Makna Hidup Pada Remaja Putri Pengguna NAPZA di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pelembang (Sumatera Selatan) Nursefty Wartiny Sitohang Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Makna hidup adalah sesuatu yang memberikan arti khusus bagi seseorang dan bila berhasil memenuhinya akan membuat kehidupan menjadi bahagia. Remaja putri yang menggunakan NAPZA pernah mengalami kurangnya makna hidup sebelum akhirnya menemukan kembali makna hidup baru baginya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor remaja putri menggunakan NAPZA, gambaran makna hidup dan bagaimana proses remaja putri pengguna NAPZA yang berada di Lapas dapat menemukan makna hidupnya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dalam bentuk Studi Kasus. Metode pengambilan data dengan metode observasi non partisipan dan wawancara mendalam. Subjek adalah remaja wanita pengguna NAPZA yang berusia 22 tahun, penghuni lapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor subjek menggunakan NAPZA karena kekecewaan terhadap perceraian orangtuanya. Subjek juga dapat menemukan makna hidupnya semenjak berada di lapas karena subjek semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan keluarga. Subjek sudah mendapatkan kebahagiaan yang diimpikan selama ini.
Kata kunci : Makna Hidup, Remaja Putri,Pengguna NAPZA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
NAP Z A m eru pak an singkat an Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif. Bekerja pada pusat penghayatan kenikmatan otak sebagaimana kenikmatan sensasi, makan, dan stimulasi seksual. Oleh karena itu sering muncul dorongan kuat menggunakan NAPZA untuk memperoleh kenikmatan lahir dan batin atau euphoria. Semakin luas NAPZA mempengaruhi pusatpusat penghayatan kenikmatan seseorang m a k a s e m a k i n k u a t p u l a p o t e n s i k e t e r g a n t u n g a n y a n g d i t i m b u l k a n (Dhikayoga, 2007). Narkoba atau NAPZA memang bukan sesuatu hal baru lagi bagi masyarakat umum di Indonesia. Mulai anak kecil hingga o r a n g t u a m e n g e n a l n a r k o b a d a n menggunakannya. Kendati banyak yang telah mengetahui bahayanya, tetap saja n a r k o b a b a n y a k d i k o n s u m s i o l e h masyarakat luas sehingga penyalahgunaan n a r k o b a d i I n d o n e s i a semakin
memprihatinkan. Menurut Iskandar (dalam
Media
Indonesia.com,
2008)
mengatakan bahwa :’Angka resmi korban penyalahguna narkoba berdasarkan Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah 3,2 juta orang dari 220 juta penduduk Indonesia ”. Mengkhawatirkannya, target utama pasar narkotika ini adalah para remaja. Hal itu disebabkan oleh karena masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak kanak menuju masa puber. Pada masa inilah umumnya dikenal sebagai masa "pancaroba" keadaan remaja penuh energi, serba ingin t a h u , b e l u m
sepenuhnya
memiliki
pertimbangan yang
m a t a n g , m u d a h terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi tinggi, selalu ingin coba dan tidak mau ketinggalan. Pada masamasa inilah mereka merupakan kelompok yang
paling
rawan
berkaitan
dengan
penyalahgunaan
obat
terlarang
(www1.bpkpenabur.or.id, 2000). Beberapa alasan banyaknya remaja yang menggunakan bahan narkotika yang disebabkan oleh keisengan, antara lain mencoba-coba memakainya, didorong oleh rasa ingin tahu, atau karena diolok-olok oleh kawan sebaya, sehingga ikut-ikutan meniru. Berawal dari langkah permulaan yang iseng, kemudian jadi kebiasaan dan kecanduan yang kronis (Kartono. 2007).
Ciri secara psikologis, remaja menunjukan sikap lebih tertutup, gelisah, sensitif, resah dan kurang tenang, mudah tersinggung dan gemar berbohong. Jika
1
2
dilihat dari segi fisik, remaja akan kelihatan kurang sehat dan tampak pemalas, kurus, lemah, gigi kecoklatan dan sering kali keropos dan terdapat tanda bekas sayatan atau tusukan jarum suntik sering tampak di lengan, kaki, dada, lidah dan kulitnya agak kotor karena malas mandi (Partodiharjo, 2009). Banyak cara dilakukan untuk
menanggulangi masalah ini baik secara
pre v e nti f m a u p u n re pre si f. Me n u ru t
Budiarta (2000), upaya preventif merupakan
pencegahan yang dilakukan agar seseorang jangan sampai terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan narkoba. Sedangkan upaya represif artinya usaha penanggulangan dan pemulihan pengguna narkoba yang mengalami ketergantunga (www.gunadarma.ac.id, 2005 ). Faktor-faktor yang menyebabkan maraknya penggunaan NAPZA di kalangan remaja wanita disebabkan karena selama masa remaja, tingkat perubahan sikap dan perilaku pada remaja wanita sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat selama masa awal pada remaja wanita, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan pesat (AlMighwar, 2006). Fenomena penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang dilakukan dan dialami oleh remaja wanita merupakan efek dari belum adanya penghayatan atau orientasi positif terhadap nilai-nilai hidup. C r u m b u a n g h d a n M a h o l i c k ( 1 9 9 6 ) menambahkan bahwa kekurangan makna hidup yang mengisyaratkan kegagalan individu dalam menemukan pola tujuantujuan dan nilai-nilai yang terintegrasi di dalam hidup membuat remaja wanita menjadi lemah dan kehilangan semangat untuk berjuang dalam mengatasi hambatan dalam mencapai makna hidup (Susanti, 2005). Remaja wanita yang menggunakan NAPZA pernah mengalami kurangnya makna hidup sebelum akhirnya menemukan kembali makna hidup baru baginy a. Mereka menyadari bahwa selama ini makna hidup mereka dengan NAPZA justru membuat h i d u p m e r e k a m e n d e r i t a d a n t i d a k bermakna, sampai akhirnya menyadari dan menyakini bahwa mereka menemukan makna hidupnya saat dimana mereka beribadah kepada Allah, membahagiakan keluarga dan ingin bermanfaat bagi orang lain sehingga mereka menjadi optimis untuk melangkah dan mewujudkan masa depan yang diinginkan (Susanti, 2005). Makna hidup itu sendiri merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus
3
bagi seseorang. Makna hidup, bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti menimbulkan Pengertian
penghayatan
mengenai
bahagia
makna
hidup
dan berharga. Dan pada akhirnya akan (happiness) sebagai akibat sampingannya. menunjukkan
bahwa
di
dalamnya
terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi (Yalom dalam Bastaman, 1996). Seseorang mendambakan dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, serta menjadi orang yang mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukannya dan apa yang paling baik bagi dirinya dan lingkungannya. Ia pun in gin dicintai dan mencintai orang lain, karena dengan demikian ia akan merasa d i r i n y a b e r a r t i d a n m e r a s a b a h a g i a (Bastaman, 2007). Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang makna hidup pada remaja wanita pengguna NAPZA karena di tengah penderitaan yang mereka alami, pasti masih ada setitik harapan untuk hidup yang lebih baik dan bermakna.
4
B. Pertanyaan Penelitian Dari judul yang penulis paparkan diatas, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Mengapa subjek memakai NAPZA?
2.
Gambaran makna hidup pada remaja wanita pengguna NAPZA?
3.
Bagaimana proses menemukan makna hidup pada remaja wanita pengguna NAPZA?
4.
Ap a y a n g m e n y e b a b k a n s u b j e k memiliki makna hidup yang demikian? C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor -faktor subjek memakai NAPZA, gambaran makna hidup pada remaja wanita pengguna NAPZA dan proses menemukan makna hidup pada remaja wanita yang menggunakan NAPZA dan faktor-faktor yang menyebabkan subjek memiliki makna hidup yang demikian.
5
B.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Manfaat Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi ilmu psikologi kepribadian, psikologi sosial dan psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan gambaran tentang makna hidup dan penggunaan NAPZA di kalangan remaja wanita sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi remaja agar semakin memperhatikan pergaulannya di lingkungan yang sehat.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Hidup
a. Makna hidup itu sifatnya unik dan personal. b. Makna hidup itu spesifik dan konkrit. c. Makna hidup memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang
1. Definisi Makna Hidup
dilakukan sehingga makna hidup
Menurut pandangan Frankl (1970)
seakan-akan menantang (challenging)
makna hidup harus dilihat sebagai
dan mengundang (inviting) seseorang
sesuatu yang sangat subjektif karena
untuk memenuhinya.
berkaitan dengan hubungan individu dengan pengalamannya dalam dunia ini, meskipun makna hidup itu sendiri sebenarnya sesuatu yang sangat objektif, artinya benar-benar ada dan dialami d a l a m k e h i d u p a n . F ra n k l (1 9 8 5 ) menyebutkan bahwa makna hidup sebagai sesuatu hal yang bersifat personal dan bisa berubah seiring perjalanan waktu maupun situasi dalam kehidupannya. Individu seolah -olah ditanya apa makna dari hidupnya pada setiap wa ktu m aupu n situasi d an kemudian
B. Remaja Wanita 1. Definisi tentang Remaja Adolescene a t au re m a j a berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” (Hurlock, 1980). Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescene ” yang berasal dari bahasa Latin “adolescene” = remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa
mempertanggungjawabkannya. 2. Karakteristik Makna Hidup Menurut Bastaman (1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Dalam makna hidup terdapat beberapa sifat khusus, antara lain :
atau dalam perkembangan menjadi dewasa (Mar’at, 2005).
6
C. NAPZA
D.MaknaHiduppadaRemajaPutriPenggunaNAPZA
1. Pengertian NAPZA Frankl menyatakan bahwa makna Dalam percakapan sehari hari, sering digunakan istilah narkotika, narkoba, NAZA maupun NAPZA. Secara umum, kesemua istilah itu mengacu pada pengertian yang kurang -lebih sama yaitu penggunaan zat-zat tertentu yang mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan
ketergantungan
(adiksi). Namun dari maraknya berbagai zat yang disalahgunakan di Indonesia akhir -akhir ini, penggunaan istilah narkotika saja kurang tepat karena tidak mencakup alkohol, nikotin dan kurang menegaskan sejumlah zat yang banyak dipakai di Indonesia yaitu zat psikotropika. Karena itu, istilah yang dianggap tepat untuk saat ini adalah N AP Z A : n a rkot ik a , a lk o ho l, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Partodiharjo, 2009).
hidup adalah suatu hal-hal yang khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar dan layak dijadikan sebagai tujuan hidup yang diraih (dalam Bastaman, 2001). Makna hidup adalah sesuatu yang memberikan arti khusus bagi seseorang, apabila seseorang tersebut berhasil memenuhinya maka akan menyebabkan kehidupan dirasakan berarti dan
berharga
sehingga
menimbulkan
penghayatan bahagia ( happiness ). Sedangkan menurut Bastaman (2001) hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia yang senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life ) dan mendambakan hidup bermakna ( the meaningful life). Dalam penelitian ini, peneliti ingin lebih memfokuskan pada remaja wanita pengguna NAPZA. Menurut Papalia, Old dan Feldman (2001) menyebut masa ini sebagai masa yang tumpang tindih karena mereka bukan anak-anak lagi dan juga belum bisa dikatakan dewasa. Ini adalah masa transisi dari masa anak -anak ke masa dewasa. Hurlock (1973) membagi remaja menjadi dua periode yaitu : masa remaja awal (“early adolescene”) mulai
7
usia 13-17 tahun bagi perempuan, usia 14- 17 tahun bagi laki-laki. Beberapa alasan banyaknya remaja wanita yang kecanduan bahan NAPZA yang disebabkan oleh keisengan, antara lain mencoba-coba memakainya, didorong oleh rasa ingin tahu, atau karena diolok-olok oleh kawan sebaya, sehingga ikut-ikutan meniru. Berawal dari langkah permulaan yang iseng, kemudian jadi kebiasaan dan kecanduan yang kronis (Kartono. 2007). Tetapi jika kebermaknaan hidup dikaitkan dengan remaja wanita pengguna NAPZA, maka sebagai usia ya ng sedang labil, makna hidup yang didapat remaja wanita fenomena penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA yang dilakukan dan
dialami oleh remaja wanita merupakan efek dari belum adanya penghayatan atau orientasi positif terhadap nilai-nilai hidup. C ru m b u a n g h d a n Ma h o l i c k (1 9 9 6 ) menambahkan bahwa kekurangan makna hidup yang mengisyaratkan kegagalan individu dalam menemukan pola tujuantujuan dan nilai-nilai yang terintegrasi di dalam hidup. Sehingga hal tersebut membuat remaja wanita menjadi lemah dan kehilangan semangat untuk berjuang dalam mengatasi hambatan dalam mencapai makna hidup (Susanti, 2005).
8
Remaja wanita yang menggunakan NAPZA pernah mengalami kurangnya m a k n a h i d u p s e b e l u m a k h i r n y a menemukan kembali makna hidup baru baginya. Mereka menyadari bahwa selama ini makna hidup mereka dengan NAPZA justru membuat hidup mereka menderita dan tidak bermakna, sampai akhirnya menyadari dan menyakini bahwa mereka menemukan makna hidupnya saat dimana m e r e k a b e r i b a d a h k e p a d a A l l a h , membahagiakan keluarga dan ingin bermanfaat bagi orang lain. Sehingga mereka menjadi optimis untuk melangkah d an m e wu ju dk a n m a s a d e p an y a n g diinginkan (Susanti, 2005).
8
9
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian
Peneliti
dalam
penelitian
ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan salah satu jenis penelitian kualitatif yaitu studi kasus. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran mendalam remaja putri yang menggunakan NAP ZA dalam proses menemukan makna hidupnya. Studi kasus merupakan suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), yang dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif m aupun ku an titatif, d eng an s as ara n perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. Dalam buku yang p e n u l i s s u s u n i n i l e b i h d i t e k a n k a n pendekatan kualitatif (Basuki, 2006).
B. Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah remaja putri pengguna NAPZA dengan usia 22 tahun yang menghuni LP Pak Jo Palembang (Sumatera Selatan).
10
2. Jumlah Subjek Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998), tidak ada aturan dalam jumlah sampel yang harus diambil dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini subjek berjumlah 1 orang. Selain itu peneliti akan memperkuat penelitian dengan menggunakan significant others, sebanyak 2 orang. C. Tahap-Tahap Penelitian Dalam penelitian ini, tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti adalah : 1.
Tahap Persiapan Penelitian Peneliti
membuat
pedoman
wawancara dan observasi yang disusun berdasarkan teori yang relevan dengan masalah penelitian yaitu makna hidup pada remaja wanita yang menggunakan NAPZA. 2.
Tahap Pelaksanaan Penelitian Ketika subjek telah bersedia untuk diwawancara, peneliti dan subjek menetapkan waktu dan tempat untuk
wawancara.
Peneliti
juga
mempersiapkan
pedoman wawancara, tape recorder, dan kaset yang akan digunakan untuk wawancara. pulan dari hasil wawancara itu.
8
9
3. Tahap Penyelesaian Penelitian Tahap penyelesaian adalah tahap dimana keseluruhan hasil di tahap pelaksanaan dibuat analisis psikologis. D. Teknik Pengumpulan Data Menurut Creswell (dalam Basuki, 2006) berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat empat macam tipe pengumpulan data, yaitu: 1) observasi, 2) wawancara, 3) d o k u m e n t a s i , 4 ) a l a t - a l a t audiovisual. Atas dasar hal tersebut Creswell (dalam Basuki, 2006) mengklasifikasikan
teknik
pengumpulan informasi
(data)
menjadi tiga jenis yaitu: 1)observasi, 2) wawancara, 3) dokumentasi seperti surat, buku harian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan alat -alat audio visual. D. Alat Bantu Pengumpul Data Istilah kualitatif menghasilkan dan mengolah data y ang sifatnya deskriptif, seperti trankripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan alat bantu berupa: 1. Pedoman Wawancara 2. Panduan Observasi 3. Alat Perekam (tape recorder) E. Keakuratan Penelitian Keakuratan penelitian dapat dicapai dengan melakukan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keakuratan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Patton (Poerwandari, 2005) mengingatkan bahwa triangulasi merupakan suatu konsep ideal yang kadangkala atau bahkan sering tidak dapat sepenuhnya dicapai karena berbagai hambatan.
10
Menurut Denzim (dalam Moleong, 2 0 0 4 )
membedakan
empat
macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu : 1. Triangulasi dengan sumber yaitu berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 2. Triangulasi dengan metode
8
11
yaitu
pengecekan
derajat
k e p e r c a y a a n p e n e m u a n h a s i l penelitian beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3. Triangulasi dengan penyidik yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 4. Triangulasi dengan teori yaitu berdasarkan anggapan bahwa fakta tentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. G.
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Poerwandari (2005) memberikan beberapa tahapan yang diperlukan dalam menganalisa data kualitatif, tahapan tersebut adalah: 1. Mengorganisasikan Data Setelah peneliti mendapatkan data dari subjek melalui wawancara dengan alat perekam, kemudian merubahnya dengan transkip (verbatim) dalam bentuk tulisan. Karena datanya beragam dan banyak data
12
yang harus diorganisasikan dengan rapi, sistematis dan lengkap. 2. Mengelompokkan Data Langkah pertama sebelum analisis adalah membubuhkan kode -kode pada data yang diperoleh. Pengkodean
(coding)
dimaksudkan
untuk
mengsistematiskan data secara lengkap
dapat dan
mengorganisasikan
detail
sehingga
data
dan dapat
memunculkan gambaran tentang topik. 3. Analisis Kasus Analisis yang pertama dilakukan adalah melakukan analisis terhadap masing masing kasus.analisis dilakukan melalui h a s i l w a w a n c a r a y a n g d i u n g k a p responden. Tahap yang kedua adalah melakukan analisis antar kasus yang tujuannya untuk mengungkap perbedaan d a n p e r s a m a a n a n t a r s u b j e k d a n menyimpulkannya. 4. Menguji Asumsi Setelah kategori data dan pola data tergambar dengan jelas, pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis kembali berdasarkan landasan t e o r i y a n g d i j a b a r k a n p a d a b a b sebelumnya.
8
13
BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Pembahasan
1. Faktor-faktor yang menyebabkan remaja wanita menggunakan NAPZA? Subjek
menggunakan
NAP ZA dengan jenisnya yaitu ekstasi, ganja, dan shabu -shabu. Subjek merasakan perasaan yang nikmat saat menggunakan NAPZA. S u b j e k m e n g i r a d e n g a n m e n g g u n a k a n N A P Z A d a p a t melupakan masalah hidupnya dan melarikan diri dari masalah-masalah pribadi subjek di rumah. Namun, ketika tidak menggunakannya tubuh subjek terasa lemas dan lesu. Subjek juga menggunakan NAPZA untuk melakukan suatu kegiatan seperti pergi ke undangan pernikahan karena biasanya di pesta pernikahan ada kebiasaan seperti joget dan itu membutuhkan energi. Subjek juga menggunakan NAPZA karena keinginan yang besar dalam diri subjek untuk cobacoba yang menyebabkan subjek
menjadi ketagihan dan
kecanduan. Perasaan
enak
dan
dapat
menghilangkan stress, subjek dapatkan dari penggunaan NAPZA. Pertama kali subjek diperkenalkan NAPZA oleh teman-teman subjek yang menggunakan NAPZA. Subjek bergaul dengan orang-orang yang menggunakan NAPZA. S u bj ek j u g a
terkadang
dipaksa teman-temannya untuk menggunakan NAPZA. Beberapa alasan banyaknya remaja yang menggunakan bahan narkotika yang disebabkan oleh keisengan, antara lain mencoba-coba memakainya, didorong oleh rasa ingin tahu, atau karena diolok-olok oleh kawan sebaya, sehingga ikut-ikutan meniru. Berawal dari langkah permulaan yang iseng, kemudian jadi kebiasaan d a n k e c a n d u a n y a n g k r o n i s (Kartono. 2007). 2. Gambaran makna hidup remaja wanita yang mengunakan NAPZA
14
Subjek terlahir di keluarga yang kurang harmonis. Orangtua subjek bercerai semenjak subjek berusia satu tahun. Subjek lebih dekat dengan ayahnya karena dari kecil subjek tinggal dengan ayahnya
8
12
sedangkan ibu subjek tinggal dengan suami baru. Dampai perceraian orangtua subjek membuat subjek lebih dekat dengan teman-temannya. Subjek juga sering diberikan nasehat oleh orangtuanya untuk tidak keluar malam namun subjek sering tidak mengindahkan nasehat orangtuanya. Keinginan tahuan subjek akan rasanya menggunakan NAPZA membuat kehidupan subjek mulai suram. Semenjak mengenal NAPZA, subjek menjadi suka berbohong d eng an k e luarg a d an s e ma kin menjauh dari Tuhan. Subjek hanya mementingkan kesenangan semata. Perasaan rilex, enjoy dan dapat melupakan masalah subjek dapatkan saat menggunakan NAPZA. Subjek mengetahui menggunakan NAPZA dilarang oleh hukum dan agama. Subjek merasa berdosa dan bersalah bila sedang menggunakan NAPZA. Status baru yang disandang subjek memang membuat subjek terpukul dan menderita. Namun, s u bj e k ti d ak i n gi n l a m a -l a m a menderita oleh karena itu selama berada di Lapas subjek bannyak berpikir, merenungi dan menghayati semua hal yang terjadi dalam kehidupannya. Subjek ingin bangkit lagi dari keterpurukannya dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi dimana subjek dapat berkumpul dengan keluarga, berkarya dan mencinta. Makna cinta bagi subjek adalah suatu perasaan dicintai dan mencintai sehingga menimbulkan perasaan bahagia bagi subjek. Cintalah yang dapat membangkitkan s ubj e k d a ri k et e rp uru k an n y a. Keluarga dan pacar subjek dapat menerima subjek apa adanya subjek dengan status sebagai pengguna NAPZA. Subjek
juga
akan
mengembangkan diri dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. H a l i n i s e j a l a n d e n g a n y a n g dikemukakan oleh Bastaman (1996) bahwa pemahaman diri diartikan s e b a g a i u p a y a m e n i n g k a t k a n kesadaran atau buruknya kondisi diri saat ini dengan keinginan untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Frankl
(1959) mengemukakan bahwa kehendak hidup bermakna adalah kenyataan dan bukan keyakinan, dan menjadi
13
motivasi utama dalam diri manusiaa, dan hasrat inilah yang memotivasi seseorang untuk memilih pribadi yang akan ia pilih. Dengan tujuan menjadi pribadi yang lebih berharga, yaitu pribadi dengan makna. 3. Proses Menemukan Makna Hidup p a d a R e m a j a W a n i t a y a n g Menggunakan NAPZA a) Tahap Derita Dalam menjalani hukuman akibat penyalahgunaan NAPZA subjek merasa menderita. Kebebasan subjek menjadi terbatas. Subjek juga telah mengecewakan keluarga dan pacar subjek. Status subjek juga berubah menjadi penghuni Lapas. Subjek merasa malu, sedih, kecewa karena keluarga mengetahui subjek menggunakan NAPZA. Keluarga subjek sempat menjauhi subjek. K e l u a r g a s u b j e k d a p a t menerima keadaan subjek sebagai pengguna NAPZA. Teman-teman yang dianggap subjek paling setia meninggalkan subjek di saat subjek menderita. Namun, subjek tidak ingin lama-lama menderita. Subjek ingin bangkit dari keterpurukannya dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
14
Seseorang bisa berhadapan d e n g an s e s u atu y an g t ak bi s a ditinggalkan, situasi yang tak terhindarkan, nasib yang tak bisa berubah, penyakit yang tak terobati; d e n g a n d e m i k i a n s e o r a n g i t u diberikan kesempatan terakhir untuk mengaktualkan nilai tertinggi, untuk mengisi makna terdalam, yaitu makna penderitaan (Frankl, 2003). Penderitaan individu berada dalam ketegangan atas apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam kenyataan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan Bastaman (1996), dimana dalam tahap derita, subjek akan menemukan peristiwa tragis dan bagaimana penghayatannya ketika subjek belum memiliki makna dalam hidupnya.
b) Tahap Penerimaan Diri Pada awalnya, subjek merasa berat dalam menjalani hidupnya di Lapas dan menyandang status sebagai penghuni Lapas karena p e n y a l a h g u n a a n N A P Z A . N a m u n , s e j a l a n d e n g a n i t u subjek akhirnya dapat menerima dirinya seutuhnya dengan cinta
15
yang subjek dapatkan dari Tuhan dan keluarganya. Bastaman
(1996)
m e n g a t a k a n b a h w a t a h a p penerimaan diri adalah tahap pemahaman diri dan perubahan sikap. Subjek telah menyadari dirinya dan merubah sikapnya m e n j a d i t e r b i a s a d e n g a n statusnya sebagai penghuni lapas. c) T ah ap Pe nem u an M akn a Hidup Subjek menemukan makna hidupnya saat subjek berada di Lapas. Subjek memandang hidup i n i p e n t i n g d a n s e t i a p p e n g a l a m a n y a n g d i d a p a t dijadikan pelajaran berharga. Tuhan dan keluarga sangat penting bagi subjek karena selalu ada saat subjek menderita. Subjek menjadi lebih sayang dengan keluarga. Subjek tidak ingin menderita lagi karena NAPZA. Subjek tidak ingin terjerumus NAPZA lagi. Bastaman (1996) mengatakan bahwa tahap penemuan makna hidup adalah tahap individu menemukan makna hidup dan tujuan hidup. Subjek menemukan makna hidup sebagai sebuah berkah karena subjek selalu mendekatkan diri kepada Tuhan y a n g h a r u s d i p e r t a n g g u n g j a w a b k a n d a l a m p r o s e s kehidupannya. Dalam proses ini, hidup yang bermakna bagi subjek adalah ketik a s ubjek m end ap atkan g a n j a r a n h u k u m a n d a r i penyalahgunaan NAPZA yang menyebabkan subjek beberapa waktu harus berada di lapas. Subjek sadar bahwa teman-teman dekat yang selama ini dianggap p a l i n g
setia
ternyata
meninggalkannya saat subjek tertangkap polisi. Tuhan dan keluarganya yang ada di saat subjek menderita dan tertimpa masalah.
d) Tahap Realisasi Makna Subjek merealisasikan makna hidupnya dengan bertobat kepada T u h a n d a n h i d u p t i d a k menggunakan narkoba lagi. Subjek ingin hidup lebih baik lagi dengan mengikuti semua kegiatan yang ada di lapas.
11
16
S h o l a t d a n k e g i a t a n y a n g berhubungan dengan keagamaan tidak pernah subjek lupakan. Subjek mengalami perubahan sikap yang menuju ke arah yang lebih baik. Usaha
subjek
merealisasikan
makna
dalam hidup
yang telah ditemukannya dengan
m et od e
m e n e m u k a n m a k n a hidup yang dikemukan Bastaman (2007) dimana pendalaman nilainilai penghayatan (experiental values), yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan serta cinta kasih. Menghayati dan menyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya.
e) Tahap Kehidupan Bermakna Subjek menjalani sangsi huku m an den gan sab ar d an merasa bahagia karena subjek akan keluar dari Lapas dan berkumpul dengan keluarga. Subjek juga banyak belajar dari pengalaman dan ingin memulai hidup yang baru. Bastaman
17
(1996) mengatakan bahwa tahap kehidupan bermakna adalah penghayatan yang bermakna dan k e b a h a g i a a n . S u b j e k i n g i n mewujudkan masa depan yang sudah direncanakan subjek.
4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Remaja Wanita Pengguna NAPZA Memiliki Makna Hidup Semenjak berada di Lapas subjek banyak menghayati tentang pengalaman hidup yang dilalui dan didapat subjek. Subjek memandang kehidupan ini penting. Subjek tidak ingin menggunakan NAPZA lagi karena NAPZA membuat subjek menderita. Subjek bosan dengan kehidup an dengan menggunakan NAPZA karena subjek tidak bahagia. S u b j e k m e n d a p a t k a n b a n y a k pengalaman hidup yang membuat subjek bisa hidup lebih baik lagi dan menjadi pengalaman berharga bagi subjek. Subjek menemukan makna hidup dari keseluruhan kejadian yang subjek dapatkan sebagai pengguna NAPZA yaitu bahwa Tuhan dan keluarganya yang ada menemani
11
18
subjek di saat subjek menderita. Teman -teman yang sangat dekat d e n g a n s u b j e k m a l a h a n meninggalkan subjek disaat subjek dihadapkan pada suatu masalah. Subjek mendapatkan dukungan dan semangat dari keluarga, pacar dan teman subjek agar subjek tidak m e n g g u n a k a n N A P Z A l a g i .
Bastaman (2007)
keinginan untuk hidup bermakna memang benar benar merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja dan berkarya agar hidup dirasakan berarti dan berharga. B. Kesulitan Penelitian Pada saat melakukan penelitian ini peneliti memiliki kesulitan sebagai berikut : a. Peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari subjek remaja wanita yang menggunakan NAPZA. b. Subjek sulit untuk dimintai keterangan tentang kehidupan percintaan subjek.
19
c. Subjek sulit diminta keterangan tentang teman-teman subjek yang berada di Lapas. d. Peneliti hanya bisa menginterview subjek dari jam 8:00 WIB sampai jam 12:00 WIB.
17
20
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Latar belakang subjek menjadi pengguna NAPZA dilihat dari faktor keluarga dimana subjek kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari keluarga karena orangtua subjek sudah bercerai dari subjek berusia satu tahun sehingga subjek juga ingin melarikan diri dari masalah-masalah pribadi kehidupan subjek dan ingin mendap atkan perasaan yang nikmat. Subjek juga bergaul dengan orang-orang yang menggunakan
NAPZA
dan
terkadang subjek sering diberikan NAPZA gratis oleh teman -teman subjek . Hal itu terjadi karena subjek mudah terbujuk oleh ajakan temantemannya untuk menggunakan NAPZA. NAPZA pada saat itu sedang trend di kalangan subjek. 2.
Gambaran makna hidup subjek dimulai ketika subjek merasakan penderitaan karena menggunakan NAPZA. Subjek harus masuk ke
21
d a l a m L a p a s d a n m e n j a l a n i h u k u m a n . S u b j e k m e n y a d a r i perubahan hidup yang dialaminya sebagai penghuni NAPZA. Subjek sadar bahwa teman yang dianggap p a l i n g s e t i a t e r n y a t a m e n in gg a lk a n ny a s a at su bj e k menderita. Bagi subjek Tuhan dan keluarga sangat penting dalam k e h i d u p a n n y a . S u b j e k i n g i n mempunyai
cita -cita
untuk
membahagiakan
kedua
orangtuanya,
m e n d a p a t k a n p e k e r j a a n d a n membentuk sebuah keluarga. Makna cinta dan penderitaan membuat subjek yakin bahwa di tengah-tengah p e n d e r i t a a n p a s t i a k a n a d a kebahagiaan.Subjek ingin hidup normal dan bahagia. 3.
Proses menemukan makna hidup bagi subjek dilewati subjek dengan tahap derita yaitu penderitaan menjadi penghuni Lapas. Kebebasan subjek menjadi sangat terbatas. Subjek juga merasa frustasi dan stress karena telah mengecewakan kedua orangtuanya dan keluarganya dan temannya meninggalkannya di saat subjek menderita. Namun, subjek tidak ingin berlama -lama
17
18
menderita sehingga subjek ingin bangkit keterpurukannya.
memperbaiki hidupnya
lagi dan
membuat orangtuanya bahagia.
Subjek juga ingin hidup lebih
Tujuan hidup subjek adalah mencari
baik lagi dengan tidak menggunakan
kebahagiaan. Subjek juga
NAPZA dan bertobat kepada Tuhan.
mempunyai cita-cita untuk mencari
Subjek juga dapat mene mukan
pekerjaan,
makna hidupnya kembali dengan
keluarganya dan bisa menikah.
memaafkan dengan ikhlas teman-
Subjek ingin selalu bersyukur kepada
temannya yang telah mengecewakan
Tuhan untuk kehidupan yang telah
subjek pada saat peristiwa
diberikan kepada subjek.
penangkapan.
Memaafkan
teman-
B.
membahagiakan
Saran
temannya me mbuat hati subjek damai dan tentram. Subjek telah
1. Untuk Pembina Subjek di Lapas
menjalani hukuman di lapas dengan
Pembina hendaknya lebih sabar dan
lebih baik dan subjek sudah merasa
kuat dalam membimbing dan
bahagia karena akan keluar dari
mendidik subjek dan teman-teman
Lapas dan berkumpul dengan
subjek yang berada di Lapas.
keluarga. 4.
Faktor-faktor yang menyebabkan
2. Untuk Subjek Subjek hendaknya bila keluar dari
subjek memiliki makna hidup adalah setelah
subjek
mengalami
pengalaman tragis karena harus m a s u k La p a s u n t u k m e n j a l a n i hukuman. Subjek menyadari menggunakan NAPZA membuatnya hidupnya hancur dan tidak bahagia. Keikhlasan subjek me maafkan perbuatan
teman-temannya
juga
membuat perasaan subjek lebih tenang dan lebih kuat. Oleh karena itu subjek ingin semakin
Lapas semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan lebih terbuka kepada keluarga sehingga orangtua dapat
memberikan
nasehat
dan
bimbingan juga yang terutama perhatian dan kasih sayang untuk subjek.
19
2. Untuk Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti : a. Penerimaan diri pada remaja pria dari berbagai etnis yang menjadi pengguna NAPZA. b. Prilaku prososial pada remaja putri dari berbagai etnis yang menjadi pengguna NAPZA.