BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolesterol merupakan komponen esensial sel membran yang menjadi prekursor pada hormon steroid dan metabolisme asam empedu. Kolesterol dapat diperoleh dari makanan yang kita makan (eksogen) maupun hasil dari produksi tubuh (endogen). Hampir 60% kolesterol diperoleh dari produksi endogen dan sisanya diperoleh dari makanan yang di absropsi (Helms et al., 2006) Dewasa ini sebagian masyarakat memperbincangkan isu mengenai kondisi peningkatan kadar kolesterol total dalam darah yang melebihi batas normal atau hiperkolesterolemia. Pemicu kondisi tersebut pada manusia dapat disebabkan bobot badan, usia, kurang olah raga, stress, emosional, gangguan metabolisme, kelainan genetik, diet tinggi kolesterol dan asam lemak jenuh (Grundy, 1991). Fenomena tersebut juga dapat terjadi karena didasari pola hidup masyarakat yang cenderung mengabaikan kualitas makan karena tuntutan aktivitas sehari-hari. Jika hal ini dibiarkan berlangsung terus-menerus akan berdampak pada pemasalahan kesehatan jangka panjang. Data survei yang diperoleh dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menyimpulkan bahwa kadar kolesterol total yang melebihi 200 mg/dL dapat menjadi faktor risiko utama terjadinya penyakit pengembangan pembuluh darah perifer dan penyakit jantung (Stapleton et al., 2010). Sehingga perlu adanya upaya pencegahan maupun pengobatan terhadap kondisi tersebut.
1
2
Pengobatan dengan tumbuhan obat tradisional mampu dijadikan pilihan dalam pengobatan hiperkolesterolemia. Contoh tumbuhan obat tradisional yang mampu menurunkan kadar kolesterol total dalam darah adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dan sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.). Dari penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti dan Ikawati (2009) menjelaskan bahwa kombinasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa dengan rasio 75:25 mampu memberikan penurunan kadar lipid tubuh yang terbaik, yaitu menurunkan kadar kolesterol total sebesar 46,36%. Dilanjutkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2008) menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanolik temulawak rendah minyak atsiri:sambung nyawa dengan komposisi 3:1 mampu memberikan aktivitas yang paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol serum, yaitu sebesar 46,36%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, terbukti kedua tanaman obat tradisional tersebut mampu mencegah kenaikan kolesterol total dalam darah. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan kerjasama antara pihak peneliti dengan PT Phapros Tbk dalam mengembangkan pembuatan produk minuman herbal. Dimana penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak etanol sebagai pelarut dan komposisi temulawak yang lebih dominan dibanding sambung nyawa, yaitu 75:25. Mengingat produk minuman herbal tersebut nantinya akan dikonsumsi oleh manusia, peneliti berusaha merekonfirmasi pengaruh efek hipokolesterolemia kombinasi ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dan ekstrak sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) dengan perbandingan 1:4 yang disuspensikan pada Na-CMC 0,05% dalam pelarut air.
3
Kesuksesan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dalam mengatasi problema hiperlipidemia di masa mendatang.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan : Apakah kombinasi Curcuma xanthorrhiza C 2.5 dan ekstrak Sambung Nyawa VDE 10:1 dengan perbandingan 1:4 mempunyai aktivitas penurunan kolesterol total pada tikus Wistar jantan yang diberi diet lemak tinggi?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk : Mengetahui pengaruh kombinasi Curcuma xanthorrhiza C 2.5 dan Sambung Nyawa VDE 10:1 dengan perbandingan 1:4 dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus Wistar jantan yang diberi diet lemak tinggi.
D. Tinjauan Pustaka Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Temulawak merupakan tanaman obat yang sebagian besar berasal dari daerah tropis (seperti Indonesia).
4
Gambar 1. Ekstrak temulawak serbuk
a. Spesifikasi Nama produk
: Curcuma xanthorrhiza C 2.5
Kandungan ekstrak
: Mengandung kurkuminoid (kurkumin dan demetoksikurkumin)
minimal
2,5%
serta
maltodextrin sekitar 97,5%. Metode ekstraksi
: Maserasi air
Pengujian zat aktif
: Spektrofotometri UV-Vis dan Kromatografi Lapis Tipis yang dideteksi dengan UV 366
b. Kurkuminoid Kurkuminoid adalah suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa kurkumin dan demetoksikurkumin yang berwarna kuning (Oktaviana, 2010). Kurkumin merupakan salah satu produk senyawa metabolit sekunder dari tanaman Zingiberaceae, khususnya kunyit dan temulawak (Kristina, 2011). Dapat dilihat pada Gambar 2 rumus struktur komponen kurkuminoid dalam ekstrak temulawak.
5
Gambar 2. Struktur kurkuminoid (Wagner & Bladt, 1996)
Kurkumin dan demetoksikurkumin memiliki khasiat untuk meningkatkan sekresi empedu, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, antioksidan, dan penangkal senyawa radikal (Tonnesen, 1989). Sedangkan untuk kurkumin sendiri dalam terapi dislipidemia mampu menurunkan kadar enzim peroksidase, meningkatkan kadar kolesterol HDL dan APO A-1 serta mampu menurunkan kadar kolesterol total (Kertia dan Sudarsono, 2005). c. Maltodextrin (MD) Maltodextrin (MD) memiliki rumus molekul (C6H10O5) dengan bobot molekul 2000-30000 Da. MD merupakan salah satu produk turunan pati yang dihasilkan dari proses hidrolisis parsial oleh enzim α-amilase yang memiliki nilai Dextrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Jika MD dengan DE 5 sangat tidak berasa manis, kira-kira sekitar 1/10 dari kemanisan sukrosa, sedangkan MD dengan DE 18 kirakira ¼ kemanisan sukrosa (Siagian, 2008). MD mampu bercampur dengan air dan membentuk cairan koloid bila dipanaskan dan mempunyai kemampuan sebagai perekat, tidak memiliki warna dan bau yang tidak enak serta tidak toksik (Mahdi dkk., 2004).
6
Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.)
Gambar 3. Ekstrak sambung nyawa serbuk
a. Spesifikasi : Sambung Nyawa VDE (Vacuum Dried Extract)
Nama produk
10:1 Kandungan ekstrak
: Mengandung flavonoid total (flavonol) 0,050,06% b/b dengan marker kaempferol
Pengujian zat aktif
: Spektrofotometri UV-Vis dan Kromatografi Lapis Tipis
b. Kaempferol Kaempferol adalah senyawa flavonoid yang termasuk dalam golongan flavonol. Kaempferol sering dijumpai pada beberapa tanaman. Memiliki bentuk fisik kristal berwarna kuning, sedangkan spektrum UV menunjukkan λ maks pada 263 dan 345 nm (Toker et al., 2004).
Gambar 4. Struktur kaempferol (Rho et al., 2011)
7
Na-CMC (Natrium Karboksimetilselulosa)
Na-CMC memiliki bentuk berupa serbuk atau granul, bersifat higroskopis, dan berwarna putih hingga krem. Na-CMC mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida dan memiliki stabilitas maksimum pada pH 7-9 (Rowe dkk., 2006). Na-CMC berfungsi untuk meningkatkan viskositas suatu cairan dan bertindak sebagai zat pembantu agar mudah dikonsumsi atau untuk memperbaiki kemampuan tuangnya (Lachman dkk., 1986). Kolesterol
a. Pengertian Kolesterol adalah zat alamiah yang berwujud padatan yang bukan merupakan asam lemak, namun memiliki sifat fisika dan kimia seperti senyawa-senyawa yang mengandung asam lemak dan zat inilah yang berfungsi membentuk asam empedu (Tjay dan Rahardja, 1987). Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid di dalam tubuh, misalnya kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. (Murray et al., 2003). b. Metabolisme Kolesterol Kolesterol diabsorpsi dan ditransport di usus dalam bentuk kilomikron menuju hati. Kemudian, kolesterol diangkut oleh VLDL untuk membentuk LDL melalui perantara IDL. LDL akan membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai dengan kebutuhan dimana sisa kolesterol di perifer nantinya akan berikatan dengan HDL dan dikembalikan ke hati agar tidak terjadi akumulasi di jaringan. Kira-kira ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung
8
partikel LDL. HDL bertugas membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh (Tjay dan Rahardja, 1987). Hiperlipidemia
Hiperlipidemia
(hiperlipoproteinemia)
adalah
keadaan
dimana
kadar
lipoprotein darah meningkat. Dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hiperkolesterolemia yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar LDL dan hipertrigliseridamia yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserid (Tjay dan Rahardja, 2002).
Tabel I. Nilai Kolesterol , TG dan Lipoprotein Normal Untuk Indonesia dan Negara Barat (Tjay dan Rahardja, 2002)
Kadar plasma Kolesterol total Trigliserida (puasa) LDL-kol HDL-kol (puasa) Kol total : HDL Faktor perhitungan
Ideal mg % (m mol) < 200 < 195 (5) < 200 < 90 (1,0) < 130 < 140 (3,6) > 60 > 45 (1,16) < 4,5
Normal (mg %) 200-225 195-250 200- 240 90-180 130-160 140-175 35-60 30-75
Meningkat sedang > 225 > 250 (6,5) > 240 > 180 (2,0) > 160 > 175 (4,5) < 35
Sangat > 250 > 310 (8,0) > 1000 > 550 (6,0) > 200 > 220 (5,7)
Kolesterol : mmol/l = 0,0259 x mg% Trigliserida : mmol/l = 0,011 x mg%
Menurut Suyatna (2007), klasifikasi hiperlipidemia yang dikenal adalah klasifikasi Frederickson yang membagi hiperlipidemia berdasarkan fenotip plasma. Klasifikasi ini meliputi :
9
a. Tipe I Hiperlipidemia tipe I memperlihatkan hiperkilomikronemia pada waktu puasa. Hiperlipidemia tipe I muncul sebelum pasien berumur 10 tahun dengan gejala seperti kolik, nyeri perut berulang, xantoma dan hepatosplenomegali. Sedangkan pada orang dewasa dapat muncul gejala seperti nyeri yang sering disertai dengan demam, leukositosis, anoreksia, dan muntah. Komplikasi dari hiperlipidemia tipe I adalah pendarahan akibat pankreasitis akut. puasa. b. Tipe II Pada hiperlipidemia tipe II ini terjadi peningkatan LDL dan apoprotein B dengan VLDL kadar normal dan kadar VLDL sedikit meningkat Pada individu homozigot gejala timbul sejak masa anak-anak, sedangkan individu heterozigot gejala kliniknya tidak muncul sebelum umur 20 tahun. c. Tipe III Hiperlipidemia tipe III dikenal dengan nama Familial Disbetalipoproteinemia, ditandai dengan tingginya kadar kilomikron dan IDL. Pada tipe ini akan terjadi penimbunan IDL yang disebabkan oleh blokade parsial dalam metabolism VLDL menjadi LDL. Pada kasus ini sisa VLDL dan sisa kilomikron oleh hati dihambat sehingga terjadi akumulasi di darah dan jaringan. Kadar kolesterol dan trigliserida meningkat (350-800 mg/dL), dan gejala klinik baru akan muncul pada masa dewasa berupa xantoma pada telapak tangan dan kaki, serta kelainan tuberoeruptif di siku, lutut, atau bokong.
10
d. Tipe IV Hiperlipidemia tipe IV terjadi karena adanya peningkatan VLDL dengan trigliserida. Gejala klinik akan timbul pada usia pertengahan dan separuh dari pasien dari tipe ini mengalami peningkatan kadar trigliserida pada umur 25 tahun. Mekanisme kelainan ini belum diketahui akan tetapi penyebab penyakit ini biasanya karena didukung oleh beberapa faktor, seperti konsumsi alkohol, diet kaya karbohidrat, dan obesitas. e. Tipe V Hiperlipidemia tipe V memperlihatkan terjadinya akumulasi VLDL dan kilomikron. Hal tersebut mungkin disebabkan karena gangguan katabolisme trigliserida endogen dan eksogen karena semua lipoprotein mengandung kolesterol sehingga kadar kolesterol dapat meningkat jika kadar trigliserida terlalu tinggi. Pasien dengan tipe ini menunjukkan intoleransi terhadap karbohidrat dan lemak. Obat Hiperlipidemia Obat penurun lipid ditujukan untuk menurunkan kadar kolesterol-LDL plasma. Obat penurun lipid menurut Nugroho (2011) dibagi menjadi 4 yaitu : a. HMG-CoA reductase inhibitor Obat
ini
merupakan
obat
lini
pertama
untuk
pasien
dengan
hiperkolesterolemia. Obat ini menghambat enzim HMG-CoA reductase, enzim yang mengkatalisis perubahan HMG-CoA menjadi asam mevalonat, tahap penentu dalam sintesis kolesterol. Obat ini mengurangi kadar kolesterol intraseluler,
sehingga
menyebabkan
sel/jaringan
mengambil
kolesterol
11
ekstraseluler. Obat ini menghasilkan penurunan kadar kolesterol dan LDL plasma, serta menaikkan HDL plasma. Contoh obatnya: lovastatin, simvastatin, pravastatin, atorvastatin, cerivastatin. b. Resin pengikat asam empedu Obat ini merupakan resin penukar anion yang mengikat muatan negatif asam empedu dalam usus halus, untuk mencegah reabsorbsi asam empedu (sirkulasi enterohepatik). Resin ini tidak mengalami absorpsi dan metabolisme. Kompensasi tubuh terhadap penurunan asam empedu adalah perubahan kolesterol menjadi asam empedu dalam hati, sehingga menurunkan kadar kolesterol, selanjutnya menurunkan kadar LDL dalam plasma. Contoh obatnya adalah kolesterolamin dan kolestipol. c. Golongan fibrat Obat ini bekerja dengan meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase. Hal ini menyebabkan peningkatan hidrolisis trigliserida dalam kilomikron dan VLDL, membebaskan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan atau untuk proses metabolisme dalam otot striata. Disamping itu, obat ini mampu menurunkan LDL dan menaikkan HDL. Contoh obatnya adalah klofibrat, fenofibrat, gemibrozil, siprofibrat, dan bezafibrat. d. Nicotinic acid Asam nikotinat merupakan vitamin, dapat menurunkan kadar lipid. Obat ini bekerja menghambat sintesis trigliserida hepatic dan proses sekresi VLDL dari hati.
12
E. Landasan Teori Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum (2005) diperoleh hasil bahwa pemberian ekstrak etanolik rimpang temulawak terpurifikasi dengan dosis 225 mg/kg BB tikus dan kandungan kurkuminoid sebesar 19,125 mg dapat menurunkan kadar kolesterol total serum sebesar 30,53%. Penelitian mengenai sambung nyawa yang dilakukan oleh Zhang (2000) diperoleh hasil dimana pemberian ekstrak entanolik sambung nyawa secara peroral dengan dosis 150 mg/kg BB mampu menurunkan kadar kolesterol total serum sebesar 26,7% tikus yang dibebani Streptozotosin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2008) diperoleh hasil bahwa pemberian kombinasi ekstrak etanolik temulawak rendah minyak atsiri dan sambung nyawa dengan perbandingan 75:25 memiliki aktivitas dalam menaikkan kadar kolesterol HDL sebesar 11,49%. Demikian pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novianto (2008) diperoleh hasil bahwa kombinasi temulawak:sambung nyawa dengan perbandingan 75:25 mampu menurunkan kadar trigliserida sebesar 56,77%. Serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2008) menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanolik temulawak rendah minyak atsiri:sambung nyawa dengan komposisi 3:1 mampu memberikan aktivitas yang paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol serum, yaitu sebesar 46,36%. F. Hipotesis Kombinasi Curcuma xanthorrhiza C 2.5 dan Sambung Nyawa VDE 10:1 dengan perbandingan 1:4 diduga mempunyai aktivitas penurunan kolesterol total pada tikus Wistar jantan yang diberi diet lemak tinggi.
13