BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perusahaan bisnis saat ini tumbuh di tengah perubahan teknologi yang pesat, lingkungan ekonomi global, regulasi barang produksi yang pendek, dan kemudahan untuk mengakses informasi (Saud & Alrifi, 2012). Konsumen semakin mahir dalam memilih produk yang mereka butuhkan dengan membandingkan satu dengan lainnya. Jika beberapa waktu lalu produk yang baik saja sudah cukup bagi konsumen, saat ini mereka memiliki harapan yang jauh lebih besar. Konsumen melihat produk yang ditawarkan sebagai sebuah solusi terhadap permasalahan yang mereka hadapi atau keinginan yang mereka cari. Hal ini membuat lingkungan bisnis mengalami perubahan yang cepat dan terjadi persaingan kompetitif karena semakin banyak perusahaan baru yang ikut berlomba meraih peluang dan kesempatan yang ditawarkan dan menjadikan peluang tidak mudah untuk diraih. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat organisasi menghadapi masalah besar yang dapat menurunkan kinerja organisasi apabila tidak memiliki kemampuan inovasi. Persaingan bisnis membuat perusahaan berada dalam tekanan terus menerus untuk berinovasi dalam produk dan layanan. Oleh karena itu, sebuah keharusan bagi organisasi untuk membangun kemampuan organisasi agar memiliki kekuatan untuk terus berinovasi. Inovasi merupakan faktor kunci dalam menghadapi persaingan dan kompetisi. Ancok (2004) menyatakan bahwa inovasi merupakan kekuatan suatu organisasi dalam mengungguli organisasi lain. Organisasi bisnis membutuhkan perilaku inovatif agar mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis. Melalui inovasi, organisasi mampu membangun dan memiliki keunggulan kompetitif. Dalam situasi ini, upaya inovasi
1
2 memainkan peran yang signifikan demi memperoleh keunggulan kompetitif dan keberhasilan yang berkelanjutan (Gumusluoglu & Ilsev, 2009). Inovasi merupakan strategi perusahaan dalam mempertahankan keunggulan kompetitif untuk menciptakan sustainability yang kuat bagi perusahaan. Perusahaan yang ingin sustainable harus menempatkan SDM yang handal sebagai human capital (Rivai, Veithzal, & Mulyadi, 2010). Manusia adalah sumber daya yang sangat penting dalam bidang industri dan organisasi. Dalam upaya memenangkan persaingan, perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan inovatif. Salah satu cara bagi organisasi untuk menjadi lebih inovatif adalah memanfaatkan kemampuan karyawan mereka untuk berinovasi. Banyak peneliti yang berpandangan bahwa inovasi individu membantu untuk mencapai keberhasilan organisasi (Jong & Hartog, 2007). Perilaku inovatif karyawan dalam suatu perusahaan penting untuk ditingkatkan, apalagi dalam perusahaan bisnis yang kompleksitas persaingannya tinggi karena mampu mendukung keberhasilan perusahaan, seperti yang telah dikatakan sebelumnya oleh Jong & Hartog (2007). Hal ini menjadi perhatian salah satunya diperusahaan PT Astra International Tbk. Perusahaan dituntut untuk dapat mengerti dan memahami apa yang terjadi di pasar, apa yang menjadi keinginan konsumen, serta berbagai perubahan yang ada di lingkungan bisnisnya (Dewi, 2006). Seluruh insan Astra dituntut untuk berinovasi sebagai upaya memberikan solusi dan nilai tambah produk dan atau layanan kepada konsumen. Perusahaan yang memiliki 183 anak perusahaan ini bergerak di enam segmen usaha, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi. Sifat yang multinasional dan menggeluti enam bidang bisnis membuat perusahaan Astra memiliki kompetitor yang tidak sedikit.
3 Inovasi di bidang otomotif dan transportasi penting untuk dikembangkan mengingat otomotif sebagai tombak perekonomian Indonesia (Hay, 2014). Pada bidang industri otomotif, Astra memiliki peluang bisnis yang besar, khususnya pada bidang sepeda motor. Sepeda motor semakin diminati oleh masyarakat Indonesia sehingga banyak perusahaan sepeda motor di dunia yang mengeluarkan produk motornya di Indonesia (Hay, 2014). Hal ini dibuktikan dari gambar berikut ini.
Gambar. 1 Penjualan Sepeda Motor di Indonesia Gambar di atas menunjukkan bahwa penjualan sepeda motor di Indonesia mengalami peningkatan di tiga tahun terakhir (2012-2014). Peristiwa ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi perusahaan sepeda motor. Perusahaan Astra yang bergerak di bidang otomotif sepeda motor adalah PT Astra International Tbk – Honda (Astra Motor). Di Indonesia terdapat beberapa merek sepeda motor yang bersaing. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) memaparkan merek sepeda motor tersebut, antara lain Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dan TVS (Mahaputra, 2014). Merek-merek tersebut telah bersaing merebut pangsa pasar nasional.
4
Gambar. 2 Penjualan Sepeda Motor Nasional Januari-September 2014 Pada gambar I.2, Honda berhasil menguasai pangsa pasar sebesar 62,3% dengan total penjualan sebanyak 2.625.128 unit, disusul sepeda motor merek Yamaha yang menguasai pangsa pasar sebesar 31,31% dengan total penjualan sebanyak 1.894.940 unit, kemudian disusul oleh sepeda motor merek Kawasaki dengan penjualan sebanyak 225.602 unit, Suzuki sebanyak 123.876 unit dengan pangsa pasar sebesar 2,05%, TVS sebesar 0,44% dengan total penjualan 7.493 unit, dan merek-merek lainnya dengan pangsa pasar sebesar 0,12%. Pada tahun 2015, Industri sepeda motor mengalami situasi pasar yang sulit sepanjang kuartal I/2015. Penjualan bulanan cenderung fluktuatif, yaitu pada bulan Januari tercatat 513.816 unit, Februari sebanyak 570.524 unit, namun pada bulan Maret merosot menjadi 562.185 unit (Wiangga, 2015). Kondisi ini berbeda dengan kondisi pasar tahun lalu yang mengalami peningkatan penjualan. Sepanjang tiga bulan pertama tahun 2015, ada dua merek yang mengalami peningkatan penjualan, yakni Kawasaki dan TVS. Merek-merek utama yakni Honda, Yamaha, dan Suzuki justru mengalami kemerosotan penjualan. Honda sebagai pemimpin hanya mampu menjual 1,09 juta unit, turun dari periode yang sama tahun lalu yang
5 mencapai 1,25 juta unit (Wiangga, 2015). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan atasan di departemen PT Astra International Tbk – Honda yang berhubungan dengan penjualan, diungkap bahwa pada tahun 2015 ini ada beberapa wilayah yang tidak memenuhi target penjualan yang membuat total penjualan mengalami penurunan tidak hanya penjualan sepeda motor, tetapi juga penjualan sparepart sepeda motor. Dibutuhkan suatu inovasi dalam penjualan yang mampu menarik minat konsumen untuk membeli motor merek Honda, seperti kemudahan dalam transaksi pembelian. Menurunnya total penjualan sepeda motor merek Honda membuat perusahaan Astra harus segera mengembangkan suatu inovasi dalam penjualan agar dapat bertahan dan menambah keuntungan perusahaan melalui peningkatan total penjualan. PT Astra International Tbk – Honda harus segera mengambil tindakan untuk mempertahankan gelar pemimpin pasar sepeda motor. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui inovasi perusahaan. Atasan pada salah satu departemen PT Astra International Tbk – Honda memaparkan bahwa perusahaan menuntut perilaku inovatif karyawan agar penjualan motor Honda dapat terus meningkat dan mencapai target. Adanya inovasi, khususnya dalam hal penjualan dapat meningkatkan total penjualan. Perilaku inovatif karyawan tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan bisnis yang sedang merosot, melainkan juga agar perusahaan tidak kalah saing atau bahkan mengalami kebangkrutan. Sebagai upaya mewujudkan hal tersebut diperlukan seorang pemimpin yang mampu menggerakkan anggota untuk memunculkan perilaku inovatif. Dalam rangka menjaga stabilitas dan eksistensi perusahaan, perilaku inovatif karyawan dalam perusahaan menjadi hal penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan sebagai upaya beradaptasi dengan lingkungan. Pada saat kondisi perusahaan mulai memburuk dan mengalami penurunan seperti yang dialami oleh PT Astra International Tbk – Honda dalam penjualan motor Honda di
6 sepanjang kuartal I/2015, diperlukan seorang pemimpin yang mampu membawa perusahaan untuk kembali meraih kesuksesan. Perusahaan memerlukan pemimpin yang reformis yang mampu menjadi motor penggerak perubahan (transformation) karena inovasi perusahaan akan berhenti apabila pemimpin organisasi merasa puas dengan apa yang sudah dicapai selama ini (Ancok, 2012). Tanpa inovasi, perusahaan akan mati. Salah satu model kepemimpinan yang dapat berperan sebagai penggerak perubahan adalah kepemimpinan yang bersifat transformasional. Seorang pemimpin bergaya transformasional memotivasi bawahan dengan membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil pekerjaan, mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan diri sendiri dan menstimulus kebutuhan mereka untuk tingkat yang lebih tinggi (Wagimo & Ancok 2005). Gaya kepemimpinan transformasional membuat bawahan mampu bekerja melampaui kepentingan diri mereka dengan mengubah nilai-nilai dan konsep diri bawahan sehingga meningkatkan kebutuhan dan aspirasi mereka (Janseen, 2003). Pemimpin yang mengadopsi gaya transformasional akan memacu munculnya perilaku inovatif dalam perusahaan (Ancok, 2012). Pemimpin yang memacu tumbuhnya inovasi dalam perusahaan adalah pemimpin yang berpandangan jauh ke depan (visioner), mampu mensinergiskan berbagai unit, divisi, dan sumber daya yang ada dalam organisasi, dan menggerakkan orang-orang dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (transformasional) (Bass, 1985). Gaya kepemimpinan transformasional juga mampu mengembangkan makna dalam bekerja, menciptakan lingkungan kerja yang apresiatif sehingga menggugah gairah dan semangat untuk berinovasi dan belajar bersama. Sifat apresiatif pemimpin tranformasional akan memotivasi orang untuk berinovasi (Janseen, 2003). Gaya kepemimpinan transformasional mampu memanusiakan bawahan, memperlakukan bawahan sebagai
7 manusia cerdas dan terhormat, serta menyentuh hati bawahan agar memunculkan potensi maksimal mereka. Jung (2008) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan perilaku inovatif memiliki hubungan yang signifikan. Hubungan antara perilaku inovatif dengan gaya kepemimpinan transformasional sebelumnya juga pernah diteliti oleh Reza (2011) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Persepsi Struktur Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional, dan Budaya Inovatif pada Perilaku Inovatif”. Penelitian membuktikan bahwa gaya kepemimpinan transformasional memberi pengaruh yang signifikan pada perilaku inovatif karyawan RS. Panti Nugroho Pakem Yogyakarta. Tantangan organisasi saat ini adalah bagaimana cara mengelola dan meningkatkan perilaku inovatif karyawan dengan baik dan menerapkan gaya kepemimpinan yang mampu memfasilitas inovasi (Patterson, 2002). Berdasarkan latarbelakang diatas, nampak suatu permasalahan yang layak diteliti, yaitu: Hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan perilaku inovatif karyawan di PT Astra International Tbk Honda. B. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan perilaku inovatif karyawan.
C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri maupun untuk perusahaan terkait dengan pengembangan dan pengelolaan SDM yang merupakan aset penting perusahaan untuk dapat terus bertahan.
8 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi ilmu Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi terkait psikologi kepemimpinan dan inovasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada karyawan dalam organisasi mengenai hubungan gaya kepemimpinan transformasional dengan perilaku inovatif karyawan.