BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hospitalisasi pada anak merupakan suatu kondisi dimana anak diharuskan untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah (Nursalam, 2003). Berbagai masalah anak yang dirawat di bangsal rumah sakit cukup banyak seperti kejang, infeksi saluran napas bawah, keracunan, diare, infeksi saluran napas atas, gastroenteritis, masalah sosial, meningitis, masalah pemberian makan, dan lain lain (Hull, 2008). Beberapa masalah yang terdapat pada anak dapat mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh karena salah satu faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan adalah kondisi sakit (Crellin, 2008). Proporsi tubuh manusia sebagian besar terdiri atas cairan. Usia, jenis kelamin, dan lemak tubuh mempengaruhi total air tubuh. Sekitar 40-60% dari rata–rata berat badan orang dewasa adalah air sebagai cairan tubuh (Kozier & Erb, 2009). Pada bayi sekitar 50% dari berat tubuhnya merupakan cairan ekstraseluler, cairan ini akan menurun sampai 35% ketika anak-anak dan pada orang dewasa menurun sampai 20%. Tingkat metabolisme yang terjadi pada bayi dan anak-anak berhubungan dengan terjadinya penurunan cairan yang lebih tinggi (Sharma & Atul, 2010). Bayi dan anak yang sedang tumbuh mengalami pergantian cairan yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka yang lebih tinggi meningkatkan pengeluaran cairan. Bayi lebih banyak mengeluarkan cairan
melalui ginjal karena ginjal yang belum bekerja secara sempurna kurang mampu menahan air dibanding ginjal individu dewasa. Pernapasan bayi yang lebih cepat daripada individu dewasa juga dapat meningkatkan pengeluaran cairan yang tidak disadari (Crellin, 2008). Pergantian cairan yang lebih cepat ditambah dengan pengeluaran cairan karena penyakit dapat menyebabkan lebih cepat terjadinya ketidakseimbangan cairan yang kritis pada anak-anak daripada individu dewasa (Kozier and Erb, 2009). Kebutuhan cairan pada anak–anak tidak dapat dihubungkan hanya dengan berat badan, tetapi berhubungan juga dengan laju metabolisme. Jika hanya menggunakan satu ukuran per kilogram untuk berat badan maka akan terjadi kelebihan cairan pada anak dan dapat mengakibatkan dehidrasi (Lorin, 1997). Gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering terjadi pada keadaan sakit. Sebagaimana diketahui bahwa anak tidak sama dengan orang dewasa, sehingga terapi cairan dan elektrolit pada anak harus didasarkan pada prinsip–prinsip fisiologi sesuai tahapan tumbuh kembangnya dan patofisiologi terjadinya gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Penyakit akut pada anak-anak sering disertai dengan gangguan keseimbangan cairan seperti hipovolemia atau dehidrasi dari berbagai tingkat keparahan (Nursalam, 2008). Gangguan keseimbangan cairan dapat diatasi dengan manajemen cairan. Tujuan manajemen cairan adalah untuk menyediakan air dan elektrolit yang cukup untuk mengembalikan jumlah osmolalitas urin normal sama dengan cairan ekstraseluler (Crellin, 2008).
Tindakan manajemen cairan sendiri sudah diterapkan oleh perawat di rumah sakit sebagai intervensi seperti yang terdapat pada beberapa data penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayatun tahun 2009 dengan judul Kesesuaian Pemberian Terapi Cairan Pada Anak Dengan Diare Di Rumah Sakit Islam Yogyakarta Persatuan Djemaah Haji Indonesia Yogyakarta dengan 50 responden pasien anak diare. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan data bahwa cara pengelolaan terapi cairan pada responden berdasarkan observasi dikelola dengan baik sebanyak 98% dan yang cukup sebanyak 2 %. Pengelolaan cairan yang dilakukan berdasarkan Buku Panduan MTBS Tahun 2004 antara lain menimbang berat badan, menanyakan berat badan sebelum sakit, pemberian cairan sesuai order yaitu jenis cairan dan jumlah cairannya. Penelitian lain yang dilakukan Indriarti tahun 2007 dengan judul Tindakan Keperawatan Dalam Manajemen Cairan Pasca Operatif Pada Pasien Anak Di RSUP dr.Sardjito Yogyakarta didapatkan data bahwa tindakan mandiri keperawatan yang paling sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah mendokumentasikan catatan intake/output yang akurat, memonitor makanan/cairan yang dicerna, dan memonitor tanda-tanda vital. Tindakan kolaborasi yang sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah memberikan terapi intra vena (IV), dan menginstruksikan pasien berada pada status nothing by mouth (NPO). Intervensi manajemen cairan merupakan salah satu bagian dari proses keperawatan. Perawat melakukan suatu proses keperawatan untuk melaksanakan
praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan bersifat sistematis, berorientasi pada klien, berorientasi pada tujuan, dan berkelanjutan, serta dinamis (Rosdahl & Kowalski, 2008). Sejak tahun 1970, terdapat beberapa gerakan untuk membuat baku bahasa keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi antara perawat dari beberapa keadaan pelayanan kesehatan yang berbeda dan untuk memfasilitasi pengenalan data keperawatan untuk catatan rekam medis pasien (Lopes, 2009). Sistem klasifikasi keperawatan telah digunakan untuk membuat baku bahasa yang digunakan untuk mengklasifikasikan diagnosis, intervensi dan hasil yang diharapkan (Azzolin,dkk., 2013). North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), Nursing Interventions Classification (NIC), dan Nursing Outcomes Classification (NOC) merupakan klasifikasi bahasa keperawatan yang direkomendasikan oleh National Association of Nurses (NASN, 2001b) untuk digunakan oleh sekolahsekolah keperawatan (Lunney, 2006). Menurut Jones et al. (2011), NANDA, NOC, dan NIC merupakan beberapa bahasa standar keperawatan yang diakui oleh American Nurses Association (ANA). Ketiga klasifikasi tersebut memiliki keterkaitan yang telah teruji antara diagnosa, intervensi, serta outcome (Muller-Staub, 2009). Untuk mencapai kualitas dalam praktek dan konsistensi antara NANDA, NOC dan NIC perawat membutuhkan pengetahuan tentang taksonomi NANDA, NOC, dan NIC serta mampu menerapkan pengetahuan ini dalam perencanaan asuhan keperawatan (Lunney, 2006).
Perawat menggunakan NIC sebagai panduan intervensi kepada pasien, tetapi item-item yang terdapat pada NIC memungkinkan perawat untuk memodifikasi itemitem intervensi tersebut pada kondisi tertentu sepanjang hal tersebut sesuai atau tepat. Intervensi keperawatan dianggap sebagai pengobatan keperawatan yang didasarkan pada penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kualitas pasien (McCloskey&Bulechek, 2004). NIC dikembangkan di Amerika Serikat di Universitas Iowa dengan tujuan untuk menjelaskan intervensi perawatan yang dilakukan perawat dalam perawatan kesehatan. Sistem klasifikasi NIC berbasis penelitian diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa yang berbeda dan digunakan secara internasional (Oud&Sermeus, 2005 cit. Muller, 2007). Walaupun NIC telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa negara di dunia termasuk Indonesia bukan berarti penggunaan NIC di Indonesia secara otomatis dapat dilaksanakan dengan sempurna. Praktik asuhan keperawatan di setiap negara berbeda-beda tergantung budaya dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan (Lee&Lee, 2006). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan budaya, pendidikan, sistem kesehatan, agama, sosial ekonomi, dan lain-lain antara Negara Amerika dan Negara Indonesia sehingga perlu diketahui secara pasti penggunaan NIC di Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan item-item intervensi yang tertera atau tidak. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti penggunaan NANDA, NIC, dan NOC di RSUP dr Sardjito telah berlangsung lebih dari 5 tahun, tetapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang meneliti tentang persepsi perawat terhadap penerapan NIC di RSUP dr Sardjito. Alasan
tersebut membuat peneliti tertarik untuk melihat fenomena intervensi keperawatan berdasarkan NIC khususnya tentang manajemen cairan di bangsal anak RSUP dr.Sardjito. Penelitian dilakukan di RSUP dr. Sarjito Yogyakarta karena RSUP dr.Sardjito merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan regional sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam implementasi manajemen cairan yang dilakukan perawat terhadap pasien di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Pemilihan bangsal anak sebagai tempat penelitian didasarkan pada studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUP dr Sardjito Yogyakarta bulan Desember 2013 bahwa diagnosis yang sering muncul adalah pneumonia, infeksi cytomegalovirus dan diare dengan intervensi keperawatan yang paling banyak dilakukan adalah intervensi manajemen cairan.
B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan perlunya mengetahui persepsi perawat terhadap NIC manajemen cairan di bangsal anak RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum a. Mengetahui persepsi perawat terhadap NIC Manajemen Cairan di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta
2.
Tujuan Khusus a. Mengetahui sejauh mana tingkat kepentingan setiap item tindakan NIC Manajemen Cairan yang dilakukan oleh perawat di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta. b. Mengetahui frekuensi pelaksanaan setiap item tindakan NIC Manajemen Cairan di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan literatur dalam kegiatan belajar mengajar mengenai penerapan manajemen cairan berdasarkan NIC kepada pasien. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Rumah Sakit Mengetahui persepsi perawat terhadap setiap item tindakan dalam NIC manajemen cairan yang dilakukan oleh perawat di klinik. b. Bagi Profesi Keperawatan Menjadi salah satu bukti ilmiah kemungkinan menerapkan NIC manajemen cairan di Indonesia. c. Bagi Peneliti Menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya tentang NIC manajemen cairan kepada pasien.
E. Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan dan penelusuran peneliti, penelitian mengenai evaluasi NIC manajemen cairan di bangsal anak belum pernah dilakukan, tetapi terdapat beberapa penelitian yang hampir sama, diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Lopes, Barros dan Michel (2009) melakukan penelitian dengan judul “A Pilot Study to Validate the Priority Nursing Interventions Classification Interventions and Nursing Outcomes Classification Outcomes for the Nursing Diagnosis “Excess Fluid Volume” in Cardiac Patients”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional untuk memvalidasi isi dari Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) untuk pasien jantung dengan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan di Brazil dengan menggunakan model Fehring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar intervensi dalam NIC dan NOC dianggap bermanfaat oleh perawat ahli bagian kardiologi di Brazil. Persamaan pada penelitian ini yaitu meneliti NIC, dan rancangan penelitian cross sectional. Perbedaan penelitian yaitu pada penelitian ini memvalidasi NIC dan NOC, sedangkan penelitian yang dilakukan hanya mengevaluasi NIC untuk mengetahui gambaran pelaksanaan NIC pada pasien anak di RSUP DR Sardjito. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Almeide, et al. (2007) dengan judul “Validation of Mapping Care Actions Prescribed for Orthopedic Patients onto the Nursing Intervention Classification” yang dilakukan di Brazil. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan Delphi Technique. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan NIC sebagai terminologi standar untuk mendeskripsikan tindakan perawatan adalah tepat karena terbukti adekuat pada konteks Hospital das Clinicas in Porto Alegre (HCPA). Persamaan dengan penelitian ini pada subjek penelitian yaitu perawat klinis di rumah sakit. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada penelitian ini menggunakan intervensi untuk pasien ortopedik yang terdiagnosa defisit perawatan diri:mandi/hygiene,
gangguan mobilitas fisik, atau resiko
infeksi, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan intervensi NIC manajemen cairan. Perbedaan penelitian yang lainnya pada penelitian ini menggunakan model validasi konten, sedangkan penelitian yang dilakukan hanya mengevaluasi NIC manajemen cairan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan NIC pada pasien anak di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Indriarti (2007) dengan judul “Tindakan Keperawatan dalam Manajemen Cairan Pasca Operatif pada Pasien Anak di RSUP dr.Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional terhadap variabel tunggal yaitu manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan mandiri keperawatan yang paling sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah mendokumentasikan catatan intake dan output
yang akurat, memonitor makanan/cairan yang dicerna, dan memonitor tandatanda vital. Sedangkan tindakan kolaborasi yang sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah memberikan terapi Intra Vena (IV), menginstruksikan pasien berada pada status nothing by mouth (NPO). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan penelitian deskriptif dan meneliti tentang tindakan keperawatan dalam manajemen cairan pada pasien anak. Perbedaan penelitian terdapat pada instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar checklist observasi yang dikembangkan dari aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan edisi dua tahun 1996, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari item-item aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan edisi ke enam terbitan tahun 2013. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Yatmihatun (2001) dengan judul “Evaluasi Peran Perawat dalam Memberikan Terapi Cairan pada Anak Diare Akut dengan Dehidrasi di Ruang IRNA II RSUP dr.Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah semua perawat yang melakukan terapi cairan pada anak diare akut dengan dehidrasi di IRNA ruang B2 dan B3 RSUP dr.Sardjito. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam memberikan terapi cairan pada anak diare adalah baik dan cukup.
Persamaan dengan penelitian yaitu sama sama meneliti tentang peran perawat dalam memberikan terapi cairan. Subjek penelitian yang digunakan adalah perawat yang bekerja di klinis. Rancangan penelitian sama-sama menggunakan rancangan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini hanya mengobservasi peran perawat dalam memberikan terapi cairan sedangkan penelitian yang dilakukan adalah melakukan evaluasi item-item intervensi NIC manajemen cairan yang dilakukan oleh perawat di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta. Perbedaan lainnya terdapat pada instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penatalaksanaan terapi cairan dan instrumen observasi pelaksanaan terapi cairan serta studi dokumentasi dan wawancara tidak terstruktur kepada keluarga untuk validasi data sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen kuesioner yang dikembangkan dari item-item aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan dalam NIC edisi ke enam terbitan tahun 2013. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayatun (2009) dengan judul “Kesesuaian Pemberian Terapi Cairan pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit Islam Yogyakarta Persatuan Djemaah Haji Indonesia Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian desriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian pengelolaan terapi cairan yang dilakukan oleh perawat pada anak dengan diare baik.
Persamaan penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan meneliti terapi cairan. Perbedaan penelitian yaitu pada subjek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah anak diare di RSIY PDHI sedangkan penelitian yang dilakukan subjek penelitian adalah perawat yang bekerja di bangsal anak RSUP dr.Sarjito. Perbedaan penelitian berikutnya adalah instrumen,instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi yang diadopsi dari pedoman manajemen terpadu balita sakit tahun 2004 yang dimodifikasi dari teori dan hasil penelitian, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen kuesioner yang dikembangkan dari item-item aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan dalam NIC edisi ke enam terbitan tahun 2013. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Azzolin, et al. (2013) dengan judul “Effectiveness of Nursing Interventions in Heart Failure in Home Care Using NANDA-I, NIC, and NOC”. Penelitian ini merupakan penelitian prosprective longitudinal untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan NIC dengan menggunakan Nursing Outcome Classification (NOC) dan berdasarkan North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) pada pasien dengan gagal jantung dalam perawatan di rumah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa intervensi NIC efektif berdasarkan adanya peningkatan bermakna dari follow up skor NOC yang dilakukan selama 6 bulan. Selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa NANDA, NIC, dan NOC memiliki keterkaitan yang sangat berguna untuk diaplikasikan pada pasien dengan gagal jantung yang melakukan perawatan di rumah.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan NIC. Perbedaan penelitian yaitu terdapat pada subjek penelitian, subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah perawat klinis. Perbedaan penelitian berikutnya adalah penelitian ini merupakan penelitian prospective longitudinal sedangkan penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Selain itu pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui keefektifan dari intervensi keperawatan sedangkan penelitian yang dilakukan adalah mengetahui gambaran pelaksanaan NIC manajemen cairan di bangsal anak RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Thoroddsen (2005) dengan judul “Applicability of the Nursing Interventions Classification to Describe Nursing” di Iceland. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
nonexperimental
survey
dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Iowa Intervention Project yang terdiri atas 433 label intervensi dan definisinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NIC dapat bermanfaat untuk memberikan pedoman dan menunjukkan tugas perawat. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu sama sama meneliti tentang intervensi NIC. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada intervensi NIC yang diteliti sebanyak 433 intervensi yang terdiri atas label intervensi dan definisinya, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan 1
intervensi NIC manajemen cairan yang terdiri atas item-item aktivitas keperawatan. Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan survey nonexperimental sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan deskriptif. 8. Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2013) dengan judul “Validasi Pelaksanaan Nursing Intervention Classification (NIC) Pain Management di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan mengadaptasi metode validasi diagnosa keperawatan yang diusulkan Fehring (1987). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebesar 62,79% (27 aktivitas) NIC Pain Management dinilai penting oleh perawat. Tiga puluh tiga (76,74%) jarang dan kadang-kadang dilaksanakan di IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Persamaan penelitian adalah sama-sama penelitian kuantitatif dengan metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan survey. Perbedaan penelitian adalah pada penelitian ini variabel penelitian yang digunakan adalah pelaksanaan intervensi NIC manajemen nyeri sedangkan penelitian yang dilakukan adalah intervensi NIC manajemen cairan. BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang
Hospitalisasi pada anak merupakan suatu kondisi dimana anak diharuskan untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah (Nursalam, 2003). Berbagai masalah anak yang dirawat di bangsal rumah sakit cukup banyak seperti kejang, infeksi saluran napas bawah, keracunan, diare, infeksi saluran napas atas, gastroenteritis, masalah sosial, meningitis, masalah pemberian makan, dan lain lain (Hull, 2008). Beberapa masalah yang terdapat pada anak dapat mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh karena salah satu faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan adalah kondisi sakit (Crellin, 2008). Proporsi tubuh manusia sebagian besar terdiri atas cairan. Usia, jenis kelamin, dan lemak tubuh mempengaruhi total air tubuh. Sekitar 40-60% dari rata–rata berat badan orang dewasa adalah air sebagai cairan tubuh (Kozier & Erb, 2009). Pada bayi sekitar 50% dari berat tubuhnya merupakan cairan ekstraseluler, cairan ini akan menurun sampai 35% ketika anak-anak dan pada orang dewasa menurun sampai 20%. Tingkat metabolisme yang terjadi pada bayi dan anak-anak berhubungan dengan terjadinya penurunan cairan yang lebih tinggi (Sharma & Atul, 2010). Bayi dan anak yang sedang tumbuh mengalami pergantian cairan yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa karena laju metabolisme mereka yang lebih tinggi meningkatkan pengeluaran cairan. Bayi lebih banyak mengeluarkan cairan melalui ginjal karena ginjal yang belum bekerja secara sempurna kurang mampu menahan air dibanding ginjal individu dewasa. Pernapasan bayi yang lebih cepat daripada individu dewasa juga dapat meningkatkan pengeluaran cairan yang tidak disadari (Crellin, 2008).
Pergantian cairan yang lebih cepat ditambah dengan pengeluaran cairan karena penyakit dapat menyebabkan lebih cepat terjadinya ketidakseimbangan cairan yang kritis pada anak-anak daripada individu dewasa (Kozier and Erb, 2009). Kebutuhan cairan pada anak–anak tidak dapat dihubungkan hanya dengan berat badan, tetapi berhubungan juga dengan laju metabolisme. Jika hanya menggunakan satu ukuran per kilogram untuk berat badan maka akan terjadi kelebihan cairan pada anak dan dapat mengakibatkan dehidrasi (Lorin, 1997). Gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering terjadi pada keadaan sakit. Sebagaimana diketahui bahwa anak tidak sama dengan orang dewasa, sehingga terapi cairan dan elektrolit pada anak harus didasarkan pada prinsip–prinsip fisiologi sesuai tahapan tumbuh kembangnya dan patofisiologi terjadinya gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Penyakit akut pada anak-anak sering disertai dengan gangguan keseimbangan cairan seperti hipovolemia atau dehidrasi dari berbagai tingkat keparahan (Nursalam, 2008). Gangguan keseimbangan cairan dapat diatasi dengan manajemen cairan. Tujuan manajemen cairan adalah untuk menyediakan air dan elektrolit yang cukup untuk mengembalikan jumlah osmolalitas urin normal sama dengan cairan ekstraseluler (Crellin, 2008). Tindakan manajemen cairan sendiri sudah diterapkan oleh perawat di rumah sakit sebagai intervensi seperti yang terdapat pada beberapa data penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayatun tahun 2009 dengan judul Kesesuaian Pemberian Terapi Cairan Pada Anak Dengan Diare Di Rumah Sakit Islam Yogyakarta Persatuan Djemaah Haji Indonesia Yogyakarta dengan 50 responden
pasien anak diare. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan data bahwa cara pengelolaan terapi cairan pada responden berdasarkan observasi dikelola dengan baik sebanyak 98% dan yang cukup sebanyak 2 %. Pengelolaan cairan yang dilakukan berdasarkan Buku Panduan MTBS Tahun 2004 antara lain menimbang berat badan, menanyakan berat badan sebelum sakit, pemberian cairan sesuai order yaitu jenis cairan dan jumlah cairannya. Penelitian lain yang dilakukan Indriarti tahun 2007 dengan judul Tindakan Keperawatan Dalam Manajemen Cairan Pasca Operatif Pada Pasien Anak Di RSUP dr.Sardjito Yogyakarta didapatkan data bahwa tindakan mandiri keperawatan yang paling sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah mendokumentasikan catatan intake/output yang akurat, memonitor makanan/cairan yang dicerna, dan memonitor tanda-tanda vital. Tindakan kolaborasi yang sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah memberikan terapi intra vena (IV), dan menginstruksikan pasien berada pada status nothing by mouth (NPO). Intervensi manajemen cairan merupakan salah satu bagian dari proses keperawatan. Perawat melakukan suatu proses keperawatan untuk melaksanakan praktik keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Proses keperawatan bersifat sistematis, berorientasi pada klien, berorientasi pada tujuan, dan berkelanjutan, serta dinamis (Rosdahl & Kowalski, 2008).
Sejak tahun 1970, terdapat beberapa gerakan untuk membuat baku bahasa keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi antara perawat dari beberapa keadaan pelayanan kesehatan yang berbeda dan untuk memfasilitasi pengenalan data keperawatan untuk catatan rekam medis pasien (Lopes, 2009). Sistem klasifikasi keperawatan telah digunakan untuk membuat baku bahasa yang digunakan untuk mengklasifikasikan diagnosis, intervensi dan hasil yang diharapkan (Azzolin,dkk., 2013). North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), Nursing Interventions Classification (NIC), dan Nursing Outcomes Classification (NOC) merupakan klasifikasi bahasa keperawatan yang direkomendasikan oleh National Association of Nurses (NASN, 2001b) untuk digunakan oleh sekolahsekolah keperawatan (Lunney, 2006). Menurut Jones et al. (2011), NANDA, NOC, dan NIC merupakan beberapa bahasa standar keperawatan yang diakui oleh American Nurses Association (ANA). Ketiga klasifikasi tersebut memiliki keterkaitan yang telah teruji antara diagnosa, intervensi, serta outcome (Muller-Staub, 2009). Untuk mencapai kualitas dalam praktek dan konsistensi antara NANDA, NOC dan NIC perawat membutuhkan pengetahuan tentang taksonomi NANDA, NOC, dan NIC serta mampu menerapkan pengetahuan ini dalam perencanaan asuhan keperawatan (Lunney, 2006). Perawat menggunakan NIC sebagai panduan intervensi kepada pasien, tetapi item-item yang terdapat pada NIC memungkinkan perawat untuk memodifikasi itemitem intervensi tersebut pada kondisi tertentu sepanjang hal tersebut sesuai atau tepat. Intervensi keperawatan dianggap sebagai pengobatan keperawatan yang didasarkan
pada penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kualitas pasien (McCloskey&Bulechek, 2004). NIC dikembangkan di Amerika Serikat di Universitas Iowa dengan tujuan untuk menjelaskan intervensi perawatan yang dilakukan perawat dalam perawatan kesehatan. Sistem klasifikasi NIC berbasis penelitian diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa yang berbeda dan digunakan secara internasional (Oud&Sermeus, 2005 cit. Muller, 2007). Walaupun NIC telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa negara di dunia termasuk Indonesia bukan berarti penggunaan NIC di Indonesia secara otomatis dapat dilaksanakan dengan sempurna. Praktik asuhan keperawatan di setiap negara berbeda-beda tergantung budaya dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan (Lee&Lee, 2006). Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan budaya, pendidikan, sistem kesehatan, agama, sosial ekonomi, dan lain-lain antara Negara Amerika dan Negara Indonesia sehingga perlu diketahui secara pasti penggunaan NIC di Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan item-item intervensi yang tertera atau tidak. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti penggunaan NANDA, NIC, dan NOC di RSUP dr Sardjito telah berlangsung lebih dari 5 tahun, tetapi sampai saat ini belum terdapat penelitian yang meneliti tentang persepsi perawat terhadap penerapan NIC di RSUP dr Sardjito. Alasan tersebut membuat peneliti tertarik untuk melihat fenomena intervensi keperawatan berdasarkan NIC khususnya tentang manajemen cairan di bangsal anak RSUP dr.Sardjito.
Penelitian dilakukan di RSUP dr. Sarjito Yogyakarta karena RSUP dr.Sardjito merupakan rumah sakit tipe A yang menjadi rujukan regional sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam implementasi manajemen cairan yang dilakukan perawat terhadap pasien di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Pemilihan bangsal anak sebagai tempat penelitian didasarkan pada studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUP dr Sardjito Yogyakarta bulan Desember 2013 bahwa diagnosis yang sering muncul adalah pneumonia, infeksi cytomegalovirus dan diare dengan intervensi keperawatan yang paling banyak dilakukan adalah intervensi manajemen cairan.
G. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan perlunya mengetahui persepsi perawat terhadap NIC manajemen cairan di bangsal anak RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.
H. Tujuan Penelitian 3.
Tujuan Umum b. Mengetahui persepsi perawat terhadap NIC Manajemen Cairan di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta
4.
Tujuan Khusus
c. Mengetahui sejauh mana tingkat kepentingan setiap item tindakan NIC Manajemen Cairan yang dilakukan oleh perawat di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta. d. Mengetahui frekuensi pelaksanaan setiap item tindakan NIC Manajemen Cairan di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta.
I. Manfaat Penelitian 3. Manfaat Teoritis Mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan literatur dalam kegiatan belajar mengajar mengenai penerapan manajemen cairan berdasarkan NIC kepada pasien. 4. Manfaat Praktis d. Bagi Instansi Rumah Sakit Mengetahui persepsi perawat terhadap setiap item tindakan dalam NIC manajemen cairan yang dilakukan oleh perawat di klinik. e. Bagi Profesi Keperawatan Menjadi salah satu bukti ilmiah kemungkinan menerapkan NIC manajemen cairan di Indonesia. f. Bagi Peneliti Menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya tentang NIC manajemen cairan kepada pasien. J. Keaslian Penelitian
Sejauh pengamatan dan penelusuran peneliti, penelitian mengenai evaluasi NIC manajemen cairan di bangsal anak belum pernah dilakukan, tetapi terdapat beberapa penelitian yang hampir sama, diantaranya: 9. Penelitian yang dilakukan oleh Lopes, Barros dan Michel (2009) melakukan penelitian dengan judul “A Pilot Study to Validate the Priority Nursing Interventions Classification Interventions and Nursing Outcomes Classification Outcomes for the Nursing Diagnosis “Excess Fluid Volume” in Cardiac Patients”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional untuk memvalidasi isi dari Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification (NOC) untuk pasien jantung dengan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan di Brazil dengan menggunakan model Fehring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar intervensi dalam NIC dan NOC dianggap bermanfaat oleh perawat ahli bagian kardiologi di Brazil. Persamaan pada penelitian ini yaitu meneliti NIC, dan rancangan penelitian cross sectional. Perbedaan penelitian yaitu pada penelitian ini memvalidasi NIC dan NOC, sedangkan penelitian yang dilakukan hanya mengevaluasi NIC untuk mengetahui gambaran pelaksanaan NIC pada pasien anak di RSUP DR Sardjito. 10. Penelitian yang dilakukan oleh Almeide, et al. (2007) dengan judul “Validation of Mapping Care Actions Prescribed for Orthopedic Patients onto the Nursing Intervention Classification” yang dilakukan di Brazil. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan Delphi Technique. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan NIC sebagai terminologi standar untuk mendeskripsikan tindakan perawatan adalah tepat karena terbukti adekuat pada konteks Hospital das Clinicas in Porto Alegre (HCPA). Persamaan dengan penelitian ini pada subjek penelitian yaitu perawat klinis di rumah sakit. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada penelitian ini menggunakan intervensi untuk pasien ortopedik yang terdiagnosa defisit perawatan diri:mandi/hygiene,
gangguan mobilitas fisik, atau resiko
infeksi, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan intervensi NIC manajemen cairan. Perbedaan penelitian yang lainnya pada penelitian ini menggunakan model validasi konten, sedangkan penelitian yang dilakukan hanya mengevaluasi NIC manajemen cairan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan NIC pada pasien anak di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. 11. Penelitian yang dilakukan oleh Indriarti (2007) dengan judul “Tindakan Keperawatan dalam Manajemen Cairan Pasca Operatif pada Pasien Anak di RSUP dr.Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional terhadap variabel tunggal yaitu manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan mandiri keperawatan yang paling sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah mendokumentasikan catatan intake dan output yang akurat, memonitor makanan/cairan yang dicerna, dan memonitor tanda-
tanda vital. Sedangkan tindakan kolaborasi yang sering dilakukan oleh perawat dalam manajemen cairan pasca operatif pada pasien anak adalah memberikan terapi Intra Vena (IV), menginstruksikan pasien berada pada status nothing by mouth (NPO). Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan penelitian deskriptif dan meneliti tentang tindakan keperawatan dalam manajemen cairan pada pasien anak. Perbedaan penelitian terdapat pada instrumen pada penelitian ini menggunakan lembar checklist observasi yang dikembangkan dari aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan edisi dua tahun 1996, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kuesioner yang dikembangkan dari item-item aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan edisi ke enam terbitan tahun 2013. 12. Penelitian yang dilakukan oleh Yatmihatun (2001) dengan judul “Evaluasi Peran Perawat dalam Memberikan Terapi Cairan pada Anak Diare Akut dengan Dehidrasi di Ruang IRNA II RSUP dr.Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah semua perawat yang melakukan terapi cairan pada anak diare akut dengan dehidrasi di IRNA ruang B2 dan B3 RSUP dr.Sardjito. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam memberikan terapi cairan pada anak diare adalah baik dan cukup. Persamaan dengan penelitian yaitu sama sama meneliti tentang peran perawat dalam memberikan terapi cairan. Subjek penelitian yang digunakan adalah
perawat yang bekerja di klinis. Rancangan penelitian sama-sama menggunakan rancangan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini hanya mengobservasi peran perawat dalam memberikan terapi cairan sedangkan penelitian yang dilakukan adalah melakukan evaluasi item-item intervensi NIC manajemen cairan yang dilakukan oleh perawat di bangsal anak RSUP dr.Sardjito Yogyakarta. Perbedaan lainnya terdapat pada instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penatalaksanaan terapi cairan dan instrumen observasi pelaksanaan terapi cairan serta studi dokumentasi dan wawancara tidak terstruktur kepada keluarga untuk validasi data sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen kuesioner yang dikembangkan dari item-item aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan dalam NIC edisi ke enam terbitan tahun 2013. 13. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayatun (2009) dengan judul “Kesesuaian Pemberian Terapi Cairan pada Anak dengan Diare di Rumah Sakit Islam Yogyakarta Persatuan Djemaah Haji Indonesia Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian desriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian pengelolaan terapi cairan yang dilakukan oleh perawat pada anak dengan diare baik. Persamaan penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan meneliti terapi cairan. Perbedaan penelitian yaitu pada subjek
penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah anak diare di RSIY PDHI sedangkan penelitian yang dilakukan subjek penelitian adalah perawat yang bekerja di bangsal anak RSUP dr.Sarjito. Perbedaan penelitian berikutnya adalah instrumen,instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar observasi yang diadopsi dari pedoman manajemen terpadu balita sakit tahun 2004 yang dimodifikasi dari teori dan hasil penelitian, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen kuesioner yang dikembangkan dari item-item aktivitas keperawatan NIC manajemen cairan dalam NIC edisi ke enam terbitan tahun 2013. 14. Penelitian yang dilakukan oleh Azzolin, et al. (2013) dengan judul “Effectiveness of Nursing Interventions in Heart Failure in Home Care Using NANDA-I, NIC, and NOC”. Penelitian ini merupakan penelitian prosprective longitudinal untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan NIC dengan menggunakan Nursing Outcome Classification (NOC) dan berdasarkan North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) pada pasien dengan gagal jantung dalam perawatan di rumah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa intervensi NIC efektif berdasarkan adanya peningkatan bermakna dari follow up skor NOC yang dilakukan selama 6 bulan. Selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa NANDA, NIC, dan NOC memiliki keterkaitan yang sangat berguna untuk diaplikasikan pada pasien dengan gagal jantung yang melakukan perawatan di rumah. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan NIC. Perbedaan penelitian yaitu terdapat pada subjek
penelitian, subjek penelitian pada penelitian ini adalah pasien sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah perawat klinis. Perbedaan penelitian berikutnya adalah penelitian ini merupakan penelitian prospective longitudinal sedangkan penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Selain itu pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui keefektifan dari intervensi keperawatan sedangkan penelitian yang dilakukan adalah mengetahui gambaran pelaksanaan NIC manajemen cairan di bangsal anak RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. 15. Penelitian yang dilakukan oleh Thoroddsen (2005) dengan judul “Applicability of the Nursing Interventions Classification to Describe Nursing” di Iceland. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
nonexperimental
survey
dengan
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Iowa Intervention Project yang terdiri atas 433 label intervensi dan definisinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NIC dapat bermanfaat untuk memberikan pedoman dan menunjukkan tugas perawat. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan yaitu sama sama meneliti tentang intervensi NIC. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada intervensi NIC yang diteliti sebanyak 433 intervensi yang terdiri atas label intervensi dan definisinya, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan 1 intervensi NIC manajemen cairan yang terdiri atas item-item aktivitas
keperawatan. Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan survey nonexperimental sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan deskriptif. 16. Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum (2013) dengan judul “Validasi Pelaksanaan Nursing Intervention Classification (NIC) Pain Management di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan mengadaptasi metode validasi diagnosa keperawatan yang diusulkan Fehring (1987). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebesar 62,79% (27 aktivitas) NIC Pain Management dinilai penting oleh perawat. Tiga puluh tiga (76,74%) jarang dan kadang-kadang dilaksanakan di IRNA 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Persamaan penelitian adalah sama-sama penelitian kuantitatif dengan metode penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan survey. Perbedaan penelitian adalah pada penelitian ini variabel penelitian yang digunakan adalah pelaksanaan intervensi NIC manajemen nyeri sedangkan penelitian yang dilakukan adalah intervensi NIC manajemen cairan.