BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk diposisikan sebagai sumberdaya yang paling penting dan berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal pembangunan sehingga menjadi dasar dan sasaran semua kebijakan pembangunan negara. Sedangkan kebijakan kependudukan yang dijalankan di Indonesia seperti tercantum dalam GBHN 1999-2004 bidang kesehatan dan kesejahteraan : “meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, dan peningkatan kualitas program keluarga berencana”. Penduduk yang berkualitas mencerminkan keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran ( fertilitas ) merupakan isu penting di dunia sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah penduduk dunia yang mencapai 6,7 miliar jiwa pada tahun 2008. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Indonesia mencapai 238.567.492 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 1,5 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007. Dengan jumlah penduduk sebesar itu Indonesia masuk dalam peringkat
Universitas Sumatera Utara
keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina 1.333.207.572 jiwa, India 1.154.845.005 jiwa dan Amerika Serikat 304.838.948 jiwa. Sumatera Utara juga menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda. Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebesar 12.326.678 jiwa. Naik sebesar 2,5 persen pada tahun 2006 menjadi 12.643494 jiwa. Demikian juga pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 12.834.371 jiwa dan 13.042.317 jiwa dengan kenaikan rata-rata 1,5 persen. ( www.bps.go.id ).
Ledakan Penduduk menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut, antara lain:
1. Persaingan lapangan pekerjaan
Di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi akan semakin banyak orang yang memperebutan lapangan pekerjaan. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan. 2. Persaingan untuk mendapat pemukiman Persaingan untuk mendapat permukiman yang layak. Persaingan ini terutama terjadi di daerah perkotaan yang padat, tapi tidak ada perumahan yang memadai. Dikota seperti ini, ering kita jumpai permukiman kumuh.
3. Kesempatan pendidikan
Dengan makin banyaknya bayi yang lahir setip tahunnya, tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya,
Universitas Sumatera Utara
tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai. Disamping meningkatkan kualitas penduduk, kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan harus dikendalikan agar ledakan penduduk dapat diatasi. Adapun yang dimaksud dengan kuantitas penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan pertumbuhan penduduk. Selain jumlah penduduk dan pertumbuhannya yang tinggi, persebaran penduduk juga tidak merata. Di Indonesia terdapat 922 pulau berpenghuni dan 12.675 pulau tanpa penghuni. Pulau terbesar jumlah penduduknya adalah Jawa. Pada tahun 2000 59,2% penduduk Indonesia berdiam di pulau itu, padahal luasnya hanya 7% dari luas Indonesia. Sebaliknya Kalimantan dengan luas 28% dari luas Indonesia hanya dihuni oleh 5,4% penduduk. Tabel 1.1 Persebaran Penduduk Indonesia
Pulau
Persentase dari Luas Indonesia
Persentase dari penduduk Indonesia 1980
Kalimantan Sumatera Papua Sulawesi Jawa Lainnya Indonesia
28 25 22 10 7 8 100
4,6 19 0,8 7,1 61,9 6,6 146.934.948
Persentase dari penduduk Indonesia 1990
Persentase dari penduduk Indonesia 2000
5,1 5,4 20,3 21 0,9 1 7 7,1 60 59,2 6,7 6,3 197.631.196 203.456.005
Sumber : Badan Pusat Statistik, berbagai tahun
Universitas Sumatera Utara
Untuk menangani permasalahan penduduk tersebut antara lain meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk maka diperlukan adanya
upaya
pengendalian jumlah penduduk ( fertilitas ). Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam pengertian demografi menyatakan banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya,struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama,banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan/kekayaan (Hatmadji, 2004:57). Fertilitas merupakan salah satu komponen demografi. Demografi menurut Donald J Bogue di dalam bukunya yang berjudul “ Principle of Demography “ adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran ( fertilitas ), kematian ( mortalitas ), perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial. Pengukuran terhadap fertilitas ini dilakukan melalui dua macam pendekatan yaitu Yearly Performance dan Reproductive History yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa teknik penghitungan yang masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan. Salah satu teknik yang termasuk dalam pendekatan Yearly Performance adalah Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total. Total Fertility Rate (TFR) merupakan jumlah rata-rata anak yang dilahirkan setiap wanita. Kebaikan dari teknik ini adalah
merupakan ukuran
Universitas Sumatera Utara
untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun yang dihitung berdasarkan angka kelahiran menurut kelompok umur, berbeda dengan teknik yang lain yang perhitungannya tidak memisahkan antara penduduk laki-laki dan perempuan serta tingkat usia produktif bagi wanita. Banyak faktor yang mempengaruhi Angka Kelahiran Total (TFR) yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan penggunaan alat kontrasepsi, dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita. Tingkat pendapatan dapat diwakili oleh pendapatan perkapita. Keterkaitan pada pendapatan terhadap fertilitas adalah ketika pendapatan seseorang naik akan semakin besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas yang terjadi. Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost) nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun. Disamping itu orang tua juga tidak tergantung dari sumbangan anak. Jadi biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini mengakibatkan “demand” terhadap anak menurun atau dengan kata lain fertilitas turun ( Hatmadji, 2004 ). Menurut Brown dalam Radifan ( 2009 ) penelitian mengenai kaitan pendidikan wanita dengan kesuburan di beberapa negara, sudah maupun kurang berkembang, mengungkapkan adanya kaitan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesuburan. Semakin tinggi pendidikan semakin rendah kesuburan. Di beberapa negara, meluasnya kepandaian baca tulis disertai oleh turunnya kesuburan dengan tajam.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya tingkat pendidikan cenderung mendorong wanita yang sebelumnya hanya menekuni sektor domestik ( mengurus rumah tangga ), kemudian ikut berpartisipasi di sektor publik dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita baik secara langsung ataupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap fertilitas. Wanita yang bekerja cenderung membatasi jumlah anak yang ingin dimilikinya karena berkurangnya waktu yang dimiliki untuk mengurus rumah tangga dan dapat mengurangi kesempatan untuk mengembangkan karir. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kelahiran total tersebut. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi fertilitas adalah tingkat kesehatan yang dapat diwakili dengan angka harapan hidup dan penggunaan alat kontrasepsi bagi wanita usia 15-49 yang berstatus kawin. Keduanya berpengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas di Sumatera Utara”.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh PDRB perkapita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara? 4. Bagaimana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja wanita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara? 5. Bagaimana pengaruh persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KBterhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara? 1.3 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. PDRB perkapita memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus. 2. Angka harapan hidup saat lahir memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus. 3. Indeks tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus. 4. Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus. 5. Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KBmemiliki pengaruh negatif terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara , ceteris paribus 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh angka harapan hidup saat lahir terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks tingkat pendidikan terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja wanita terhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara. 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat/ Cara KBterhadap tingkat fertilitas di Sumatera Utara.
1.5 Manfaat penelitian 1. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi peneliti sendiri untuk memahami secara mendalam akan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di Sumatera Utara. 2. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan studi atau tambahan literatur bagi mahasiswa/i fakultas ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan serta sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 4. Sebagai masukan bagi kalangan akademis, dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara