BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap kegiatan organisasi selalu di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan jenis organisasinya, baik organisasi yang bergerak di bidang produksi maupun organisasi yang bergerak di bidang jasa. Tujuan utama organisasi adalah memperoleh
keuntungan
yang
sebesar-besarnya
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidup para anggota pekerja serta untuk mempertahankan kelangsungan hidup para anggota pekerja serta untuk kemajuan perusahaan sendiri kemudian meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, khususnya organisasi industri membutuhkan beberapa faktor sumber daya yang meliputi dua kelompok besar yaitu saran yang memadai dan tenaga kerja manusia sebagai tenaga pengolahnya. Sumber daya manusia sebagai tenaga pengelola bertanggung jawab untuk memanfaatkan sumber daya lainnya didalam organisasi tersebut yaitu perlengkapan termasuk mesinmesin, metode kerja, waktu, dan material. Masuknya seorang sebagai anggota organisasi industri tidak terlepas dari usahanya memenuhi kebutuhan akan rasa aman secara ekonomi. Selain itu, bekerja juga merupakan sarana untuk mengadakan interaksi sosial dan sarana untuk mendapatkan penghargaan.
1 repository.unisba.ac.id
2
Saat ini dunia industri diwarnai dengan persaingan antar perusahaan yang sangat kompetitif. Pada perusahaan yang bergerak di bidang industri maka hal yang menjadi pusat perhatiannya adalah output berupa kualitas maupun kuantitas dari produk yang dihasilkan. Adapun service atau pelayanan merupakan fokus perhatian dari perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan adalah suatu perusahaan yang bergerak di bisnis jasa yang menawarkan jasa penginapan. Hotel dapat di definisikan sebagai bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makanan dan minuman. Perhotelan sebagai suatu bisnis jasa, akan menekankan kepada pentingnya pelayanan yang diberikan kepada tamu hotel, oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas dari sumber daya manusianya agar mereka dapat memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Tersedianya fasilitas seperti kolam renang, restoran dan lain-lain juga penting, namun semua itu tidak akan optimal bila pengelola dari hotel tersebut tidak baik. Di kota Bandung, hotel sangat banyak diminati terutama pada saat weekend maupun hari libur lainnya. Maka dari itu perkembangan hotel di kota Bandung sangat pesat. Sudah banyak hotel yang dibangun di kota Bandung. Namun hanya beberapa hotel yang sekaligus mengembangkan apartemen, diantaranya Hotel Galeri Ciumbuleuit, Hotel Apartemen Grand Setiabudi, Royal hotel dan Apartemen Setiabudi, Marbella Suites Bandung, dan La Grande Merdeka.
repository.unisba.ac.id
3
Setiap konsumen yang mencari hotel pada dasarnya akan mencari hotel yang letaknya strategis yang ada dipusat kota, yang dekat dengan pusat perbelanjaan, tempat wisata atau hiburan, maupun tempat wisata kuliner. Disini peneliti melihat beberapa hotel tempatnya memang terletak di pusat kota, namun ada hotel yang letaknya jauh dari pusat kota, yaitu hotel apartemen Marbella Suites Bandung. Peneliti melihat bahwa hotel tersebut mampu bersaing dengan hotel apartemen lainnya yang terletak di pusat kota, misalnya dalam trip advisor, maupun rating dalam Travelloka. Marbella dapat bersaing dengan hotel lain dan tetap dijadikan pilihan tempat untuk menginap para konsumen terutama konsumen yang dari luar kota. Selain dari tempat yang cukup jauh pusat kota, peneliti tertarik untuk meneliti di hotel yang juga sekaligus mengembangkan apartemen, dan mempunyai bintang antara bintang empat dan bintang 5. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti di hotel dan apartemen Marbella Suites Bandung. Marbella Suites Hotel diresmikan pada tanggal 09 September 2009. Nama perusahaan dari Marbella Suites Bandung ini adalah PT. Graha Komitra. Nama pengurus dari Marbella Suites Bandung Adalah Adwien Danu Suhendro. Marbella Suites Bandung adalah hotel ketiga setelah Marbella Anyer (Resort Hotel), dan Marbella Kemang (Apartment) yang didirikan oleh Marbella Group. Bapak Kosmian Pudjiadi dan Ratih Pudjiadi adalah pemilik dari Marbella Suites Bandung itu sendiri. Arti dari logo Marbella Suites Bandung itu sendiri dapat diartikan sebagai air yang biru menandakan bahwa Marbella Suites Bandung sumber kehidupan bagi setiap orang baik karyawan, management, owner dan tamu yang datang ke Marbella
repository.unisba.ac.id
4
Suites Bandung. Dan matahari terbit (Sunrise) manandakan bahwa dengan semangat pagi, Marbella Suites Bandung akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk melayani tamu hingga tamu tersebut dapat kembali lagi ke Marbella Suites Bandung. Konsep didirikannya Marbella Suites Bandung adalah Service Apartment dimana sebagian unit yang terdapat di Marbella Suites Bandung adalah Apartment dan Hotel yang dikelola secara professional. Terdapat 180 units yang disediakan oleh Marbella Suites Bandung, yang terdiri dari 78 units Apartment dan 102 units Hotel. Apartement dengan 16 lantai ini menawarkan hawa sejuk dan panorama perbukitan di kawasan Bandung bagian utara. Semua unit apartment dilengkapi ruang keluarga dan dapur kecil. Lama pembangunan Marbella Suites Bandung sekitar 18 bulan. Bangunan itu dilengkapi pusat kebugaran, restoran, ruang pertemuan, dan kolam renang. Saat ini, unit yang sudah tersedia berada pada satu menara, yaitu Barcelona. Terdapat dua menara lainnya, yaitu California dan Athena, akan dibangun. Menara California direncanakan rampung dibangun dalam dua tahun. Adapun jadwal penyelesaian menara Athena belum dapat dipastikan. Hotel Marbella Suites Bandung ini sebagai suatu organisasi dalam bidang jasa terdiri dari departemen yaitu Front Office, Housekeeping, Food and Beverage, Finance Account, Sales and Marketing, Human Resources, Engineering, dan Purchasing yang memiliki fungsi kerja masing-masing. Dari departemen-departemen yang ada, dibagi menjadi divisi non operasional dan divisi operasional. Divisi non operasional, Finance Account, Sales and Marketing, Human Resources, Engineering, dan Purchasing. Divisi operasional adalah departemen yang secara langsung
repository.unisba.ac.id
5
memberikan pelayanan pada konsumen setiap hari dan setiap saat yaitu Front Office, Housekeeping, dan Food and Beverage. Di hotel Marbella Suites Bandung, presentase dari tingkat hunian hotel setiap tahunnya tidak stabil, bahkan cenderung menurun. Menurut bagian marketing, hotel harus mencapai target untuk weekday (minggu sampai kamis) yaitu 50% dari keseluruhan jumlah kamar. Target untuk weekend (jumat dan sabtu) harus mencapai 100%. Target dapat tercapai di tahun pertama dan kedua, di tahun selanjutnya target hotel semakin menurun. Misalnya pada saat weekday tamu yang menginap terkadang hanya 20% atau 30% dari jumlah kamar. Jika melebihi targetpun, kebanyakan tamu yang menginap berasal dari tamu grup dan revenue atau keuntungan yang didapatkan oleh hotel tidak seimbang dengan tamu individual. Menurut pihak hotel pada bagian HRD (Human Resources Development), selain akibat dari semakin banyak hotel yang ada di kota Bandung, penurunan tingkat hunian juga salah satunya disebabkan dari hasil kerja karyawan pada departemen yang kurang memuaskan, salah satunya departemen housekeeping. Hal tersebut terlihat dari semakin lama semakin sering keluhan-keluhan yang berasal dari tamu. Housekeeping adalah salah satu unit departemen yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan kebersihan, keindahan dan kerapihan lingkungan hotel baik kamar maupun area-area umum lainnya, agar seluruh tamu hotel merasa nyaman selama berada di hotel. Departemen housekeeping mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk meningkatkan image hotel secara keseluruhan, jadi karena banyaknya keluhan dari para tamu tentang pelayanan housekeeping mengakibatkan image hotel menjadi memburuk. Secara umum, hotel harus senantiasa menjaga pelayanan kepada
repository.unisba.ac.id
6
tamu hotel dan menjaga lingkungan hotel khususnya kamar tetap bersih dan dalam kondisi yang baik agar tamu hotel merasa puas. Bila pelayanan pada tamu hotel kurang maksimal, berbau tidak sedap dan kotor maka tamu akan mempunyai kesan negatif terhadap hotel. Hal itu dapat membuat menurunnya image hotel yang berdampak pada turunnya tingkat hunian. Dari Guest Comment yang diisi oleh para tamu hotel, didapat data bahwa hal yang paling dominan yang dikeluhkan adalah mengenai lambatnya pelayanan dari karyawan departemen housekeeping, terutama dibagian room attendant. Misalnya lambatnya permintaan pergantian linen, lambatnya pelayanan dalam mengantar peralatan yang diminta tamu (ekstra bed, towel, slipper, atau barang-barang lain yang dibutuhkan oleh tamu), tidak ada penjelasan dari karyawan apabila barang yang diminta tidak ada atau tidak diperkenankan dikamar, lambatnya pelayanan dalam membersihkan kamar, dan tidak maksimalnya dalam membersihkan kamar. Keluhankeluhan yang ada tersebut lebih banyak berasal dari family yang menginap, dibandingkan misalnya dari tamu-tamu grup sebuah perusahaan. Karena jika dibandingkan tamu familly atau individual yang menginap tentu mereka ingin diberikan pelayanan yang terbaik karena mereka membayar langsung, sementara untuk tamu grup sendiri semua biaya ditanggung oleh perusahaan. Pelayanan yang kurang baik tersebut diberikan oleh karyawan di bagian departemen housekeeping. Karyawan yang termasuk staff pada departemen housekeeping berjumlah 15 orang yang terdiri dari seorang manager, 2 orang supervisor, dan 12 karyawan kontrak (bagian ordertaker dan room attendant). Pada karyawan housekeeping bagian room attendant yang sudah lama bekerja, dapat di
repository.unisba.ac.id
7
angkat menjadi karyawan bagian order taker. Perbedaannya karyawan room attendant bekerja menggunakan fisik misalnya dalam membersihkan kamar, sementara untuk karyawan order taker diam di office mengerjakan laporan-laporan dan mengangkat telfon dari tamu jika ada barang atau hal yang kekurangan yang ada di dalam kamar. Para karyawan room attendant pun ingin mendapatkan pengangkatan di posisi tersebut. Namun memang membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mendapatkan pekerjaan dengan status pekerjaan yang lebih tinggi serta diperlukan prestasi yang baik untuk kemudian diberikan penilaian oleh atasan atau pihak departemen. Untuk mendapatkan kenaikan posisi pada level yang lebih tinggi tersebut, atasan melihat dari kinerja karyawan. Atasan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap bawahan-bawahannya namun tidak terlalu ketat, atasan hanya mengecek jika karyawan telah selesai membersihkan kamar. Dari hal tersebut, karyawan merasa bahwa atasan hanya melihat dari output atau hasil, bukan saat proses karyawan bekerja. Atasan juga lambat dalam menanggapi keluhan dari karyawan, jika karyawan mengeluhkan mengenai kekurangan alat maka atasan tidak langsung approve mengenai kekurangan tersebut Karyawan juga merasa sering kesulitan menghadapi complain dari tamu, dari hal-hal kecil misalnya masalah di linen atau alat yang kurang pada kamar tidak ditanggapi dengan cepat oleh atasan. Dalam pembagian kerja atau tugas (job description) yang ada sudah jelas, namun karyawan mengeluhkan mengenai tanggung jawabnya yang melebihi job description sebagai room attendant karena sebenarnya tugas mereka hanya
repository.unisba.ac.id
8
membersihkan kamar namun sekarang harus membersihkan seluruh koridor di sepanjang jalan menuju kamar hotel, karena seharusnya itu adalah tanggung jawab dari Public Area. Karyawan juga mengeluhkan mengenai atasan yang tidak cepat tanggap jika ada tamu yang complain masalah hotel atau kekurangan hotel. Sementara karyawan merasa tidak melakukan salah, sehingga membuat karyawan tetap mengakui kesalahan dan harus lebih memberikan servis yang lebih baik tanpa peran serta dari atasan. Menurut karyawan, misalnya ada tamu yang complain mengenai kebisingan misalnya ada perbaikan atau maintenance di appartement, langsung menegur room attendant padahal yang mengerjakan pekerjaan tersebut adalah bagian dari engineering. Jika karyawan mengeluhkan hal tersebut pada atasan, atasan tidak langsung menanggapi keluhan dari karyawan dan tidak cepat melakukan tindakan atas complain tamu tersebut, sehingga karyawan merasa kinerjanya semakin menurun jika hal-hal tersebut terjadi. Berdasarkan hasil interview dengan karyawan room attendant, beberapa karyawan mengeluhkan mengenai penilaian yang dinilai perusahaan di anggap tidak adil dan tidak transparan, karyawan merasa hanya orang yang ada hubungan dekat dengan atasan yang mendapatkan penilaian yang baik, padahal mereka bekerja secara sama dengan membersihkan jumlah room yang sama, dan jika ada yang belum selesai membersihkan kamar pun mereka saling membantu. Kemampuan kerja karyawan dinilai sama dengan karyawan yang bekerja secara malas-malasan, karyawan yang merasa sudah optimal dalam bekerja namun tetap dipandang kurang. Berbeda dengan karyawan yang memiliki faktor kedekatan, pada kenyataannya tetap mendapat
repository.unisba.ac.id
9
penilaian yang baik dari atasan. Karyawan juga tidak mengetahui mengenai salah satu isi dari penilaian tersebut, misalnya dari cara menggunakan peralatan saat make over room karena pada saat kekurangan alat pun atasan tidak langsung approve sehingga karyawan menggunakan alat seadanya. Terkadang beberapa karyawan juga tidak pernah mendapatkan feedback dari atasan sehingga mereka tidak mengetahui kesalahan-kesalahan mereka. Jika karyawan menanyakan mengenai hasil penilaian kerja
mereka yang kurang baik, atasan hanya memberikan penjelasan untuk
meningkatkan kinerja karyawan tersebut. Pemilihan the best employee dilakukan selama sebulan sekali dan setahun sekali (of the month and of the year). Adapun cara penilaian yang dilakukan di bagian housekeeping adalah dengan supervisor menentukan terlebih dahulu beberapa orang kandidat, kemudian salah seorang karyawan dipilih langsung oleh manager dari housekeeping untuk di ajukan menjadi penerima the best employee tersebut. Namun karyawan merasa tidak adil, karena penilaian untuk menjadi kandidat the best employee
tersebut
tidak
bersifat
transparan
dan
hanya
supervisor
yang
mengetahuinya. Tidak berupa skor angka maupun abjad, hanya dilihat dari pengamatan supervisor saja. Tidak di anggap adil juga karena yang menjadi kandidat dinilai karyawan bukan dari hasil kerja karyawan namun karena lamanya dan seberapa dekat karyawan dengan supervisor tersebut padahal karyawan lain merasa kerja yang dilakukan sudah maksimal. Peneliti melakukan observasi langsung terhadap kerja dari room attendant yang sering mendapatkan the best employee dan yang tidak pernah mendapatkan the
repository.unisba.ac.id
10
best employee, ternyata hasil dan cara bekerja karyawan tersebut sama yaitu dari langkah-langkah
membersihkan
kamar,
prosedur
making
bed,
prosedur
membersihkan bathroom. Para karyawan mengetahui urutan pekerjaan yang harus dikerjakan serta melakukannya sesuai dengan job description yang harus dilakukan. Namun tetap saja karyawan dinilai kurang oleh atasan, karyawan merasa kurang adanya penghargaan dari atasan. Hal di atas menunjukkan gejala ketidakpuasan pada diri karyawan departemen housekeeping. Rasa tidak puas terhadap pekerjaannya akan termanifestasikan
dalam
menghadapi
pekerjaan
yang
selanjutnya
dapat
mempengaruhi disiplin kerjanya. Sehingga makin lama karyawan juga merasa dorongan internal dari dalam dirinya sendiri yang terkadang dirasa kurang kuat untuk mengejar target yang tinggi. Karyawan departemen housekeeping yang baru diangkat menjadi karyawan kontrak merasa pihak hotel kurang menjamin kesejahteraan mereka dengan tidak disediakannya tunjangan bagi karyawan yang sudah berkeluarga dan tidak disediakannya asuransi kesehatan. Mereka mengharapkan agar disediakannya tunjangan bagi keluarga dan disediakannya asuransi kesehatan. Memang sebenarnya ada jatah untuk asuransi kesehatan maupun tunjangan, namun proses untuk mendapatkan hal tersebut sangat lama. Padahal mereka menginginkan keadilan dari perusahaan untuk disamaratakan dengan karyawan yang sudah lama bekerja dan dengan di posisi yang lama. Dari kesempatan untuk mengembangkan karir di departemen housekeeping dirasakan tidaklah mudah dengan proses yang cukup panjang selain dengan penilaian
repository.unisba.ac.id
11
yang dilakukan sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Awalnya karyawan memang bersemangat dan menunjukkan kinerja yang optimal namun kelamaan karyawan merasa pekerjaan yang dilakukan kurang tanggapan positif dari atasan, dan apabila karyawan dekat dengan atasan maka proses kenaikan pangkat tersebut akan lebih mudah. Dari kebijakan perusahaan beberapa bulan ini karyawan mengeluhkan bahwa sekarang perusahaan lebih sering untuk merekrut karyawan baru dari luar perusahaan, daripada mengangkat karyawan lama yang ada di perusahaan Karyawan mengharapkan agar pimpinan mereka lebih peduli kepada bawahannya, terkadang pimpinan tidak ada di tempat dan jika karyawan menemukan kesulitan saat bekerja atasan kurang menanggapi kesulitan yang
dihadapi oleh
karyawannya tersebut. Karyawan jika melakukan salah ditegur namun tidak diberitahu solusi untuk menghadapi kesalahan tersebut, namun jika karyawan melakukan hal positif misalnya bekerja melebihi target contoh karyawan bisa dengan cepat atau tepat waktu dalam menyelesaikan tugas membersihkan kamar, atasan tidak akan memberikan pujian pada bawahannya tersebut dan tidak ada penilaian positif yang diberikan atasan sehingga tidak memicu karyawan untuk bekerja lebih baik dan membuat karyawan merasa kurang diperhatikan oleh atasan dan tidak bisa optimal dalam bekerja. Karyawan mengharapkan agar atasan bisa memberikan penghargaan ketika mereka berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik, walaupun penghargaan tersebut hanya berupa ucapan terimakasih. Adapula perbedaan cara pandang antara supervisor dan para karyawan dalam proses penilaian prestasi kerja yang menimbulkan suatu kondisi kerja yang tidak
repository.unisba.ac.id
12
menyenangkan. Kondisi ini membuat karyawan merasa tidak puas atas penilaian penghargaan The Best Employee karena sebaik apapun mereka bekerja tidak akan mendapatkan nilai prestasi kerja yang tinggi dan otomatis tidak akan mendapatkan The Best Employee dan kinerja karyawan menjadi kurang produktif sehingga karyawan memperlihatkan perilaku yang tidak diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil interview yang dilakukan kepada supervisor mengenai bagaimana cara penilaian terhadap karyawan serta dalam menentukan the best employee. Awalnya supervisor menentukan 3 kadidat untuk kemudian dipilih satu karyawan oleh manager housekeeping sebagai the best employee. Namun pada saat peneliti menanyakan bagaimana cara supervisor menilai serta kriteria apa saja yang dijadikan acuan oleh supervisor untuk menentukan kandidat ternyata tidak ada. Itu hanya berdasarkan pengamatan supervisor saja tanpa ada kriteria tertentu dari perusahaan. Hal yang sama juga peneliti dapat dari hasil interview dengan manajer housekeeping, manajer tersebut menjelaskan bahwa untuk memilih karyawan menjadi the best employee ada beberapa kriteria yaitu absensi kehadiran, loyalitas terhadap pekerjaan, sikap kerja, cara kerja, dan pengetahuan. Saat ditanya mengenai daftar penilaian tertulis tersebut tidak ada karena memang sesuai penilaian menurut dari atasan sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan Supervisor Housekeeping dan catatan yang diperoleh dari supervisor, karyawan saat ini sering tidak tepat waktu saat masuk kerja seharusnya pukul 06.00 karyawan harus sudah berkumpul untuk briefing terlebih dahulu sebelum bekerja namun kebanyakan karyawan masih berada di loker
repository.unisba.ac.id
13
bahkan belum datang ke hotel. Karyawan housekeeping juga sering melakukan kesalahan, misalnya tidak masuk kerja dengan tidak memberikan alasan, istirahat sebelum waktu istirahat tiba, adapula yang menggunakan waktu kerja tidak sesuai dengan peraturan perusahaan, misalnya ketika jam kerja berlangsung karyawan berbincang-bincang sambil meminum kopi dengan rekan kerjanya dan membicarakan hal diluar pekerjaanya. Keluhan dari atasan juga berupa seringnya karyawan melakukan kesalahan dalam bekerja, berupa pemasangan linen yang kurang rapi, masih ada lipatan-lipatan, masih ada debu yang menempel di meja dan masih adanya air di lantai kamar mandi atau bathtub. Oleh karena itu, Supervisor terkadang sering meminta pada Room Attendat untuk mengulangi proses make up room yang tidak memenuhi standar tersebut. Peneliti mengobservasi cara karyawan bekerja yang tidak sejalan dengan SOP. Misalnya, pada saat make over room karyawan mensiasati pekerjaannya agar lebih cepat yaitu mengunakan peralatan yang seharusnya tidak boleh digunakan, contoh menggunakan towel untuk membersihkan bathtub. Dari perilaku-perilaku tersebut karyawan terlihat tidak disiplin dalam pekerjaanya serta karyawan tidak mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan telah melakukan usaha-usaha untuk mengurangi pelanggaran terhadap aturan perusahaan, misalnya dengan melakukan berbagai macam sangsi terhadap pelanggaran yang dilakukan karyawan. Sangsi tersebut antara lain dengan memberikan surat peringatan pertama, sampai akhirnya memberikan surat peringatan ketiga, maka karyawan tersebut tidak diijinkan untuk masuk kerja dan uang service yang diberikan perbulan dipotong. Walaupun telah diberikan berbagai macam sangsi,
repository.unisba.ac.id
14
para karyawan masih melakukan pelanggaran-pelanggaran, sehingga hal ini menimbulkan masalah terhadap perusahaan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Disiplin Kerja Pada Karyawan Departemen Housekeeping Di Hotel Marbella Suites Bandung.
1.2
Identifikasi Masalah Suatu organisasi yang baik yang bergerak dibidang jasa maupun produksi
sudah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha pencapaian tujuan organisasi, manusia merupakan salah satu sumber daya dalam organisasi yang memiliki peranan penting dan harus dimanfaatkan secara optimal, karena manusia merupakan faktor penentu yang mempengaruhi faktor-faktor lainnya dalam organisasi seperti faktor modal, mesin, material dan manajemen. Pesatnya kemajuan perusahaan akan sangat tergantung pada peran sumber daya yang paling berperan penting dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Suasana lingkungan yang menyenangkan dapat diciptakan oleh usaha dari individu sendiri maupun dari perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh individu sendiri yaitu mereka akan berusaha menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan pekerjaannya. Karyawan sebagai sumber daya yang penting serta diperlukan upaya untuk mempertahankan karyawan untuk menumbuhkan rasa puas karyawan terhadap perusahaan.
repository.unisba.ac.id
15
Discrepancy Theory menurut Locke (wexley & Yukl 1977 : 99) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung selisih atau discrepancy antara apa yang di anggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah yang diinginkan dan karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang akan merasa puas jika tidak ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan kondisi-kondisi aktual. Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal penting yang diinginkan, semakin besar ketidakpuasannya. Jika jumlah pekerjaan yang ditentukan lebih banyak dan keuntungan yang diberikan banyak maka orang tersebut akan merasa lebih puas dibandingkan dengan mendapat selisih antara keinginan dan kenyataan. Kepuasan kerja merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungan dan bersifat individual, setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan individu tersebut semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan. Begitu juga sebaliknya, bila semakin sedikit aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka individu tersebut akan merasakan ketidakpuasan. Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan departemen housekeeping tentu saja berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena berbedanya kebutuhan tiap individu. Untuk memenuhi kebutuha hidupnya,seorang individu harus bekerja, dengan bekerja ia akan mendapatkan penghasila untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya karyawan depatemen housekeeping yang kebutuhan hidupnya akan terpenuhi apabila kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi maka akan menimbulkan kepuasan dalam bekerja bagi karyawan tersebut.
repository.unisba.ac.id
16
Namun kenyataannya, para karyawan departemen housekeeping merasa yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan harapannya. Seperti karyawan room attendant yang merasa penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan oleh supervisor tidak objektif, karyawan merasa hanya orang-orang yang terdekat saja yang mendapatkan penilaian prestasi kerja yang baik dan karyawan melihat rekan kerja yang kemampuan kerjanya dinilai sama bahkan bekerja secara malas-malasan dengan mereka namun karena ada faktor kedekatan tersebut rekan kerja dinilai lebih baik oleh supervisor. Karyawan juga mengaku tidak pernah mendapat feedback dari atasan sehingga mereka tidak mengetahui kesalahan-kesalahan mereka, penilaian tidak bersifat transparan. Selain itu, karyawan merasa perusahaan kurang menjamin kesejahteraan mereka. Hal tersebut menunjukan gejala ketidakpuasan pada diri karyawan departemen housekeeping. Rasa puas dan tidak puas terhadap pekerjaannya akan termanifestasikan dalam menghadapi pekerjaannya, yang selanjutnya dapat mempengaruhi kinerja karyawannya. Menurut Kreitner & Kinicki (2003 : 274), kepuasan kerja berkaitan dengan perilaku sebagai anggota organisasi yang baik. Perilaku sebagai anggota organisasi yang baik merupakan perilaku karyawan yang melampaui panggilan tugas. Jika karyawan puas dengan penilaian yang didapatkan maka karyawa akan menunjukkan kinerja yang baik, dan sebaliknya jika karyawan merasa tidak puas dengan hasil penilaian atasan maka akan berdampak pada kinerja yang kurang baik pula. Indikasi ini dapat dilihat dari perilaku kerja karyawan room attendant, karyawan tersebut tidak
langsung
melakukan
pengecekan
kondisi
room
tetapi
mengobrol
repository.unisba.ac.id
17
dengankarywan lain di lantai paling atas sambil mengobrol mengenai hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Karyawan juga terkadang ada yang tidak masuk kerja tanpa memberikan alasan, ada yang datang terlambat dan beristirahat sebelum jam istirat tiba dan meninggalkan pekerjaan yang belum selesai. Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas serta tanggung jawab. Sehingga akan mematuhi atau mengerjakan tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai denga peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya Singodimedjo (2002). Kedisiplinan di artikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Malayu Hasibuan, 2005). Perilaku disiplin kerja yang rendah ditunjukan dengan munculnya perilaku dimana karwayan tidak mematuhi peraturan perusahaan dan tidak mengerjakan tugasnya dengan baik sesuai aturan, seringnya datang terlambat, tidak masuk kerja tanpa alasan, mengobrol dan berkeliaran saat jam kerja, beristirahat lebih dari waktu yang sudah ditentukan, mengerjakan tugas dengan hasil yang kurang optimal. Ketidakpuasan yang terjadi pada karyawan departemen housekeeping karena apa yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Tempat
repository.unisba.ac.id
18
bekerja mereka belum dapat memenuhi keinginan mereka. Keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi akan memunculkan ketegangan (tension) dan membentuk keadaan yang tidak nyaman. Tension tersebut membuat individu bertingkah laku untuk mengurangi keadaan yang tidak nyaman tersebut. Perilaku tersebut akan terus terelihara sampai kebutuhan terpenuhi dan ketegangan akan reda jika kebutuhan karawan sudah terpenuhi. Karyawan mengatakan bahwa mereka berperilaku tidak menaati peraturan perusahaan sebagai bentuk protes karena mereka merasa terdapat kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi dan hal ini membuat mereka menjadi tidak nyaman dalam bekerja. Berdasarkan hal yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti mencoba merumuskan masalah : “Seberapa erat hubungan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja karyawan departemen Housekeeping di Hotel Marbella Suites Bandung”.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
persepsi karyawan terhadap penilaian kerja sebagai upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja pada karyawan bagian housekeeping di Hotel Marbella Suites Bandung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui secara empirik kekuatan hubungan antara kepuasan kerja dan disiplin kerja karyawan bagian departemen Housekeeping Hotel Marbella Suites Bandung.
repository.unisba.ac.id
19
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan
informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai teori-teori yang kepuasan kerja dan disiplin kerja serta proses-proses yang terjadi di dalamnya, terutama bagi mereka yang tertarik untuk meneliti hal yang serupa. Kegunaan Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak hotel berkaitan dengan aspek psikologis karyawan dalam hal ini disiplin kerja dan kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan informasi tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk mengambil langkah selanjutnya.
repository.unisba.ac.id