BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Lembaga nirlaba sebagai salah satu representasi dari civil society merupakan sektor yang relatif unik. Idealisme yang disandangnya ternyata masih belum didukung dengan perangkat kelembagaan yang kokoh.
Tidak
mengherankan
jika
kemudian
transparansi
serta
akuntabilitasnya menjadi sorotan tajam akhir-akhir ini. Dengan demikian, upaya penguatan kapasitas harus menjadi agenda bersama. Salah satunya adalah aspek keuangan. Transparansi dapat diwujudkan bila memang lembaga memiliki informasi yang dapat dipublikasikan. Untuk itu, disusun
Standar
Akuntansi
Keuangan
untuk
lembaga
nirlaba
(Nainggolan, 2007). Berdirinya
yayasan
sudah
dimulai
sejak
zaman
pra-
kemerdekaan. Ketika itu tujuan pendiriannya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat di suatu daerah. Sektor di tempat yayasan terlibat umumnya adalah pendidikan dan kesehatan. Sektor-sektor lain yang menurut pengusaha komersial tidak menguntungkan dan bagi pemerintah belum menjadi prioritas juga menjadi lahan garapan bagi banyak yayasan. Yayasan secara mudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang didirikan bukan untuk mencari
laba semata
(nirlaba).
Walaupun
dalam
perjalanannya
1
2
membutuhkan dana yang diperoleh dari kegiatan bisnis, hal ini tetap berarti bahwa kegiatan bisnis hanya untuk perolehan dana saja bukan kegiatan utama yayasan (Nainggolan, 2007). Yayasan memang bukan suatu lembaga yang semata-mata mencari keuntungan, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kesalahan atau pun kecurangan dalam mengelola yayasan tersebut terutama dalam pengelolaan kas. Menurut Nainggolan (2007) masalahmasalah yang terlibat dalam manajemen kas yayasan antara lain: 1.
Adanya ketidaksamaan saldo akhir antara buku bank yang diselenggarakan oleh yayasan dengan rekening koran.
2.
Pengeluaran dana kas yayasan menggunakan cek atau transfer yang menyebabkan pembayaran biaya-biaya yang berjumlah relatif kecil menjadi kurang praktis.
3.
Investasi uang kas berlebih tidak dilakukan secara efektif. Salah satu contoh kasus yang terjadi pada Yayasan Serikat
Maria Montfortan Bandung yaitu adanya ketidaksamaan saldo akhir pada neraca dengan saldo akhir realisasi yang terjadi pada saat akhir periode. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut: Tahun 2009 2010 2011 2012
Keterangan Saldo Akhir Neraca Saldo Akhir Realisasi Saldo Akhir Neraca Saldo Akhir Realisasi Saldo Akhir Neraca Saldo Akhir Realisasi Saldo Akhir Neraca Saldo Akhir Realisasi
Saldo Akhir
Selisih
Rp 2.022.643.285,00 Rp 1.904.512.800,00 Rp 2.766.082.863,45 Rp 2.656.854.900,00 Rp 2.483.924.149,08 Rp 2.407.397.200,00 Rp 3.130.167.517,40 Rp 3.057.667.500,00
Rp 118.130.485,00 Rp 109.227.963,45 Rp 76.526.949,08 Rp 72.500.017,40
3
2013
Saldo Akhir Neraca Saldo Akhir Realisasi
Rp 2.532.700.924,31 Rp 2.472.900.900,00
Rp 59.800.024,31
Oleh karena itu dibutuhkan adanya pemeriksaan berkala agar tidak terjadi adanya kesalahpahaman. Hal inilah yang menjadi tugas auditor internal untuk mengoreksi pencatatan transaksi tersebut sudah direkonsiliasi atau belum. Sistem pengendalian kas akan berjalan dengan baik apabila adanya audit internal yang memadai karena tidak efektifnya sistem pengendalian kas yang telah dijalankan, menandakan kurangnya peran audit internal yang ada dalam organisasi (Sumber: Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung). Kas merupakan aset yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah yang ukurannya kecil tetapi memiliki nilai yang relatif besar dibandingkan dengan aset lain yang dimiliki organisasi. Karena itu, kas merupakan aset yang mudah diselewengkan. Untuk meminimalkan terjadinya kecurangan atas pengelolaan kas, setiap organisasi harus secara berkala melakukan cash-opname, yaitu menghitung fisik kas dan membandingkannya dengan saldo kas yang ada dalam buku besar (Rudianto, 2012). Sebelum membuktikan apakah saldo kas yang dicantumkan dalam neracanya sesuai dengan kas yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor internal melakukan rekonsiliasi antara informasi kas yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor internal memperoleh
4
keyakinan bahwa informasi kas yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang andal (Mulyadi, 2002). Banyak pihak dewasa ini semakin mengandalkan peran auditor internal dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas sistem pengendalian intern, pengelolaan risiko, dan corporate governance. Telah banyak peraturan perundang-undangan, baik di tingkat nasional maupun internasional yang mencerminkan kepercayaan dan kebutuhan masyarakat terhadap peran audit internal dan sistem pengendalian intern dalam menjaga efektivitas organisasi, terutama untuk menghindari krisis serta kegagalan organisasi (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004). Agar dapat meningkatkan kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran tersebut dengan baik, auditor internal memerlukan suatu kode etik dan standar yang seragam dan konsisten yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal, serta merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004). Auditor internal harus bersikap bebas (independent) untuk mereview dan menilai kebijaksanaan, rencana-rencana, dan prosedur serta catatan-catatan yang ada, sehingga auditor internal yang melakukan penilaian dan review harus terbebas dari pekerjaan rutin dalam organisasi perusahaan sesuai dengan jabatan dan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka (Kaunang, 2013).
5
Auditor internal harus melakukan penelitian awal atas sistem pengendalian (test of control). Ini merupakan kunci utama bagi auditor internal dalam memahami sistem operasi yang secara teknis berada diluar bidang atau pengetahuan yang dikuasainya. Melalui test of control, auditor internal ingin memastikan apakah aktivitas telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dan apakah tujuan organisasi secara keseluruhan yang telah direncanakan dapat dicapai secara efektif dan efisien (Tugiman, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Kusrini (2012) terdapat hubungan atau
pengaruh
signifikan
pelaksanaan
audit
internal
terhadap
pengendalian intern kas sebesar 60,0%. Dalam melaksanakan fungsinya pemeriksaan intern yang memadai harus objektif dalam melaksanakan pemeriksaan, Selain itu, aktivitas pemeriksaan intern harus mendapatkan dukungan dari pimpinan agar pemeriksaan intern dan pengendalian dapat berjalan efektif dan efisien. Berdasarkan hasil penelitian Iriyadi (2004) menunjukan perusahaan telah memiliki pelaksana audit internal yang dilakukan oleh pengawas intern yang bertanggung jawab kepada direktur utama yang salah satu fungsinya adalah memeriksa dan mengevaluasi efektivitas sistem pengendalian pengeluaran petty cash yang termasuk juga penggajian. Pengawas intern yang dimiliki perusahaan mempunyai kedudukan yang independen terhadap bagian yang diperiksanya. Hal ini
6
terlihat dengan tidak terlibatnya pengawas intern terhadap salah satu fungsi yang ada pada PT. Organ Jaya. Sedangkan efektivitas
terhadap
hasil
penelitian
sistem
Tuerah
informasi
(2013)
akuntansi
menunjukan
pembelian
dan
pengeluaran kas yang diterapkan sudah efektif karena prosedur sejak pencatatan sampai pelaporan pada sistem pembelian dan pengeluaran kas dilakukan sesuai standar. Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Pengaruh Audit Internal Terhadap Sistem Pengendalian Kas”.
1.2
Identifikasi Masalah Mengacu kepada hal-hal diatas yang melatarbelakangi penelitian ini, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang ada pada penelitian ini kepada hal-hal sebagai berikut: 1.
Bagaimana pelaksanaan audit internal di Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung?
2.
Bagaimana pelaksanaan sistem pengendalian kas di Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung?
3.
Seberapa besar pengaruh audit internal terhadap sistem pengendalian kas di Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung?
7
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mencari,
mengumpulkan, dan mendapatkan gambaran mengenai pengaruh audit internal terhadap sistem pengendalian kas di Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan audit internal di Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung.
2.
Untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan sistem pengendalian kas di Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung.
3.
Untuk mengetahui dan menilai seberapa besar pengaruh audit internal terhadap sistem pengendalian kas di Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung.
1.4
Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut: 1.
Bagi Penulis a.
Melatih penulis dalam membuat karya ilmiah dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah.
b.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan audit internal dalam mengelola sistem pengendalian kas yang dilakukan oleh yayasan.
8
c.
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir Sarjana pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
2.
Bagi Yayasan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu informasi tentang: a.
Upaya pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan sistem pengendalian kas.
b.
Bagaimana menerapkan pemerikasaan intern yang baik sebagai suatu bagian yang independen dalam yayasan.
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai sistem pengendalian kas pada organisasi nirlaba.
4.
Bagi Pihak Lainnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Sumber data penelitian ini diperoleh langsung dari Yayasan Serikat Maria Montfortan Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan dimulai bulan Mei 2014 sampai dengan Juli 2014.