BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat pada masing-masing tatanan. Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah. (Depkes RI, 2009). PHBS merupakan salah satu kunci utama untuk terwujudnya kesehatan, salah satunya seperti indikator mencuci tangan dengan air dan sabun dapat mengurangi jumlah kuman karena tangan merupakan sarana transmisi kuman patogen (Rachmawati & Triyana, 2008). Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun juga terbukti mampu mengurangi resiko penyakit diare pada anak-anak sebesar 44% (Cahyanto, 2008). Maka dari itu anak usia sekolah sangat membutuhkan perhatian baik secara teknik perawatan, pengetahuan, informasi dan pemantauan perilaku hidup sehat, ini ditujukan untuk membiasakan hidup bersih dan sehat pada anak. Padahal anak sekolah merupakan kelompok usia kritis yang rentan berbagai masalah kesehatan (Arini, 2003). 1
2
Hasil dari studi pendahuluan yang didapatkan dari Dinkes Sleman 2011 ternyata juga menunjukkan bahwa masih terdapat sekolah dasar yang pencapaian indikator PHBS kurang dari 100%. Penilaian PHBS ini dilakukan oleh puskesmas masingmasing daerah dengan interpretasi. Sekolah dasar yang masuk dalam tingkat I merupakan kategori PHBS terendah selanjutnya tingkat II sedang dan III baik sampai tingkat IV dengan pencapaian kategori PHBS tertinggi yaitu amat baik. Salah satu contohnya untuk wilayah Depok I terdapat 92,8% yang masuk klasifikasi III, 7,14% masuk klasifikasi IV dan wilayah Depok II 26,3% masuk klasifikasi III, 73,7% masuk klasifikasi IV, sedangkan untuk wilayah Depok III semua sekolah masuk kategori 100% dengan klasifikasi IV. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut maka wilayah Depok I dan II pencapaian indikator PHBS belum memenuhi kategori 100%. Hal ini mencerminkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat anak-anak usia SD masih belum optimal. Mengingat pencapaian PHBS yang belum optimal maka diperlukan upaya untuk meningkatkan PHBS siswa-siswa SD. Namun untuk merubah perilaku dibutuhkan motivasi, karena motivasi merupakan interaksi antara pelaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan dan mempertahankan perilaku seseorang (John Elder et al., cit. Notoatmodjo, 2010). Promosi kesehatan merupakan salah satu program yang telah dicanangkan demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal yaitu dengan menekankan pencegahan masalah kesehatan, mempromosikan gaya hidup sehat, meningkatkan kepatuhan pasien, dan memfasilitasi akses ke layanan kesehatan dan perawatan. Lewat program promosi kesehatan individu dapat
3
meningkatkan fisik, psikologis, pendidikan, dan hasil kerja serta membantu mengendalikan atau mengurangi biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan (Fertman & Allensworth, 2010). Perilaku hidup bersih sehat yang diajarkan pada anak-anak di sekolah lewat promosi kesehatan, diharapkan dapat diterapkan pula di lingkungan rumah mereka dan di lingkungan sekitarnya. Melihat bahwa anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah sebagai tempat menuntut ilmu. Diharapkan pula mereka dapat memberi pengertian dan menggugah orang-orang di sekitarnya tentang betapa pentingnya PHBS. Pemberian
materi
promosi
kesehatan
lebih
mudah
tersampaikan
jika
menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa-siswa. Penggunaan media yang tepat diharapkan dapat membantu siswa dalam menyerap pendidikan kesehatan yang diajarkan. Siswa juga nantinya diharapkan bisa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan baik. Salah satu media yang perlu dikembangkan adalah kartu kuartet yang didalamnya disampaikan pesan-pesan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Media kartu kuartet pernah dipakai sebelumnya dan telah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap bahaya merokok pada siswa (Kuhu, 2012). Penelitian lain juga membuktikan bahwa kartu kuartet dapat meningkatkan minat serta keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jerman (Nisak, 2010). Namun, belum ada penelitian yang meneliti tentang penggunaan media kartu kuartet yang berisi indikator PHBS. Pada penelitian ini dimodifikasi kartu kuartet yang tepat sesuai dari segi konten PHBS, sehingga membuat siswa tertarik, dengan mudah dapat
4
mengerti, dan mengingat tentang materi yang disampaikan dalam kartu tersebut. Kemudian diharapkan mereka termotivasi untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat setelah diberikan promosi kesehatan lewat permainan kartu kuartet. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Promosi Kesehatan dengan Media Kartu Kuartet terhadap Motivasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa SD di Kecamatan Depok Sleman?” C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Tujuan umum: Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan media kartu kuartet
terhadap motivasi perilaku hidup bersih sehat (PHBS) pada siswa SD di Kecamatan Depok Sleman. 2.
Tujuan khusus: Mengetahui motivasi PHBS sebelum diberikan promosi kesehatan dengan media
kartu pada siswa SD di Kecamatan Depok Sleman dan mengetahui motivasi PHBS setelah diberikan promosi kesehatan dengan media kartu pada siswa SD di Kecamatan Depok Sleman. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat member masukan yang berarti bagi kepada: 1.
Institusi pendidikan dan kesehatan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
5
Bahan masukan media promosi kesehatan untuk menggunakan kartu kuartet pada siswa sebagai media permainan edukatif dalam pengenalan PHBS siswa SD di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dan bahan masukan untuk institusi mengembangkan program agar dapat meningkatkan motivasi PHBS siswa SD. 2.
Profesi keperawatan Bahan masukan bagi organisasi profesi agar menggunakan media yang tepat
untuk melakukan tindakan promotif dengan konsep keperawatan komunitas pada kelompok khusus di sekolah. 3.
Institusi pendidikan Bahan masukan pada program penelitian dan pengembangan, khususnya tindakan
peningkatan motivasi dalam PHBS di lingkungan sekolah. 4.
Peneliti Menambah
wawasan
peneliti
tentang
pengaruh
pendidikan
kesehatan
menggunakan kartu kuartet terhadap motivasi siswa SD tentang PHBS sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan komunitas dalam hal pengenalan PHBS. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh media promosi kesehatan terhadap motivasi siswa SD tentang PHBS di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan, yaitu: 1. Arini et al (2005) tentang “Pengaruh Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
6
Siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Bantul Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen rancangan non equivalent control group design with pretest and posttest. Sampel yang diambil adalah siswa kelas IV, V, dan VI SD di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan Bantul. Sampel untuk kelompok intervensi
97 siswa dan 70 siswa untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa promosi kesehatan PHBS dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku anak dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Hasilnya dianalisis dengan uji t-test dengan paired sample t-test, diperoleh skor pengetahuan dan perilaku anak antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan perbedaan secara bermakna (45,82 ± 3,25 vs 43,32 ± 3,47, p=0,000; 76,2 ± 3,42 vs 73,88 ± 4,93, p=0,004). Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilaksanakan adalah melakukan promosi kesehatan PHBS pada tatanan institusi pendidikan. Perbedaannya meliputi cara pengambilan sampel, variabel, dan media yang digunakan. 2. Mahyuni (2008) tentang “Efektivitas Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Melalui Metode Ceramah dan Role Play pada Kader Kesehatan Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan”. Penelitian ini menggunakan non equivalent control group design with pretest and posttest. Hasilnya menunjukkan bahwa metode ceramah dan role play lebih efektif meningkatkan pengetahuan, sikap dan aktivitas kader kesehatan remaja yang mendapat promosi kesehatan melalui metode ceramah dan roleplay daripada pemberian folder (media yang dicetak untuk menampilkan pesan tulisan ataupun gambar yang diringkas/dilipat (fold)) sebagai kelompok kontrol (49,99 vs 21,01,
7
p=0,000; 126,89 vs 94,09, p=0,000; 102,06 vs 43,91, p=0,000). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu melakukan promosi kesehatan PHBS pada tatanan sekolah. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu variabel-variabel, media, rancangan penelitian dan sampel. 3.
Handayani (2009) tentang “Efektivitas Metode Diskusi Kelompok Dengan dan
Tanpa Fasilitator Pada Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Remaja Tentang Perilaku Seks Pranikah Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi dengan rancangan penelitian sebelum dan sudah intervensi dengan menggunakan kelompok pembanding. Hasilnya metode diskusi kelompok dengan fasilatator (eksperimen I) lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi remaja terhadap perilaku seks pranikah dibandingkan dengan metode diskusi kelompok tanpa fasilitator (eksperimen II) dan kelompok tanpa intervensi (kelompok kontrol). Nilai rerata pengetahuan (24,44 vs 22,85 vs 19,58; p=0,000), sikap (95,6 vs 94,94 vs 86,30; p=0,000), dan motivasi (150,94 vs 148,85 vs 139, 80; p=0,024). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan pretest-postest control group design dan menilai motivasi. Perbedaannya yaitu mengenai variabel lain, sampel dan lokasi penelitian. 4.
Kuhu (2011) tentang “Pengaruh Penggunaan Kartu Bergambar Sebagai Media
Promosi Kesehatan di Sekolah Terhadap Peningkatan Pengetahuan Bahaya Merokok pada Siswa SD Negeri Karangmangu Kab. Banyumas”. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan rancangan penelitian sebelum dan sudah
8
intervensi dengan menggunakan kelompok pembanding. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan skor pengetahuan dan sikap terhadap bahaya merokok pada kelompok eksperimen lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (11,25 ± 1,372 vs 7,35 ± 1,369, p=0,00; 48,92 ± 4,097 vs 4,.82 ± 5,12, p=0,02). Persamaan dengan penelitian ini yaitu, media, sampel, dan metode pengambilan sampel. Perbedaannya dengan penelitian terletak pada lokasi, variabelnya.