1.
Pendahuluan Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat membuat hal ini tidak dapat dihindari. Saat ini teknologi informasi semakin banyak diterapkan sebagai pendukung proses bisnis dalam berbagai organisasi [1], hal ini disebabkan oleh manfaat yang diberikan dari teknologi informasi yaitu sebagai fasilitas organisasi dalam hal pengolahan data dan penyampaian informasi. Selain itu teknologi juga berperan sebagai alat bantu dalam proses pengambilan keputusan bisnis pada berbagai fungsi manajerial di dalam organisasi untuk mampu bersaing di era persaingan global. F-Learn UKSW merupakan salah satu media yang berguna untuk menunjang proses pembelajaran yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana. F-Learn UKSW diharapkan bisa menjadi partner dosen untuk mengurangi waktu menjelaskan ulang materi pengajarannya dan bisa menjadi partner belajar mandiri mahasiswa. Memanfaatkan F-Learn, mahasiswa tidak lagi menunggu materi yang diberikan dosen dan menunggu buku referensi di perpustakaan yang kebetulan terlebih dahulu dipinjam. Namun disisi lain pemanfaatan F-Learn membawa dampak tersendiri bagi penggunanya, baik itu pengajar (dosen) ataupun mahasiswa, yaitu masih terdapat beberapa pengajar (dosen) dan mahasiswa yang bisa dikatakan belum aktif menggunakan media pembelajaran F-Learn. Hal tersebut menyebabkan tidak sepenuhnya mahasiswa mampu untuk menyerap materi perkuliahan karena materi hanya didapat pada saat pertemuan tatap muka saja dengan pengajar (dosen) di kelas dimana sebelumnya mahasiswa tidak dapat mempelajari materi perkuliahan terlebih dahulu. Selain itu tidak meratanya pengajar (dosen) dan mahasiswa dalam menggunakan F-Learn juga menyebabkan pemanfaatan F-Learn yang disediakan universitas kurang maksimal. Berbagai kerangka atau model penerimaan teknologi informasi dikembangkan untuk mendukung proses adopsi teknologi informasi, salah satunya Unified Theory of Acceptance and Use Technology 2 (UTAUT 2). UTAUT 2 merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk [2]. Pemanfaatan dan penerimaan teknologi informasi yang diadopsi Venkatesh, dkk [3] menyoroti tujuh konstruk yang tampak menjadi determinan yang signifikan terhadap behavioural intention atau use behaviour dalam satu atau lebih di masing-masing model. Konstruk-konstruk tersebut adalah performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, hedonic motivation, price value dan habit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap pemanfaatan F-Learn di UKSW dan menjelaskan proses pemanfaatan F-Learn yang berjalan selama ini agar dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dan penentu kebijakan bagi pimpinan universitas guna memperbaiki dan mengoptimalkan peran F-Learn sebagai media pembelajaran di UKSW.
1
2.
Tinjauan Pustaka UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk [2]. Tujuan utama penelitian menggunakan UTAUT adalah membantu organisasi untuk memahami bagaimana penggunaakan bereaksi terhadap pengenalan teknologi baru [4]. Pada awalnya, UTAUT dikembangkan dari Technology Acceptance Model (TAM) pada tahun 2003 dengan empat konstruk yang mempengaruhi niat perilaku untuk menggunakan teknologi yaitu: performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions. Sampai saat ini Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) sudah dikembangkan kembali dari konteks organisasi menjadi konteks konsumen individu yang diberi nama Model UTAUT 2 dimana habit, hedonic motivation dan price value ditambahkan sebagai konstruksi baru [3].
Penelitian Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) sudah sering digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan teknologi informasi. Salah satunya penelitian tentang Efek Moderasi dari Usia dan Jenis Kelamin dalam Penerimaan E-KTP di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui penerimaan e-KTP di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut dengan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) yang sudah dimodifikasi [5]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan masyarakat Kecamatan Gondokusuman terhadap uji petik e-KTP cukup baik meski kesediaan dan kemauan masyarakat hanya biasa-biasa saja. Penelitian lain juga dilakukan oleh Hennington, Janz, Amis, & Nichols (2009) yang berjudul Information Systems and Healthcare XXXII: Understanding the Multidimensionality of Information Systems Use: A Study of Nurses’ Use of a Mandated Electronic Medical Record System [6]. Penelitian tersebut menguraikan temuan menggunakan pendekatan kualitatif yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman tentang pengalaman perawat menggunakan sistem rekam medis elektronik. Hasil menunjukkan bahwa dua langkah penggunaan tambahan , waktu dan cara penggunaan , harus dipertimbangkan dalam mengembangkan langkah-langkah spesifik untuk pengembangan sistem infomasi di masa depan. Perbedaan penelitian terdahulu yang berjudul Efek Moderasi dari Usia dan Jenis Kelamin dalam Penerimaan E-KTP di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta dan Information Systems and Healthcare XXXII: Understanding the Multidimensionality of Information Systems Use: A Study of Nurses’ Use of a Mandated Electronic Medical Record System, penelitian sekarang ini dilakukan untuk menggambarkan model UTAUT 2 yang memiliki konstrak lebih mendetail dibandingkan UTAUT. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif guna mengidentifikasi faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap persepsi pengguna dalam menggunakan sistem informasi Flexible learning (F-learn).
2
3.
Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dari key informant. Pertanyaan wawancara yang disampaikan kepada key informant akan mendapatkan penjelasan yang lebih spesifik sesuai dengan pengalaman dan apa yang dirasakan selama ini, sehingga peneliti dapat terhindar dari bias asumsi yang biasa dibuat oleh para peneliti [7]. Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian ini, tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Tahap 1 Perencanaan
Metode : · Observasi Lapangan · Analisis Permasalahan
Luaran : Temuan berupa latar belakang masalah yang layak untuk dikaji dalam penelitian terkait pemanfaatan F-Learn UKSW serta menentukan desain pemecahan masalah.
Tahap 2 Pengumpulan Data
Metode : · Wawancara · Dokumentasi
Luaran : Perolehan data dalam bentuk audio visual yang merupakan data primer penelitian.
Tahap 3 Analisa Data
Metode : · Analisis Deskriptif
Luaran : Uraian transkripsi data dalam bentuk teks dan pengkategorian temuan berdasarkan konstruk teori penelitian.
Metode : · Pembuatan laporan Skripsi.
Luaran : Menarik kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk laporan skripsi.
Tahap 4 Kesimpulan dan Penulisan Laporan
Gambar 1. Tahapan Penelitian
Langkah pertama dalam penelitian ini dengan melakukan observasi dimana pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung (survey) terhadap aktifitas penggunaan F-Learn. Kemudian selanjutnya melakukan wawancara (interview), pengumpulan data yang diperoleh melalui tanya jawab dengan pihak yang terlibat aktif dan pengguna yang tidak terlibat aktif dalam menggunakan F-Learn untuk mengetahui alasan dan pesepsi pengguna dari dua sudut pandang yang berbeda. Selanjutnya mencatat data-data dari dokumen atau arsip yang ada di UKSW.
3
Model Penelitian Melihat definisi yang mengarah pada penerimaan teknologi informasi dan tujuan dari model UTAUT 2 untuk mengetahui sejauh mana penggunaan teknologi informasi yang dipengaruhi oleh beberapa konstruk dari model UTAUT 2. Model UTAUT 2 akan dijadikan sebuah model penelitian yang akan mengidentifikasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku pengguna dalam menggunakan sistem informasi F-Learn dimana masih terdapat pengajar dan mahasiswa yang belum aktif menggunakan. Gambar UTAUT 2 dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2 Model UTAUT 2 (Venkatesh dkk, 2012)
Penjelasan masing-masing konstrak dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Penjelasan Konstruk dari Model UTAUT 2
Konstruk
Definisi
Performance expectancy
Harapan kinerja yaitu sejauh mana individu percaya bahwa menggunakan sistem akan membantu seseorang untuk mencapai keuntungan dalam bekerja
Effort expectancy
Tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem informasi
Social influence
Sejauh mana konsumen meyakinkan dirinya untuk menggunakan teknologi tertentu
4
Facilitating conditions Mengacu pada persepsi konsumen terhadap sumber daya dan dukungan yang tersedia untuk menggunakannya Hedonic motivation
Didefinisikan sebagai kesenangan yang berasal dari penggunaan teknologi, dan telah terbukti memainkan peranan penting dalam menentukan penerimaan teknologi.
Price value
Tingkat di mana konsumen harus menanggung biaya yang terkait dengan pembelian perangkat dan layanan
Habit
Didefinisikan sebagai sejauh mana orang cenderung untuk melakukan perilaku otomatis
Berdasarkan objek yang dikaji yaitu F-Learn UKSW model penelitian UTAUT 2 telah dimodifikasi dengan menghilangkan konstruk utama price value serta konstruk pendukung age dan gender. Model penelitian yang baru dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. Performance Expectancy
Effort Expectancy Behavioural Intention
Use Behaviour
Sosial Influence
Facilitating Conditions
Hedonic Motivation
Habit
Experience
Gambar 3. Model Penelitian UTAUT 2 yang telah disesuaikan dengan bidang kajian
5
Gambar 3 di atas merupakan model penelitian yang akan digunakan untuk penelitian. Tampak bahwa konstruk Price Value dari UTAUT 2 dihilangkan karena studi kasus penelitian berikutnya merupakan fasilitas teknologi informasi yang tersedia tanpa mengeluarkan biaya bagi pengguna. Kemudian variabel lain yang diselidiki oleh Venkatesh, dkk, (2012) age dan gender tidak dimasukkan, karena tanpa efek yang signifikan. Gender dan age dikatakan tidak signifikan, karena dalam pemanfaaan F-Learn jika dilihat dari sudut pandang profesi sebagai dosen dan juga mahasiswa konstrak pendukung age dan gender tidak berlaku. Pengguna dari sistem informasi sebatas oleh mahasiswa dan dosen, sehingga tidak melihat berapa usia dan apa jenis kelamin penggunanya. Oleh karena itu enam konstruk dari UTAUT 2 akan dijadikan dasar teori untuk menilai penerapan teknologi informasi sebagai sumber daya yang mampu meningkatkan efektifitas kerja. Key Informant Proses wawancara pertama kali dilakukan kepada Prof. Ferdy S. Rondonuwu selaku Pembantu Rektor 1 UKSW, kemudian Prihanto Ngesti Basuki yang menjadi Direktur BTSI UKSW serta Nindito Adi penanggungjawab BTSI / F-Learn. Setelah proses wawancara dari ketiga pimpinan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan wawancara kepada dosen dan mahasiswa yang dipilih dan dianggap cukup representatif dari jumlah total dari keseluruhan pengguna F-Learn di UKSW. Beberapa data dari key informant dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 2. Data Key Informant No.
Nama
Jabatan
1
Prof. Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Pembantu Rektor 1 Bidang Akademik
20
2
Drs. Prihanto Ngesti Basuki, M.Kom.
Direktur BTSI
20
3
Nindito Adi, A.Md.
Penanggungjawab BTSI / F-Learn
28
4
Johan J.C. Tambotoh, S.E., MTI
Dosen FTI
20
5
Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs.
Dosen FTI
13
6
Theresa Dwi Kurnia, S. P.
Dosen FPB
15
7
Dr. Lasmono Tri Sunaryanto
Dosen FPB
20
8
David Adechandra A.P.
Dosen FEB
13
9
Stefanus Christian Relmasira
Dosen FKIP/PGSD
20
6
Lama Menggunakan Komputer (Tahun)
10
Jerry Wicaksono
Mahasiswa FTI
13
11
Karina Crist Kusumarini
Mahasiswi FEB
13
12
Danis Mei Mirza
Mahasiswa FPB
9
13
Arista Wahyu Saputra
Mahasiswa FTI
10
4.
Hasil dan Pembahasan Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada masing-masing key informant didapatkan berbagai temuan terkait pemanfaatan sistem informasi FLearn yang dibagi sesuai dengan kategori masing-masing temuan yang ada dilapangan, yaitu pemahaman UTAUT 2.
Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT 2) Performance expectancy Performance expectancy dalam UTAUT 2 menjelaskan tentang sejauh mana individu percaya bahwa menggunakan sistem akan membantu seseorang untuk mencapai keuntungan dalam bekerja. Melihat hasil belajar mengajar mahasiswa dan dosen, peran F-learn selama ini dinilai sangat efektif dan produktif untuk digunakan hal tersebut dinyatakan oleh Johan Tambotoh salah satu staff pengajar “F-Learn yang sudah digunakan sejak 2008 itu sangat membantu dalam pencapaian produktifitas kerja sebagai dosen. F-learn ini dirancang untuk membantu proses pengajaran dikatakan e-learning management system jadi ini hanya tools / alat”. Selain itu F-Learn juga dapat membantu mahasiswa untuk belajar diluar kelas, seperti yang dinyatakan oleh Karina Crist Kusumarini salah satu mahasiswi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis “Ya kalau di ekonomi itu dosennya menggunakan F-Learn untuk mengupload materi buat kuliah hari itu dan juga misalnya buat minggu ini materinya udah diupload minggu lalu, jadi lumayan membantu kita kalau kita mau belajar diluar”. Dari penjelasan di atas tampak bahwa dengan adanya sistem informasi yang telah digunakan dapat meningkatkan kinerja dalam proses belajar mengajar di UKSW. Namun dari hasil temuan masih perlu adanya monitoring dalam proses pembelajaran dan pemerataan pemakaian F-learn bagi seluruh civitas akademika, agar dapat mengontrol dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Effort Expectancy Konstrak Effort Expectancy dalam UTAUT 2 melihat tentang tingkat kemudahan terkait dengan penggunaan sistem informasi. Selama digunakan sebagai pendukung proses pembelajaran di UKSW, F-learn dianggap mudah untuk dipelajari dan digunakan. Agustinus Fritz Wijaya salah satu staff pengajar FTI yang aktif menggunakan F-Learn menyatakan “F-Learn sangat mudah digunakan dan toolsnya juga mudah dipahami”. Pernyataan dari Agustinus Fritz Wijaya diperkuat oleh salah satu mahasiswa FTI, yaitu Arista Wahyu Saputra yang menyatakan “Mudah digunakan, namun terkadang terdapat gangguan teknis seperti servernya mati”. Kemudian beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam penggunaan F-Learn salah satunya yang dinyatakan oleh Danis Mei Mirsa
7
salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis “Selama ini kendalanya dari sisi koneksi internetnya dan juga karena jarang dimaintenance. Penggunaan FLearn pada proses perkuliahan kalau dosen ada tugas keluar kota atau tidak bisa masuk dikelas. Kalau tes selama ini jarang menggunakan F-Learn, biasanya lebih ke tugas-tugasnya saja dan hanya sebatas upload materi, kendalanya ya interface error, jika kita klik A kadang keluarnya B”. Berdasarkan penjelasan di atas beberapa hal yang masih perlu diperhatikan koneksi internetnya yang kurang memadai menjadi kendala bagi penggunanya dalam melakukan pengaksesan FLearn dan tidak ada maintenance secara berkala. Social Influence Social Influence dalam UTAUT 2 menjelaskan tentang sejauh mana konsumen meyakinkan dirinya untuk menggunakan teknologi tertentu. Penggunaan F-learn dipengaruhi oleh tuntutan atas dasar kebutuhan dari dosen sebagai pengajar hal tersebut disampaikan oleh Agustinus Fritz Wijaya salah satu staff pengajar FTI “Ini lebih kepada tanggungjawab kita sebagai pengajar. Kita kan ditarget dalam 1 semester harus bisa menyelesaikan materi yang harus diberikan kepada mahasiswa, sehingga jika kita tidak bisa memberikan secara langsung paling tidak dengan menggunakan F-learn ini. Jadi yang berpengaruh dalam penggunaan F-Learn dosen itu sendiri tanggung jawab sebagai dosen”. Selain itu yang memperkuat pernyataan di atas tentang tuntutan atas dasar kebutuhan dari dosen juga disampaikan oleh Stefanus Relmasira staff pengajar PGSD yang menyatakan “Karena bagi saya penggunaan F-Learn itu sebagai kebutuhan bukan trend”. Selain itu dengan melihat rekan kerja yang aktif menggunakan juga mempengaruhi penggunaan F-Learn kondisi tersebut diutarakan oleh Theresa Dwi Kurnia salah satu staff pengajar Pertanian dan Bisnis “Ya itu juga salah satu faktor, karena kalau salah satu rekan kerja kita menggunakan e-learning dan bermanfaat paling tidak kita harus mencoba belajar dari situ”. Kemudian pernyataan tersebut diperkuat juga dari pernyataan Agustinus Fritz Wijaya salah satu staff pengajar FTI “Ya itu juga salah satu faktor, karena kan kalau salah satu rekan kerja kita menggunakan e-learning dan bermanfaat paling coba kita harus mencoba belajar dari situ” Penjelasan di atas menjelaskan tentang pengaruh sosial yang berdampak pada niat pengguna untuk menggunakan F-learn dan juga tingkat kebutuhan dosen sebagai pengajar yang memiliki banyak kesibukan. Facilitating Conditions Konstrak Facilitating Conditions dalam UTAUT 2 menjelaskan tentang persepsi pengguna terhadap sumber daya dan dukungan yang tersedia untuk menggunakannya. Selama ini F-Learn telah banyak membawa perubahan pola belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen dan juga mahasiswa. Wawasan teknologi dari dosen dan mahasiswa sebagian besar sudah mencukupi untuk menggunakan F-learn, tapi karena sosialiasi dan pelatihan yang masih kurang menjadi salah satu faktor dalam pemanfaatan F-Learn hal tersebut diungkapkan oleh Theresa Dwi Kurnia salah satu staff pengajar Pertanian dan Bisnis “Pernah ada pelatihan tapi itu dulu dan itu pun singkat sekali, makanya itu fungsi-fungsi FLearn tidak dikuasai dengan baik dan yang membantu kesulitan sistem informasi
8
F-Learn dari pihak BTSI”. Serta pernyataan lain yang diungkapkan oleh David Adechandra A. P. salah satu staff pengajar FEB yang menyatakan “Tidak ada pembelajaran khusus jadi kalau mau belajar secara otodidak dan kami sebagai pengajar tidak pernah meminta pihak BTSI untuk mengajari kami dalam penggunaan F-Learn”. Selain itu peran F-Learn telah digunakan sebagai media pembelajaran dan sudah sesuai dengan kebutuhan dosen maupun mahasiswa. Stefanus Relmasira staff pengajar PGSD menyatakan “F-Learn saat ini digunakan sejauh upload materi, pemberian tugas, forum diskusi, dan quiz serta kebutuhan sebagai dosen sudah tercukupi, namun 1 kebutuhan yang belum terjawab adalah mobilitas perkuliahan dimana hanya bisa ditingkatkan jika menggunakan mobile application untuk moodle”. Kurangnya sosialisasi dan pelatihan menyebabkan fungsi-fungsi F-learn tidak dikuasai dengan baik, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan kinerja dan performa dari pengguna dan F-learn. Hedonic Motivation Hedonic Motivation dalam UTAUT 2 didefinisikan sebagai ketertarikan yang berasal dari penggunaan teknologi, dan telah terbukti memainkan peranan penting dalam menentukan penerimaan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin pesat berpengaruh terhadap daya tarik pengguna untuk menggunakan teknologi informasi tersebut. David Adechandra A. P. salah satu staff pengajar FEB menyatakan “Ya saya sangat memiliki ketertarikan terhadap teknologi informasi, sehingga minat pemanfaatan TI selalu dimaksimalkan termasuk FLearn”. Serta pernyataan lain yang diungkapkan oleh Agustinus Fritz Wijaya salah satu staff pengajar FTI menyatakan “Ya sangat memiliki ketertarikan terhadap teknologi informasi”. Dari pernyataan di atas ketertarikan pengguna terhadap teknologi mempengaruhi niat pengguna dalam menggunakan teknologi itu sendiri. Habit Konstrak Habit dalam UTAUT 2 melihat tentang sejauh mana orang cenderung untuk melakukan perilaku otomatis. Kebiasaan penggunaan komputer berdampak terhadap pemanfaatan teknologi informasi seperti yang diutarakan Jerry Wicaksono salah satu mahasiwa FTI “Ya sudah terbiasa menggunakan komputer, sehingga dalam proses belajar mengajar pun tidak masalah jika terkomputerisasi”. Selain itu pernyataan Jerry diperkuat oleh salah satu mahasiswi FEB,yaitu Karina Crist Kusumarini yang menyatakan “Ya sudah terbiasa menggunakan komputer dan juga sudah terbiasa menggunakan F-Learn, karena udah menggunakannya sejak semester 3”. Berdasarkan pernyataan di atas habit memiliki pengaruh yang kuat bagi pengguna untuk selalu menggunakan teknologi informasi khususnya pemanfaatan F-Learn. Experience Dari model atau kerangka UTAUT 2 menjelaskan bahwa experience berpengaruh terhadap facilitating conditions, hedonic motivation, dan habit. Pengaruh tersebut secara langsung menentukan arah niat dan perilaku pengguna dalam memanfaatkan teknologi informasi. Experince yang berpengaruh terhadap
9
facilitating conditions dilihat dari pernyataan Theresa Dwi Kurnia dari konstrak facilitating conditions menjelaskan walaupun kurangnya sosialiasi dan pelatihan namun karena pengalaman pengunaan komputer yang sudah lama membuat penggunaan F-learn menjadi lebih mudah meskipun harus belajar secara otodidak. Selain konstrak facilitating conditions masih terdapat hedonic motivation dan habit yang dipengaruhi experience. Berdasarkan pengalaman dan kebiasaan terhadap penggunaan teknologi mampu meningkatkan minat pengguna untuk selalu menggunakan sistem terkomputerisasi. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan serta mengotomatisasikan segala bentuk pekerjaan guna meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja. Di dalam menggunakan F-Learn pengguna termotivasi untuk menggunakan karena pengalaman dan kebiasaan masa lampau yang sudah terbiasa menggunakan komputer. Berdasarkan pengalaman pengguna sebagian besar telah familiar dengan TI/SI lebih dari sekian tahun, hal tersebut membuat pemanfaatan F-Learn menjadi mudah meskipun harus belajar secara otodidak atau bertanya kepada teman-teman yang telah menggunakannya duluan. Stefanus Christian Relmasira staff pengajar PGSD yang telah bekerja menggunakan F-Learn dalam proses belajar mengajar selama 5 tahun menyatakan “Sudah menggunakan F-Learn selama 5 tahun dalam masa kerja 6 tahun. Sebelumnya sudah menggunakan komputer sejak tahun 1994 untuk penyelesaian tugas, olah data, presentasi, media, video editing, dan image editing. Tentu saja pengalaman tersebut membuat saya mudah untuk menggunakan F-learn”. Selain itu pernyataan lain diungkapkan Johan J.C. Tambotoh salah satu staff pengajar FTI yang menyatakan “Sudah menggunakan F-Learn sejak 2008 dalam masa kerja selama 8 tahun. Penggunaan komputer sejak 20 tahun lalu sebagai sarana untuk membuat materi, tugas-tugas perkuliahan, sehingga pengalaman tersebut mempermudah untuk menggunakan F-Learn” Beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman pengguna dalam menggunakan komputer berpengaruh kuat dalam niat dan perilaku pengguna didalam menggunakan F-Learn. Persepsi pengguna terhadap sumber daya dan dukungan yang tersedia, kemudian ketertarikan penggunaan terhadap teknologi, serta sejauh mana orang cenderung untuk melakukan perilaku otomatis juga mempengaruhi dalam niat dan perilaku pengguna dalam menggunakan teknologi informasi khususnya F-learn. Sebuah model penerimaan teknologi informasi diperoleh berdasarkan analisis Unified of Theory Acceptance and Use Technology 2 (UTAUT 2) seperti terlihat pada gambar 4 dibawah ini.
10
Performance Expectancy Nilai Manfaat
Behavioural Intention
Use Behaviour
Effort Expectancy Infrastruktur Interface Social Influence Tuntutan Lingkungan Kerja Facilitating Condutions Pengenalan & Pelatihan Hedonic Motivation
Experience
Minat Pengguna
Pengalaman Pengguna
Habit Kebiasaan Pengguna
Gambar 4. Model Penerimaan Teknologi Informasi
Gambar 4 di atas adalah hasil temuan yang menunjukkan model penerimaan teknologi informasi. Model tersebut terbentuk dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan F-Learn UKSW. Beberapa faktor yang berpengaruh kuat mengarah pada masing-masing konstruk dari UTAUT 2. Nilai manfaat, infrastruktur dan interface, tuntutan dan lingkungan kerja, pengenalan & pelatihan, minat pengguna, kebiasaan pengguna dan pengalaman pengguna merupakan hal penting yang mengarah pada niat dan perilaku pengguna dalam menentukan keberhasilan pemanfaatan F-Learn UKSW. 5. Kesimpulan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2 dapat dijadikan model penelitian untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan teknologi informasi khususnya sistem informasi F-Learn. Temuan yang diperoleh dari hasil analisis yang menunjukkan model penerimaan teknologi informasi dari pengguna. Beberapa faktor yang berpengaruh kuat terhadap pemanfaatan F-Learn diantaranya nilai manfaat yang dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan produktivitas kinerja, infrastruktur dan interface, tuntutan ( yang merupakan tanggungjawab serta kebutuhan prioritas proses belajar mengajar ) dan lingkungan kerja, pengenalan & pelatihan, minat pengguna terhadap teknologi informasi, serta kebiasaan pengguna terhadap penggunaan teknologi informasi. Beberapa faktor tersebut perlu diperhatikan guna meningkatkan dan mengoptimalkan peran F-Learn di seluruh civitas akademika UKSW.
11
6. Daftar Pustaka [1] Raman, Arumugam.,& Don, Yahya. (2013). Preservice Teachers’ Acceptance of Learning Managament Software :An Application of the UTAUT2 Model, Vol. 6, No. 7; 2013. [2] Venkatesh, V.; Moris, M.G.; Davis, G.B.; &Davis, F.D. (2003). User Acceptance of Information Technoligy: Towarda Unified Views. MIS Quarterly,Volume 27. [3] Venkatesh, V., Thong James,Y, L.,& Xu, Xin. (2012). Consumer Acceptance And Use Of Information Technology: Extending The Unified Theory Of Acceptance And Use of Technology, Vol. 36, No. 1 (2012), pp. 157-178. [4] Wang, Hsing-I & Yang, Heng-Li. (2005). The Role of Personality Traits in UTAUT Model under Online Stocking, Vol.1, No.1 (2005), pp. 69-82. [5]
Santosa, P. I., & Kusumawardani, S. S. (2012). Efek Moderasi Dari Usia dan Jenis Kelamin Dalam Penerimaan E-KTP Di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Yogyakarta :Universitas Gadjah Mada.
[6]
Hennington, A., Janz, B., Amis, J., & Nichols, E. (2009). Information Systems and Healthcare XXXII: Understanding the Multidimensionality of Information Systems Use: A Study of Nurses’ Use of aMandated Electronic Medical Record System, Vol. 25, No. 25: 243-262.
[7]
Yudi, S.E., & Tambotoh, J.J.C. (2013). Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Menggunakan Pendekatan Innovation and Diffusion Theory (IDT) daan Technology Acceptance Model (TAM) (Studi kasus : Disdikpora Kota Salatiga). SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi, hal E 117-122.
12