Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
India merupakan suatu wilayah yang menduduki peranan penting, namun sering terlewatkan, dalam sejarah arsitektur dunia (Curtis, 1988:10). India merupakan salah satu negara yang mengalami modernisasi dalam tempo yang singkat, dan proses tersebut meliputi pula modernisasi dalam bidang arsitektur. Sebagai bagian dari garis politik pasca-kemerdekaan, India dengan cepat menyerap arsitektur Modern, melalui berbagai proyek yang ditangani baik oleh pakar arsitek negara Barat maupun oleh arsitek India yang mempelajari dan menerapkan ilmu arsitektur Barat. Proses tersebut menjadikan India sebagai lokasi yang unik, di mana terjadi pertemuan antara arsitektur Modern dan arsitektur tradisional India yang memiliki sejarah panjang. Pertemuan dua jenis arsitektur tersebut mengerucut pada kesadaran akan pentingnya suatu arsitektur India modern yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan masa, sekaligus mempertahankan karakter dan jiwa India. Kesadaran tersebut banyak melahirkan inovasi baru dalam arsitektur India, baik dengan munculnya gagasan, karya, maupun tokoh-tokoh arsitektur yang penting. Balkrishna Vithaldas Doshi (lahir tahun 1927) adalah seorang arsitek berkebangsaan India. Lahir di Pune, Doshi menempuh pendidikan arsitektur
1
pertamanya pada tahun 1947 di Sir J.J. College of Architecture, Bombay. Pada tahun 1951, karena tidak puas dengan pendidikan arsitektur di negaranya sendiri, Doshi berangkat ke London dan kuliah malam di North London Polytechnic. Di samping itu, ia belajar secara mandiri di perpustakaan RIBA.Pada saat yang sama dengan kedatangan Doshi ke London, tengah diselenggarakan persiapan konferensi
internasional
arsitektur
modern
(CIAM).
Sebagai
seorang
berkebangsaan India, Doshi menjadi pusat perhatian orang-orang. Orang-orang tersebut ingin tahu lebih banyak mengenai rencana besar Le Corbusier untuk membangun Chandigarh. Doshi memutuskan untuk bekerja sebagai magang yang tidak dibayar selama delapan bulan di atelier Le Corbusier di Ahmadabad dan Paris. Le Corbusier meyadari bahwa Doshi memiliki bakat dan kemampuan yang cukup patut diperhitungkan, dan sejak 1951 hingga 1957, Doshi bekerja kepada dan bersama sang pakar Perancis. Waktu kerja yang lama ini membekas cukup dalam pada hidup berarsitektur Doshi. Hal yang sama terjadi dalam masa kerja untuk waktu yang tidak terlalu lama bersama Louis Isadore Kahn. Singkatnya, Doshi banyak terpengaruh oleh gaya arsitektur kedua pakar tersebut.Selanjutnya, dari 1958 hingga 1959, Doshi mendapat beasiswa untuk belajar di Chicago, Amerika Serikat. Sepulangnya dari sana, ia mendirikan biro arsitektur Vastu-Shilpa di Ahmadabad, yang tepatnya bertempat di salah satu karyanya yang paling terkenal, yaitu Sangath. Sebagai perluasan kegiatan profesionalnya, Doshi membentuk biro baru, yaitu Stein Doshi Balla, yang beroperasi hingga baru-baru ini.
2
Melalui karya-karyanya, Balkrishna Doshi dikenal sebagai seorang arsitek dengan perhatian yang sangat besar akan India, tanah kelahirannya. Karyakarya Doshi yang sudah matang memiliki karakter India yang sangat kuat. Pada masa awal karier arsitekturnya, kendati karakter India yang khas tersebut belum begitu terlihat pada karya-karyanya, Doshi sudah membuat ikrar bahwa arsitektur yang akan diujudkannya harus berorientasi pada negara India (Doshi, 1954; dalam Curtis, 1988). Karya-karya awal Doshi banyak terpengaruh oleh interaksinya dengan Le Corbusier dan Louis Kahn, dua orang arsitek Modern. Meskipun awalnya adalah seorang pengusung universalisme, Le Corbusier yang pada saat itu sudah berada dalam fase akhir masa berkaryanya ternyata menaruh perhatian yang cukup besar terhadap India sebagai konteks berkaryanya. Adapun Louis Kahn sejak awal bukanlah pengusung International Style. Di bawah pengaruh kedua tokoh besar ini, Doshi perlahan-lahan mematangkan gaya arsitekturnya. Ia mulai mencoba menampilkan karakter arsitektur India tradisional dalam bentukan yang modern. Aspek iklim sudah sejak awal menjadi pertimbangan dalam rancangannya. Lambat laun ia mulai menilai karyanya dengan lebih kritis dan menyimpulkan bahwa, lepas dari segala usahanya untuk membawa karakter India ke dalam arsitekturnya, karya-karya tersebut masih belum dapat menampilkan jiwa India yang sesungguhnya. Doshi semakin serius menggali contoh-contoh arsitektur India masa lampau, memilah mana saja dari contoh-contoh tersebut yang dapat dimanfaatkan kembali untuk menjawab persoalan saat ini, dan mengolahnya dalam format yang modern. Ia juga menekuni berbagai konsepsi India tradisional,
3
mulai dari perancangan kota hingga spiritualisme Hindu. Hingga saat ini, Balkrishna Doshi dikenal sebagai salah satu arsitek India yang paling penting. Selain produktif menghasilkan karya-karya arsitektur berupa objek fisik, Balkrishna Doshi juga produktif menelurkan sejumlah gagasan mengenai arsitektur. Kendati kebanyakan gagasan tersebut bersifat abstrak, dan tidak secara spesifik menunjukkan metoda-metoda praktis untuk diterapkan secara langsung dalam arsitektur, gagasan-gagasan Doshi tersebut tetap menunjukkan intensi untuk menemukan ekspresi arsitektur India modern yang tetap berjatidiri (Curtis, 1988:8-9). Sebagian besar perhatian Doshi antara lain tercurah pada isu mengenai bagaimana arsitektur India modern seharusnya menyatukan pengetahuan lampau dan situasi-situasi kontemporer, aspek-aspek lokal dan aspek-aspek universal, yang tradisional dan yang modern. Upaya penyatuan tersebut memunculkan sejumlah gagasan ikutan: kesadaran Doshi akan pentingnya memahami karakter anti-rigid kebudayaan India, posisi penting spiritualisme, serta kesimpulan Doshi mengenai konsep hidup yang dirayakan. Di satu sisi, gagasan-gagasan tersebut merupakan bagian yang cukup besar (bahkan mungkin paling besar) dalam tulisan-tulisan Balkrishna Doshi. Gagasan-gagasan tersebut diakui memang berada dalam aras yang sangat abstrak dan paradigmatis. Di sisi lain, terdapat pula bagian lain dari tulisan-tulisan Doshi yang lebih konkrit, yang berupa deskripsi serta refleksi Doshi atas karya-karya arsitekturnya. Adalah wajar untuk mengharapkan adanya relasi antara ide-ide paradigmatis dengan deskripsi karya-karya tersebut, di mana deskripsi karya diharapkan dapat memberi gambaran mengenai implementasi gagasan-gagasan 4
abstrak tersebut ke dalam ranah arsitektur formal-fisikal. Namun, sejauh ini data menunjukkan bahwa kedua tipe utama tulisan-tulisan Doshi tersebut merupakan bagian yang lebih banyak menunjukkan keterpisahan daripada keterkaitan. Doshi lebih banyak berbicara mengenai gagasan-gagasan abstraknya sebagai pemikiran yang berdiri sendiri di luar konteks penerapan pada karyanya, dan lebih banyak pula berbicara mengenai karya-karyanya sebagai suatu objek arsitektur yang berdiri sendiri di luar konteks pengejewantahan gagasan-gagasan abstraknya. Dengan kata lain, tidak terdapat kaitan yang eksplisit antara tulisan-tulisan Doshi mengenai gagasan-gagasan pada aras paradigmatis dan deskripsi serta refleksi Doshi mengenai karya-karyanya. Adalah ideal apabila dapat ditemukan relasi antara kedua hal tersebut. Penemuan pokok pemikiran paradigmatis Balkrishna Doshi yang paling utama, yang disertai dengan analisis mengenai implentasi paradigma pokok tersebut ke secara konkrit dalam arsitektur formal-fisikal, akan memberikan masukan yang sangat berharga bagi dunia keilmuan arsitektur, khususnya arsitektur India. Namun, sebagaimana disebutkan sebelumnya, tidak ada bukti spesifik langsung dari Doshi mengenai hubungan eksplisit antara kedua tataran tersebut (abstrak dan konkrit). Hubungan tersebut hanya dapat dicari dengan melibatkan interpretasi peneliti, dengan resiko terlalu banyak subjektivitas peneliti yang akan tercampur dalam interpretasi, serta resiko munculnya hubungan yang sesungguhnya tidak ada namun dipaksakan untuk ada. Objektivitas dalam penelitian ini akan terjaga secara maksimal dengan meminimalkan interpretasi peneliti serta memaksimalkan penggunaan data eksplisit yang bersumber langsung dari Balkrishna Doshi.
5
Sebagai konsekuensinya, hanya terdapat dua macam studi yang dapat didasarkan pada sebanyak mungkin data tertulis. Studi jenis pertama adalah studi mengenai karya-karya Doshi. Studi tersebut memiliki kelemahan utama, yaitu tidak mudahnya menemukan benang merah antar-karya, yang disebabkan oleh kecenderungan Doshi untuk lebih banyak mendeskripsikan karya sebagai objekobjek individual yang berdiri secara terpisah. Studi jenis kedua adalah studi mengenai gagasan-gagasan Doshi dalam tataran abstrak saja, tanpa mencari implementasi gagasan-gagasan tersebut dalam ranah fisik. Studi ini memiliki sejumlah kelebihan. Pertama, data yang memuat pemikiran Doshi dalam tataran abstrak tersedia dalam jumlah yang memadai. Kedua, penyisiran awal terhadap data-data tersebut menunjukkan adanya relasi yang cukup jelas antar-gagasan, dan dengan demikian terdapat potensi yang cukup besar untuk merumuskan benang merah antar-gagasan tersebut. Ketiga, studi mengenai gagasan diharapkan dapat memberi masukan yang lebih berharga dan lebih berjangka panjang daripada studi mengenai karya, meskipun studi mengenai gagasan serta implementasinya ke dalam karya tentu paling berharga dan paling ideal. Oleh karena itu, diputuskan untuk membatasi fokus penelitian pada aras paradigmatis pemikiran Balkrishna Doshi, yaitu dengan mengkategorikan pemikiran-pemikiran tersebut ke dalam sejumlah abstraksi yang paling utama, serta kemudian merumuskan sejumlah abstraksi tersebut ke dalam suatu konsepsi yang paling pokok dan hakiki. Secara singkat, penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi, dalam batas aras paradigmatis. Melalui analisis terhadap gagasan-gagasan dan karya-karya Doshi, diharapkan
6
dapat dihasilkan temuan mengenai pandangan Doshi yang paling pokok dan hakiki. Temuan tersebut diharapkan dapat memperkaya dan menyumbangkan pengetahuan baru bagi ranah keilmuan arsitektur, baik arsitektur secara umum maupun arsitektur India secara khusus.
1.2
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam usulan tesis ini adalah seperti apakah konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi, yang didapatkan melalui kajian paradigma Doshi mengenai arsitektur India. Diturunkan rumusan ikutan sebagai berikut: 1. Seperti apa saja abstraksi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur? 2. Bagaimana abstraksi-abstraksi tersebut dapat dirumuskan menjadi suatu konsepsi utama Balkrishna Doshi mengenai arsitektur?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui seperti apa saja abstraksi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur. 2. Mengetahui bagaimana abstraksi-abstraksi tersebut dapat dirumuskan menjadi suatu konsepsi utama Balkrishna Doshi mengenai arsitektur.
7
1.4 1.4.1
Kerangka Penelitian
Metoda Penelitian (Design Method) Penelitian yang diajukan direncanakan menggunakan metoda induktif-
kualitatif. Sifat induktif dan kualitatif dari penelitian merupakan konsekuensi dari tujuan penelitian, yaitu menemukan konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi melalui kajian paradigma Doshi tentang arsitektur India. Proses untuk mendapatkan temuan tersebut dilakukan melalui perumusan konsepsi yang bersifat umum dari sejumlah abstraksi yang bersifat khusus. Oleh karena itu, proses tersebut bersifat induktif. Di lain pihak, temuan dari proses tersebut merupakan makna/hakikat yang bersifat pribadi menurut Doshi, sehingga temuan tersebut bersifat kualitatif.
1.4.2
Teknik Penelitian (Design Technique) Penelitian yang diajukan menggunakan analisis isi (content analysis)
sebagai teknik penelitian. Analisis isi dianggap sebagai teknik yang paling tepat untuk melaksanakan penelitian ini atas dasar pertimbangan sebagai berikut: 1. Analisis
isi
merupakan
teknik
untuk
penelitian
yang
hanya
memanfaatkan data dalam bentuk tertulis. Hal ini sesuai dengan ketersediaan data dalam penelitian yang diusulkan, di mana sebagian besar data berbentuk teks. 2. Analisis isi tidak hanya mampu membantu menemukan hakikat/makna dari konten termanifestasi (konten tampak/tersurat) dari teks, tetapi juga
8
hakikat/makna dari konten laten (konten terpendam/tersirat). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang diusulkan, yaitu menemukan hakikat/esensi konsepsi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur pada tataran paradigmatis. 3. Analisis isi dapat dilakukan baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif, dan baik dalam bentuk deduktif maupun induktif. Salah satu tipe analisis isi, yaitu analisis isi kualitatif konvensional (Conventional Qualitative Content Analysis), memiliki bentuk yang sangat sesuai dengan rencana penelitian. Analisis isi semacam ini bersifat sepenuhnya induktif dan kualitatif, dan umumnya digunakan dalam penelitian yang bertujuan memunculkan teori baru. Oleh karena itu, analisis isi kualitatif konvensional sesuai dengan karakter induktif-kualitatif penelitian seperti telah disebutkan sebelumnya. Perlu diperhatikan sejumlah hal berkaitan dengan pemilihan analisis isi sebagai metoda penelitian sebagai berikut: Pembentukan kategori merupakan fase yang paling krusial dalam analisis isi. Berhasil-tidaknya fase kodifikasi (coding) serta kualitas kesimpulan yang dihasilkan bergantung pada kelayakan kategorikategori yang dibentuk. Oleh karena itu, fase ini selayaknya mendapatkan perhatian penuh. Proses inferensi dalam analisis isi harus dihindarkan semaksimal mungkin dari interpretasi pribadi peneliti. Masuknya subjektivitas
9
peneliti merupakan resiko yang cukup tinggi, terlebih ketika menganalisis konten laten. Untuk meminimalkan hal tersebut, sejumlah taktik dapat dipinjam dari fenomenologi, seperti triangulasi. Dengan alasan yang sama, yaitu menghindari interpretasi subjektif dari peneliti, semua bentuk data harus berupa teks tertulis dengan sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Baik deskripsi mengenai gagasan dan pandangan maupun deskripsi mengenai karya arsitektur Balkrishna Doshi harus disajikan dalam bentuk teks tertulis yang sedapat mungkin bersumber dari Doshi. Data yang bersumber dari person selain Doshi dapat digunakan untuk memperkuat analisis, namun tidak untuk melakukan analisis utama. Dokumen grafis seperti gambar atau foto tidak boleh digunakan sebagai data langsung, disebabkan tingginya kadar interpretif dalam analisis data grafis. Kendati demikian, data grafis tersebut dapat digunakan untuk memperjelas atau memperkuat analisis terhadap data tekstual.
1.4.3
Rancangan Penelitian (Research Design) Penelitian dibagi ke dalam sejumlah tahap sesuai dengan tahap-tahap
pelaksanaan analisis isi. Secara umum, metoda analisis isi terbagi ke dalam sejumlah fase sebagai berikut: 1. Perumusan pertanyaan dan tujuan penelitian.
10
2. Unitisasi, yaitu
pemecahan data ke dalam satuan-satuan yang
mengandung substansi minimal yang utuh. Tahap ini tidak harus mendahului/dapat dilakukan bersamaan dengan tahap kategorisasi. 3. Kategorisasi,
yaitu
pembentukan kategori-kategori
yang akan
digunakan untuk memilah-milah unit data dalam tahap kodifikasi (coding). 4. Kodifikasi , yaitu proses menyortir unit-unit data ke dalam kategorikategori yang sudah dibentuk dalam proses unitisasi. 5. Inferensi, yaitu pencarian pola-pola yang bermakna serta perumusan abstraksi yang paling pokok. 6. Positioning, yaitu perujukan hasil inferensi terhadap teori atau penelitian terdahulu. Dalam hal ini, hasil inferensi diposisikan terhadap khazanah keilmuan mengenai arsitektur secara umum dan arsitektur India secara khusus.
1.5
Lingkup dan Batasan
Pada penelitian ini, dilakukan pembatasan sebagai berikut: 1) Lokus penelitian, dalam hal ini arsitek yang diamati, adalah Balkrishna Doshi. 2) Fokus penelitian adalah konsepsi Balkrishna Doshi mengenai arsitektur, pada tataran paradigmatis.
11
3) Objek yang dianalisis adalah data berupa arsip, baik berujud data tekstual maupun berujud data grafis berupa gambar, sketsa, dan diagram. Untuk mencegah masuknya interpretasi subjektif dari peneliti, analisis utama hanya dilakukan dengan berdasar pada data tekstual. Data grafis hanya digunakan untuk memperjelas atau memperkuat analisis terhadap data tekstual. Untuk menjamin kesahihan analisis, data tekstual dibatasi pada dokumen yang merupakan pernyataan langsung dari Balkrishna Doshi. Data yang berujud pernyataan dari person lain hanya digunakan untuk memperjelas atau memperkuat analisis. Substansi data tekstual tersebut dapat berupa observasi dan refleksi Doshi atas suatu topik tertentu, gagasan dan pandangan Doshi mengenai arsitektur, dan deskripsi Doshi atas karya-karya arsitekturnya, sejauh deskripsi tersebut mampu menunjang proses perumusan abstraksi dan konsepsi pada tataran paradigmatis.
1.6
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mengembangkan dan memperkaya khazanah keilmuan arsitektur umumnya dan keilmuan mengenai arsitektur India khususnya b) Memperkaya kepustakaan mengenai tokoh pakar arsitektur dengan menyumbangkan pengetahuan baru pandangan khas seorang tokoh, yaitu Balkrishna Vithaldas Doshi.
12
c) Menyumbangkan pengetahuan baru bagi para akademisi arsitektur serta menyumbangkan alternatif strategi desain bagi para praktisi arsitektur masa kini.
1.7
Keaslian Penelitian
Sebelum diusulkannya tesis ini, telah terdapat sejumlah penelitian arsitektur lain yang mengambil topik mengenai tokoh bidang arsitektur. Berikut ini merupakan penelitian yang berupa tesis yang terdapat di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada: 1) Kajian Ekspresi Formal Bangunan Gereja Karya Y.B. Mangunwijaya, oleh Ummul Mustaqimah, tahun 2002. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ekspresi formal yang menonjol pada 4 (empat) bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya, melihat keterkaitan antar aspek formal tersebut (bentuk, ruang, fungsi, teknik, dan konteks), serta mencari tahu latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut. Penelitian rasionalistik ini bersifat deskriptif-kualitatif, dengan pendekatan induktif. Objek penelitian adalah 4 (empat) bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya, yaitu Gereja Maria Fatima Sragen, Gereja Maria Assumpta, Gereja St. Theresia Salam, dan Gereja St. Albertus Jetis. Data yang dikumpulkan berupa data grafis berupa foto, gambar, dan sketsa, baik data grafis yang merupakan rekaman atas kondisi terbangun karya-karya tersebut maupun data grafis yang
13
merupakan arsip rancangan asli; data tekstual berupa kepustakaan; dan data verbal berupa hasil wawancara. Fokus penelitian ditujukan pada aspek formal dari keempat karya tersebut, yaitu bentuk, ruang, fungsi, teknik, dan konteks, serta keterkaitan antar seluruh elemen aspek formal tersebut. Dilakukan 2 (dua) model analisis, yaitu analisis grafis dan analisis deskriptif. Analisis grafis dilakukan terhadap data yang berupa gambar, foto, dan sketsa, sementara analisis deskriptif dilakukan baik terhadap data grafis maupun terhadap data tekstual dan verbal. Hasil dari kajian terhadap elemen-elemen formal karya sang arsitek dikonfirmasikan dengan data mengenai pribadi Y.B. Mangunwijaya untuk merumuskan latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Ekspresi formal yang muncul pada keempat bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya adalah a) pemilihan dan pengolahan bahan untuk mempertegas karakter bentuk bangunan b) adanya ruang-ruang terbuka, dan c) adanya struktur yang diekspos. 2) Aspek formal yang paling menonjol pada keempat bangunan gereja karya Y.B. Mangunwijaya tersebut adalah bentuk, ruang, dan teknik, dan bahwa terdapat keterkaitan yang kuat antara aspek-aspek tersebut. 3) Latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut adalah penghargaan Y.B. Mangunwijaya terhadap potensi lokal. 2) Daniel Libeskind: Kajian Teori, Metoda, dan Aplikasi Perancangan, oleh Bonifacio Bayu Senasaputro, tahun 2008. Penelitian ini bertujuan
14
untuk mengetahui bagaimana teori, prinsip, dan metoda dari pemikiran Daniel Libeskind, seorang arsitek yang digolongkan ke dalam paham Dekonstruksi, serta melihat bagaimana teori, prinsip, dan
metoda
tersebut
diterapkan
dalam
aplikasi
karya-karya
arsitekturalnya. Penelitian ini menggunakan metode content analysis. Data yang digunakan ialah arsip berwujud teks, gambar, dan diagram. Penelitian dilakukan dalam dua bagian besar: 1) Konsepsi teoretik, di mana dilakukan eksplorasi terhadap karya-karya teoretis Libeskind yang berupa teks dan terhadap karya-karya eksperimentalnya. Prosedur ini menghasilkan konsepsi untuk teori, prinsip, dan metoda pemikiran Libeskind. 2) Verifikasi terhadap temuan teori, prinsip, dan metoda tersebut dalam aplikasi 5 bangunan karya Libeskind, yaitu Jewish Museum, Felix Nussbaum Haus, Bremen Concert Hall, Victoria & Albert Museum, dan Denver Art Museum. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya teori Daniel Libeskind berupa lines, 4 (empat) konsep berupa space, trajectory, elements, dan context, serta 11 metode dan 11 prinsip utama. Ditemukan pula bahwa arsitektur Dekonstruksi a la Libeskind adalah dekonstruksi terhadap teks. Karya Libeskind memiliki karakter ‘menerus’ yang sangat kuat, yang diwujudkan dalam bentukan dan struktur. 3) Bernard Tschumi: Teori, Metoda, dan Aplikasi, oleh Prima Widia Wastuty, tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa teori, prinsip, dan metode Bernard Tschumi, serta
15
bagaimana teori, prinsip, dan metode tersebut diterapkan dalam aplikasi karya-karyanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis. Data yang dianalisis berujud teks, gambar, dan diagram. Penelitian dilakukan dalam dua bagian besar: 1) Konsepsi teoretik, di mana dilakukan eksplorasi terhadap karya-karya teoretis Tschumi yang berupa teks dan terhadap karya-karya eksperimentalnya. Prosedur ini menghasilkan konsepsi untuk teori, prinsip, dan metoda pemikiran Tschumi. 2) Verifikasi terhadap temuan teori, prinsip, dan metoda tersebut dalam aplikasi 5 bangunan karya Tschumi, yaitu Parc de la Villette, Glass Video Gallery, Le Fresnoy National Studio for Contemporary Arts, Rouen Concert Hall and Exhibition Hall, dan The Expansion of Museum of Modern Art. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Ditemukan 3 teori Tschumi, yaitu space, event, dan movement yang disjunctive; 2) ditemukan pula concept, context, dan content yang qualify dan disqualify; 3) ditemukan 11 prinsip Tschumi, dan 4) ditemukan 13 metode Tschumi. Penelitian yang diusulkan ini dapat dibandingkan dengan penelitianpenelitian terdahulu sebagai berikut. Yang pertama, penelitian ini dan penelitianpenelitian terdahulu seluruhnya mengambil tokoh di bidang arsitektur sebagai lokus. Kendati demikian, sejauh dilacak oleh penulis, belum ada peneliti yang mengajukan tesis dengan mengambil Balkrishna Doshi sebagai tokoh arsitektur
16
yang dipilih. Dengan demikian, dari sisi pemilihan tokoh, usulan penelitian ini memiliki keaslian. Yang kedua, penelitian ini direncanakan akan berfokus pada konsepsi arsitektur Balkrishna Doshi, dan direncanakan akan menggunakan metode analisis isi (content analysis). Dalam hal ini, usulan penelitian ini memiliki keunikan dibandingkan dengan penelitian lainnya. Penelitian oleh Prima Widia Wastuty (2007) dan Bonifacio Bayu Senasaputro (2008) juga menggunakan metoda analisis isi (content analysis), namun keduanya secara spesifik mencoba menemukan teori, metoda, dan aplikasi arsitektur dua tokoh arsitek, yaitu Bernard Tschumi dan Daniel Libeskind. Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara penelitian yang diusulkan dan kedua penelitian tersebut. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ummul Mustaqimah (2002), meskipun juga mengambil tokoh arsitek, yaitu Y.B. Mangunwijaya, lebih berfokus pada ekspresi dan aspek formal dari karya-karya sang arsitek, dan tidak menggunakan content analysis sebagai metoda penelitiannya. Usulan penelitian ini juga berbeda secara mendasar dari penelitian Wastuty dan Senasaputro dalam hal pemilihan tokoh bidang arsitektur yang diambil sebagai objek. Tokoh yang dianalisis Wastuty, yaitu Bernard Tschumi, dan tokoh yang dianalisis Senasaputro, yaitu Daniel Libeskind, merupakan arsitek yang digolongkan ke dalam aliran Dekonstruksi. Adapun tokoh yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Balkrishna Doshi, yang secara umum dianggap tidak termasuk dalam jajaran arsitek Dekonstruksi. Oleh karena itu, temuan yang diharapkan dihasilkan pun memiliki perbedaan. Di antara temuan 17
Senasaputro adalah Dekonstruksi a la Daniel Libeskind yang khas, yang dapat ditandai perbedaannya dari arsitek Dekonstruksi lainnya, yaitu dekonstruksi terhadap teks. Adapun Wastuty menemukan sekian banyak teori, prinsip, dan metoda yang khas Bernard Tschumi, yang juga merupakan Dekonstruksi a la Tschumi. Kedua temuan tersebut menempatkan arsitek yang menjadi objek penelitian dalam kerangka aliran arsitektur tertentu. Di lain pihak, penelitian yang diajukan tidak mengkerangkakan arsitektur Balkrishna Doshi secara spesifik. Dari sudut pandang pemilihan tokoh, usulan penelitian ini justru mendekati penelitian Mustaqimah. Mustaqimah memilih Y.B. Mangunwijaya sebagai objek penelitiannya. Karya-karya Mangunwijaya memiliki kesamaan gagasan dengan Balkrishna Doshi, yaitu dalam usaha untuk menyatukan tradisi setempat dengan modernitas global. Sebagai contoh, dalam merancang keempat gereja yang dianalisis dalam penelitian Mustaqimah, Mangunwijaya banyak memanfaatkan elemen-elemen arsitektur tradisional Indonesia khususnya Jawa dengan cara yang-cara yang segar. Hal ini tidak mengherankan mengingat mengingat keempat gereja tersebut didirikan di wilayah Jogja-Jawa Tengah. Arsitektur Mangunwijaya banyak menampilkan ‘rasa’ tradisional, namun tujuan utama arsitekturnya tetap universal dan global, tidak lagi diikat oleh tujuan-tujuan yang sifatnya lokal belaka. Kehadiran elemen lokal-tradisional dalam karya-karya Mangunwijaya tidak lagi berupa tempelan, melainkan menyatu dan dilebur melalui cara-cara yang baru, modern, dan universal. Dapat dikatakan bahwa, pada karya-karya arsitektur Mangunwijaya, terjadi peleburan/penyatuan
antara
arsitektur yang lama dan arsitektur yang baru, dan ini merupakan salah satu tema
18
pokok dalam pemikiran Balkrishna Doshi. Oleh karena itulah dapat dikatakan bahwa penelitian Mustaqimah memiliki kedekatan dengan usulan penelitian ini dalam hal toh arsitektur yang menjadi objek penelitian. Kendati demikian, dari sudut pandang tujuan penelitian, usulan penelitian ini memiliki perbedaan yang cukup besar dengan penelitian Mustaqimah. Mustaqimah hanya berfokus pada satu bagian saja dari arsitektur Mangunwijaya, yaitu ekspresi formal. Adapun aspek formal yang menonjol, keterkaitan antaraspek formal tersebut, serta latar belakang munculnya ekspresi formal tersebut lebih merupakan temuan ikutan dari tujuan utama penelitian, yaitu ekspresi formal itu sendiri. Adapun usulan penelitian ini mencoba menghasilkan temuan yang lebih holistik, yaitu konsepsi arsitektur secara umum menurut Balkrishna Doshi melalui kajian paradigma arsitek bersangkutan. Hal ini tentu memerlukan kajian pada keseluruhan pemikiran abstrak Doshi, dan bukan pada ekspresi formal pada karya-karya arsitekturnya. Oleh karena itulah, usulan penelitian ini terbedakan dari penelitian Mustaqimah.
19
Tabel 1.1 Perbandingan antara Usulan Penelitian dan Penelitian-Penelitian Terdahulu Sumber: Pribadi, 2014 No
Judul
1
Daniel Libeskind: Kajian Teori, Metoda, dan Aplikasi Perancangan
2
Bernard Tschumi: Teori, Metoda, dan Aplikasi
3
Kajian Ekspresi Formal Bangunan Gereja Karya Y.B. Mangunwijaya
4
Konsepsi Balkrishna Doshi mengenai Arsitektur pada Tataran Paradigmatis
Tahun
Peneliti
2008
Bonifacio Bayu Senasaputro
2007
Prima Widia Wastuty
Lokus
Fokus
Karya
Metode
Teori, prinsip, metode, dan aplikasi
Jewish Museum Felix Nussbaum Haus Bremen Concert Hall Victoria & Albert Museum Denver Art Museum
Content Analysis
Bernard Tschumi
Teori, prinsip, metode, dan aplikasi
Parc de la Villette Glass Video Gallery Le Fresnoy National Studio for Contemporary Arts Rouen Concert Hall and Exhibition Hall The Expansion of Museum of Modern Art
Content Analysis
Ekspresi dan aspek formal (bentuk, ruang, fungsi, teknis, konteks)
Gereja Maria Fatima Sragen Gereja Maria Assumpta Gereja St. Theresia Salam Gereja St. Albertus Jetis
RasionalistikInduktif
Pandangan Doshi mengenai arsitektur d
Daniel Libeskind
2002
Ummul Mustaqimah
Y.B. Mangunwijaya
2014
Mario Lodeweik Lionar
Balkrishna Vithaldas Doshi
Studio Arsitektur Sangath Gandhi Labour Institute IIM Bangalore Perumahan Aranya Hussain-Doshi Gufa
Content Analysis
Temuan Teori: lines Konsep: space, trajectory, elements,context 11 metoda 11 prinsip utama Teori: space, event,movement, yang disjunctive Konsep:concept, context, content yang qualify dan disqualify 11 prinsip utama 13 metoda Ekspresi formal: perlakuan bahan, ruang terbuka, & struktur ekspos Aspek formal terkuat: bentuk, ruang, dan teknik Latar belakang: kepedulian arsitek akan potensi lokal Abstraksi Konsepsi
20