perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejalan dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan prasarana semakin meningkat. Pelayanan kesehatan yang bermutu bukan hanya merupakan harapan saja bagi masyarakat, tetapi sudah menjadi suatu kebutuhan dan sekaligus menjadi tujuan Departemen Kesehatan yang harus diwujudkan dengan berbagai upaya, antara lain dengan memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif atau menyeluruh meliputi upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Wambrauw, 2006). Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan tidak hanya melaksanakan upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif, tetapi seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta sosial budaya diperlukan juga pelayanan preventif dan promotif. Pelayanan rumah sakit diharapkan lebih efisien dan efektif dalam pengelolaan serta mutu pelayanannya, dengan memperhatikan fungsi sosialnya (Wambrauw, 2006). Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang terdiri dari berbagai unit pelayanan, salah satunya adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). IFRS adalah unit pelaksana fungsional yang bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu pelayanan farmasi secara menyeluruh di rumah sakit, baik dalam pelayanan kefarmasian maupun dalam pelayanan klinik (Depkes RI, 2003). Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu obat harus tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata, dan berkualitas baik. Biaya obat dalam realitasnya merupakan bagian yang cukup besar dari biaya intervensi medik secara keseluruhan (Rahmawati, 2004). Pemilihan obat yang aman, tepat, dan rasional akan mempengaruhi proses penyembuhan. Dengan semakin banyaknya macam dan jenis obat akan menyulitkan pemilihan obat yang tepat bagi dokter. Kurangnya pengetahuan farmakologis terutama untuk obat baru, bersamaan dengan sikap bebas dokter dalam memilih obat menimbulkan selera yang berbeda. Selain itu, adanya promosi obat yang terdorong oleh target penjualan tertentu akan menimbulkan konsumsi yang berlebihan berupa penggunaan obat yang tidak rasional dan merugikan pemakai obat (Luwiharsih, 1989). Dilaporkan bahwa jumlah obat yang beredar di Indonesia sebanyak 6.230 item. Dengan banyaknya item tersebut mengakibatkan persaingan perusahaan obat untuk mempengaruhi dokter dalam penulisan resep, hal ini dapat menyebabkan penulisan resep semakin tidak rasional dan harga resep pun menjadi tinggi. Keadaan ini memperparah daya beli masyarakat terhadap pembelian obat yang tentu akan menghambat proses penyembuhan (Soejitno, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan seleksi obat yang di rumah sakit lebih dikenal dengan nama formularium rumah sakit, yaitu merupakan buku yang berisi kumpulan nama-nama obat yang dipakai di rumah sakit tersebut. Strategi pengelolaan obat yang baik perlu didukung dengan kebijakan internal yang mengikat seluruh komponen yang terlibat di dalamnya, sebab obat merupakan salah satu unit bisnis yang penting dalam mendukung pendapatan rumah sakit (center of reveneu). Salah satu kebijakan yang penting adalah penerapan formularium rumah sakit yang dibuat oleh Panitia Farmasi dan Terapi (Luwiharsih, 1989). Dasar utama penyusunan FRS adalah Daftar Obat Esensial Nasional 1983, sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 477/Menkes/SK/XI/1983 tanggal 4 November 1983 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 085/Menkes/PER/I/1989 yang diperbarui dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 068/Menkes/PER/I/2010 tentang Kewajiban Menulis Resep menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Bila dibandingkan dengan penulisan resep bebas mutlak, maka adanya FRS bagi manajemen rumah sakit mempunyai manfaat yaitu pemakaian dana untuk obat-obatan akan lebih efektif dan efisien, dan obat yang disediakan akan terpakai karena tidak terjadi perubahan pemakaian obat untuk kelas terapi yang sama (Wambrauw, 2006). Formularium rumah sakit yang telah disusun bersama harus dipatuhi oleh seluruh praktisi rumah sakit sebagai pedoman yang digunakan dalam pemberian terapi, hal ini seperti dijelaskan oleh Menteri Kesehatan RI dalam buku Standar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, tercapainya suatu pelayanan farmasi rumah sakit dapat dilihat dari penulisan resep yang sesuai dengan formularium, dimana standar kesesuaiannya adalah 100% (Depkes RI, 2008). Namun pada kenyataannya masih ada peresepan yang belum sesuai dengan formularium pada beberapa rumah sakit. Seperti pada penelitan Hastuti (2005) yang telah dilakukan di RSUD Kota Semarang, kesesuaian dokter dalam meresepkan obat berdasarkan formularium rumah sakit sebesar 43,5 %, di RSU RA. Kartini Jepara kesesuaian dokter dalam meresepkan obat berdasarkan formularium rumah sakit pada tahun 2006 sebesar 86,2 % (Wambrauw, 2006), dan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang menunjukkan bahwa kesesuaian dokter dalam meresepkan obat pada pasien rawat jalan berdasarkan formularium rumah sakit pada tahun 2009 sebesar 86,2 % (Regaletha, 2009). Penelitian dilakukan di RSU Kota Jakarta Timur dengan hasil peresepan yang tidak sesuai dengan formularium relatif tinggi, sehingga berdampak timbulnya biaya tambahan bagi pasien rawat jalan, sementara pasien memiliki kemampuan daya beli obat yang rendah sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang efektif dan efisien (Supardi, 2005). Dengan diberlakukannya formularium rumah sakit, maka mengganggu kebebasan dokter dalam memilih obat dan hal ini sering menimbulkan konflik bagi dokter sehingga formularium rumah sakit belum dipergunakan sebagaimana mestinya.
Hal ini dapat menyebabkan
formularium rumah sakit.
ketidakpatuhan
dokter
terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo merupakan rumah sakit tipe B non pendidikan yang digunakan sebagai rujukan pasien dengan berbagai macam keluhan atau penyakit. Rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo melayani berbagai pasien, yaitu pasien umum dan pasien BPJS. Peresepan pasien umum harus sesuai dengan formularium rumah sakit, sedangkan peresepan pasien BPJS berdasarkan pada formularium nasional. Obat-obatan yang diresepkan oleh dokter namun tidak sesuai dengan formularium, maka obat tersebut tidak tersedia di instalasi farmasi. Sebab, pengadaan obat di rumah sakit salah satunya berdasarkan pada formularium yang berlaku di rumah sakit tersebut. Hal ini dapat mendorong pasien rawat jalan untuk membawa resep keluar rumah sakit dan menyebabkan turunnya pendapatan RSUD Sukoharjo serta pengelolaan atau pengadaan obat menjadi kurang efektif dan efisien. Hal tersebut akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di RSUD Sukoharjo, sehingga dapat memperburuk citra pelayanan kesehatan di RSUD Sukoharjo menjadi rendah, dan pasien menjadi enggan berobat di RSUD Sukoharjo, yang akan mempengaruhi jumlah kunjungan pasien rawat jalan, atau BOR pada rawat inap. Rumah sakit umum harus mampu menghadapi tantangan di era globalisasi, salah satunya dengan memperbaiki mutu pelayanan rumah sakit. Dengan demikian, RSUD Sukoharjo harus mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bermutu lebih baik, harga lebih murah, mudah terjangkau dan memenuhi kebutuhan, tuntutan, dan kepuasan pelanggan. Berdasarkan uraian di atas, serta belum adanya penelitian terkait di RSUD Sukoharjo, maka dari itu dilakukanlah penelitian dengan judul Kesesuaian Peresepan Dokter pada Pasien Umum Rawat Jalan dengan
B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka terdapat permasalahan yang akan diteliti, yaitu bagaimana tingkat kepatuhan dokter dalam menuliskan resep sesuai dengan formularium RSUD Sukoharjo pada periode 2013? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepatuhan dokter dalam menuliskan resep sesuai dengan formularium RSUD Sukoharjo pada periode 2013. D. MANFAAT PENELITIAN 1.
Bagi Peneliti Sebagai aplikasi ilmu dan pengalaman dalam memperluas wawasan dan pengetahuan penelitian tentang kepatuhan dokter menuliskan resep pasien umum rawat jalan dengan formularium rumah sakit.
2.
Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Diharapkan dapat digunakan oleh RSUD Sukoharjo dalam upaya penilaian kepatuhan tenaga kesehatan dalam penulisan resep yang obatnya tercantum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada Formularium Rumah Sakit sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Sukoharjo.