BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global. Prevalensi penyakit hipertensi hampir sama di negara berkembang dan negara maju. Hipertensi menjadi permasalahan kesehatan yang sangat umum terjadi. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa 50 juta, bahkan lebih penduduk Amerika mengalami hipertensi. Angka kejadian hipertensi diseluruh dunia mungkin mencapai satu milyar dan kira-kira 7,1 juta kematian akibat hipertensi setiap tahun (WHO, 2003). Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi (Ethical Digest, 2009). Hipertensi selalu terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler yang kejadiannya konsisten dan tidak tergantung faktor risiko lain. Serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan juga penyakit ginjal (Cobanian, 2003). Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (DepKes RI, 2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar RI 2007,
penduduk Indonesia yang
berumur lebih dari18 tahun yang diukur tekanan darahnya, berdasar klasifikasi JNC 2003 menunjukkan prevalensi 31,7%. Sebesar 7,2 % ditetapkan dengan diagnosa tenaga kesehatan dan 7,6% didiagnosa tenaga kesehatan dengan riwayat menggunakan obat. Kasus yang minum obat hipertensi hanya 0,4%. Dengan
1
demikian cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24,0%, atau dengan kata lain sebanyak 76,0% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis (DepKes RI, 2007). Prevalensi hipertensi meningkat menurut umur, rendahnya tingkat pendidikan. wanita dan juga orang tidak bekerja juga menunjukkan prevalensi lebih tinggi. Prevalensi juga cenderung meningkat sesuai peningkatan pengeluaran rumah tangga (DepKes RI, 2006). Tingginya prevalensi ini juga dipengaruhi kepatuhan pasien pada pengelolaan hipertensi. Penelitian Pristiantari, 2011 memperlihatkan tingkat kepatuhan pasien rawat jalan di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta (37,5%) dengan paling banyak pasien berpengetahuan rendah dan motivasi rendah (Pristiantari, 2011). Faktor kepatuhan dipengaruhi oleh faktor biaya medis, faktor efek samping obat, pasien merasa tidak membutuhkan pengobatan dan keterbatasan akses rumah sakit. Faktor lain yang berkontribusi terhadap ketidakpatuhan pasien ini termasuk karena rejimen obat yang kompleks, kondisi perawatan dan resistensi pengobatan (Joshi et al., 2012). Salah satu kebijakan pemerintah adalah mengelola penyakit hipertensi dengan pengendalian secara komprehensif terutama promotif-preventif, sarana diagnostik dan pengobatan. Pemakaian obat herbal tradisional sebagai langkah promotif-preventif pengelolaan hipertensi
kini telah banyak dikembangkan.
Pemerintah mendukung penelitian dan pengembangan obat tradisional (Agoes, 2007). Undang-Undang RI No.23 tahun 1992, Sistem Kesehatan Nasional, Resolusi World Health Assembly, dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.0584/MENKES/SK/VI/1995 tentang Sentra Pengembangan dan Penerapan
2
Pengobatan Tradisional (Sentra P3T) (http://www.depkes.go.id, 2007). Tanaman obat relatif aman, tidak menyebabkan efek samping yang kadang muncul pada pengobatan hipertensi dengan obat kimia. Misalnya: kelemahan, kelelahan, mengantuk, impotensi, tangan dan kaki dingin, depresi, insomnia, detak jantung tidak normal, ruam kulit, mulut kering, batuk kering, hidung, sesak, sakit kepala, pusing, udema di sekitar mata, sembelit atau diare , demam atau anemia. Herbal tidak akan mengganggu obat-obatan termasuk diuretik, pengencer darah, β-bloker dan kalsium kanal bloker (Joshi et al., 2012). Penggunaan berbagai herbal lokal diyakini berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kesehatan manusia, dalam hal pencegahan, atau menyembuhkan penyakit karena tanaman telah lama berguna sebagai sumber pengobatan rasional. Salah satu tanaman tradisional yang telah digunakan oleh masyarakat adalah daun Salam. Daun Salam digunakan pada pengobatan hipertensi (Joshi et al., 2012; Dalimartha, 2010). Cara pemakaiannya diminum dengan merebus 7-20 lembar daun segar atau daun yang telah dikeringkan dengan api kecil selama satu jam (Dalimartha, 2010). Cara perebusan akan menghasilkan sediaan yang mengandung zat-zat aktif yang bersifat polar. Perebusan tidak mampu menarik banyak zat aktif yang terdapat dalam tanaman. Pada umumnya penyarian dengan etanol akan lebih mampu menarik berbagai komponen zat aktif tanaman. Sehingga diharapkan potensi pengobatan menjadi lebih kuat. Daun Salam telah diteliti mengandung flavonoid dan menunjukkan aktivitas antioksidan (Lelono et al., 2009) dan mampu mengontrol HDL kolesterol pada tikus Wistar (Agung, 2008). Flavonoid merupakan senyawa yang umum
3
terdapat pada tumbuhan. Penelitian terkait flavonoid telah banyak dilakukan. Penelitian dengan uji klinik terhadap 632 pasien di New Haven bahwa konsumsi ekstrak buah dan sayur yang tinggi kandungan flavonoidnya memberikan efek perlindungan terhadap fungsi endotel (Ali et al., 2011). Asupan diet dari flavanon, antosianidin dari makanan tertentu yang kaya kandungan flavonoidnya dikaitkan dengan penurunan resiko penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskuler, dan semua penyebab kematian yang terkait (Mink et al., 2007). Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel dan menghambat agregasi pletelet manusia, efek ini merupakan keuntungan flavonoid pada resiko penyakit kardiovaskuler (Vita, 2005). Penelitian Mulatsih (2006) menyatakan bahwa daun Salam tidak menunjukkan efek toksik yang berarti. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun Salam yang memiliki kandungan flavonoid memiliki potensi sebagai pengobatan penyakit hipertensi. Penelitian daun Salam sebagai antihipertensi belum pernah dilakukan. Pada penelitian ini simplisia daun Salam disari menggunakan etanol 96%, etanol adalah pelarut yang aman dan dapat menyari banyak zat. Penelitian dilanjutkan secara in vivo pada tikus Wistar jantan, dilakukan dengan mengukur langsung tekanan darah pada ekor. Dengan demikian dapat diketahui efek antihipertensi secara langsung ekstrak etanol daun Salam. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kandungan fenolik total dan flavonoid total dalam ekstrak etanol tersebut. Kandungan fenolik dan flavonoid ditetapkan untuk mengetahui hubungan kandungan fenolik dan flavonoid terhadap efek antihipertensinya. Kandungan senyawa dalam ekstrak daun Salam ditetapkan dengan kromatografi
4
lapis tipis (KLT). Dengan bukti ilmiah yang cukup, diharapkan ekstrak daun Salam layak dikembangkan sebagai obat pendamping atau obat pilihan dari obat anti hipertensi yang telah ada.
B. Perumusan Masalah Melihat latar belakang yang ada maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak etanol daun Salam menunjukkan aktivitas antihipertensi pada tikus Wistar yang diinduksi fenilefrin secara in vivo. 2. Apakah ada hubungan antara kenaikan dosis ekstrak etanol daun Salam terhadap aktivitas antihipertensinya.
C. Keaslian Penelitian Penelitian efek hipertensi terhadap daun Salam belum pernah dilakukan walaupun daun Salam telah digunakan secara tradisional dalam pengobatan hipertensi. Telah diketahui bahwa daun Salam mengandung flavonoid (Sudarsono, et al., 2002). Kandungan polifenol dan aktivitas antioksidatif daun Salam telah diteliti. Pada ekstrak metanol, ekstrak metanol-air, dan ekstrak air daun Salam menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling kuat adalah ekstrak metanol-air. Kandungan polifenol didalamnya terutama asam galat dan katekin (Lelono et al., 2009). Agung (2008) telah meneliti pemberian ekstrak daun Salam terhadap kadar HDL kolesterol serum tikus putih jantan Wistar hiperlipidemia. Pemberian kadar
5
ekstrak yang tinggi meningkatkan HDL kolesterol serum. Peningkatan kolesterol total merupakan salah satu penyebab ateroskerosis. Perubahan arteri karena pengerasan, penyempitan lumen dan hilangnya elastisitas arteri pada ateroskerosis merupakan faktor resiko hipertensi (Mutschler, 1991). Secara tidak langsung ekstrak daun Salam mencegah penyakit hipertensi melalui pencegahan ateroskerosis. Penelitian terhadap efek flavonoid pada berbagai gangguan fisiologis telah banyak dilakukan. Uji klinik yang dilakukan oleh
Ali et al. (2011) pada
pemberian enkapsulasi ekstrak buah dan sayur mengandung flavonoid selama 8 minggu, tidak menunjukkan disfungsi endotel akibat pembebanan glukosa. Asupan diet flavonoid khususnya flavanon, antosianidin dari makanan tertentu dikaitkan dengan penurunan resiko penyakit jantung koroner, penyakit kardiovaskuler dan semua penyebab kematian yang terkait ( Mink et al., 2007). Flavonoid memperbaiki fungsi endotel dan menghambat agregasi pletelet manusia, efek ini menguntungkan kardiovaskuler (Vita, 2005).
pada penderita dengan resiko penyakit
Flavonoid juga dikaitkan dengan kemampuan
ekstrak kalik Hibiscus sabdarifa merelaksasi otot polos vaskuler pada uji in vitro (Sarr et al., 2009). Keamanan daun Salam telah diteliti oleh Muladsih (2006), telah diuji ketoksikan akut campuran ekstrak kering daun Mimba (Azadirachta indica A.Juss) dan daun Salam (Eugenia polyantha Wight.) pada mencit betina galur Balb/c. Histopatologi tidak menunjukkan efek toksik yang berarti pada jantung, paru, usus, limpa, lambung dan ginjal. Ditinjau dari pemakaian empiris dan
6
kesamaan kandungan kimia berupa flavonoid yang memiliki efek fisiologis pada sistem vaskuler maka ekstrak daun Salam sangat potensial diteliti efek antihipertensinya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Memberikan pengetahuan dan bukti ilmiah yang lebih lengkap terhadap khasiat daun Salam sebagai antihipertensi. Penelitian ini diharapkan bermanfaat khususnya bagi peneliti dibidang pengembangan obat tradisional antihipertensi. Dengan diketahuinya daya antihipertensi serta kandungan kimianya dapat dijadikan acuan dalam menggunakan obat tradisional daun Salam dalam bentuk ekstrak. Dapat ditetapkan dosis ekstrak yang tepat untuk pengendalian hipertensi. Dampak yang diharapkan setelah penelitian ini adalah berkembangnya penelitian dan industri sediaan herbal dengan bahan baku ekstrak daun Salam. 2. Manfaat bagi pemerintah Memberikan dukungan terhadap program pengembangan obat tradisional asli Indonesia dan pengendalian penyakit hipertensi khususnya di Indonesia. 3. Manfaat bagi industri obat tradisional dan masyarakat Bagi industri obat tradisional dan masyarakat diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan sediaan obat tradisional terstandar. Ekstrak daun Salam menjadi pilihan terapi atau terapi tambahan disamping terapi dengan obat kimia.
7
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui
aktivitas
antihipertensi
ekstrak
etanol
daun
Salam
menunjukkan pada tikus Wistar yang diinduksi fenilefrin secara in vivo. 2. Mengetahui hubungan antara kenaikan dosis ekstrak etanol daun Salam terhadap aktivitas antihipertensinya. 3. Diketahuinya kandungan fenolik dan flavonoid total dalam ekstrak etanol daun Salam. 4. Diketahuinya senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol daun Salam.
8