BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sensus Ekonomi 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, dari total
22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi unit usaha (persentase jumlah sebesar 99,1% dari keseluruhan jumlah unit usaha di Indonesia dan produk usaha kecil dan mikro menyumbang 33,5%dari total output Indonesia). Peran penting usaha kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia tidak selaras dengan tingkat daya saing, tingkat daya saing Indonesia dalam persaingan global berada di urutan ke-55 dari 134 negara (KADIN dalam Tupamahu, 2010). Kelemahan dan tantangan klasik usaha kecil di Indonesia sebagai penghalang daya saing usaha, antara lain meliputi, kurangnya modal, sumberdaya manusia yang terbatas, lemahnya jaringan usaha, iklim usaha yang tidak kondusif, terbatasnya sarana prasarana usaha, dan terbatasnya akses pasar (Soeyono, 2006). Jumlah rata-rata usaha kecil di Indonesia yang bangkrut dan tutup (mortalitas usaha) sebagai akibat kelemahan umum usaha kecil dan mikro, sebanyak 8,8 juta unit dalam satu tahun (Lung, 2007). Daya saing yang rendah berpengaruh pada keberadaan jangka panjang suatu perusahaan.Daya saing merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk menang secara konsisten dalam jangka panjang pada situasi perusahaan.Porter (2008) mengatakan bahwa keunggulan competitive adalah jantung dari kinerja perusahaan untuk bersaing dan berkembang dan dapat mempertahankan diri dari tekanan-tekanan kompetitif pasar. 1
Universitas Sumatera Utara
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memilki peran strategis dan memilki kontribusi besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Per akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto 59,08 persen. Kontribusi UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 97,16 persen atau 107 juta orang (http://waspada.co.id). Kota Medan adalah ibukota provinsi terbesar ke tiga terbesar di Indonesia. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) termasuk dalam kelompok usaha ekonomi yang penting dalam perekonomian dan termasuk dalam prioritas dalam program kerja pembangunan ekonomi di Kota Medan. Pertumbuhan perdagangan dikota Medan cukup tinggi. Pencapaian kinerja pembinaan UMKM di kota Medan pada tahun 2010 sebesar 222.000 usaha dan 224.000 unit pada tahun 2013 dari pemantauan yang dilakukan ada kecenderungan peningkatan UMKM pada setiap tahunnya (http://pemkomedan.go.id). Jumlah UMKM yang semakin besar tumbuh dari tahun ketahun di kota Medan, belum sepenuhnya dapat bertahan dan bersaing berkelanjutan. Dapat dilihat pada tahun 2010 pertumbuhan UMKM sebesar 222.000 dalam kurun waktu bertahun-tahun ada UMKM yang sudah membuka cabang, ada yang tidak mampu bertahan, dan ada juga yang tumbuh baru (www.medanbisnisdaily.com). Salah Satu UMKM atau industri kecil yang terkena pengaruh dari perkembangan ekonomi global yang cenderung semakin kompetitif, mereka menghadapi persaingan bukan hanya dari sisi munculnya pesaing-pesaing baru
2
Universitas Sumatera Utara
bahkan bersaing dengan produk substitusi yang dihasilkan para pengusaha lainnya adalah UMKM atau industri kerajinan rotan. Pengusaha pengrajin rotan harus menghadapi persaingan bisnis kerajinan rotan dengan cara menerapkan strategi bersaing yang dapat membawa usahanya mencapai tujuan kesuksesan. Usaha industri kecil kerajinan rotan harus mampu menghasilkan produk yang memiliki daya saing dengan produk-produk kerajinan rotan dari luar.Kunci utama keberhasilan pengusaha kerajinan rotan dalam menghadapi dan memenangkan persaingan bisnis adalah harus memiliki keunggulan bersaing agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah konsumen. Suatu ciri-ciri dari industri kecil yang memiliki keunggulan kompetitif ditandai adanya kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilh strategi bisnis atau pemasaran yang efektif (Porter,1986). Koperasi Industri dan Kerajinan (Kopinkra) Rotan Medan, Koperasi berdiri pada tahun 1970 dan beralamat di Jl. Titipapan Gg. Pertama No. 15 K Medan.Koperasi ini pada awalnya memiliki 50 anggota, tetapi seiring berjalannya waktu, anggota koperasi yang masih aktif berjumlah 30 anggota.Keunggulan bersaing pengusaha kerajinan rotan terletak pada kemampuan mengembangkan produk kerajinan agar tercipta daya tarik konsumen untuk memilih produk yang dijual. Usaha untuk mewujudkan strategi pengembangan produk kerajinan rotan, diataranya; memperbaharui produk dan kemasan produk, menghasilkan produk yang berbeda dan menghasilkan produk khusus untuk kelompok konsumen tertentu, tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan beberapa pengusaha kerajinan rotan mengalami kesulitan berkembang dan beberapa pengusaha menutup usaha
3
Universitas Sumatera Utara
produksinya, ini mengindikasikan masih kurang efektifnya penerapan strategi pengembangan produk kerajinan rotan di Kopinkra Rotan Medan. Pengetahuan seorang wirausaha rotan terhadap strategi resource-based dan orientasi
kewirausahaan
tidak
menutup
kemungkinan
akan
mendukung
keunggulan bersaing terhadap suatu usaha. UMKM perlu bertindak dengan berorientasi pada kewirausahaan agar pelaku UMKM tahu bawa pasar terus berkembang, persaingan semakin tinggi, dan konsumen terus menginginkan produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan. Penggunaan sumberdaya memiliki banyak keunggulan potensial bagi perusahaan seperti pencapaian efisiensi yang lebih besar dan selanjutnya biaya yang lebih rendah, peningkatan kualitas dan kemungkinan pangsa pasar serta profitabilitas yang lebih besar (Collis, 1994).Pendekatan analitis yang disebut Resource-Based View (RBV) menekankan peningkatan keunggulan bersaing yang berasal dari sumberdaya strategis organisasi (Dierickx and Coll, 1989; Barney, 1991; Peteraf, 1993; dan Teece et al., 1997).Keunggulan bersaing (competitive advantage) memungkinkan perusahaan memperoleh kinerja unggul pada jangka waktu tertentu (Pitts and Lei, 2003:7).Inti dari RBV adalah bahwa perusahaanperusahaan berbeda secara fundamental karena memiliki seperangkat sumberdaya (Grant, 2002:139; Fleisher and Bensoussan, 2003:187). Pencapaian keunggulan bersaing yang paling efektif adalah dengan menggunakan kompetensi perusahaan (Wernerfelt, 1984; Barney, 1986; Rumelt, 1991; Evans, 1991; Peteraf, 1993; Amit and Schoemaker, 1993).Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang
4
Universitas Sumatera Utara
berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.Suatu organisasi tidak dapat mengetahui alternatif produk apa yang pelanggan sukai sehingga organisasi menghadapi ketidakpastian (Frishammar & Horte, 2007). Dalam menghadapi ketidakpastian wirausaha dituntut untuk mampu melakukan tindakan seperti inovatif, proaktif, risk taking, keagresifan bersaing (competitive aggressiveness), dan otonomi (autonomy) untuk memperkuat usahanya.Tindakan tersebut terdapat dalam orientasi kewirausahaan. Orientasi kewirausahaan adalah sebagai kecenderungan individu untuk melakukan inovatif, proaktif, risk taking, keagresifan bersaing (competitive eaggresiveness) dan otonomi (autonomy) untuk memulai atau mengelola suatu usaha.Inovatif merupakan persepsi dan aktivitas-aktivitas bisnis yang baru dan unik.Proaktif adalah berusaha mencari peluang baru.Risk Taking merupakan seorang yang berorientasi pada peluang dalam ketidakpastian dalam pengambilan keputusan (Knight, 2000).Keagresifan bersaing (competitive aggressiveness) upaya-upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengungguli pesaing.Otonomi (autonomy) bekerja secara mandiri, membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk memajukan konsep bisnis (Lumpkin dan Dess, 1996). Dari beberapa permasalahan diatas akhirnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai, “ Pengaruh Strategi Resource-Based dan Orientasi Kewirausahaan Terhadap Keunggulan Bersaing UMKM (Studi pada Usaha KOPINKRA Rotan di Kota Medan) ”dimana peneliti ingin
5
Universitas Sumatera Utara
menganalisis seberapa besar pengaruh strategi resource-based dan orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dalam melakukan penelitian ini
merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah Strategi Resource-Based dan Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh Terhadap Keunggulan Bersaing pada UMKM di Bidang Usaha Kerajinan Rotan di Kota Medan?” 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk menganalisis
pengaruh Strategi Resource-Based dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Keunggulan Bersaing pada UMKM di Bidang Usaha Kerajinan Rotan di Kota Medan. 1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Dapat menjadi tambahan dan memperluas wawasan peneliti khususnya dalam bidang kewirausahaan. 2. Bagi Mahasiswa Memberi manfaat untuk memperluas gambaran atau menjadi studi penunjang dalam penelitian selanjutnya. 3. Bagi Pelaku Bisnis Khususnya UMKM
6
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam berwirausaha dan sebagai bahan masukan kepada para pelaku usaha UMKM yang ingin memperbaiki kinerja dan mengembangkan bisnisnya. 4. Bagi Masyarakat Luas Sebagai sumber informasi tentang pengaruh strategi resource-based dan orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing pada UMKM di Kota Medan.
7
Universitas Sumatera Utara