1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan yang sesuai standar untuk pasien yang menderita penyakit khusus seperti : diabetes mellitus, jantung, ginjal, hati, hipertensi, dan
lain-
lainnya yang bertujuan untuk membantu penyembuhan pasien dengan pemberian nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier, 2012). Panjangnya alur pemenuhan kebutuhan gizi dari mulai anamnesis status gizi hingga konsumsi memungkinkan adanya ketidaksesuaian dari kebutuhan gizi yang telah ditetapkan dengan makanan yang disajikan. Agar kegiatan asuhan gizi dapat berjalan dengan optimal, maka perlu dukungan pimpinan rumah sakit, komite medik, dan staf serta adanya koordinasi dan komunikasi antar anggota tim (Depkes RI, 2004). Rosen tahun 2001 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 98% dokter sependapat bahwa salah satu tugas penting ahli gizi adalah menjamin kepuasan pasien dengan pelayanan gizi, 93% dokter juga meyakini bahwa pemberian penjelasan tentang nutrisi kepada petugas rumah sakit adalah kegiatan penting, dan 99% dokter berpendapat bahwa konseling pasien hendaknya dimasukkan ke dalam pendidikan ahli gizi.
1
2
Alur proses pemberian makanan yang kompleks kepada pasien di rumah sakit, oleh karena itu diperlukan orang-orang yang berkompeten dan berprofesi untuk menangani terapi gizi medik. Dalam menangani penyembuhan pasien dengan Terapi Gizi Medik dibentuk suatu tim yang disebut Tim Terapi Gizi (TTG) terdiri dari dokter spesialis gizi klinik, perawat, ahli gizi, dan pramusaji. Dokter spesialis gizi klinik berperan dalam menentukan preskripsi diet, sedangkan ahli gizi bertanggung jawab dalam menterjemahkan preskripsi diet ke dalam kitir makanan yang memenuhi syarat diet, sehingga makanan yang disajikan dapat diterima oleh pasien (Irianton, 2013). Pada masa penyembuhan pasien rawat inap sangat dipengaruhi oleh pemberian obat dan diet yang diberikan oleh rumah sakit yang diawali dengan preskripsi obat dan preskripsi diet (McWhirter dan Pennington, 2004). Preskripsi obat sudah pasti produk yang dihasilkan adalah obat yang sudah sesuai standar dan takarannya, sedangkan preskripsi diet masih belum pasti karena produk yang dihasilkan berupa makanan yang memiliki kandungan zat gizi yang berbeda dari masing-masing bahan makanan yang kemudian harus diterjemahkan oleh ahli gizi kedalam bahan makanan penukar berupa standar Ukuran Rumah Tangga (URT) dengan melibatkan banyak orang untuk memperoleh makanan yang sesuai standar. Indikator keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit adalah terwujudnya penentuan kebutuhan gizi, terselenggaranya evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium dan terwujudnya penterjemahan preskripsi diet yang sesuai standar (Depkes RI, 2004).
3
Salah satu penelitian yang bertujuan untuk menilai kesesuaian asupan gizi dengan preskripsi diet pada pasien diabetes tipe II ruang rawat inap di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2012, menunjukkan adanya kesesuaian antara preskripsi diet dengan asupan adalah pada diet DM 1300, kesesuaian antara preskripsi dengan distribusi adalah pada diet DM 1700 dan diet DM 1900 (Handayani, 2012). Untuk memperoleh makanan yang sesuai standar pihak rumah sakit melaksanakan penyelenggaraan makanan yang merupakan salah satu kegiatan pokok pelayanan gizi. Proses penyembuhan pasien dapat dibantu dengan adanya makanan yang memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Almatsier, 2006). Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat dan benar. Rencana diet yang telah disusun selanjutnya diterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Perencanaan makan pasien dengan diet khusus bertujuan untuk mempercepat penyembuhan pasien selama di rawat inap di rumah sakit. Makanan yang dikonsumsi pasien perlu diperhatikan baik jenis makanan, jumlah yang dimakan maupun jadwal waktu makan (Depkes RI, 2010). Tingginya angka prevalensi gizi kurang di RSCM menimbulkan perhatian yang besar terhadap kegiatan pelayanan gizi termasuk asuhan gizi. Dengan perbaikan strategi asuhan gizi, terbukti jumlah pasien gizi kurang menurun menjadi 38 % pada tahun 2008. Namun demikian, perkembangan ini berjalan
4
lambat. Hasil penelitian pada tahun 2005 menunjukkan 50 % pasien rawat inap mengalami gizi kurang dengan derajat bervariasi dan sebanyak 25-30% penderita mengalami gizi kurang yang semakin berat selama perawatan . Di RSCM Jakarta dari hasil beberapa penelitian pada tahun 2002-2005 didapatkan 20-60% pasien menderita gizi kurang pada saat masuk RS . Peristiwa inipun terjadi di Sub-Bagian Ginekologi RSCM. Menurut hasil penelitian yang dilakukan pada pasien ginekologi yang dirawat di RSCM, ternyata 22.7-32 % pasien menderita KEP selama dirawat di rumah sakit. Klasifikasi gizi kurang pada pasien rawat inap berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab primer gizi kurang adalah karena asupan zat gizi yang tidak adekuat, sedangkan penyebab sekunder gizi kurang adalah penyakit yang dapat mempengaruhi
asupan
makanan,
meningkatnya
kebutuhan,
perubahan
metabolisme dan malabsorbsi. Asupan makan yang rendah pasien merupakan salah satu penyebab terjadinya gizi kurang. Selain itu penelitian yang dilakukan Triyani (2009) menunjukkan bahwa 69.9 % pasien haemodialisis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) asupan makan kurang dari kebutuhannya. Status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Status gizi kurang berhubungan dengan kelesuan, depresi, kelelahan, kekuatan otot menghilang sehingga dapat mempengaruhi fungsi pernafasan, menurunnya fungsi imun dan kepekaan terhadap infeksi meningkat. Status gizi kurang yang dialami pasien selama pasien dirawat di Rumah Sakit (RS) selain penyakit yang diderita dan berujung pada hari rawat yang lebih lama juga terhadap angka kesehatan dan biaya rawat yang meningkat (Whirter, 2004). Kekurangan gizi digambarkan
5
sebagai suatu status dari tidak cukupnya zat gizi dihubungkan dengan baik asupan makan tidak cukup memenuhi kebutuhan tubuh maupun ketidakmampuan tubuh untuk mencerna makanan. Penelitian dinegara maju pada rumah sakit di Amerika dilaporkan kejadian gizi kurang atau memiliki resiko terjadi gizi kurang sebesar 40 – 20 % dan 12 % diantaranya mengalami gizi buruk (Gallagher, 1996). Penelitian oleh tim RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2012 menunjukan ada hubungan antara faktor terapi diet dengan beberapa penderita penyakit degeneratif yang membutuhkan makanan dengan diet khusus. Pengelolaan makanan dengan diet khusus merupakan satu bagian penting yang tepat guna melalui pengelolaan makan pasien yang benar. Hal tersebut bisa berjalan sesuai dengan harapan jika ada kerja sama yang baik antara dokter dan ahli gizi di dalam memberikan terapi gizi medik. Penelitian di RS Sardjito, mendapatkan hasil bahwa sebanyak sebanyak 51.8 % pasien yang dirawat rata – rata asupan makan pada tiga hari pertama dirawat tidak cukup, dan keadaan ini berlangsung beberapa hari selama rawat inap. Selain itu juga menunjukkan bahwa ketepatan pemberian diet yang diketahui dari laporan dan evaluasi pencatatan ahli gizi di buku register gizi dan pencatatan oleh pramusaji. Namun dalam penelitian ini belum melihat kesesuaian kandungan zat gizi antara preskripsi diet sampai makanan disajikan, sehingga tidak diketahui kesesuaian kandungan zat gizi dari pemberian Terapi Gizi Medik (Dwiyanti, 2010). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit umum tipe A di Bali. Salah satu pelayanan yang diberikan oleh RSUP
6
Sanglah Denpasar adalah pelayanan pasien rawat inap. Salah satu kegiatan dalam pelayanan rawat inap adalah Terapi Gizi Medik untuk membantu penyembuhan pasien berupa menyajikan dan menyediakan makanan bagi pasien rawat inap. Makanan yang diberikan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit harus disesuaikan dengan keadaan penyakit yang dideritanya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan data sekunder yang diperoleh tentang laporan penilaian pelayanan gizi rawat inap berdasarkan Standar Pelayanan Minimal RSUP Sanglah Denpasar tahun 2013 menyatakan ketepatan waktu pemberian makan pada pasien berdiet khusus dengan makan per oral sudah sesuai. Penilaian ketepatan pemberian diet khusus ini diketahui hanya menggunakan data sekunder dari hasil pencatatan dan pelaporan di rekam medis dan catatan pramusaji. Namun belum ada data tentang kesesuaian kandungan zat gizi pada pemberian Terapi Gizi Medik untuk mengetahui kesesuaian kandungan zat gizi dari preskripsi diet dan makanan yang disajikan. Maka sangat berperan penting Terapi Gizi Medik dilakukan dengan baik dan benar antar Tim Terapi Gizi Medik di rumah sakit. Jika pemberian Terapi Gizi Medik pada pasien rawat inap tidak terlaksana dengan baik, maka akan berdampak terjadinya malnutrisi pada pasien, kesembuhan pasien terhambat, dan bisa terjadi kematian jika tidak mendapatkan nutrisi yang sesuai untuk kondisi dari masing-masing pasien. Di dalam sistem pelayanan makanan dengan diet khusus di RSUP Sanglah Denpasar untuk mengetahui kesesuaian kandungan zat gizi pada Terapi Gizi Medik melalui tahap awal dari preskripsi diet sampai dengan tahap akhir yaitu makanan disajikan
7
ke pasien belum pernah dilakukan penelitian (Instalasi Gizi RSUP Sanglah Denpasar, 2013). Selain itu penelitian yang serupa terutama makanan diet khusus yang disajikan oleh rumah sakit belum pernah ada yang meneliti, serta masih terbatasnya penelitian tentang gizi, maka peneliti sudah melakukan penelitian mengenai Analisis Kesesuaian Kandungan Energi dan Protein Antara Preksripsi Diet Sampai Makanan Disajikan Pada Pasien Rawat Inap Yang Mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Bagaimanakah kesesuaian kandungan energi dan protein antara preskripsi diet sampai kitir makanan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar ?
1.2.2 Bagaimanakah kesesuaian kandungan energi dan protein antara kitir makanan sampai pemorsian makanan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar ? 1.2.3 Bagaimanakah kesesuaian kandungan energi dan protein antara pemorsian sampai makanan disajikan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar ? 1.2.4
Bagaimanakah kesesuaian kandungan energi dan protein antara preskripsi diet sampai makanan disajikan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar ?
8
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kandungan energi dan protein antara preskripsi diet sampai makanan disajikan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar.
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kesesuaian kandungan energi dan protein antara preskripsi diet sampai kitir makanan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar 2. Mengetahui
kesesuaian
kandungan energi dan protein antara
makanan sampai pemorsian
kitir
makanan pada pasien rawat inap yang
mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar 3. Mengetahui kesesuaian kandungan energi dan protein antara pemorsian sampai makanan disajikan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar 4. Mengetahui kesesuaian kandungan energi dan protein antara preskripsi diet sampai makanan disajikan pada pasien rawat inap yang mendapatkan Terapi Gizi Medik di RSUP Sanglah Denpasar
9
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Untuk memberikan tambahan informasi dalam pengembangan keilmuan dan pendidikan tentang pemberian diet khusus di rumah sakit guna membantu proses penyembuhan pasien, dan sebagai landasan untuk penelitian sejenisnya yang lebih lanjut. 1.4.2 Manfaat Praktis Meningkatkan wawasan dan memberikan informasi untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemberian makanan diet khusus untuk membantu proses penyembuhan penyakit selama dirawat inap di rumah sakit.