Indonesia mencapai 14,8 juta lembar sampai dengan Desember 2012 (Tabel 1.1) dari dua puluh bank penerbit (Tabel 1.2). Menurut Martha, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) ada lima besar bank penerbit kartu kredit (issuer) di Indonesia yaitu Bank Mandiri (2,6 juta kartu), BCA (2,4 juta kartu), BNI (1,7 juta kartu), Bank Mega (1,6 juta kartu), dan CIMB Niaga (1 juta kartu) (www.akki.com, 2012). Tabel 1.2. Daftar Bank Penerbit Kartu Kredit No. 1 2 3 4 5 6
Nama Penerbit Anz Panin Bank Bank Bukopin Bank ICB Bumiputera, Tbk Bank Central Asia Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk
No. 11 12 13 14 15 16
Nama Penerbit Bank Negara Indonesia 1946 (persero) Pan Indonesia Bank ltd. Tbk Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Bank Permata tbk Citibank The Hongkong & Shanghai Bank Corp
7 8 9 10
Bank ICBC Indonesia Bank Internasional Indonesia tbk Bank Mandiri (persero) Tbk Bank Mega Tbk
17 18 19 20
Bank OCBC NISP Tbk Standard Chartered Bank Bank UOB Buana BNI Syariah
Sumber: www.bi.go.id (2012).
Kartu kredit adalah alat pembayaran yang menggunakan kartu elektronik yang digunakan untuk melakukan pembayaran pada setiap kegiatan ekonomi dan dapat digunakan untuk melakukan penarikan uang tunai. Dengan kartu kredit kewajiban pembayaran yang digunakan oleh pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh pengelola kartu kredit (acquirer) atau bank penerbit kartu kredit (issuer), pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang
2
disepakati dengan pelunasan secara sekaligus ataupun dengan cara pembayaran secara cicilan kepada bank penerbit kartu kredit (www.bi.go.id, 2012). Kartu kredit sebagai alat pembayaran dapat digunakan pada tempat-tempat penjualan barang dan jasa yang sudah dilengkapi mesin Electronic Data Capture (EDC) dan mesin ATM (Gambar 1). Saat ini kartu kredit sudah dapat digunakan untuk melakukan pembelian secara online pada berbagai website yang menjual produknya secara online atau disebut electronic commerce (e-commerce). Untuk melakukan pembelian dan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit secara online juga sangat mudah dilakukan (www.harianterbit.com, 2013).
Pemegang Kartu Kredit
Penagihan
Transaksi
Merchant (EDC) & ATM
Penagihan nsaksi
Bank Penerbit Kartu Kredit
Bank/Lembaga Pengelola Kartu Kredit
Penagihan
Gambar 1. Proses Penggunaan Kartu Kredit Dengan e-commerce calon pembeli dapat menentukan dan membeli produk yang diinginkan seperti pembelian secara langsung, sedangkan untuk proses pembayaran menggunakan kartu kredit yaitu dengan cara memasukkan enam belas digit nomor identitas kartu kredit pada kolom yang tertera pada halaman website dan akan dikonfirmasi persetujuan untuk keputusan pembelian. Menggunakan kartu kredit sebagai alat pembayaran memberikan manfaat bagi penggunanya saat melakukan pembelian secara online sehingga dapat menghemat biaya dan waktu 3
dibandingkan melakukan pembelian secara langsung. Pengguna Internet berdasarkan survei yang dilakukan oleh Mark Plus Insight di Indonesia pada tahun 2011 berjumlah 55 juta orang (www.tekno.kompas.com, 2012). Internet bukan hanya merupakan sarana untuk berkomunikasi tapi juga merupakan sarana untuk bisnis. Dengan Internet orang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu untuk menjual dan membeli, sehingga membuat Internet seperti toko yang buka 24 jam/hari dalam seminggu (Dawson dan Kim, 2009). Kartu kredit memberikan manfaat bagi penggunanya yaitu tidak perlu membawa uang tunai pada saat berbelanja dan dengan menggunakan kartu kredit konsumen diberikan point reward untuk setiap transaksi, yang dapat ditukarkan dengan barang atau kupon potongan harga yang disediakan oleh pihak bank sesuai jumlah point reward yang terkumpul. Pengguna kartu kredit diberikan keleluasaan untuk melunasi pembayarannya sesuai waktu yang disepakati dengan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dengan bunga hingga nol persen, sehingga akan berguna kepada konsumen dalam mengatur arus keuangan untuk pengeluaran atau pembayaran (www.bi.go.id, 2012). Dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat saat ini, kartu kredit dapat digunakan untuk melakukan pembayaran tagihan listrik, telepon, air, atau televisi berlangganan. Tagihan langsung didebet dari plafon kredit atas permintaan dan persetujuan pemegang kartu kredit. Dengan begitu, konsumen tidak perlu lagi antri untuk bayar dan tidak perlu takut terkena denda jika terlambat membayar (www.bi.go.id/gerai info edisi 23, 2012). Menurut Ingene dan Levy (1982), ada tiga alasan mengapa seseorang memilih untuk memakai kartu kredit daripada membayar tunai. Pertama, karena 4
konsumen membutuhkan kredit untuk mampu membeli barang atau jasa yang diinginkan. Kedua, konsumen ingin memanfaatkan kenyamanan untuk tidak perlu membawa uang tunai. Ketiga, konsumen merupakan orang yang sangat perhitungan dan memahami keuntungan yang diperoleh dari membeli sekarang dan membayar kemudian. Dari penelitian Slocum dan Matthews (1970), di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang-orang dari kelas sosial yang lebih rendah cenderung memakai kartu kredit untuk tujuan angsuran, sedangkan orang-orang dari kelas sosial yang lebih tinggi bertujuan untuk kemudahan transaksi pembayaran. Selanjutnya, hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa semua pemakai kartu kredit secara umum mempunyai sikap positif terhadap kredit, namun demikian pemakai dengan tujuan angsuran cenderung menggunakan kartu kredit lebih sering ketimbang pemakai dengan tujuan kemudahan. Kartu kredit sudah menjadi bagian dari gaya hidup bagi penggunanya, konsumen dimanjakan dengan berbagai kemudahan dan potongan harga paket pembelian diberbagai merchant (www.kompas.com, 2012). Pada saat menggunakan kartu kredit penggunanya akan mendapatkan kemudahan transaksi tanpa harus membawa uang tunai, tidak perlu mengeluarkan uang tunai untuk pada saat itu juga, dapat mencicil pembayaran barang yang dibeli dan berguna disaat mendesak pada waktu uang tunai tidak ada (www.bi.go.id, 2012). Kartu kredit dapat meningkatkan status sosial penggunanya dengan mendapatkan akses fasilitas kelas utama dan layanan khusus di tempat yang telah ditunjuk oleh bank penerbit kartu kredit seperti
5
pusat pembelanjaan, bandar udara dan pusat-pusat hiburan (www.bnicardcenter. co.id, www.hsbc.co.id, 2012). Kartu kredit tidak hanya memberikan manfaat kepada penggunanya tapi juga memberi manfaat kepada pihak bank penerbit. Menurut Chan (2004) keuntungan perbankan yang diperoleh dengan memberi layanan teknologi baru kepada
nasabah
adalah
pengembangan
usaha,
loyalitas
konsumen,
dapat
meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya pengeluaran, memiliki daya saing dan model usaha yang baru. Persaingan yang ketat diantara bank penerbit kartu kredit membuat bank penerbit kartu kredit bersaing untuk menarik konsumen kartu kredit dengan memberikan kemudahan dalam kepemilikan kartu kredit dan terkesan mengabaikan faktor kehati-hatian (www.kompas.com, 2012). Menurut Zeithaml dan Bitner (2000), tahapan-tahapan yang dilakukan konsumen dalam pengambilan keputusan dan mengevaluasi jasa yang ditawarkan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: pencarian sumber-sumber informasi, penilaian berbagai alternatif jasa, pembelian dan penggunaan, dan evaluasi pasca pembelian. Dari hasil evaluasi penggunaan kartu kredit, ditemukan permasalahanpermasalahan yang terkait dengan keamanan penggunaan kartu kredit seperti pembobolan kartu kredit oleh orang lain dan pembebanan biaya-biaya transaksi diluar sepengetahuan pengguna kartu kredit (www.bi.go.id/gerai info edisi 23, 2012). Permasalahan yang dirasakan konsumen akan berdampak pada ditinggalkannya kartu kredit sebagai alat pembayaran yang memberi kemudahan layanan dan rasa aman dalam bertransaksi. Kemudahan mendapatkan kartu kredit bagi konsumen tidak
6
diimbangi dengan fasilitas, pelayanan dan informasi yang baik dari penerbit kartu kredit sehingga hal tersebut menimbulkan masalah. Permasalahan yang dihadapi konsumen terkait penggunaan kartu kredit yang disampaikan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tercatat ada 147 kasus di tahun 2011 dan 105 kasus di bulan Januari sampai Februari tahun 2012, adapun permasalahan yang disampaikan terkait penggunaan kartu kredit adalah tagihan kartu kredit yang tidak sesuai, informasi dan layanan dari pihak bank, kesalahan sistem, debt collector, data konsumen, bunga/denda yang terlalu tinggi, pembobolan kartu kredit, pemblokiran kartu kredit, penutupan kartu kredit yang dipersulit, penjadwalan kembali pembayaran (www.ylki.or.id, 2012). Menurut Sudaryatmo (Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), penerbit kartu kredit belum mampu memberikan informasi secara transparan dan rasa aman kepada pengguna kartu kredit sehingga pengguna tidak dirugikan pada saat telah menggunakan kartu kredit. Bank penerbit kartu kredit seharusnya menginformasikan segala hak dan kewajiban dari penggunaan kartu kredit sehingga konsumen tahu konsekuensi dari setiap transaksi menggunakan kartu kredit dan tidak merasa dirugikan. Informasi yang tidak transparan yang dirasakan oleh pengguna kartu kredit adalah pada cara perhitungan pembayaran kredit, pilihan pembayaran bunga cicilan kredit, serta biaya-biaya administrasi dari penggunaan kartu kredit. Pelanggaran hak dan privasi konsumen juga sering dilakukan oleh bank penerbit terhadap pengguna kartu kredit seperti pada saat penawaran paket promosi maupun saat penangihan tunggakan kartu kredit dengan menggunakan jasa pihak
7
penagih hutang (debt collector) yang lebih banyak menimbulkan masalah daripada menyelesaikan masalah (www.kompas.com, 2012). Laporan pengaduan masyarakat terkait penggunaan kartu kredit juga diterima kepada Bank Indonesia selaku otoritas yang memiliki kewenangan dibidang pengaturan, perizinan, dan pengawasan atas penyelengara kartu kredit. Pengaduan masyarakat diterima oleh Bank Indonesia baik secara langsung, maupun melalui media massa terkait keluhan pelayanan dan produk dari kartu kredit. Bank Indonesia selaku otoritas berkepentingan memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen dan meningkatkan kualitas manajemen resiko penerbit kertu kredit guna mencegah
permasalahan-permasalahan
terkait
penggunaan
kartu
kredit
(www.bi.go.id/gerai info edisi 23, 2012). Perlindungan bagi pengguna kartu kredit dan aturan main bagi penerbit kartu kredit diatur Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/2/PBI/ 2012 tentang alat pembayaran menggunakan kartu yang mulai efektif diberlakukan tanggal 1 Januari 2013. PBI No.14/2/2012 mengatur besaran bunga kredit, pengaturan penggunaan debt collector, informasi yang harus diketahui oleh pengguna kartu kredit dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi konsumen untuk memiliki kartu kredit, seperti besaran pendapatan perbulan dan usia konsumen. Harapan Bank Indonesia dengan pemberlakuan PBI No.14/2/2012 adalah dapat mereduksi rasa ketidaknyamanan konsumen terkait permasalahan kartu kredit dan mengurangi terjadi kredit macet bagi bank penerbit kartu kredit (www.bi.go.id, 2012). Menurut Johansyah (Kepala Biro Humas Bank Indonesia), industri kartu kredit yang sehat adalah apabila dapat mengurangi permasalahan antara pengguna 8
kartu kredit dan penerbit kartu kredit. Dengan figur pemegang kartu yang bijak dan penerbit kartu kredit yang bersikap prudent dan transparan, diharapkan industri kartu kredit akan lebih sehat. Hal ini akan mendorong percepatan perputaran uang dan ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (www.bi.go.id/gerai info edisi 23, 2012). Berdasarkan data Bank Indonesia (Tabel 1.3) menunjukan adanya pertumbuhan kartu kredit yang signifikan berdasarkan jumlah aktivitas transaksi kartu kredit maupun jumlah nilai nominal transaksi dalam kurun tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2007 (Tabel 1.3) memperlihatkan jumlah aktivitas transaksi sejumlah 129,2 juta transaksi dengan nilai nominal transaksi sebesar 72,6 triliun rupiah, meningkat menjadi 209,4 juta transaksi dengan nilai nominal transaksi sebesar 182,6 triliun rupiah pada tahun 2011 atau mengalami pertumbuhan rata-rata 15% pertahun. Tabel 1.3. Jumlah Transaksi Kartu Kredit Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Jumlah Transaksi
4,803,606
5,390,134
4,807,180
4,361,194
4,048,637
3,614,669
Tunai
*Nominal (Rupiah)
3,299,610
3,800,977
4,040,297
4,521,434
4,441,568
4,281,751
Aktivitas
Jumlah Transaksi
124,488,918
161,346,501
177,817,542
194,675,233
205,303,560
217,965,183
*Nominal (Rupiah)
69,304,597
103,468,544
132,651,567
158,687,057
176,160,763
197,558,985
Jumlah Transaksi
129,292,524
166,736,635
182,624,722
199,036,427
209,352,197
221,579,851
*Nominal (Rupiah)
72,604,207
107,269,521
136,691,864
163,208,491
182,620,331
201,840,736
Periode Penarikan Uang
Belanja
Total
Ket: * Nominal dalam satuan juta rupiah Sumber: www.bi.go.id (2013). 9
Pada tahun 2012 pertumbuhan jumlah transaksi maupun jumlah nilai nominal transaksi penggunaan kartu kredit hanya meningkat sebesar 6%, artinya dibandingkan lima tahun sebelumnya pertumbuhan jumlah aktivitas transaksi dan jumlah nilai nominal transaksi penggunaan kartu kredit tahun 2012 tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tidak meningkatnya jumlah aktivitas transaksi belanja dan jumlah nominal transaksi menggunakan kartu kredit pada tahun 20012 dari pada lima tahun sebelumnya diakibatkan dari perilaku pengguna kartu kredit yang telah berubah. Untuk mengukur perilaku penggunaan sistem informasi tidak dapat diobservasi oleh peneliti menggunakan daftar pertanyaan, dalam penelitian Davis (1989) dan Iqbarian et al. (1997) untuk mengukur perilaku penggunaan STI dilakukan yaitu jumlah waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan STI dan frekuensi penggunaan STI. Untuk mengkonfirmasi perilaku dari pengguna kartu kredit pada penelitian ini menggunakan konstruk penelitian yang digunakan dalam penelitian Davis (1993), Lee at al. (2009) dan Al-Somali et al. (2009) yang meneliti penerimaan dan penggunaan teknologi dari pengguna akhir teknologi yaitu dengan konstruk persepsi kemudahan penggunaan, konstruk persepsi kegunaan, konstruk sikap terhadap penggunaan dan konstruk pengguna sebenarnya. Penggunaan konstruk penelitian Davis (1993) dianggap tepat pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerimaan/penggunaan STI kartu kredit dari pengguna akhir dan mampu menjelaskan persepsi konsumen terhadap penggunaan kartu kredit. Penelitian-penelitian yang menjelaskan perilaku pengguna akhir teknologi mulai diperkenalkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1986. Penggunaan konstruk 10
persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan yang digunakan oleh Davis (1993) pada penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggunaan Sistem Teknologi Informasi (STI) dari aspek individu. Dari penelitian sebelumnya (Davis, 1989; Davis, 1993; Davis et al.,1989) terhadap STI, aspek keprilakuan menjadi aspek penyebab kegagalan penerapan teknologi disamping aspek teknis dari teknologi (Hartono, 2008). Konstruk penelitian yang digunakan Davis (1993) dalam penelitianya merupakan model penerimaan individu terhadap STI yang diadaptasi dari teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) (TRA) (Fishbein dan Ajzen, 1975). Model TRA adalah model dasar dari model-model sistem informasi keperilakuan. Model TRA menjelaskan bahwa perilaku individu dilakukan karena individu mempunyai niat atau keinginan untuk menggunakan teknologi. Niat perilaku adalah fungsi dari sikap dan norma-norma subjektif terhadap perilaku (Davis, 1989).
Model TRA juga menjelaskan bahwa proses sikap pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak suatu STI merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh niat pelakunya (Hartono, 2008). Dua konstruk utama yang ditambahkan dalam model TRA sehingga menjadi model dalam penelitian Davis (1989) yaitu persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan yang akan mempengaruhi sikap dan niat untuk menggunakan STI. Persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan yang merupakan dampak dari pengalaman langsung menggunakan STI dianggap menjadi konstruk utama yang akan mempengaruhi sikap dan niat untuk menggunakan STI. Konstruk persepsi kegunaan adalah suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa STI berguna maka dia 11
akan menggunakannya dan apabila seseorang merasa percaya bahwa STI tidak berguna maka dia tidak akan menggunakannya. Konstruk persepsi kemudahan penggunaan adalah suatu kepercayaan akan proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa STI mudah digunakan maka dia akan menggunakannya dan apabila dia merasa bahwa STI tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya (Hartono, 2008). Penggunaan konstruk persepsi kegunaan, konstruk persepsi kemudahan penggunaan, konstruk sikap terhadap penggunaan dan konstruk pengguna sistem sebenarnya (Davis, 1993) pada penelitian dianggap mampu menjelaskan penerimaan atau penggunaan STI, dan model penelitian Davis (1993) dapat digunakan untuk berbagai konteks penelitian. Penggunaan model penerimaan STI menurut Davis et al. (1989) adalah mencoba mengetahui mengapa seseorang menerima atau menolak komputer yang merupakan salah satu tantangan dalam penelitian STI (Hartono, 2008). Menurut Atmoko (Ketua Tim Pengawas Sistem Pembayaran Bank Indonesia), kartu kredit sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern yang menuntut efektivitas dan efisiensi (www.bi.go.id/gerai info edisi 23, 2012). Disamping alasan penggunaan kartu kredit karena kemudahan dalam melakukan transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai, dengan menggunakan kartu kredit akan meningkatkan citra penggunanya dan memberikan akses terhadap acara promosi pada saat pembelian (www. bantenposnews.com, 2013). Pengguna kartu kredit
disamping
mempertimbangkan
kegunaan
dan
kemudahan,
juga
mempertimbangkan gaya hidup dari penggunaan kartu kredit. Pada penelitian ini 12
peneliti menambahkan konstruk persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit yang diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Wickramasinghe dan Gurugamage (2012). Dalam penelitiannya Wickramasinghe dan Gurugamage (2012) menjelaskan bahwa persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit terbukti mempengaruhi penggunaan kartu kredit dan penggunaan konstruk persepsi gaya hidup dari penelitian Wickramasinghe dan Gurugamage (2012) sangat sesuai dengan karakteristik gaya hidup pengguna kartu kredit. Penelitian ini adalah untuk mengelaborasi konstruk persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan dari penelitian Davis (1993) menjadi model yang lebih lengkap dengan menambahkan variabel eksternal yaitu dengan konstruk persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit (Wickramasinghe dan Gurugamage, 2012). Pengembangan model penelitian Davis (1993)
yang
menggunakan konstruk persepsi kegunaan dan konstruk kemudahan penggunaan sudah pernah dilakukan oleh Lee et al. (2009) dengan menambahkan konstruk gaya hidup konsumen, dalam penelitiannya Lee et al. (2009) menambahkan konstruk gaya hidup dengan dimensi fashion consciousness, leisure orientation, Internet involvement and e-shopping preference sebagai faktor yang mempengaruhi konstruk persepsi kegunaan dan konstruk persepsi kemudahan penggunaan dalam mengadopsi barang-barang berteknologi tinggi. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti memasukkan konstruk persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit dengan dimensi: hutang, peningkatan status sosial, peningkatan pengeluaran, fasilitas pembelian dan keyakinan atas kemampuan keuangan (Wickramasinghe dan
13
Gurugamage, 2012) adalah untuk melihat pengaruh persepsi gaya hidup pada penggunaan kartu kredit. Pengunaan konstruk persepsi kemudahan penggunaan dan konstruk persepsi kegunaan (Davis, 1993) sudah banyak digunakan dalam berbagai kontek penelitian oleh para peneliti (Tabel. 2). Penelitian Lee et al. (2003) mengklasifikasikan model yang digunakan Davis (1989) dalam empat tahap, tahap pengenalan model, tahap validasi model, tahap ekstensi model dan tahap elaborasi model. Selanjutnya Lee et al. (2003) juga menambahkan bahwa penggunaan model penelitian Davis (1989) masih relevan digunakan dalam penelitian karena masih memungkinkan untuk diterapkan pada berbagai penggunaan teknologi, situasi dan individu pemakainya yang berbeda-beda. Berdasarkan data jumlah transaksi kartu kredit yang dikeluarkan Bank Indonesia (Tabel 1.3), secara persentase menunjukkan adanya penurunan aktivitas transaksi menggunakan kartu kredit dibandingkan lima tahun sebelumnya, dari data tersebut maka penelitian ini layak untuk dijadikan subjek penelitian guna mendapatkan bukti empiris mengenai perilaku pengguna kartu kredit di Indonesia dengan menggunakan konstruk persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit (Wickramasinghe dan Gurugamage, 2012) dan model penelitian Davis (1993) dengan variabel persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, sikap terhadap penggunaan dan penggunaan kartu kredit.
14
1.2
Rumusan Masalah Model penelitian Davis (1989) yang menggunakan persepsi kegunaan dan
persepsi kemudahan penggunaan dianggap oleh peneliti merupakan model yang valid dan robust dalam memprediksi penerimaan individual terhadap penggunaan STI (Suh dan Han, 2002). Penggunaan model penelitian Davis (1989) untuk penelitian STI masih mungkin dilakukan dengan berbagai kontek penelitian dan penambahan variabel ekternal. Chen et al. (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa model penelitian Davis (1989) yang menggunakan variabel persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan adalah suatu model yang robust dan mengusulkan mengembangkan atau menambah variabel baru dalam model penelitian tersebut. Legris et al. (2003) dan Serenko et al. (2008) dalam Chen et al. (2011) menyarankan untuk meningkatkan prediksi dan penjelasan dari model penelitian Davis (1989) yaitu dengan memperbaiki integrasi situasi dan teknologi lainnya dengan konstruk yang lebih spesifik dari penelitian-penelitian yang sudah ada. Penelitian ini menguji penerimaan/penggunaan kartu kredit dengan menggunakan konstruk persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, sikap terhadap penggunaan (Davis, 1993) dan menambahkan persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit (Wickramasinghe dan Gurugamage, 2012). Penggunaan konstruk penelitian Davis (1993) dan Wickramasinghe dan Gurugamage (2012) dalam penelitian ini dilatarbelakangi adanya perubahan perilaku penggunaan kartu kredit yang ditunjukkan dari laporan Bank Indonesia terkait penurunan aktivitas belanja dan penarikan tunai dengan menggunakan kartu kredit (Tabel 1.3).
15
Penggunaan kartu kredit bertujuan untuk mempermudah aktivitas belanja tanpa harus membawa uang tunai, meningkatkan kinerja pada saat transaksi pembayaran, mempercepat transaksi pembayaran dan meningkatkan rasa percaya diri pada penggunanya. Berdasarkan pemaparan diatas maka penelitian ini menarik dilakukan untuk mengetahui persepsi pengguna kartu kredit pada penggunaan kartu kredit dengan menggunakan konstruk persepsi kemudahan penggunaan, persepsi kegunaan, persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit dan sikap pada penggunaan kartu kredit.
1.3
Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian, muncul
pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut: 1.
Apakah persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh pada persepsi kegunaan dan pada sikap terhadap penggunaan?
2.
Apakah persepsi kegunaan berpengaruh pada sikap terhadap penggunaan dan pada penggunaan kartu kredit?
3.
Apakah persepsi gaya hidup pada penggunaan kartu kredit?
4
Apakah sikap terhadap penggunaan berpengaruh pada penggunaan kartu kredit?
1.4
Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah: 16
1.
Untuk menguji secara empiris pengaruh persepsi kemudahan penggunaan pada persepsi kegunaan dan pada sikap terhadap penggunan.
2.
Untuk menguji secara empiris pengaruh persepsi kegunaan pada sikap terhadap penggunaan dan pada penggunaan kartu kredit.
3.
Untuk menguji secara empiris pengaruh persepsi gaya hidup pada penggunaan kartu kredit.
4.
Untuk menguji secara empiris pengaruh sikap terhadap penggunaan pada penggunaan kartu kredit.
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk dapat memberikan kontribusi secara teoritis
dan praktis. 1.
Bagi teori, penelitian ini memberikan pengetahuan tambahan dalam bidang sistem informasi manajemen terkait penggunaan model penerimaan teknologi sebagai salah satu model untuk penelitian keperilakuan dengan objek penelitian perilaku penggunaan kartu kredit di Indonesia, yang menggunakan variabel persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi gaya hidup, sikap terhadap penggunaan dan variabel penggunaan kartu kredit. Pengunaan konstruk persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi gaya hidup dalam memprediksi penggunaan kartu kredit yang merupakan teknologi informasi diharapkan bermanfaat dan menjadi referensi baru pada penelitian model penerimaan teknologi. Penggunaan teknologi saat ini tidak terlepas dari pengaruh gaya hidup 17
penggunanya, penambahan variabel persepsi gaya hidup memberikan pengetahuan baru dalam model penerimaan teknologi disamping persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti sabagai acuan penelitian selanjutnya mengenai persepsi gaya hidup pada penggunaan sistem informasi teknologi. 2.
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi praktis berupa informasi kepada perbankan (bank penerbit kartu kredit) dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi gaya hidup dari penggunaan kartu kredit dan sikap terhadap penggunaan yang berpengaruh terhadap penggunaan kartu kredit. Diharapkan dari hasil penelitian dapat menjadi acuan perbankan yaitu dengan mengetahui faktor apasaja yang akan berpengaruh pada penggunaan kartu kredit sehingga perbankan dapat menggunakan strategi atau cara dalam meningkatkan penggunaan kartu kredit di Indonesia.
18