BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat menimbulkan dampak, baik terhadap fisik maupun psikologis diantaranya kecemasan, merasa asing akan lingkungan yang baru, berhadapan dengan sejumlah individu yang belum dikenal, perubahan gaya hidup serta harus menerima tindakan medik atau perawatan yang menyakitkan. Ketika anak sakit dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit, berbagai reaksi yang komplek dan bervariasi akan muncul, diantaranya regresi (rasa tergantung atau tidak mau ditinggalkan), rasa takut dan cemas, merasa dipisahkan dari keluarga, putus asa dan protes (Wong, 2009). Keadaan seperti ini mengakibatkan anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit, sehingga kondisi tersebut merupakan stressor bagi anak dan keluarganya. Kecemasan pada anak disebabkan karena mereka tidak mengerti penyebab mereka sakit atau alasan mereka dirawat. Lingkungan yang asing, kebiasaan yang berbeda, perpisahan dengan keluarga dan teman sebaya menimbulkan perasaan takut dan cemas bagi anak yang nantinya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kecemasan tidak hanya terjadi pada anak. Orangtua mengalami hal yang sama yaitu perasaan takut, cemas, rasa bersalah, sedih bahkan seringkali konflik karena harus menunggu anak sakit. Anak yang mengalami kecemasan selama
1
2
dirawat di rumah sakit akan mengakibatkan kecemasan pada orangtua, demikian juga sebaliknya, kecemasan yang dialami orangtua akan dapat meningkatkan kecemasan pada anak (Wong, 2009). Kecemasan yang dialami oleh orangtua sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan anak ketika menjalani rawat inap (Alexander et al, 2004). Peristiwa tersebut terjadi karena anak merupakan bagian dari kehidupan orangtua sehingga pengalaman yang menganggu kehidupan anak akan menimbulkan kecemasan pada orangtua. Permasalahan lain ketika anak harus menjalani rawat inap di rumah sakit adalah terganggunya kebutuhan bermain pada anak. Hal ini disebabkan karena dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 3 – 5 tahun. Dalam bermain, anak belajar apa yang tidak diajarkan orang lain kepadanya. Anak belajar tentang dunia mereka dan cara mereka menghadapi objek, waktu, ruang, struktur dan orang lain didalamnya. Mereka mempelajari tentang dunianya, tindakan dan cara yang harus dilakukan, menghubungkan sesuatu dan situasi, serta cara beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat yang dihadapinya (Wong, 2009). Melalui kegiatan bermain, semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan sehingga anak dapat mempelajari banyak hal penting. Aspek perkembangan anak dapat ditumbuhkan secara optimal dan maksimal melalui kegiatan bermain (Adriana, 2011). Menurut Bratton, 2005 dengan bermain maka anak-anak dapat mengontrol emosi dan respon perilakunya. Mereka akan dapat berkomunikasi secara alami melalui kata-kata dan lebih dapat mengekspresikan diri melalui permainannya.
3
Menurut Supartini, 2004 bermain merupakan aktivitas yang dapat dilakukan anak sebagai upaya stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya. Bermain di rumah sakit merupakan media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi dan distraksi perasaan akibat ketidaknyamanan yang dialami. Menurut Wong, 2009, ada beberapa tipe permainan diantaranya permainan tunggal dan permainan kooperatif. Selama permainan tunggal atau individual, anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda dengan mainan yang digunakan oleh anak lain. Mereka menikmati adanya anak lain tetapi tidak berusaha untuk mendekati. Minat mereka dipusatkan pada aktivitas mereka sendiri, anak tidak dapat bekerjasama ataupun berkomunikasi dengan teman sepermainannya. Hal ini sesuai dengan Santrock, 2007, yang menyatakan bahwa ketika anak bermain sendiri dan mandiri dari orang lain, maka anak akan terlihat asyik dengan aktivitasnya dan tidak terlalu memperdulikan hal lain yang terjadi. Permainan kooperatif, ketika anak bermain dalam kelompok dengan anak lain, membuat anak saling berinteraksi dan berbincang dengan kelompoknya. Selama interaksi dalam sebuah permainan, anak-anak akan lebih terasa empatinya, mengatasi penolakan dan dominasi, serta mengelola emosinya (Adriana, 2011). Mereka akan belajar membentuk hubungan sosial dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan hubungan ini. Mereka akan belajar untuk saling memberi dan menerima, banyak belajar dari kritikan temannya dibandingkan dari orang dewasa.
4
Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain (Tedjasaputra, 2007). Terapi bermain merupakan upaya melanjutkan perkembangan normal yang memungkinkan anak merespon lebih efektif terhadap situasi yang sulit seperti pengalaman pengobatan. Terapi bermain bagi anak di rumah sakit dapat dilakukan secara individual maupun berkelompok. Adapun tujuan terapi bermain bagi anak yang dirawat dirumah sakit adalah untuk mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004). Dalam proses hospitalisasi, ketakutan dan kecemasan yang dialami anak apabila tidak mendapat penanganan yang memadai dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan perawatan. Selain itu, kecemasan juga dapat mengakibatkan dampak yang buruk pada kehidupan selanjutnya secara menetap. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan terapi bermain di rumah sakit, terdiri dari faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap perawat, faktor pendukung diantaranya sarana atau fasilitas yang ada, termasuk kebijakan yang ditetapkan serta faktor pendorong, seperti adanya dukungan umpan balik (feedback) dari anak dan keluarga. Tanpa feedback, pelaksanaan terapi bermain tidak akan berjalan dengan baik (Green, 2010). Peran perawat dan keluarga dibutuhkan dalam terapi bermain sehingga mendukung proses pengobatan dan perawatan anak selama menjalani hospitalisasi. Menurut Bratton, 2005, pemberian terapi bermain saat anak menjalani hospitalisasi adalah dengan melibatkan orangtua, guru, tenaga pengajar, pembimbing dan perawat. Efek yang
5
paling besar untuk keberhasilan terapi bermain adalah keterlibatan orangtua. Hal ini disebabkan karena adanya kedekatan dan ikatan batin yang kuat antara orangtua dengan anak. Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Le-Blanc, et al (2001). Hasil yang didapatkan adalah partisipasi orangtua memberikan manfaat yang besar terhadap terapi bermain. Di Indonesia, jumlah anak usia prasekolah (3-6 tahun) berdasarkan Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2010 sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia. Diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan (Sumaryoko, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukoati, 2012, di ruang anak Rumah Sakit Baptis Kediri, aktivitas bermain mewarnai mempengaruhi penggunaan mekanisme koping menghadapi hospitalisasi. Hasil penelitian Elfira, 2011, menunjukkan bahwa sebanyak 92,3% responden mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan ringan sebelum pelaksanaan terapi bermain dengan teknik bercerita. Setelah pelaksanaan terapi bermain dengan teknik bercerita, 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan 23,1% kecemasan sedang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terapi bermain dengan teknik bercerita mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05). Menurut Apriliawati, 2011, terdapat pengaruh biblioterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan anak sekolah yang menjalani hospitalisasi, dan tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pengalaman dirawat, lama rawat
6
dan frekuensi membaca dengan tingkat kecemasan anak. Hendon, et al (2007) mengidentifikasikan bahwa terapi musik untuk pasien anak dapat meningkatkan efek positif dan pada akhirnya dapat meningkatkan mental dan kesejahteraan fisik pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Stein, et al (2008) menjelaskan bahwa tindakan keperawatan yang paling efektif untuk mengurangi stress pada anak yang dirawat inap adalah dengan tindakan psikososial, dimana tindakan ini memerlukan keterlibatan dari perawat, orangtua dan teman di ruang rawat. Hasil penelitian yang dilakukan Coyne, 2006, tentang peran orangtua dalam perawatan di ruang rawat, menunjukkan bahwa, ketika anak dirawat di rumah sakit, anak memerlukan partisipasi dan peran dari orangtua untuk proses perawatan. Rekomendasi dari beberapa penelitian ini adalah penelitian lebih lanjut guna mendukung nilai terapi bermain yang diarahkan pada keterlibatan keluarga untuk menurunkan kecemasan pada anak dan orangtua. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Ruang Anak RS. Baptis Kediri, didapatkan data bahwa terapi bermain yang merupakan bagian dari asuhan keperawatan yang seharusnya dilakukan oleh perawat, hampir tidak pernah dilakukan. Menurut keterangan perawat yang ada diruangan, hal ini disebabkan karena tugas dan pekerjaan perawat sangat banyak sehingga waktu untuk bermain dengan anak yang dirawat di ruangan tersebut sangat minim. Perawat menganggap dengan membiarkan anak bermain sendiri diruang perawatan sudah cukup, karena perawat terlalu sibuk dengan aktivitas rutinnya.
7
B. Rumusan Masalah Sakit dan dirawat di rumah sakit menimbulkan kecemasan pada anak dan orangtua. Kecemasan orangtua akan meningkatkan kecemasan pada anak. Kecemasan pada anak usia prasekolah dapat dilihat dari perilaku anak tersebut, diantaranya anak akan menghindari dari situasi atau keadaan yang menekannya sehingga anak tidak dapat kooperatif terhadap tindakan perawatan. Kecemasan akibat hospitalisasi perlu ditangani sedini mungkin. Keterlambatan dalam penanganan akan membawa dampak tidak baik pada proses kesembuhan terutama pada anak yang mendapatkan perawatan di rumah sakit yang lingkungannya masih asing baginya. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan oleh perawat untuk menunjang perawatan adalah terapi bermain dengan melibatkan orangtua. Keterlibatan orangtua dalam terapi bermain akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati yang tinggi, merasa diperhatikan sehingga berdampak terhadap emosi serta kepercayaan diri yang baik Terapi bermain merupakan salah satu intervensi yang diberikan bagi anak yang dirawat di rumah sakit. Namun, tugas dan pekerjaan perawat yang banyak, tidak memungkinkan mereka untuk melakukan terapi bermain. Hal ini menyebabkan anak bermain tanpa feedback yang benar dari orangtua. Uraian tersebut mendorong peneliti untuk meneliti pengaruh terapi bermain dengan keterlibatan orangtua terhadap kecemasan anak usia pra sekolah dan orangtua akibat hospitalisasi di Rumah Sakit Baptis Kediri
8
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi bermain dengan keterlibatan orangtua terhadap kecemasan anak usia pra sekolah dan orangtua akibat hospitalisasi di Rumah Sakit Baptis Kediri
2.
Tujuan Khusus a.
Menganalisis pengaruh terapi bermain dengan keterlibatan orangtua terhadap kecemasan anak usia pra sekolah akibat hospitalisasi di Rumah Sakit Baptis Kediri
b.
Menganalisis pengaruh terapi bermain dengan keterlibatan orangtua terhadap kecemasan orangtua anak usia pra sekolah akibat hospitalisasi di Rumah Sakit Baptis Kediri
D. Manfaat Penelitian 1.
Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi pada praktik keperawatan anak tentang terapi bermain. Dengan keterlibatan orangtua dalam menurunkan kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi, anak usia prasekolah dapat lebih kooperatif sehinga mempercepat proses penyembuhan penyakit anak
9
2.
Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu keperawatan anak khususnya tentang terapi bermain dengan keterlibatan orangtua dalam menurunkan kecemasan pada anak usia pra sekolah dan orangtua akibat hospitalisasi
3.
Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya terutama yang berhubungan dengan terapi untuk menurunkan kecemasan pada anak
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1
2
Peneliti/Judul
Sampel
Desain
Rini, 2013/ Hubungan antara Penerapan Atraumatic Care dengan Kecemasan Anak Prasekolah saat Proses Hospitalisasi di RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso
Anak prasekolah yang sedang dirawat di ruang rawat inap anak RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso sejumlah 20 anak
Penelitian Observasional Analitik dengan pendekatan Cross sectional
Malloch, et al, 1. Bayi NICU yang 2012/Music menerima terapi Therapy with musik (n = 10) Hospitalized 2. Bayi NICU yang Infants-The Art And tidak menerima Science Of terapi musik (n = Communicative 10 )
Analisis Uji korelasi Spearman Rank
Variabel Variabel bebas: Penerapan Atraumatic Care Variabel Terikat: Kecemasan Anak Usia Prasekolah saat hospitalisasi
Pre-test post-test control group design
1. KruskalWallis 2. Chi-square 3. MannWhitney
Variebel bebas: Music Therapy Variabel Terikat: Hospitalized
Hasil
Perbedaan
Nilai p < α (0,003< 0,05) yang berarti ada hubungan antara penerapan Atraumatic care dengan kecemasan anak prasekolah saat proses hospitalisasi di RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso.
Variabel dan desain penelitian
Intervensi Music Therapy mendukung pengembangan neurobehavioral bayi. Secara khusus, bayi
Variabel dan sampel
1
No
3
Peneliti/Judul
Sampel
Musicality
3. Bayi sehat Nonhospitalized yang tidak menerima terapi musik (n = 19)
Yusuf, 2013/ Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kondisi Psikologis Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami
36 anak uasia prasekolah di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Desain
Penelitian Quasi Experiment dengan pendekatan pre post the design without controlling
Analisis
Analisis kuantitatif dengan menggunakan uji Mann Whitney
Variabel
Hasil
Infants
dirawat di rumah sakit lebih mampu mempertahankan regulasi mandiri selama interaksi sosial dengan orang dewasa, kurang marah dan menangis, dan lebih positif dalam tanggapan mereka terhadap penanganan dewasa, bila dibandingkan dengan bayi yang tidak menerima intervensi
Variabel bebas: terapi bermain
Ada perbedaan kondisi psikologis anak usia prasekolah yang dihospitalisasi sebelum dan sesudah pemberian
Variabel terikat: Kondisi
Perbedaan
Variabel dan desain penelitian
2
No
Peneliti/Judul
Sampel
Desain
Analisis
Hospitalisasi 4
5
Variabel
terapi bermain Terdapat pengaruh Sampel dan biblioterapi variabel terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi Tidak tedapat hubungan usia, jenis kelamin, pengalaman dirawat, lama rawat dan frekuensi membaca dengan tingkat kecemasan anak
Kuasi eksperimen 1. Uji T dengan desain pre dependen dan post test (paired sample tTest) 2. Uji beda 3. Uji korelasi
Variabel bebas: Biblioterapi
Solikhah, 2011/ Pengaruh Therapeutic Peer Play terhadap Kecemasan dan Kemandirian Anak Usia Sekolah
Pre-test post-test control group design
Variabel bebas : Therapeutic Peer Play
Uji Statistik paired sample t-Test
Perbedaan
Psikologis
Apriliawati, 2011/ 30 anak usia sekolah Pengaruh Biblioterapi Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi
33 anak usia sekolah pada kelompok eksperimen dan 33 anak usia sekolah pada kelompok kontrol
Hasil
Variabel terikat: tingkat kecemasan
Varibel Terikat: Tingkat
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Therapeutic Peer Play dengan kecemasan dan kemandirian
Variabel penelitian
3
No
Peneliti/Judul
Sampel
Desain
Analisis
Selama Hospitalisasi 6
Bratton, 2005/ The Efficacy of Play Therapy With Children: A MetaAnalytic Review of Treatment Outcomes
7
8
Variabel
Hasil
Perbedaan
kecemasan dan kemandirian 93 studi analisis tentang efektivitas terapi bermain
Pre-test post-test control group design
A MetaAnalytic Review of Treatment Outcomes
Variabel : Terapi Bermain
Terapi bermain memiliki efektivitas yang tinggi terhadap pengobatan anak yang dilakukan rawat inap
Sampel, variabel dan analisis
Tachibana et al, 238 ibu dengan anak 2012/A New usia prasekolah Mother-Child Play Activity Program to Decrease Parenting Stress and Improve Child Cognitive Abilities
Pre-test post-test control group design
Cluster Randomized Controlled Trial
Variabel bebas : Mother-Child Play Activity
Program intervensi dapat memperbaiki masalah psikososial anakanak yang berhubungan dengan stress pengasuhan dan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak
Variabel, sampel dan analisis
Winarsih, 2012 Hubungan Peran
Cross Sectional
Terdapat hubungan peran serta
Variabel, desain dan
60 responden di RSUD RA Kartini
Varibel Terikat: Tingkat kecemasan dan kemampuan kognitif
Uji Statistik Chi-square
Variabel bebas : peran serta
4
No
Peneliti/Judul Serta Orangtua dan Dampak Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah di RSUD RA Kartini Jepara
Sampel Jepara
Desain
Analisis
Variabel orangtua Varibel Terikat: Dampak hospitalisasi anak usia prasekolah
Hasil orangtua dan dampak hospitalisasi anak usia prasekolah di RSUD RA Kartini Jepara
Perbedaan analisis
0