xv
INTISARI
Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki mobilitas yang tinggi dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunan-pembanguan di berbagai bidang. Proses pembangunan ini berdampak pada peningkatan aspek kehidupan, namun juga diikuti masalah lingkungan. Upaya pembangunan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan diharapkan mampu untuk mendukung masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tetap memperhatikan lingkungan hidup. Penggambaran seputar lingkungan kota Semarang dan pengembangan mengenai masalah-masalah lingkungan yang dihadapi, adalah metode awal untuk menemukan solusi dalam pengelolaan kota yang berwawasan lingkungan. Lingkungan kota Semarang dikaji melalui pendekatan kualitatif dan komunikatif untuk mendekatkan masalah kepada solusi dan pemahaman pelestarian lingkungan berdasarkan refleksi etika lingkungan. Pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan mewakili eksistensi daripada etika lingkungan khususnya etika ekosentrime yang ditunjukkan dengan keseimbangan antara hakikat pembangunan yang harus tetap berjalan dan kelestarian alam yang harus selalu dijaga. Hal ini sekaligus menjadi langkah awal dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan di kota Semarang secara bertahap dan berkesinambungan, mengelola dan memulihkan serta merupakan langkah preventif di masa yang akan datang. Kata kunci : Semarang, etika lingkungan, ekosentrisme, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
1
ABSTRACT
Semarang is a city in Indonesia which has high mobility in the process of fulfilling the needs of the living. It is characterized by a large number of construction-construction in various fields. This development process have an impact on improving aspects of life, but also followed environmental problems. Environmental development efforts in the management of sustainable development efforts and insightful environment is expected to be able to support the community in meeting the needs of his life with permanent attention to the environment. The depiction of the environment surrounding the city of Semarang and the development of the environmental problems facing, is the initial method for finding solutions in the management of a city environmentally. Semarang city environment examined through a qualitative approach and communicative approach to the problem to solutions and understanding of environmental conservation based on the reflection of environmental ethics.
Sustainable development and environmentally sound represent existence than ethics environment especially ethical ekosentrime demonstrated by the balance between the nature development should run and preserve nature which must always guarded carefully.This has become the first step in solving problem of environment in the city of semarang gradually future, managing and recover as well as the preventive measures in the future. Keywords: environmental ethics, Semarang, ekosentrisme, sustainable development and environmentally.
2
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Permasalahan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluki lainnya. Manusia tidak menyadari bahwa kemajuan yang terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya dalam kehidupan telah menimbulkan berbagai macam permasalahan. Tingkat peradaban manusia yang semakin hari semakin berkembang membuat manusia senantiasa berurusan dengan lingkungan yang semakin hari sulit untuk dihindari. Lingkungan hidup yang semakin tercemar memungkinkan terjadinya suatu krisis terhadap lingkungan sosial. Krisis terhadap lingkungan hidup merupakan suatu tantangan yang sangat besar. Tantangan ini terutama terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, karena adanya berbagai aktivitas pembangunan yang bertujuan
2
meningkatkan kesejahteraan umat manusia tetapi sering pula membawa damapak terhadap perubahan lingkungan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tumbuhnya industri yang begitu pesat pada saat itu telah menimbulkan pengaruh baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Dampak positifnya adalah peningkatan mutu dan kualitas hidup yang ditandai dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang menjadi lebih mudah untuk diwujudkan.Akan tetapi dampak negatif dari kemajuan industri ini tentunya harus lebih diwaspadai agar tidak terjadi suatu kerusakan dalam tatanan lingkungan yang ada baik itu lingkungan hidup pada umumnya maupun lingkungan sosial. Dalam perkembangannya, tatanan lingkungan hidup maupun lingkungan sosial seharusnya senantiasa diperhatikan agar tidak mendatangkan berbagai bencana. Tanggungjawab dari semua elemen masyarakat diperlukan dalam menjaga tatanan lingkungan hidup dan lingkungan sosial sehingga diharapkan akan tercipta suatu cara pandang yang lebih baik dalam memandang lingkungan itu sendiri. Daya dukung lingkungan sebagai suatu kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia harus dijaga. Daya dukung alam ini sangat penting terhadap kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, keberadaan lingkungan alam perlu dijaga dan dikelola dengan baik agar kehidupan tetap optimal.
3
Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik dalam dalam lingkup global maupun nasional merupaka akibat dari perilaku manusia. Kasus- kasus pencemaran dan kerusakan, seperti air laut, hutan, atmosfer, air, tanah dan lain- lain bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli, dan hanya mementingkan diri sendiri. Menurut Arne Naess, krisis lingkungam dewasa ini hanya dapat diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. etika lingkungandibutuhkankarena mampu menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dengan alam semesta. Kesalahan fundamental pemahaman manusia adalah cara pandang terhadap dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem.Salah satu penyebabnya adalah bersumber dari etika antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat alam semesta, mempunyai nilai semesta alam, dan boleh melakukan apa saja terhadap alam. Cara pandang inilah yang menimbulkan sikap dan perilaku eksploitatif terhadap alam. Pandangan Galtung terkait dengan lingkungan, bahwa lingkungan tidak semata- mata merupakan sarana, tempat untuk melangsungkan kehidupan, namun juga merupakan “Lebenswelt”, yaitu medan atau tempat yang memungkinkan manusia untuk berkarya, memenuhi kebutuhan hidup, dan membangun peradaban dan kebudayaannya. Galtung menambahkan bahwa manusia harus mampu menciptakan dan menjaga keharmonisan hidupnya dengan alam, karena berkaitan secara structural. Galtung dalam pendekatan
4
sruktural ini, menegaskan bahwa manusia bersahabat dengan alam, menjaga keseimbangan ekologis, memahami bahwa manusia adalah bagian dari alam, begitu juga alam bagian dari kehidupan manusia. Dengan demikian terjadi relasi horizontal supaya tidak terjadi kepincangan di salah satu pihak. Kelestarian alam adalah yang utama karena perlu diingat bahwa alam bukan merupakan warisan, melainkan sebuah titipan. Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang masyarakatnya memiliki mobilitas yang tinggi dalam upaya menggapai setiap kebutuhan dan impiannya. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunanpembanguan diberbagai bidang. Proses pembangunan ini mengakibatkan mobilitas penduduk semakin meningkat sehingga keadaan ini membuka peluang untuk meningkatkan sistem perekonomian, tetapi juga meningkatnya masalah pencemaran. Upaya pembangunan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan diharapkan mampu memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang diharapkan mampu untuk mendukung masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tetap memperhatikan lingkungan hidup dengan lebih mengedepankan suatu etika dan pengetahuan mengenai lingkungan dalam suatu cara pandang yang dimiliki oleh masyarakat dan pemerintah kota Semarang.
5
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan Lingkungan hidup menyatakan:
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud adalah upaya terpadu untuk melestarikanfungsi lingkungan hidup, yang meliputi kebujaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. 2. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan mendatang. 3. Pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, guna terjaganya kehidupan berkualitas.
2.
Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah pemikiran diatas , maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang selama ini menjadi persoalan degradasi lingkungan di kota Semarang? 2. Bagaimanakah upaya pemerintah kota Semarang dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan?
6
3. Apa revelansi etika lingkungan Galtung dalam kaitannya dengan pembangunan di kota semarang?
3.
Keaslian Penelitian Sisi keaslian penelitian ini akan menjawab permasalahan pokok dalam hal pembangunan dan berbagai masalah degradasi lingkungan dalam perspektif etika lingkungan. Penulis dalam penelitian ini memfokuskan diri pada korelasi antara masalah linkungan di Semarang dan pembangunan kota dengan kontribusi etika lingkungan Galtung. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang serupa, namun sisi variabelatau materi yang membedakan; 1.Elaborasi Konsep Etika Lingkungan, Sebuah Perspektif Bagi Pembangunan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia (Wahid Teguh Setiawan : 2695, 2002 , skripsi Filsafat UGM). 2.Etika Lingkungan Menurut Johan Galtung (Jaelani : 2212, 1996, skripsi Filsafat UGM). 3. Perda Tata Ruang Kota Semarang dan Implementasinya (Bagus Arya Wisnu Wardhana, S.H. : 2008 , UNDIP Semarang)
4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat daripada penelitian ini, yaitu: 1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
7
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu penegetahuan tentang lingkungan di Indonesia.Pembangunan dan penanganan masalah lingkungan perlu memerhatikan perspektif etika lingkungan. 2. Bagi perkembangan filsafat Penelitian ini diharapkan mampu menambah wacana berpikir kefilsafatan terutama mengenai pembangunan dan penanggulangan masalah lingkungan yang tetap memfokuskan diri pada etika lingkungan. 3. Bagi masyarakat kota Semarang Penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu pemahaman baru yang bersifat konstruktif, bahwa betapa pentingnya eksistensi daripada etika lingkungan dalam rangka upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di kota Semarang002E
A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui secara deskriptif segala hal yang menjadi persoalan lingkungan di kota Semarang sehingga dapat menuju pada pembangunan yang berwawasan etika lingkungan. 2. Merumuskan secara analisis tentang upaya pemerintah kota Semarang dalam mewujudkan suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
8
3. Merumuskan secara reflektif mengenai korelasi antara etika lingkungan Galtung dengan pembangunan dan pengelolaan lingkungan di Semarang, sehingga tercipta pemahaman baru mengenai pentingnya etika lingkungan tersebut.
B. Tinjauan Pustaka Manusia
harus
berupaya
melakukan
pembangunan
dengan
memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang telah disediakan oleh lingkungannya, dan kebutuhan tersebut selalu berkembang sejalan dengan perkembangan yang dicapai oleh manusia yang berdampak pada lingkungan. Besar perhatian terhadap upaya perlindungan dan penggunaan lingkungan dapat dimengerti, oleh karena pada lingkungan itulah manusia hidup, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Soerjani,1998:4). Etika lingkungan sebagai prinsip dasar moral lingkungan yang merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengelola dan memanfaatkan alam, dalam hidupnya sebagai masyarakat. Dengan etika lingkungan, kita tidak saja mengimbangi hak dan kewajiban terhadap lingkungan, namun juga membatasi tingkah laku manusia agara dalam setiap kegiatan tetapberada dalam batas kepentingan lingkungan hidup kita (Soerjani, 1998: 36). Semua usaha dan kegiatan pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.Perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan
9
pembangunan harus memuat perkiraan dampaknya yang penting terhadap lingkungan hidup, guna dijadikan pertimbangan apakah untuk rencana tersebut perlu
dibuat
analisis
mengenai
dampak
lingkungan.
(Koesnadi
Hardjasoemantri, 2000 : 230). Kerusakan lingkungan hidup penyebabnya adalah manusia itu sendiri. Etika lingkungan hidup dapat merangsang manusia untuk memperhatikan dan mempertimbangkan dan menanamkan kesadaran akan segala dampak yang ditimbulkan dalam pengelolaan lingkungan hidup (Emil Salim, 1988: 19). Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang masyarakatnya memiliki mobilitas yang tinggi dalam menggapai setiap kebutuhan dan impiannya. Hal ini ditandai dengan banyaknya pembangunanpembanguan diberbagai bidang. Proses pembangunan ini juga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin meningkat sehingga keadaan ini membuka peluang untuk meningkatkan sistem perekonomian dan meningkatnya masalah pencemaran. Sebagai langkah awal dari pemerintah kota Semarang adalah dengan menerbitkan berbagai peraturan daerah yang digunakan untuk melindungi dan mengatur elemen masyarakat untuk senantiasa mendukung setiap langkah dalam melakukan pembenahan terhadap lingkungan hidup untuk menuju pada suatu pembangungan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan (Budianto,2008).
yangberkelanjutan
dan
berwawasan
lingkungan
10
Pembangunan berwawasan lingkungan hidup merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan mendatang. Sifat keterkaitan sumber daya alam dan tatanan lingkungan mengharuskan cara mekanisme pembangunan yang memperhatikan keterkaitan tersebut. Hal yang memberi konsekuensi dimana pengembangan yang dilakukan di suatu sektor, harus memperhatikan dampak pada pengembangan sector lain (Aca Sugandhy, 2009: 4) Perubahan fundamental dalam sikap manusia modern terhadap lingkungan hidup dan alam sangat diperlukan. Sikap dasar yang dituntut itu dapat dirumuskan seperti yang dijelaskan oleh Franz Magnis Suseno (1993: 151) sebagai berikut : “Menguasai secara berpartisipasi, menggunakan sambil memelihara. Manusia harus tetap menguasai alam. Ia tetap harus menggunakannya, yang perlu berubah adalah cara penguasaan, cara pemanfaatannya.” Menguasai tidak sebagai pihak di luar dan di atas alam, melainkan sebagai bagian dari alam, sebagai partisipan dalam ekosistem bumi. Manusia menguasai
sambil
menghargai,
mencintai,
mendukung,
dan
mengembangkannya. Manusia memanfaatkan, tetapi tidak sebagaimana manusia menghabiskan isi sebuah tambang atau penduduk pantai akan memanfaatkan bangkai kapal yang kandas dan ditinggalkan orang. Melainkan seperti kita memanfaatkan seekor sapi perah, dengan sekaligus memeliharanya.
11
Manusia harus menjadikan sebagai kewajiban bahwa dalam setiap pertemuan dengan alam, ia meninggalkannya dalam keadaan utuh. (Franz Magnis Suseno, 1993: 151). Pemerintah kota Semarang mengawali langkah dengan menerbitkan berbagai peraturan daerah yang digunakan untuk melindungi dan mengatur elemen masyarakat untuk senantiasa mendukung setiap langkah dalam melakukan pembenahan terhadap lingkungan hidup untuk menuju pada suatu pembangungan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Secara garis besar, upaya pembangunan lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan diharapkan mampu memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang diharapkan mampu untuk mendukung masyarakat dalam memenuhi. (Budianto, 2008 : 15). Konsep
pembangunan
berkelanjutan
menuntut
terwujudnya
pengintegrasian kepentingan ekonomi, kepentingan ekologi dan kepentingan sosial. Prinsip dan pola pelaksanaan pembangunan harus mampu memberikan jaminan terhadap terlaksananya azas keadilan dan pemerataan, meningkatnya kualitas keanekaragaman hayati, penerapan pendekatan. Integratif dan harus memiliki perspektif jangka panjang, dalam pembangunan secara fisik agar tidak merusak atau mengenyampingkan aspek lingkungan hidup yang dikontrol oleh Perda tata ruang kota. (BAPEDALDA Tingkat I Jawa Tengah , 1999 : 4).
12
Kota Semarang merupakan Kota metropolitan berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa dengan luas wilayah 37.360.947 hektar. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan penataan kota semarang yang carut marut yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomer 5 Tahun 2004 bila dikaji implementasinya (analisis konsistensi dan harmonisasi) denganUndang – undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu Undang – undang Nomor 32 tahun 2009. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2004 pasal 4 sebagai berikut: Peraturan Daerah ini bertujuan untuk : a. Meningkatkan peran kota dalam pelayanan yang lebih luas agar mampu berfungsi sebagai pusatpembangunan dalam suatu sistem pengembangan wilayah; b. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional; c. Terselenggaranya peraturan pemanfatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya; d. Tercapainya pemanfatan ruang yang akurat dan berkualitas untuk: 1) Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia;
13
2) Meningkatkan pemanfatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia; 3) Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera; 4) Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan; 5) Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.
C. Landasan Teori Pandangan Galtung terkait dengan lingkungan, bahwa lingkungan tidak semata- mata merupakan sarana, tempat untuk melangsungkan kehidupan, namun juga merupakan “Lebenswelt”, yaitu medan atau tempat yang memungkinkan manusia untuk berkarya, memenuhi kebutuhan hidup, dan membangun peradaban dan kebudayaannya. Galtung menambahkan bahwa manusia harus mampu menciptakan dan menjaga keharmonisan hidupnya dengan alam, karena berkaitan secara structural. Galtung dalam pendekatan sruktural ini, menegaskan bahwa manusia bersahabat dengan alam, menjaga keseimbangan ekologis, memahami bahwa manusia adalah bagian dari alam, begitu juga alam bagian dari kehidupan manusia. Dengan demikian terjadi relasi horizontal supaya tidak terjadi kepincangan di salah satu pihak. Kelestarian alam adalah yang utama karena perlu diingat bahwa alam bukan merupakan warisan, melainkan sebuah titipan. Manusia memanipulasi dan
14
merusak alam, maka secara tidak langsung akan mempersempit ruang gerak manusia itu sendiri, selain itu akan mengantarkan bumi pada kehancuran (Marsana Windu, 1992: 127). Krisis ekologi dewasa ini telah meluas dan sangat berpengaruh padapandangan
kosmologis
yang
menimbulkan
eksploitasi
terhadap
lingkungan.Galtung mengetengahkan tiga teori etika lingkungan, serta menawarkan teori etika yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengelolaan lingkungan. (J. Sudriyanto, 1992: 13, Jaelani, 1996: 54-59)
1. Etika Egosentrisme Etika egosentris adalah etika yang berdasarkan ego (diri). Focus etika ini adalah suatu keharusan untuk melakkukan tindakan yang baik bagi diri, self. Kebaikan individu adalah kebaikan masyarakat merupakan klaim yang dianggap sah. Orientasi etika egosentris didasarkan pada filsafat individualisme dengan pandangan bahwa individu merupakan atom sosial yang berdiri sendiri (J.Sudriyanto, 1992: 14). Menurut Sony Keraf (1990: 31) etika egosentrisme mempercayai bahwa tindakan setiap orang pada dasarnya bertujuan mengejar kepentingannya sendiri dan demi keuntungan dan kemajuannya pribadi. Dengan demikian manusia merupakan pelaku rasional dalam mengusahakan hidup dengan memanfaatkan alam yang berdasarkan pada kenyataan pandangan yang mekanistik. Ada yang utama dan adalyang tidak utama seperti dalam
15
koorporate.Artinya, secara teoritis etika egosentris menempatkan individu manusia sebagai bagian paling pokok dalam membangun lingkungan social (J. Sudriyanto, 1992: 15). 2. Etika Homosentrisme Etika homosentris bertolak belakang dengan etika egosentris dalam arti jika egosentris lebih menekankan pada individu, maka etika homosentrisme lebih menitikberatkan pada masyarakat. Model-model yang dijadikan dasarnya adalah kepentingan social dengan memperhatikan hubungan antara pelaku dengan lingkungan
yang mampu melindungi
sebagian besar
hajat
masyarakat.Asumsi yang digunakan oleh etika homosentrisme adalah sifat organis mekanis dari alam.Setiap bagian merupakan bagian-bagian organ dari bagianlainnya. Jika salah satu bagian hilang maka keseluruhan akan kurang bahkan tidak berguna. Antar bagian dari suatu keseluruhan memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dan bersifat saling mempengaruhi.Sayangnya, menurut J. Sudriyanto (1990: 16), dengan pandangan demikian sumber-sumber kekayaan alam dikuras terus menerus dengan dalih kepentingan dan kemajuan masyarakat. 3. Etika Ekosentrisme Etika ekosentris merupakan aliran etika yang ideal sebagai pendekatan dalam mengatasi krisis ekologi dewasa ini. Etika ekosentris lebih berpihak pada lingkungan secara keseluruhan, baik biotik maupun abiotik. Hal terpenting dalam pelestarian lingkungan menurut etika ekosentris adalah tetap
16
bertahannya segala yang hidup dan yang tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang sehat. Benda-benda kosmis memiliki tanggung jawab moralnya sendiri seperti halnya manusia, oleh karena itu diperkirakan memilliki haknya sendiri juga, karena pandangan yang demikian maka etika ini sering kali disebut juga deep ecology (J. Sudriyanto, 1992: 243). Deep ecology juga disebut etika bumi. Bumi dianggap memperluas ikatan-ikatan komunitas secara kolektif yang terdiri atas manusia, tanah, air, tanaman, binatang. Bumi mengubah peran manusia menjadi bagian susunan warga dirinya. Sifat holistik ini menjadikan adanya rasa hormat terhadap bagian yang lain. Etika ekosentris mempercayai bahwa segala sesuatu selalu dalam hubungan dengan yang lain, di samping keseluruhan bukanlah sekedar penjumlahan-penjumlahan, jika bagian berubah, keseluruhan akan berubah pula, tidak ada bagian dalam sesuatu ekosistem yang dapat diubah tanpa mengubah bagian yang lain dan keseluruhan.
D. Metode Penelitian 1. Bahan atau materi penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dimana sumber bahan atau materi penelitian diperoleh melalui sumber tulisan, ataupun pustakapustaka ilmiah.Pembagian sumber-sumber data , yaitu:
17
a. Sumber primer diperoleh melalui buku, Perda kota Semarang, artikel, thesis, karyakarya ilmiah, maupun pustaka sarjana yang berhubungan mendukung penelitian ini. b. Sumber sekunder Diperoleh melalui surat kabar, berita harian, maupun media massa lainnyayang sekiranya berhubungan dengan penelitian ini.
2. Jalannya penelitian Penelitian ini berjalan secara sistematis dan menyeluruh. Penelitian ini dilakukan 4 tahap, antara lain: a. Pengumpulan data, dalam tahap ini semua yang berhubungan dengan penelitian
dikumpulkan
secara
seksama,
meliputi,
penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. b. Klasifikasi data, tahap ini adalah tindak lanjut dari tahap pertama yaitu menyeleksi bahan-bahan yang dinilai sangat mendukung pengelolaan lingkungan. c. Penyusunan dan penulisan, tahap dimana semua bahan yang telah dikumpulkan dan diseleksi, untuk seterusnya disusunberdasarkan kaedah penulisan karya ilmiah.
18
3. Analisis hasil a. Deskripsi, yaitu pemaparan sekaligus penggambaran segala macam masalah lingkungan dan penanganannya, segala upaya pembangunan berwawasan lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah kota Semarang. b. Interpretasi, yaitu pengembangan seputar persoalan-persoalan etika lingkungan yang selayaknya diperhatikan dalam pemulihan lingkungan hidup di kota Semarang. c. Hermeneutika, yaitu pengumpulan keseluruhan data yang berhubungan dengan objek materi penelitian, yaitu lingkungan kota semarang, melalui proses pendekatan secara kualitatif serta komunikatif, untuk mendekati permasalahan dan menemukan solusi permasalahan tersebut. d. Verstehen, yaitu pemahaman mengenai lingkungan kota Semarang, permasalahan lingkungan, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan kota Semarang berdasarkan refleksi etika lingkungan.
E. Hasil Yang Ingin Dicapai 1. Mengetahui secara deskriptif segala hal yang menjadi persoalan lingkungan di kota Semarang sehingga dapat menuju pada pembangunan yang berwawasan etika lingkungan.
19
2. Merumuskan secara analisis tentang upaya pemerintah kota Semarang dalam mewujudkan suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 3. Merumuskan secara reflektif mengenai korelasi antara etika lingkungan, khusunya teori Johan Galtung dengan pembangunan dan pengelolaan lingkungan di Semarang, sehingga tercipta pemahaman baru mengenai pentingnya etika lingkungan tersebut.
G. Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi 4 bab, yaitu: Bab I adalah pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah yang terdiri dari
perumusan
masalah,
keaslian
penelitian,
dan
manfaat
penelitian.Selanjutnya diikuti dengan Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, Hasil Yang Dicapai, dan Sistematika Penulisan. Bab II tentang seputar kota Semarang dan segala permasalahan lingkungan yang ada. Bab ini dibagi menjadi beberapa sub bab, yaitu mengenai historisitas Semarang, keadaan geografis semarang, dan permasalan lingkungan di Semarang. Bab III yang akan memaparkan mengenai etika lingkungan, khususnya pada etika lingkungan Johan Galtung. Bab ini akan dibagi menjadi sub-bab,
20
antara lain, pengetian lingkungan secara umum, pemahaman etika lingkungan, dan teori-teori etika lingkungan Johan Galtung. Bab IV memuat tentang etika lingkungan dalam penanganan masalah lingkungan di Semarang, yang meliputi, kebijakan dan upaya pemerintah kota dalam pembangunan berwawasan lingkungan, serta relevansi etika lingkungan Galtung dalam pembangunan dan pengelolaan kota Semarang. Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran, sehingga dalam bab ini dapat ditarik suatu kesimpulan dari masing-masing bisa penelitian dalam kajian akademis serta dikemukakan saran-saran yang bersifat konstruktif yang bisa menjadi bermanfaat untuk pembangunan dan pengelolaan kota Semarang mendatang.