BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia sebagai penyebab utama kedua kematian di negara maju dan di antara tiga penyebab utama kematian di negara berkembang (WHO, 2005, pp. 2). Jumlah total kasus kanker secara global kian meningkat dengan perkiraan 10,9 juta pada tahun 2002 hingga 16 juta pada tahun 2020 dengan peningkatan kasus sebesar 50% seiring peningkatan proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2002 menyebutkan kanker menjadi penyebab kematian keenam (setelah kecelakaan lalu lintas, penyakit infeksius, jantung, diare, dan stroke) dan terdapat 100 kasus penderita kanker baru per 100.000 penduduk tiap tahunnya (Kementerian Kesehatan, 2012). Pasien kanker umumnya mengalami penurunan kualitas hidup akibat pengalaman penyakit dan dampak suatu terapi (Ramos, 2011). Selama perkembangan penyakit, pasien harus berhadapan dengan kondisi gejala yang memburuk, penurunan kemampuan fisik, distres psikologis dan sosial, serta efek samping dari pengobatan seperti kemoterapi. Penelitian menunjukkan kemoterapi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan kualitas hidup yaitu sebanyak 23% pasien (dari 122 pasien yang dievaluasi) tidak mampu menyelesaikan tugas pekerjaan, 22% tidak mampu menikmati makanan, 12%
1
2 tidak mampu melakukan perawatan diri, dan 12% tidak dapat meminum obat yang diresepkan akibat muntah (Lindley dan Hirsch, 1992). Kualitas hidup pasien kanker tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit dan pengobatan, tetapi berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya karakteristik demografi, prognosis, faktor psikologis dan sosial serta lokasi perawatan (Peters dan Sellick, 2006). Dalam uji klinis, data kualitas hidup berperan penting dalam pemilihan agen terapeutik yang menjadi standar perawatan, perencanaan pengobatan, pengambilan keputusan, dan penyediaan perawatan suportif (Yarbro, Wujcik, dan Gobel, 2011, pp. 202). Pengukuran kualitas hidup pasien dapat memberikan pandangan tentang bagaimana cara pasien hidup dengan konsekuensi dari pengobatan. Perawatan onkologi memainkan peran penting dalam menyediakan informasi tentang pengobatan yang dijalani agar pasien dapat membuat keputusan yang lebih baik. Mayoritas penderita kanker umumnya menjalani pengobatan setting rawat jalan dan seringkali potensi toksisitas terbesar terjadi ketika pasien berada di rumah. Beban penyakit yang diderita pasien baik berdampak secara fisik maupun mental ditambah beban ekonomi yang menempatkan pasien memilih pengobatan rawat jalan ketimbang rawat inap (Preedy dan Watson, 2010, pp. 2925). Pasien perlu pemahaman tentang perawatan diri yang diperlukan serta akses sumber daya untuk mengatasi masalahnya. Pendidikan, dukungan serta keterampilan adalah kebutuhan penting bagi pasien dan keluarganya dalam mengelola efek samping kemoterapi (Canadian Association of Nurses in Oncology/CANO, 2010). Pengalaman sepuluh perawat onkologi klinis melaporkan bahwa pasien kanker
3 membutuhkan informasi terkait penyakit, pengobatan, efek samping pengobatan, petunjuk perawatan diri, dan dukungan perawatan lanjutan (Dodd dan Miaskowski, 2000). Kebutuhan perawatan pasien kanker ditentukan oleh tiga faktor yaitu gejala somatik yang timbul (nyeri dan kelelahan), kondisi mental (depresi dan kecemasan), dan kemampuan perawatan diri (activity daily living) (Preedy dan Watson, 2010, pp. 2937). Perawatan diri sebagai bagian dalam perawatan kesehatan pasien penting dilakukan. Pergeseran dari pengobatan aktif dengan tujuan pengobatan ke manajemen gejala dengan tujuan kenyamanan mendorong perlunya sebuah program dalam membantu pasien meningkatkan perawatan diri dan pengelolaan gejala pengobatan. Pengelolaan gejala penting diperhatikan karena dapat mempengaruhi prognosis, menurunnya dosis obat, tertundanya kemoterapi dan keengganan untuk melanjutkan pengobatan (Pollock, 2000). Program PRO-SELF adalah program pengelolaan gejala secara mandiri yang didesain untuk pasien dewasa yang menderita kanker dengan tujuan meningkatkan kemandirian perawatan diri. Intervensi program PRO-SELF meliputi pemberian informasi terkait gejala penyakit dan pengobatan, keterampilan mengelola efek samping yang muncul, dan dukungan via telepon dalam kegiatan follow-up (Dodd dan Miaskowski, 2000). Studi penelitian onkologi menyebutkan bahwa partisipasi pasien kanker dalam perawatan diri dipengaruhi oleh ketersediaan informasi pada awal pengobatan (Koller, Miaskowski, De Geest, Opitz, dan Spichiger, 2013). Perlunya pembinaan pasien
4 kanker sejak awal dalam menjalani pengobatan akan sangat membantu perawatan diri pasien kanker. Studi penelitian program PRO-SELF yang dilakukan pada 127 responden menyatakan 91% merasa terbantu dalam mengelola efek samping dan mampu mengidentifikasi masalahnya, 53% yang menerima dukungan via telepon menyatakan masalahnya berkurang (Dodd dan Miaskowski, 2000). Intervensi program PRO-SELF mendukung pasien dalam melakukan perawatan diri terkait gejala dan efek samping pengobatan seperti menilai gejala mereka sendiri dan menggunakan pengobatan yang tepat (Miaskowski, Dodd, West, Schumacer, Paul, Tripathy, dan Koo, 2004). Program PRO-SELF merupakan intervensi psikoedukasi mencakup pemberian informasi, keterampilan dan dukungan yang dapat diberikan perawat dengan tujuan meningkatkan kemandirian pasien dalam mengelola perawatan diri terkait efek samping kemoterapi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pasien kanker mengelola masalah yang terkait kanker dan pengobatan sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan ketika pengobatan telah selesai, efek samping kemoterapi secara permanen dapat merusak organ dan fungsi tubuh lainnya yang memerlukan pemantauan kondisi kesehatan dan penyesuaian dalam kehidupan sehari-hari (Adler dan Page, 2008, pp. 3). Melihat pengaruh penyakit dan pengobatan terhadap kualitas hidup pasien kanker, kebutuhan untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi setelah pengobatan serta mendukung pasien untuk mengelola gejala menjadi hal
5 yang penting. Berdasarkan alasan tersebut, maka perlu diketahui pengaruh implementasi program PRO-SELF terhadap kualitas hidup pasien kemoterapi di IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh implementasi program PRO-SELF terhadap kualitas hidup pasien kemoterapi di IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, dapat dikelompokkan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut: 1.
Manfaat teoritis a. Bagi ilmu pengetahuan Memberikan informasi dan menambah kepustakaan di bidang ilmu
keperawatan khususnya tindakan keperawatan terkait pengaruh implementasi program terhadap kualitas hidup pasien. b. Bagi peneliti Memberikan tambahan wawasan dan pengalaman serta menjadi bekal dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional. 2.
Manfaat praktis a. Bagi rumah sakit Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup pasien akibat
kanker sebagai usaha dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
6 memberi masukan dalam pembuatan kebijakan dalam penatalaksanaan kualitas hidup pasien kanker. b. Bagi perawat Memberikan informasi tentang pengaruh suatu tindakan keperawatan terhadap kualitas hidup pasien sehingga dapat digunakan untuk penatalaksanaan keperawatan pada pasien. c. Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan sebagai data dasar dan pedoman untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1.
Dodd, M. J., Miaskowski, C., 2000, The PRO-SELF Program: A Self-Care
Intervention Program For Patients Receiving Cancer Treatment. Penelitian ini berfokus pada praktik perawatan diri yang dilakukan atas nama seseorang untuk mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel penelitian yang digunakan dengan populasi besar menggunakan desain penelitian uji acak terkontrol. Hasil penelitian ini menyimpulkan tidak ada perbedaan dalam keparahan gejala tetapi pasien dalam kelompok intervensi melaporkan kepuasan yang lebih besar. 2.
Miaskowski, C., Dodd, M., West, C., Schumacer, K., Paul, S. M., Tripathy,
D., Koo, P., 2004, Randomized Clinical Trial of the Effectiveness of a Self-Care
7 Intervention to Improve Cancer Pain Management. Penelitian ini berfokus pada program psikoedukasi yang meliputi pembinaan perawat dalam kerangka perawatan diri pasien mengelola nyeri dari metastasis tulang. Perbedaan penelitian ini adalah pada instrumen, variabel penelitian yang digunakan dengan populasi besar menggunakan desain penelitian uji acak terkontrol di tujuh klinik rawat jalan. Hasil penelitian ini menyimpulkan skor intensitas nyeri menurun secara signifikan dan pemilihan obat nyeri yang tepat diresepkan pada kelompok intervensi dibanding kelompok standar. 3.
Dodd, M. J., Cho, M. H., Miaskowski, C., Painter, P. L., Paul, S. M., Cooper,
B. A., Duda, J, Krasnoff, J., Bank, K. A., 2010, A Randomized Controlled Trial of Home-Based Exercise for Cancer-Related Fatigue in Women during and after Chemotherapy with or without Radiation Therapy. Penelitian ini berfokus pada manajemen kelelahan terkait kanker dengan menggunakan PRO-SELF Fatigue Control Program berbasis home-based exercise training intervention. Perbedaan penelitian ini adalah variabel yang digunakan. Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel, instrumen, dan desain penelitian yang digunakan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan intervensi latihan berbasis home-based exercise tidak berpengaruh pada gejala kelelahan yang terkait dengan pengobatan kanker. Meskipun tidak ada pengurangan kelelahan, partisipan yang diteliti hanya mengalami kelelahan ringan selama penelitian dan intervensi latihan tidak memperburuk kelelahan pada kelompok intervensi latihan. 4.
Rustoen, T., Valeberg, B. T., Kolstad, E., Wist, E., Paul, S., Miaskowski, C.,
2012, The PRO-SELF Pain Control Program Improves Patients' Knowledge of
8 Cancer Pain Management. Penelitian ini berfokus pada program psikoedukasi mencakup pendidikan, keterampilan, dan pembinaan oleh perawat selama enam minggu dalam meningkatkan pengetahuan pasien kanker dengan nyeri akibat metastase tulang. Perbedaan penelitian ini adalah variabel, instrumen dan desain penelitian yang digunakan. Hasil penelitian ini terdapat peningkatan yang signifikan dalam skor pengetahuan yang ditunjukkan pada kelompok program PRO-SELF dalam skor total PES.