BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi cenderung mengubah gaya hidup
khususnya
di perkotaan,
yang
memicu
peningkatan
anak
overweight dan obesitas. Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dengan indikator pendapatan perkapita nasional sebesar 17,7% dari tahun 2010 sekitar 27 juta menjadi 31,8 juta pada tahun 2011 dan tahun 2012 sekitar 33,5 juta dengan pendapatan rata-rata 3 juta per bulan (Badan Pusat Statistik, 2012; Hida, 2012) dan tahun 2013 meningkat 9% menjadi 36,5 juta rupiah (Badan Pusat Statistik, 2013). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau pendapatan perkapita di Makassar juga meningkat tahun 2012 sekitar 37,23% dari tahun sebelumnya 27,43 juta (Hasanuddin, 2013). Berdasarkan Riskesdas (2007) tingkat pengeluaran Rumah Tangga perkapita pada anak berat badan lebih umur 6-14 tahun 12,3% (laki-laki) dan 8,3% (perempuan), sedangkan pada Riskesdas (2010) mengalami peningkatan berdasarkan Indeks Massa Tubuh per Umur (IMT/U) 6-12 tahun menjadi 13,1%. Tampak adanya kecenderungan positif antara tingkat pengeluaran per kapita dengan berat badan lebih, baik pada laki-laki maupun perempuan. Overweight maupun obesitas pada anak merupakan suatu masalah yang kompleks, yang disebabkan multifaktorial. Overweight dan
2
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi (Heird, 2002; Wong et al., 2009). Berdasarkan penelitian Hudson (2009), prevalensi obesitas (15,6%) lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (10,4%), namun sebagian besar orang tua (86,5%) dari anak-anak obesitas tidak menganggap anak-anak mereka sebagai obesitas. Menurut WHO batasan usia anak yaitu antara 0-19 tahun, berdasarkan Undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun (Menkes RI, 2011). Menurut WHO (2007) batasan anak obesitas yang berumur 5-19 tahun adalah menggunakan IMT/U sama dengan SK Menkes (2011) menyebutkan, IMT/U umur 5-18 tahun anak obesitas adalah >2 SD dan gemuk atau overweight adalah >1 SD - 2 SD. Overweight dan obesitas
sekarang merupakan peringkat kelima
sebagai risiko global untuk terjadinya kematian. Terdapat
44% kasus
diabetes, 23% penyakit jantung iskemik dan 7%-41% kanker disebabkan oleh
kelebihan
overweight
berat
badan/overweight
dan
obesitas.
Prevalensi
dan obesitas pada anak diperkirakan 35 juta terdapat di
negara berkembang dibandingkan dengan 8 juta yang ada di negara maju (WHO, 2010). Berdasarkan The National Youth Risk Behaviour Survey (YRBS) tahun 1999-2011 pada anak sekolah umur 9-12 tahun, prevalensi
3
obesitas mengalami peningkatan dari 10,6% menjadi 13% sedangkan overweight juga meningkat dari 14,2% menjadi 15,2 (CDC, 2011b). Obesitas merupakan masalah yang sedang terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kotakota besar
mengalami masalah kesehatan masyarakat utama justru
dipicu dengan adanya kelebihan gizi dan aktivitas yang kurang pada masa kanak-kanak (Hamam, 2004; Wong et al., 2009). Perubahan gaya hidup yang cepat termasuk pola makan dan aktivitas
telah
menyebabkan
peningkatan
prevalensi
anak
obesitas (5-19 thn) di negara berkembang. Prevalensi obesitas pada anak usia 5-19 tahun mengalami peningkatan dari tahun 1999-2004 di Indonesia
yaitu pada obesitas dari 5,3% menjadi 8,6% sedangkan
overweight, dari 2,7% menjadi 3,7% menurut CDC standard cut offs (Gupta et al, 2012). Penelitian
Sartika (2011) menemukan bahwa
prevalensi obesitas (persentil > 95) pada anak rentang usia 5 – 15 tahun di Indonesia sebesar 8,3%. Berdasarkan Riskesdas (2007) pada penduduk berumur >10 tahun terdapat prevalensi kurang makan buah dan sayur 93,6% dan kurang aktivitas fisik 48,2%, sedangkan pada umur 1014 tahun yang kurang makan sayur dan buah 93,6% dan kurang aktivitas fisik 66,9%. Proporsi penduduk ≥10 tahun yang kurang makan sayur dan buah berdasarkan Riskesdas (2013) adalah 93,5%, hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan yang berarti antara data 2007 dan 2013. Perilaku sedentary 3-5,9 jam pada kelompok umur ≥10 tahun sebesar 42%.
4
Menurut Depkes (2009) perubahan gaya hidup yang tidak sehat menyebabkan penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyakit tidak menular lainnya meningkat adalah tantangan pembangunan kesehatan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Sulawesi Selatan termasuk satu dari 16 propinsi yang penduduknya mengalami aktivitas kurang diatas prevalensi nasional yaitu 49,1% (<150 menit per minggu) dan kurang makan buah, sayuran 93,7% (<5 porsi per hari) (Riskesdas, 2007). Hal yang sama terjadi pada Riskesdas (2013) yaitu aktivitas kurang aktif kelompok umur ≥10 tahun sebesar 31% melebihi nilai rata-rata Indonesia yaitu 26,1%. Kurang aktivitas dan kurang makan sayur dan buah merupakan gaya hidup tidak sehat yang memicu timbulnya Non Communicable Disease (NCD). Penelitian Mushtaq et al (2011) menunjukkan gaya hidup termasuk menonton televisi, bekerja pada komputer dan bermain video game menunjukkan hubungan yang signifikan dengan BMI yang tinggi dan risiko kelebihan berat badan. Berdasarkan IMT, prevalensi berat badan lebih pada anak umur 614 tahun di Indonesia adalah pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%, sedangkan di Sulawesi Selatan yaitu laki-laki 7,4% dan perempuan 4,8%. Prevalensi BB lebih dilihat dari jenis kelamin, terdapat sedikit lebih tinggi di perkotaan yaitu pada laki-laki di kota 10,6%, desa 8,8% dan pada anak perempuan di kota
7,1%, desa 6,0% (Riskesdas, 2007). Adapun
gambaran berat badan pada anak sekolah berdasarkan Riskesdas (2010):
5
prevalensi status gizi (IMT/U) anak gemuk umur 6-12 tahun adalah 9,2% di Indonesia lebih tinggi dibandingkan anak sangat kurus 4,6% dan kurus 7,6%. Disamping itu, anak gemuk berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 10,7% dan perempuan 7,7%. Jumlah anak gemuk di kota (10,4%), dan di desa (8,1%). Anak gemuk di Sulawesi Selatan berjumlah 3,9 %. Berdasarkan hasil Riskesdas (2010) terjadi peningkatan berat badan lebih pada anak usia sekolah menurut jenis kelamin dan terdapat di perkotaan. Menurut Riskesdas (2013), prevalensi status gizi (IMT/U) anak umur 5-12 tahun sebesar 18,8% yang terdiri dari 10,8% overweight dan 8% obesitas. Menurut profil kesehatan Sulawesi Selatan (2010), cakupan pemeriksaan kesehatan siswa Sekolah Dasar di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi mulai tahun 2007 (51,66%), 2008 (16,15%) dan 2009 (40,9%). Data dari daerah lain menunjukkan prevalensi obesitas di Semarang pada murid sekolah dasar usia 6-7 tahun adalah sebesar 10,6% (Faizah, 2004). Prevalensi obesitas pada salah satu sekolah dasar favorit di Semarang dilaporkan sebesar 28,6% (Setiyorini, 2004). Adanya gaya hidup santai yaitu perilaku makan berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan obesitas pada anak sesuai hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian obesitas di SDK Yayasan Sekolah Kristen Indonesia (YSKI) 3 Semarang sebesar 29,17%. Disamping itu, sebesar 56,52% anak obes sering mengonsumsi fast food, 31,25% anak obes melakukan aktivitas fisik ringan dan 43,18% anak obes mempunyai tingkat
6
kecukupan energi lebih. Data penelitian ini juga menunjukkan 64,71% anak obes memiliki orang tua yang keduanya kegemukan (Indayati, 2008). Demikian pula yang terjadi di Makasar, berdasarkan survei pada Sekolah Dasar Rajawali Makassar yaitu, jumlah distribusi anak yang mengalami overweight 37% usia 6-8 tahun, 33% anak usia 9-10 tahun dan 29% anak kelas empat berusia antara 11-12 tahun. Peningkatan prevalensi obesitas pada anak usia sekolah akan memiliki dampak kesehatan negatif di masa kecil, serta dalam jangka panjang dan berisiko lebih tinggi menjadi obesitas di masa dewasa dan terjadi Non Communicable Disease (NCD) di kemudian hari. Menurut Riskesdas (2007), kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) sebesar 59,5%; lebih tinggi dari angka kejadian Penyakit Menular sebesar 28,1%. PTM yang dapat terjadi saat dewasa antara lain stroke sebesar 26,9%, hipertensi 12,3%, diabetes mellitus (DM) 10,2% dan penyakit jantung iskemik 9,3%. Riskesdas (2013) menunjukkan PTM di Indonesia adalah asma, penyakit paru obstruksi kronis, kanker, DM, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronis (GGK), batu ginjal dan rematik; sesuai dengan PTM menurut WHO adalah penyakit kardiovaskuler (jantung coroner, stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (asma, PPOK) dan diabetes. Anak obesitas dapat mengalami penyakit dan kematian antara lain seperti sulit bernapas, Obstructive Sleep Apnea (OSA), peningkatan risiko patah tulang, hipertensi, kolesterol darah meningkat, tanda awal penyakit
7
kardiovaskular, sindrom metabolik, dislipidemia, diabetes mellitus tipe 2, resistensi insulin, sindrom ovarium polikistik, kolelitiasis dan efek psikologis (Gupta et al., 2012; WHO, 2010). Overweight dan obesitas juga berdampak pada tumbuh kembang anak termasuk aspek psikososial (Arisma, 2011; CDC, 2011a). Hal ini sesuai dengan penelitian Erika (2010) bahwa gaya hidup dan obesitas berkontribusi terhadap
kejadian pra-
diabetes sebagai perjalanan awal asimptomatis diabetes tipe 2. Obstructive Sleep Apnea adalah salah satu dari masalah yang paling serius yang dapat terjadi dan lebih umum pada anak yang sangat gemuk (Wing & Pak, 2003) dan sebesar 50% terdapat di antara remaja dengan obesity (Kalra et al., 2005). OSA menyebabkan disfungsi endotel melalui mekanisme peningkatan stress oksidatif yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler (Fattah, 2012). Hubungan antara obesitas, inflamasi, dan risiko aterosklerosis didukung oleh studi pada anak Turki usia 4,5-15 tahun yang mengalami obesitas sampai remaja, terdapat korelasi positif high sensitivity - C Reaktif Protein (hs-CRP) dengan BMI, berat badan relatif, tekanan darah, dan serum leptin (Yilmaz et al., 2007). Dalam sebuah studi dikaji penerapan kriteria dewasa untuk diagnosis sindrom metabolik pada anak Turki berusia 10-17 tahun menunjukkan 2,2% memiliki sindrom metabolik (Agirbasli et al., 2006). Hasil studi ini menemukan bahwa sindrom metabolik merupakan masalah yang terjadi hampir 10 kali lebih umum di antara siswa yang overweight dan obesitas (21%) dibandingkan siswa kurus. Sementara itu, prevalensi
8
sindrom metabolik terbukti sebesar 5,6% pada overweight dan obesitas anak-anak pra-pubertas (8-10 tahun) di Kosta Rika (Holst et al., 2009). Peningkatan risiko sindrom metabolik juga dilaporkan di kalangan remaja obesitas (11 -20 tahun) di Argentina Odds Ratio (OR) = 119,73, 95% CI = 27,6-519,4) (Pedrozo et al.,2008). Prevalensi tinggi dari sindrom metabolik juga telah dilaporkan terdapat pada usia 10 – 19 tahun remaja Iran sebesar 10,1% (Esmaillzadeh et al., 2006) dan obesitas anak Bolivia 5 – 18 tahun sebesar 36% (Caceres et al., 2008) sesuai dengan kriteria NCEP ATP III yang dimodifikasi dan disesuaikan untuk anak-anak. Kim et al (2007) menunjukkan peningkatan yang signifikan, prevalensi keseluruhan dari sindrom metabolik (menggunakan modifikasi kriteria NCEP ATP III) dari 6,8% pada tahun 1998 menjadi 9,2% pada tahun 2001, di kalangan remaja Korea Selatan berusia 12-19 tahun. Pola kenaikan berat badan yaitu berat badan sangat cepat setelah usia 2 tahun telah terbukti secara signifikan terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sindrom metabolik pada usia 26-32 tahun Asia India (Fall et al., 2008). Diabetes mellitus tipe 2 adalah salah satu komplikasi obesitas yang paling serius. Sebanyak 45% dari anak-anak yang baru terdiagnosa diabetes mellitus memiliki DM tipe 2 dibandingkan dengan DM tipe 1 (Fagot et al., 2000). Sedangkan pada anak overweight didapatkan sekitar 13% memiliki tekanan darah sistolik yang meningkat, dan 9% memiliki tekanan darah diastolik yang meningkat (Freedman et al., 2001).
9
Dampak overweight dan obesitas anak dapat terjadi gangguan ortopedik yaitu bergesernya
epifisis kaput femoris yang terjadi antara
usia 9-16 tahun, dimana pada anak laki-laki lebih sering terjadi daripada anak perempuan, dan kejadian diperkirakan 11 kasus per 100.000 anak mengalami gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul (Lehmann et al., 2006). Kondisi ini lebih sering terjadi ketika seorang anak mengalami obes (Manoff et al., 2005). Masalah lainnya pada anak obes adalah dapat terjadi acanthosis nigricans, sebesar 10% pada anak obesitas kulit putih dan 50% anak kulit hitam (Nguyen et al., 2001). Beberapa penyakit yang terjadi pada usia dewasa sebagai dampak overweight dan obesitas pada saat anak-anak akan sangat merugikan anak. Oleh karena itu diperlukan penanganan overweight maupun obesitas sejak dini pada anak usia sekolah untuk mencegah terjadinya beberapa penyakit saat dewasa. Selain itu, anak usia sekolah mulai mengembangkan gambaran citra tubuhnya, memiliki persepsi yang cukup akurat dan positif tentang keadaan fisik diri mereka sendiri. Mereka sudah menyadari kondisi tubuh yang berbeda dengan teman sebaya. Anak yang gemuk dapat merasa inferior dan kurang diterima dalam permainan dan aktivitas serta mendapat ejekan dari teman-temannya (Wong et al., 2009). Peran perawat sangat dibutuhkan dalam program usaha kesehatan sekolah (UKS) melalui pendidikan nutrisi bekerjasama dengan guru sekolah,
orangtua
dan
anak
dalam
merencanakan
dan
10
mengimplementasikan pedoman nutrisi dan aktivitas fisik sebagai salah satu upaya pembinaan dan pengembangan UKS (Kasman, 2012). Aktivitas fisik pada anak usia sekolah dapat meningkatkan kapabilitas dan kemampuan beradaptasi pada anak usia sekolah, memungkinkan kecepatan dan upaya aktivitas motorik lebih besar, otot-otot yang lebih kuat dan besar serta memungkinkan aktivitas fisik dapat berlangsung lama dan meningkat tanpa anak merasa kelelahan (Wong et al., 2009). Metode yang terbaik untuk menangani overweight dan obesitas adalah dengan terapi perilaku pada masa kanak-kanak yaitu diet dan latihan dikombinasikan dengan modifikasi perilaku melalui promosi kesehatan yang berkaitan dengan motivasi, sikap, kebiasaan, potensi dan budaya (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2010). Penanganan ini sebagai strategi yang dapat memberi manfaat jangka panjang sesuai strategi diet dan aktvitas fisik global WHO melalui kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup anak (WHO, 2010). Salah satu strategi yang dapat digunakan keluarga untuk mengendalikan gaya hidup anak overweight dan obesitas adalah dengan pendekatan teori transcultural nursing (TCN) oleh Leininger (2002) yang menekankan praktek keperawatan dengan melihat budaya, keyakinan, nilai-nilai yang dianut oleh keluarga. Budaya suku Bugis, Makassar termasuk diantaranya adalah makanan khas dengan rasa manis yang selalu disajikan dalam acara-acara tertentu, oleh keluarga bisa disiapkan juga sebagai makanan rutin untuk anak-anaknya di rumah. Hal ini
11
merupakan salah satu pemicu tingginya kejadian anak overweight dan obesitas. Beberapa keluarga di Makassar juga berpendapat bahwa anak yang gemuk adalah sehat dan selama anak tidak menunjukkan gangguan kesehatan secara fisik maka tidak ada masalah kesehatan bagi mereka. Berdasarkan
skrining
awal
pada
5
sekolah
dasar
Inpres
Tamalanrea dari 600 anak didapatkan 39 overweight dan 60 obesitas. Menurut Hassapidou et al. (2009) sosial budaya dan kepercayaan tradisional yang berhubungan dengan gizi, dan kebanyakan diturunkan selama berabad-abad dari ibu dan nenek yang tinggal di negara berkembang. Kepercayaan ini antara lain anak overweight maupun obesitas sering dikatakan memiliki lemak bayi yang orang tua percaya akan hilang ketika usia mereka bertambah. Namun diketahui bahwa mayoritas dari mereka akan tetap mengalami overweight atau obesitas selama hidupnya. Dengan demikian, melalui pendidikan kesehatan dalam perawatan anak, mayoritas (81%) orang tua percaya bahwa handout akan menjadi cara yang cukup atau sangat berguna untuk menerima informasi kesehatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan orangtua (Gupta et al., 2005). Komite ahli merekomendasikan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga
asupan makan, aktivitas fisik dan kebiasaan santai
(sedentary behaviour) (Barlow, 2007). Selain itu, untuk mengoptimalkan upaya peningkatan kesehatan anak dapat digunakan model kesehatan anak Bindler-Ball yaitu Child
12
Healthcare Model (CHM) adalah model pelayanan kesehatan yang diterapkan dalam keperawatan kesehatan anak pada seluruh konteks pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk menggambarkan bahwa perawat pediatrik perlu untuk mengintegrasikan konsep promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan kedalam semua aspek perawatan termasuk pengaruh budaya keluarga yang dapat berperan dalam kesehatan anak yaitu keyakinan keluarga tentang definisi kesehatan dan penyebab penyakit (Ball & Bindler, 2007). Berdasarkan situasi diatas, maka strategi yang dapat digunakan adalah dengan pendekatan transtheoretical model (TTM) yaitu perubahan perilaku yang membantu anak dan orangtua dalam membuat keputusan yang lebih efektif untuk mengurangi perilaku risiko masalah kesehatan pada anak overweight dan obesitas serta meningkatkan perilaku sehat (Prochaska, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian Penelitian Tuah et al (2012) menilai penggunaan Stage of change (SOC) TTM dalam program manajemen berat badan overweight dan obesitas terhadap penurunan berat badan dan diet serta perubahan perilaku dalam latihan fisik yang dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
kemampuan
keluarga
mengendalikan gaya hidup anak overweight dan obesitas. Modifikasi ketiga model yaitu transcultural nursing theory, child healthcare model, dan transcultural model menjadi Family empowerment Modified Model (FEMM). Penggunaan FEMM oleh keluarga dalam mengendalikan gaya hidup anak sejalan dengan tujuan Healthy People
13
2020, CDC (2011a) yaitu asupan makanan sehat dan aktivitas fisik diantara anak dan remaja adalah meliputi rencana komprehensif untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup dan IMT anak overweight dan obesitas melalui model Family Empowerment Modified yang berasal dari modifikasi transcultural nursing theory, child healthcare model dan transtheoretical model, sehingga keluarga dapat mencegah dampak resiko penyakit saat anak berusia dewasa.
B.
Rumusan Masalah
Overweight dan obesitas merupakan masalah global sebagai peringkat kelima resiko kematian, dan prevalensi obesitas di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju (WHO, 2010), termasuk Indonesia. Sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kotakota besar
mengalami masalah kesehatan masyarakat utama justru
dipicu dengan adanya kelebihan gizi, aktivitas yang kurang pada masa kanak-kanak (Hamam, 2004; Wong et al,. 2008). Peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia sekolah akan memiliki dampak kesehatan negatif di masa kecil, serta dalam jangka panjang dan berisiko lebih tinggi menjadi obesitas di masa dewasa, Anak obesitas maupun overweight dapat mengalami kesakitan dan kematian antara lain seperti sulit bernapas, OSA, peningkatan risiko
14
patah tulang, hipertensi, kolesterol darah meningkat, tanda awal penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, dislipidemia, diabetes mellitus tipe 2, resistensi insulin, sindrom ovarium polikistik, kolelitiasis dan efek psikologis. Adanya dampak overweight dan obesitas yang merugikan bagi anak menuntut ditingkatkannya peran perawat dalam pendidikan nutrisi bekerjasama
dengan
guru
sekolah,
orangtua
dan
anak
untuk
merencanakan dan mengimplementasikan pedoman nutrisi dan aktivitas fisik. Metode yang dapat digunakan adalah dengan pendekatan transcultural nursing theory yang berkaitan dengan budaya keluarga merawat anak (Leninger, 2002), pendekatan child healthcare model yaitu dengan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan dalam semua aspek perawatan pada anak (Ball & Bindler, 2007), dan melalui pendekatan transtheoretical model yaitu perubahan perilaku yang membantu anak dan orangtua dalam menerapkan gaya hidup sehat anak (Prochaska, 2008) yang dimodifikasi menjadi family empowerment modified model yaitu pemberdayaan keluarga dalam meningkatkan gaya hidup sehat anak berbasis budaya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perbedaan kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup anak overweight dan obesitas sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model ?
15
2. Bagaimana perbedaan IMT anak sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ? 3. Bagaimana
perbedaan
pengetahuan
keluarga
tentang
anak
overweight dan obesitas sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ? 4. Bagaimana perbedaan budaya keluarga tentang anak overweight dan obesitas sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ? 5. Bagaimana perbedaan aktivitas fisik anak sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ? 6. Bagaimana perbedaan asupan karbohidrat anak sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ? 7. Apakah pengetahuan keluarga berhubungan dengan kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model? 8. Apakah budaya keluarga berhubungan dengan kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model?
16
9. Apakah aktivitas fisik anak berhubungan dengan kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model ? 10. Apakah asupan karbohidrat anak berhubungan dengan kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model ? C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Membuktikan pengaruh family empowerment modified model terhadap kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup dan IMT anak overweight dan obesitas. 2.
Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dan menilai besar perbedaan kemampuan keluarga dalam mengendalikan gaya hidup anak overweight dan obesitas sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. b. Mengidentifikasi dan menilai besar perbedaan IMT anak sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. c.
Mengidentifikasi dan menilai besar perbedaan pengetahuan keluarga tentang anak overweight dan obesitas sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
17
d. Mengidentifikasi dan menilai besar perbedaan budaya keluarga tentang anak overweight dan obesitas sebelum dan setelah penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. e.
Mengidentifikasi dan menilai besar perbedaan aktivitas fisik anak sebelum dan penerapan family empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
f.
Mengidentifikasi
dan
menilai
besar
perbedaan
karbohidrat anak sebelum dan setelah
asupan
penerapan family
empowerment modified model pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. g.
Mengidentifikasi
hubungan
pengetahuan
keluarga
dengan
kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model. h.
Mengidentifikasi hubungan budaya keluarga dengan kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model.
i.
Mengidentifikasi
hubungan
aktivitas
fisik
anak
dengan
kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model. j.
Mengidentifikasi hubungan asupan karbohidrat anak dengan kemampuan keluarga dan IMT anak melalui penerapan family empowerment modified model
18
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Aspek pengembangan teori/ilmu untuk pendidikan Mengembangkan strategi atau model keperawatan pada keluarga dan anak usia sekolah untuk meningkatkan gaya hidup sehat pada
anak
overweight
dan
obesitas
melalui
peningkatan
pengetahuan, budaya keluarga, perubahan perilaku aktivitas fisik anak dan asupan makanan sehat pada anak dengan menggunakan family empowerment modified model sebagai referensi atau acuan dalam kurikulum bagi tenaga pengajar. Memberikan masukan bagi perawat komunitas dan perawat anak dalam penerapan pelayanan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan anak overweight dan obesitas dalam upaya mengendalikan gaya hidup sehat pada anak usia sekolah. 2. Aspek aplikasi untuk pelayanan Meningkatkan peran dan fungsi perawat dengan memberikan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tentang gaya hidup sehat pada keluarga dan anak melalui family empowerment modified model agar keluarga mandiri sehingga diharapkan setelah penelitian dapat menjadi panduan gaya hidup sehat bagi keluarga dan anak overweight atau obesitas dalam upaya meningkatkan kesehatan anak, mencegah resiko penyakit serta meningkatkan kualitas hidup anak.
19
3.
Aspek penelitian Mengembangkan
intervensi
edukatif
dengan
promosi
kesehatan dalam mengubah perilaku keluarga dan anak sehingga keluarga mampu mengendalikan gaya hidup sehat pada anaknya yang berbasis pada budaya keluarga.