BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak yang berkembang dengan sangat cepat berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian) yang disebabkan oleh gangguan vaskuler di otak (Gofir, 2009). Stroke dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang disebabkan adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih pembuluh darah serebral sehingga menghambat aliran darah ke otak. Hambatan tersebut umumnya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan pembuluh oleh gumpalan (clot), yang menyebabkan kerusakan jaringan otak karena otak kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi (Ikawati, 2011). Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap nomor 1 di seluruh dunia. Stroke juga menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Stroke saat ini penyebab utama kedua kematian di dunia Barat, peringkat setelah penyakit jantung dan sebelum kanker. Insiden stroke meningkat berkali lipat dari 30 tahun, dan etiologi bervariasi menurut usia (WHO, 2006). Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia menduduki urutan pertama di Asia dan stroke iskemik menempati angka kejadian tertinggi dibandingkan stroke hemoragik (YASTROKI, 2012).
1
Stroke Hemoragik adalah kondisi medis yang ditandai dengan pecahnya satu atau lebih pembuluh darah di dalam otak. Darah keluar melalui pembuluh yang pecah di sekeliling jaringan otak, akumulasi dan menekan jaringan otak di sekitarnya. Gumpalan darah juga dapat terbentuk dan menghentikan suplai darah ke jaringan otak lainnya. Terdapat dua tipe stroke hemoragik tergantung dari lokasi dimana pembuluh darah tersebut pecah: Stroke hemoragik intraserebral (perdarahan di dalam otak) dan stroke perdarahan subaraknoid (perdarahan di daerah antara otak dan lapisan tipis yang melapisi otak). Stroke mempunyai faktor resiko dan mengalami peningkatan diantaranya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, rokok, hiperlipidemia, dan atrial fibrilasi. Faktor risiko tersebut termasuk ke dalam faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi, Hipertensi adalah faktor risiko stroke yang utama (Ikawati, 2011). Pasien hipertensi yang tekanan darah >140/90 mmHg sebanyak 60-80% mengalami risiko stroke. Hipertensi dikaitkan dengan stroke iskemik dan stroke hemoragik (Donovan dkk., 2012). Hipertensi pada stroke hemoragik bila tekanan darah tidak diturunkan dengan segera akan terjadi hematoma (Qureshi dan Palesch, 2011). Hematoma apabila tidak ditangani dengan segera akan menyebabkan gejala yang tidak nyaman antara lain: sakit kepala, kebingungan, pusing, mual dan muntah, ngantuk berlebihan, kelemahan, apatis, kejang, kehilangan kesadaran bahkan sampai koma. Hematoma yang semakin besar menyebabkan gejala yang tidak nyaman juga akan meningkat (Aminoff dan Josephson, 2014). Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah meningkatkan risiko pembesaran hematoma. Usaha untuk menurunkan tekanan
2
darah sistolik di bawah 150 mmHg dapat mencegah risiko hematoma (Ohwaki dkk., 2004). Pada studi acak Antihypertensive Treatment of Acute Cerebral Hemorrhage (ATACH II) menyatakan pengurangan tekanan darah sistolik yang intensif ≤140 mmHg selama 24 jam mengurangi proporsi kematian dan kecacatan ≥10% dengan nilai modified Rankin scale (mRS) 4-6 dibandingkan pengurangan tekanan darah sistolik ≤180 mmHg pada pasien dengan Intracerebral Hemorrhage ICH yang dirawat 3 jam setelah onset gejala. Kematian akibat serangan stroke terjadi paling banyak pada hari ke 2 sampai hari ke 7 (56,32%) bila kurang dari 24 jam sebesar 29,48% dan paling sedikit adalah lebih dari 21 hari sebesar 14,2%. Angka kematian akibat stroke terbanyak pada hari ke 2 sampai hari ke 7 maka usaha untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan perlu dilakukan dengan segera (Gofir, 2011). Usaha penurunan tekanan darah merupakan manajemen spesifik stroke hemoragik akut yang harus segera dilakukan mengingat dampak yang buruk yang ditimbulkannya. Faktor usia lebih dari 50 tahun dan jenis kelamin laki-laki merupakan faktor prediktor untuk tidak tercapainya target tekanan darah (Jabbar dan Razak, 2008). Penyakit penyerta seperti diabetes mellitus dan gangguan ginjal juga merupakan faktor prediktor untuk tidak tercapainya target tekanan darah (Bannay dkk., 2014). Pasien stroke hemoragik akut apabila terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tidak tercapainya target tekanan darah akan memperparah prognosis pasien tersebut. Berdasarkan studi ATACH II bahwa stroke hemoragik bila target tekanan darah tidak tercapai maka perdarahan
3
semakin meluas dan terjadi ekspansi hematoma. Ukuran hematoma berbanding lurus dengan tingkat tekanan darah. Tekanan darah semakin tinggi maka ukuran hematoma juga semakin besar. Hematoma apabila semakin membesar mengakibatkan kumpulan rasa yang tidak nyaman semakin meningkat dan mortalitas juga akan meningkat. Berdasarkan data tingginya jumlah penderita stroke di Indonesia dan dampak yang ditimbulkannya, maka penilaian tentang faktor prediktor tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke hemoragik akut yang menggunakan obat antihipertensi menjadi sangat penting sebagai indikator dalam menilai keberhasilan terapi dan kualitas perawatan penderita stroke hemoragik akut. Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit Unit Stroke di Indonesia, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang faktor prediktor tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke hemoragik akut yang menggunakan antihipertensi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah faktor-faktor prediktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke hemoragik akut yang menggunakan obat antihipertensi. C. Maksud dan Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor prediktor yang berhubungan dengan kejadian tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke hemoragik akut yang menggunakan obat antihipertensi.
4
D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan pemahaman dan pendalaman bagi peneliti tentang pentingnya penggunaan antihipertensi pada pasien stroke hemoragik akut. 2. Memberikan informasi tentang peresepan penggunaan antihipertensi pada pengobatan pasien stroke hemoragik akut yang berobat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 3. Memberikan informasi kepada profesional kesehatan untuk mengidentifikasi masalah potensial yang dialami oleh pasien dengan penggunaan obat antihipertensi pada pasien stroke hemoragik akut dan dapat memberikan dasar acuan bagi klinisi sehingga dapat mengukur tingkat pelayanan prakteknya. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait efek terapi antihipertensi terhadap tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa penelitian tentang terapi antihipertensi dan tidak tercapainya target tekanan darah Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Schrader dkk, 2005
Metode dan Subyek Penelitian Randomized controlled trial (RCT). Subyek: 1405 pasien stroke hipertensi.
Hwang dkk, 2012
Cohort Prospective Oservational Subyek: 88 pasien dengan penyakit ICH.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan Dari pasien stroke hipertensi sebanyak 1352 yang memenuhi kriteria inklusi, 681 diberikan eprosartan dan 671 diberikan nitrendipine Setelah 3 bulan diamati, pasien yang diberikan eprosartan yang tercapainya target tekanan darah <140/90 mm Hg sebanyak 75,5% dan pasien yang diberikan nitrendipin yang tercapainya target tekanan darah <140/90 mm Hg sebanyak 77,7% kedua kelompok tidak berbeda signifikan dalam menurunkan tekanan darah Setelah 6 jam pemberian nicardipine iv pasien yang tercapai target tekanan darah ≤140/90 mmHg sebanyak 66 (75%) dari 88 pasien.
5
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor prediktor yang berhubungan dengan kejadian tidak tercapainya target tekanan darah pada pasien stroke hemoragik akut yang menggunakan obat antihipertensi pada pasien stroke hemoragik akut. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif analitis yang dilakukan secara retrospektif melalui pengambilan data dari rekam medis dan data laboratorium pasien Stroke hemoragik akut dan dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta Indonesia.
6