BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Saat ini kerusakan lingkungan telah mengarah pada keadaan sektor sumber daya air yang kritis dan konflik penggunaan untuk berbagai keperluan seperti air minum, air irigasi, pembangkit listrik tenaga air, air industri. Untuk mencapai pemecahan yang efektif dan berkelanjutan atas permasalahan air yaitu: air berlebih (banjir), air kekurangan (kekeringan), air terkontaminasi (tercemar) dan alokasi air, diperlukan adanya paradigma baru dalam pengelolaan sumber daya air yang amanah (good water governance) pada pengelolaan sumber daya air termasuk pengelolaan banjir, sumber daya hutan dan lainnya. Suatu pendekatan pengelolaan sumber daya air terpadu yang baru harus diciptakan untuk menggantikan sistem pengembangan dan pengelolaan sumber daya air tradisional, dengan ciri-ciri pendekatan yang akan diterapkan , yaitu : hulu-hilir (upstream-downstream) serta pendekatan berbasis teknis dan sektor (Ditjen SDA, 2008; Kodoatie dan Sjarief, 2008; UU No.7, 2004). Untuk mengatasi kemungkinan adanya terjadinya benturan-benturan kepentingan tersebut, konsep Daerah Aliran
Universitas Sumatera Utara
Sungai (DAS) dan atau river basin, selanjutnya akan disebut dengan DAS, mengenal pendekatan satu sungai (one river), satu
rencana (one plan) dan satu pengelolaan
terkoordinasi (and one integrated management) yang perlu diwujudkan secara nyata (Sjarief, 2008). Untuk mengembangkan wilayah sehingga dapat mengurangi kesenjangan tenaga kerja, kesenjangan potensi ekonomi, dan untuk mengembangkan sumber daya air serta mengendalikan banjir maka diperlukan suatu sistim pengendalian banjir. Perkembangan daerah sekitarnya yang cukup pesat selanjutnya memperluas rencana pengembangan kota Medan dan sekitarnya, yaitu dengan konsep Mebidang (Medan – Binjai – Deli Serdang). Di kota Medan dan di sekitarnya melintas beberapa sungai, yaitu : 1. Sungai Belawan dengan anak sungainya, sungai Badera 2. Sungai Deli dengan anak sungainya, sungai Babura, Sikambing dan sungai Putih 3. Sungai Kera 4. Sungai Percut 5. Sungai Tuan 6. Sungai Pantai Labu 7. Sungai Serdang dengan anak sungainya, sungai Belumai, sungai Batugingging dan sungai Kuala Namu. Sungai Deli adalah sungai yang mengalir membelah inti kota Medan. Sungai ini sering mengalami banjir dan melimpasi areal di sekitarnya. Bencana banjir tanggal 26 Nopember 1990 tercatat sebagai banjir yang terutama melimpasi daerah utara kota
Universitas Sumatera Utara
Medan (daerah utara Helvetia) dengan seluas 45 km2 dan mengakibatkan korban jiwa. Sungai Percut yang melintasi di sekitar kota Medan juga mempunyai kondisi yang hampir sama. Banjir tanggal 23 Desember 1992 mengakibatkan melimpasnya air di daerah sekitar sungai dan daerah utara, dengan luas yang hampir sama dengan yang diakibatkan banjir sungai Deli. Limpasan air terjadi karena tidak cukupnya kapasitas alir air sungai-sungai tersebut. Kejadian banjir di kota Medan yang hampir rata-rata 10-12 kali/tahun sangat dipengaruhi oleh kondisi DAS sungai Deli dan DAS Belawan di daerah hulu. Mencakup kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan kota Medan serta disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu : 1. Banjir akibat kiriman dari daerah hulu 2. Banjir di kota Medan sendiri akibat kondisi drainase kota yang sangat buruk (poor drainage). Bencana banjir di kota Medan sebagian besar terjadi di sepanjang sungai Deli. Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli dengan luas 481,62 km2 berawal dari pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian 1.725 m di atas permukaan laut hingga pantai Selat Malaka. Sungai Deli dengan panjang 75,8 km mengalir melalui kota Medan yang berada di bagian hilir DAS Deli dengan ketinggian berkisar 0-40 m di atas permukaan laut. Sungai ini merupakan saluran utama yang mendukung drainase kota Medan dengan cakupan luas wilayah pelayanan sekitar 51% dari luas kota Medan. Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan pada daerah aliran sungai Deli, terbatasnya peningkatan kapasitas sungai Deli oleh karena banyaknya bangunan, baik
Universitas Sumatera Utara
bangunan perumahan, perkantoran maupun industri di sepanjang sungai. Dimana luas daerah genangan ± 9.000 ha yang terdiri dari daerah pemukiman, industri dan areal transportasi yang semua ini terjadi antara lain disebabkan akibat penampang sungai/anak sungai melalui daerah potensial tersebut semakin kecil disebabkan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, bertambahnya aliran permukaan, kerusakan daerah tangkapan air di hulu sungai, dan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dimana sering membuang sampah ke sungai/anak sungai dan sangat minimnya biaya operasi serta pemeliharaan untuk bangunan drainase yang sudah ada, diantaranya adalah merekomendasikan upaya untuk pengendalian banjir kota Medan berupa pembuatan saluran kanal banjir (floodway). Olehkarena itu pemerintah membuat suatu studi yang dikenal dengan “The Detailed Design Study on Medan Flood Control Project” . Dengan hasil rekomendasi pembuatan kanal banjir (floodway). Dengan adanya pembangunan kanal banjir tersebut diharapkan akan memotong puncak banjir pada sungai Deli sebelum memasuki daerah kota Medan dan kemudian mengalirkannya sebahagian ke sungai Percut. Banjir pada hakekatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS yang tidak tepat. Bencana banjir menjadi populer setelah dalam waktu yang hampir bersamaan (akhir bulan Januari 2002) beberapa kota dan kabupaten di Indonesia terpaksa harus mengalami bencana ini. Bahkan, Medan yang notabene merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, terpaksa harus terendam air. Sudah tentu kerugian yang harus diderita oleh masyarakat sangatlah besar. Dari hasil investigasi Tim Peneliti BTP DAS di dua DAS di Sumatera Utara, yaitu DAS sungai Deli dan DAS
Universitas Sumatera Utara
Belawan di daerah hulu. Mencakup kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang dan kota Medan disimpulkan bahwa bencana banjir secara fisik disebabkan oleh (1) curah hujan yang tinggi, (2) karakteristik DAS itu sendiri, (3) penyempitan saluran drainase, (4) perubahan penutupan lahan. Dari ke 4 (empat) penyebab banjir tersebut, 2 (dua) penyebab pertama berada diluar kemampuan manusia untuk dapat melakukan intervensi yaitu curah hujan yang tinggi dan karakteristik DAS itu sendiri. Artinya, dua penyebab pertama merupakan keadaan kiriman dari suatu DAS. Manusia dalam hal ini hanya mampu atau mungkin untuk melakukan intervensi pada faktor penyebab banjir diatas. Namun demikian, untuk dapat melakukan intervensi yang tepat perlu terlebih dahulu diketahui akar permasalahan yang melatarbelakangi penyebab tersebut. Dengan demikian, resep yang diberikan tidak sekedar penyembuh sementara, tetapi bersifat berkelanjutan. Perubahan tata guna lahan merupakan sumber permasalahan banjir. Hal dikarenakan perubahan tata guna lahan tersebut akan mempengaruhi pengaliran air yang terjadi, yaitu koefisien C (koefisien Run-off) dalam rumus debit pengaliran air. Apabila lahan berubah dari lahan resapan menjadi lahan kedap air seperti perkerasan aspal dan atap bangunan akan mengasilkan aliran hampir 100% setelah permukaan menjadi basah, berapapun kemiringannya artinya air tidak dapat meresap dan langsung mengalir di atas permukaan sehingga mengakibatkan debit air yang besar. Apabila saluran (drainase) yang ada dibangun dengan perencanaan lahan yang resap air, maka perubahan tata guna lahan yang kedap air dapat menjadi penyebab terjadinya banjir akibat berubahnya besar debit aliran yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Penanganan masalah banjir kota Medan selama ini baru difokuskan pada bagian alur sungai saja (in-stream) dan belum menyentuh pada pengelolaan DAS (off stream) seperti pekerjaan perbaikan sungai (river improvement) dan pembangunan floodway yang telah selesai dibangun dimana proses pembangunan dikerjakan Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara Cq. Proyek Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai. Sedangkan penanganan drainase kota Medan dilakukan oleh Project Medan Metropolitan Urban Development Project (MMUDP) untuk drainase primer mencapai 75% dan Pemko Medan untuk drainase sekunder dan kota mencapai 100% (pekerjaan rutin setiap tahun). Gambar berikut ini akan dijelaskan Rencana Induk Pengendalian Banjir Medan dan Sekitarnya.
Sumber: Proyek Pengendalian Banjir Medan, 2001
Gambar 1.1 Rencana Induk Proyek Pengendalian Banjir Medan dan Sekitarnya
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 1.1 diatas dijelaskan bahwa melalui pembuatan kanal banjir (floodway) diharapkan akan memotong puncak banjir dengan pada sungai Deli sebelum memasuki daerah kota Medan dan kemudian mengalirkannya sebahagian ke sungai Percut, sehingga dengan demikian kota Medan dapat terhindar dari banjir.
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air sungai yang berasal dari hulu sungai Deli?
2.
Bagaimana kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air yang berasal dari air hujan?
3.
Bagaimana kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air yang berasal dari drainase-drainase kota Medan?
4.
Bagaimana manfaat kanal banjir (floodway) dalam pengembangan wilayah yang dititik beratkan pada pencegahan banjir yang didasarkan pada cara pengendalian debit banjir kota Medan?
1.3.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah :
1.
Untuk menganalisis kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air sungai yang berasal dari hulu sungai Deli.
Universitas Sumatera Utara
2.
Untuk menganalisis kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air yang berasal dari air hujan.
3.
Untuk menganalisis kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air yang berasal dari drainase-drainase kota Medan.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mencakup manfaat untuk :
1.
Manfaat bagi ilmu pengetahuan ; sebagai bahan masukan dalam melakukan kajian ilmiah bidang sumber daya air untuk mengkaji pengaruh tingkat kemampuan kanal banjir (floodway) dalam menampung debit air sungai yang berasal dari hulu sungai Deli, air hujan dan drainase-drainase kota Medan.
2.
Manfaat bagi pemerintah ; sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan dalam pengelolaan alur sungai Deli dan pengaturan tata ruang kota, sehingga diharapkan di masa yang akan datang kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh banjir dapat dikurangi.
3.
Manfaat bagi masyarakat ; sebagai bahan masukan untuk mengetahui keberadaan kanal banjir (floodway) pada sungai Deli.
Universitas Sumatera Utara