BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan dunia usaha kita dapat melihat bahwa salah satu masalah yang harus tetap mendapat perhatian serius dalam perusahaan adalah masalah pembelanjaan, antara lain berupa usaha untuk mendapatkan dana yang cukup dalam membelanjai kegiatan perusahaan. Kenyataan dalam dunia usaha, banyak perusahaan terpaksa harus mundur ditengah-tengah persaingan karena tidak mampu mengelola dananya atau modal yang dimiliki secara efisien, oleh karena itu menjadi kewajiban dan tanggung jawab manajer keuangan untuk mengelola dana perusahaan secara efisien agar tujuan perusahaan dapat tercapai yaitu untuk mencapai laba yang maksimal dan efisien. Laba yang maksimal dan efisien tidak hanya dilihat dari jumlah laba yang dicapai tetapi perusahaan juga harus memperhitungkan dan membandingkan jumlah modal yang dipergunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan keuntungan oleh sebab itu perusahaan sangat penting untuk menghitung tingkat profitabilitasnya. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu bekerja dengan efisien, karena pengertian efisiensi dalam bidang ekonomi adalah pencapaian hasil pada
1
2
tingkat tertentu dengan biaya yang dikeluarkan sekecil mungkin, dimana pencapaian efisiensi berarti suatu usaha untuk menjaga kemungkinan mendapatkan laba yang optimal, dengan demikian efisiensi baru dapat diketahui
dengan
membandingkan
laba
yang
diperoleh
dengan
keseluruhan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut ,dimana efisiensi dari penggunaan modal disini dimaksudkan bahwa bahwa setiap usaha untuk menggunakan sejumlah modal tertentu dengan hasil yang dicapai sebanyak mungkin dengan Cost Of Capital relatif rendah . Oleh sebab itu, bagi seorang pimpinan perusahaan yang selaku pengambil
keputusan
harus
mengetahui
keadaan
profitabilitas
perusahaannya, agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan atau paling tidak mempertahankan profitabilitas yang telah dicapai perusahaan untuk masa-masa mendatang. Pengelolaan modal yang baik akan dapat menekan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga perusahaan tetap berkesinambungan. Salah satu aspek pengelolaan modal adalah penentuan struktur modal suatu perusahaan agar dapat meminimalkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Masalah penentuan struktur modal merupakan masalah yang sangat penting, di mana keputusan tersebut merupakan tanggung jawab manajer keuangan. Hal ini disebabkan karena dengan struktur modal yang
3
tepat akan dapat menjaga stabilitas kegiatan operasional perusahaan dan mengurangi resiko keuangan, selanjutnya dengan keadaan perusahaan yang stabil produktifitas perusahaan akan meningkat. Sehingga dengan demikian laba perusahaan akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Pada akhirnya, keadaan ini akan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Kolb (1987) : “The problem of capital structure is to determine which source of financing should be used. In other words, the problem is how do we structure the firm’s capital in order to maximize shareholder’s wealth”. Penetapan sumber dana dalam perusahaan merupakan suatu fungsi yang penting di samping fungsi-fungsi lainnya dalam menentukan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan selama satu
periode. Dalam pemenuhan kebutuhan dana yang diperlukan perusahaan, terdapat dua alternatif yang dapat ditempuh, yaitu apakah modal perusahaan tersebut akan dipenuhi oleh modal sendiri atau modal pinjaman. Tentu saja dalam pemilihan sumber pembelanjaan tersebut pimpinan
perusahaan
harus
memperhitungkan
syarat-syarat
yang
menguntungkan bagi perusahaan. Apabila perusahaan ingin menggunakan modal pinjaman, maka manajer perusahaan harus membandingkan antara tingkat bunga yang diberikan oleh kreditur dengan tingkat hasil yang akan
4
diperoleh dari penggunaan modal pinjaman tersebut. Sebaliknya apabila kebutuhan modal perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri, maka perusahaan harus memperhitungkan tingkat pemulihan atas modal yang ditanamkan, Dengan dasar perhitungan biaya penggunaan modal tersebut, maka perusahaan dapat menentukan tingkat hasil yang diinginkan oleh perusahaan. Selain itu, dengan mengetahui tingkat biaya minimum dari penggunaan modal tersebut, perusahaan juga dapat menentukan struktur modal yang tepat yang selanjutnya menjadi dasar dalam penilaian kebijaksanaan pembelanjaan perusahaan sekaligus merupakan informasi yang berguna bagi pimpinan perusahaan dalam menyusun perencanaan sehingga keputusan yang diambil dapat berada dalam kondisi yang lebih baik dan rasional. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengkaji : “Analisis
Efisiensi
Penggunaan
Modal
Terhadap
Pencapaian
Profitabilitas Pada PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah “Apakah Penggunaan Modal PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk sudah efisien dalam meningkatkan profitabilitasnya?”
5
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penulisan 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk dalam meningkatkan profitabilitasnya. 1.3.2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Memberikan sumbangan pemikiran pada pihak manajemen perusahaan dalam hal mengukur efisiensi penggunaan modal dalam pencapaian laba yang maksimal dan efisien, dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan perusahaan untuk mengadakan perbaikan yang dianggap perlu. b. Sebagai bahan referensi bagi pihak yang akan mengembangkan penelitian ini. c. Sebagai informasi bagi perusahaan dalam penyempurnaan keputusan yang telah diambil.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1
Pengertian Pembelanjaan Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu
pembelanjaan (Finance) merupakan salah satu disiplin ilmu yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Mulanya pengertian pembelanjaan ini hanya sekedar bagaimana seorang pemimpin perusahaan
mendapatkan
dana
kemudian
berkembang
menitikberatkan pada dana yang diperoleh. Tetapi kini pengertian pembelanjaan semakin luas sehingga untuk memberikan pengertian yang lebih jelas tentang apa yang dimaksud dengan pembelanjaan perusahaan itu. Menurut Riyanto (2001 : 4) dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan,
memberikan
pengertian
tentang
pembelanjaan perusahaan yaitu : “Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan
dengan
usaha
untuk
mendapatkan
dana
dan
menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut”. Lebih lanjut Riyanto mengatakan : “Pembelanjaan meliputi semua aktifitas
perusahaan yang bersangkutan dengan usaha
7
mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”. Dari pengertian tersebut di atas, dapat memberikan gambaran bahwa fungsi pembelanjaan bukan saja perolehan dana dalam jumlah yang cukup untuk keperluan perusahaan, tetapi dalam hal penggunaan dana yang efektif. Atas usaha untuk mendapatkan dan penggunaannya itu diperlukan perencanaan, pengaturan dan pengawasan demi tercapainya kelangsungan hiduo bagi perusahaan serta tingkat pendapatan yang wajar. Pembelanjaan yang dipandang dari segi perolehan dana disebut pembelanjaan pasif sedangkan yang dilihat dari sudut penggunaan dana disebut pembelanjaan aktif, untuk lebih jelasnya dapat dibahas berikut ini : Yang dimaksud dengan pembelanjaan pasif ialah bagaimana usaha untuk memperoleh modal yang dibutuhkan dengan resiko yang minimum dengan syarat-syarat yang menguntungkan. Sedangkan pembelanjaan aktif ialah bagaimana kita menggunakan uang yang tersedia dalam perusahaan, apakah untuk diinvestasikan pada badan usaha yang lain dengan memilih proyek-proyek yang tersedia ataukah terus ditanamkan dalam perusahaan untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
8
Fungsi pembelanjaan dalam perusahaan meliputi fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana, ini berarti bahwa setiap rupiah dana yang tertanam dalam aktiva harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi yang maksimal. Dan fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan, ini berarti manajer keuangan harus mengusahakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat paling menguntungkan. Sehubungan dengan itu sumber pembelanjaan terdiri atas 2 macam, yakni : a) Pembelanjaan
dari
luar
perusahaan
(external
Financing) Bentuk
pembelanjaan dimana usaha pemenuhan
kebutuhan modal berasal dari sumber-sumber yang berada diluar perusahaan.Pembelanjaan ini dapat bersumber dari pemilik yang kemudian dana tersebut akan menjadi modal sendiri dalam perusahaan dan disebut pembelanjaan sendiri, dapat pula bersumber dari para kreditur, Misalnya kredit dari bank, kredit dari penjual, kredit obligasi dan lain-lain. Yang kesemuanya ini bagi perusahaan merupakan hutang yang tentunya disertai kewajiban-kewajiban tertentu bentuk pembelanjaan ini disebut pembelanjaan asing.
9
b) Pembelanjaan
dari
dalam
perusahaan
(Internal
Financing) Pembelanjaan yang dibentuk atau dihasilkan sendiri
di dalam perusahaan ini berarti merupakan
kekuatan sendiri, Pembelanjaan ini dapat bersumber dari cadangan laba yang disebut dengan pembelanjaan intern, dapat pula bersumber dari penyusutan – penyusutan
aktiva
tetap
yang
disebut
dengan
pembelanjaan intensif. Adapun
Abas
Kartadinata
(1987-103)
mengemukakan
pengertian pembelanjaan sebagai berikut : “Analisa
belanja
(finance)
adalah
ilmu
yang
mempelajari tentang bagaimana sejumlah uang tertentu pada saat ini dijabarkan ke dalam jumlah uang-uang di masa depan yang mungkin tidak dapat dipastikan”. Dari penjelasan diatas dikatakan bahwa fungsi pembelanjaan bukan hanya menyangkut kegiatan memperoleh dana untuk operasi perusahaan akan tetapi juga mencakup bagaimana mengusahakan agar pengelolaan dan penggunaan dana tersebut lebih efektif dan efisien demi untuk meningkatkan dan memaksimumkan laba perusahaan.
10
Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah pembelanjaan adlah menyangkut masalah bagaimana cara menentukan dan menjamin keseimbangan finansial yang baik dan menguntungkan di dalam perusahaan. Hal ini tentunya tidak
terlepas
dari
usaha
perusahaan
untuk
tetap
menjaga
kelangsungan hidupnya melalui suatu peningkatan rentabilitas yang optimal. 2.1.2
Pengertian Profitabilitas Profitabilitas merupakan suatu ukuran dari keberhasilan suatu
perusahaan dengan melihat efisiensi dari penggunaan modalnya. Jadi perhitungan profitabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh manajemen perusahaan mengendalikan usaha secara efisisen. Adapun manfaat profitabilitas yaitu : mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode, mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dan tahun sekarang, mengetahui perkembangan laba dari tahun ke tahun, mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri dan mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Menurut Riyanto (2001 : 35), cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalahbermacam-macam dan tergantung pada laba
11
dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Mengenai cara-cara yang akan digunakan untuk menilai profitibilitas itu, tergantung dari kebijaksanaanperusahaan yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya tentang profitabilitas maka berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat seorang ahli mengenai profitabilitas : Menurut Riyanto (2001 : 35) Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas menurut Munawir (2002 : 246) adalah rasio mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi, profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh suatu periode dengan jumlah aktiva
atau jumlah modal
perusahaan. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan, dimana pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal secara keseluruha
12
2.1.3. Pengertian Efisiensi Kata Efisiensi berasal
dari kata efisien, yang arti efisien
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993 : 250) adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya) mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna dan tepat guna. Sedangkan kata efisiensi berarti ketepatan cara (usaha kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya), kedayagunaan, ketepatgunaan, kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuangbuang waktu, tenaga dan biaya). Apabila kata efisien dihubungkan dengan perusahaan untuk mengetahui apakah jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan sudah efisien dengan modal yang dipergunakan maka, yang harus diketahui terlebih dahulu adalah jumlah anggaran yang direncanakan pada saat perusahaan mengadakan perencanaan anggaran. Jika semua jumlah modal yang dianggarkan dalam satu periode habis terpakai dan menghasilkan laba yang direncanakan maka, perusahaan tersebut dapat dikatakan efisien dalam pencapaian laba. Dengan catatan tidak ada penambahan dana selain dana yang dianggarkan.
13
2.1.4. Pengertian Modal Menurut Riyanto (2001 : 17) pada mulanya, orientasi dari pengertian
modal
adalah
“Physical-Oriented”.
Tapi
dalam
perkembangannya kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat “Non-Physical Oriented”, dimana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal, meskipun dalam hal inisebenarnya belum ada persesuaian pendapat diantara para ahli ekonomi. Selanjutnya Riyanto (2001 : 17) menyatakan bahwa modal ialah hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya mengenai modal berikut ini akan dikemukakan pendapat beberapa ahli dikutip dari buku Riyanto (2001 : 17) antara lain : Liitge (2000 : 89 ) mengartikan modal hanyalah dalam arti uang (gledkapital) Schwiedland(1998 : 67) memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (gledkapital) maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin dan barang-barang dagangan.
14
Lebih lanjut mengenai modal, ada beberapa penulis yang menekankan pada kekuasaan menggunakannya, yaitu : A Ammon (2000 : 21) memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan yang diharapkan atas barang-barang modal yang belum digunakan. Meij (2000 : 125) mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang-barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah debet, sedangkan yang dimaksudkan dengan barang-barang modal ialah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan. Yang dimaksudkan dengan kekayaan adalah daya beli yang terdapat dalam barang-barang modal. Dengan demikian, maka kekayaan terdapat dalam neraca sebelah kredit. Polak (1999 : 35) mengartikan modal sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal terdapat di sebelah kredit pada neraca. Adapun yang dimaksudkan dengan barang-barang modal adalah barang-barang yang terdapat dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi terdapat di sebelah debet pada neraca. Bakker (1999 : 55) mengartikan modal ialah baik berupa barang-barang kongkrit yang masih ada dalam rumah tangga
15
perusahaan dan terdapat di sebelah debet, maupun berupaya daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit. Jadi yang tercatat di sebelah debet dari neraca disebut modal kongkrit dan yang tercatat di sebelah kredit disebut modal abstrak. Apabila kita melihat neraca suatu perusahaan maka selain menggambarkan adanya modal kongkrit dan modal abstrak, kita juga akan melihat dua gambaran modal, yaitu bahwa neraca disatu pihak menunjukkan modal menurut bentuknya (sebelah debet) dan dilain pihak menurut sumbernya atau asalnya (disebelah kredit). Modal yang menunjukkan bentuknya disebut modal aktif, sedangkan modal yang menunjukkan sumbernya atau asalnya disebut modal pasif. Modal aktif ialah modal yang tertera di sebelah debet dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan pengertian modal pasif ialah modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber darimana diperoleh. a) Pembagian Modal aktif Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, modal aktif atau kekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Perbandingan atau pertimbangan antara kedua aktiva tersebut akan menentukan stuktur kekayaan.
16
Yang dimaksud dengan aktiva lancar ialah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya ialah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Sedangkan yang dimaksud dengan aktiva tetap ialah aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis dalam proses produksi. Dan jika ditinjau dari lamanya perputaran dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun). Sedangkan berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan, modal aktif dapat dibedakan antara Modal tetap dan Modal kerja. Apabila dilihat dari jumlahnya, modal tetap sekali dibeli dan tidak bisa dikurangi sedangkan modal kerja lebih fleksibel. Apabila dilihat dari susunannya, modal tetap relatif permanen dalam jangka waktu tertentu sedangkan modal kerja relatif variabel. Dan apabila dilihat dari proses perputarannya, modal tetap berjangka panjang sedangkan modal kerja berjangka pendek. b) Pembagian Modal Pasif Menurut Riyanto (2001 : 21) apabila kita melihat asalnya (solvabilitas), modal pasif dapat dibedakan antara modal sendiri dan modal asing, atau modal badan usaha dan modal kreditur/utang
17
Modal sendiri atau sering disebut modal bahan usaha adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (moal saham, dan modal peserta). Modal inilah yang menjadi tanggung jawab terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan secara yudiris modal inilah yang menjadi jaminan bagi para kreditur, adalah modal yang berasal dari kreditur, yang ini merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan syarat likuiditas, yaitu menurut jangka waktu penggunaan, modal pasif terdiri dari modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Modal jangka panjang adalah modal yang diberikan kepada perusahaan yang penggunaannya lebih dari satu tahun, di dalam neraca digunakan dalam “fixed assets” sedangkan Modal jangka pendek adalah modal yang diberikan kepada perusahaan yang penggunaannya kurang dari satu tahun, di dalam neraca digakan dalam “current assets”. 2.1.5. Biaya Modal Menurut Warsono (2003 : 135) salah satu komponen penting yang digunakan dalam penilaian investasi, sumber pembelanjaan adalah biaya modal (cost of capital). Biaya modal sering disamakan dengan istilah tingkat pengembalian yang disyaratkan perusahaan,
18
biaya modal dapat didefinisikan sebagai biaya peluang atas penggunaan dana investasi untuk diinvestasikan dalam proyek-proyek baru. Definisi biaya modal diatas merupakan sesuatu yang tepat, karena biaya modal merupakan tingkat hasil investasi total perusahaan yang menghasilkan tingkat pengembalian yang disyaratkan dari semua sumber pembelanjaannya. Ini berarti biaya modal dalam konteks ini merupakan biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital), yang melibatkan semua komponen sumber pembelanjaan yaitu kombinasi dari biaya hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan. Oleh karena biaya dari masing-masing sumber dana itu berberda-beda, makan untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu menghitung biaya rata-rata tertimbang (weighted average) dari berbagai sumber dana tersebut. Biaya modal sering dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya modal perusahaan (the firm’s cost of capital) dan biaya modal proyek khusus (spesific project’s cost of capital). Dimana besar kecilnya biaya modal, baik untuk perusahaan maupun proyek khusus diperoleh oleh empat macam faktor yakni kondisi ekonomi umum, kondisi pasar, keputusan operasi dan pembelanjaan, serta jumlah pembelanjaan.
19
Biaya modal yang digunakan, baik untuk perusahaan maupun proyek khusus adalah biaya modal rata-rata tertimbang. Biaya modal rata-rata tertimbang ini mempunyai, beberapa komponen, yaitu biaya utang (cost of debt), biaya saham preferen (cost of preferred stock), dan biaya ekuitas biasa (cost of common equity). Setelah komponenkomponen biaya modal ini dihitung, dengan memasukkan unsur proporsi sumber dana dalam struktur modal sebagai penimbang, biaya modal rata-rata tertimbang dapat dihitung (weighted average cost of capital). Menurut Abas Kartadinata (1981 : 115) , ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menghitung biaya modal rata-rata, yaitu : 1. Tiap-tiap komponen struktur modal harus kita ilai dengan haraga pasarnya masing-masing, 2. Faktor penimbang yang harus dipergunakan adalah faktor penimbang marginal. 2.1.6. Anggaran Modal Pada saat melakukan investasi modal, perusahaan melakukan pengeluaran kas lancar dengan adanya harapan keuntungan dimasa yang akan datang. Biasanya, keuntungan ini diperoleh setelah satu tahun.Contoh investasi pada aktiva mencakup peralatan, gedung dan tanah serta pengenalan produk baru, sistem distribusi baru atau program baru bagi riset dan pengembangan. Ringkasnya, kesuksesan
20
dan keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang bergantung pada keputusan jangka panjang yangdibuat oleh perusahaan. Dalam suatu perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut dalam pencapaian laba yang dihasilkan sudah efisien dengan modal yang digunakan dalam menghasilkan laba, kita harus mengetahui berapa jumlah modal yang dianggarkan oleh perusahaan pada saat melakukan perencanaan anggaran. Untuk lebih jelasnya mengenai penganggaran modal, berikut ini penulis mengemukakan pendapat beberapa pakar ekonomi tentang penganggaran modal, antara lain : Menurut Horne (1998 : 324) Penganggaran Modal adalah proses mengidentifikasi,
menganalisa
dan
menyeleksi
proyek-proyek
investasi yang pengembaliannya (arus kas) diharapkan lebih dari satu tahun. Penganggaran Modal meliputi : a) Pembuatan proposal proyek investasi yang konsisten dengan tujuan strategis perusahaan. b) Perkiraan arus kas operasi tambahan bagi proyek investasi. c) Pengevaluasian arus kas tambahan proyek. d) Pemilihan proyek berdasarkan kriteria penerimaan maksimal nilai. e) Pengevaluasian kembali proyek investasi yang diterapkan secara berkesinambungan dan pelaksanaan pemeriksaan.
21
Sedangkan menurut Weston (1999 : 142) mengatakan bahwa : Penganggaran
modal
perencanaanpengeluaran
meliputi uang,
secara
dimana
keseluruhan hasil
proses
pengembaliannya
diharapkan terjadi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Pemilihan jangka waktu satu tahun terakhir tidaklah mutlak, akan tetapi lebih merupakan penggal waktu yang mudah untuk membedakan berbagai jenis pengeluaran. Karena perusahaan
pentingnya menyebabkan
penganggaran penganggaran
modal modal
dalam
suatu
merupakan
pengambilan keputusan terpenting dengan melibatkan manajemen keuangan. Lebih lanjut, semua departemen di suatu perusahaan, yaitu departemen produksi, departemen pemasaran, dan sebagainya secara vital dipengaruhi oleh keputusan penganggaran modal, sehingga semua eksekutif tanpa memandang apa bidang tanggung jawabnya, harus menyadari tentang bagaimana proses keputusan penganggaran modal diambil. Alasan lain yang menyebabkan pentingnya penganggaran modal adalah bahwa perluasan aktiva biasanya melibatkan investasi yang cukup besar. Sebelum perusahaan mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar, perusahaan harus menyusun perencanaan yang matang karena sejumlah dana yang besar tidak akan tersedia secara otomatis. Sebuah perusahaan yang mempertimbangkan program pengeluaran investasi yang besar perlu merencanakan pembiayaan
22
beberapa tahun sebelumnya, untuk memastikan ketersediaan dana yang diperlukan dalam program perluasan ekspansi perusahaan. Adapun manfaat dari penganggaran modal yaitu : 1. Untuk
mengetahui
kebutuhan
dana
yang
lebih
terperinci, karena dana yang terkait jangka waktunya lebih dari satu tahun. 2. Agar tidak terjadi over investment atau underv investment. 3. Dapat lebih terperinci, teliti karena dana semakin banyak dan dalam jumlah yang sangat besar. 4. Mencegah terjadinya kesalahan dalam decision making ( pengambilan keputusan). 2.1.7. Laporan Keuangan Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Munawir (1997 : 2) pengertian laporan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut.
23
Pengertian lain tentang laporan keuangan yaitu merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data yang keuangan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan, antara lain : para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomilisi, serta pihak-pihak lainnya. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Myer dalam Munawir (1997 : 5) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba-rugi. Pada akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambah daftar yang surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan). Menurut Harahap (1996 : 55) pada umumnya laporan keungan itu terdiri atas Neraca dan Perhitungan Laba-Rugi. Neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva (harta kekayaan yang dimiliki perusahaan), hutang (kewajiban perusahaan untuk membayar uang atau aktiva yang lain pada waktu
24
yang akan datang) dan modal sendiri (kelebihan aktiva di atas hutang) dari
suatu
perusahaan
pada
tanggal
tertentu.
Atau
neraca
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun yaitu pada saat penutupan buku. Perhitungan (laporan) Laba-Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, atau laporan yang memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang/jasa dan biaya-biaya yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Sedangkan J. Fred Weston (1999 : 17) yang dikutip oleh Joko dan Kirbondo memberikan definisi tentang laporan keuangan sebagai berikut : Laporan keuangan atau financial statement (biasanya dalam bentuk neraca dan perhitungan Laba-Rugi) berisi informasi tentang prestasi perusahaandimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu (umumnya satu tahun). Ringkasnya, laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu atau merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Adapun menurut Abas Kartadinata, laporan keuangan adalah peluang perusahaan untuk meningkatkan pendapatan bagi para
25
pemegang saham karena perusahaan menggunakan sumber dana dengan biaya tetap (hutang) di dalam struktur modalnya. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menganalisis pengaruhnya terhadap peningkatan perolehan laba bagi pemegang saham melalui beberapa kondisi keuangan yang ada.
2.2. KERANGKA PIKIR Gambar 1 PT ADHI KARYA Tbk
Laporan Keuangan -
Neraca Laporan LabaRugi
Efisiensi penggunaan modal
Profitabilitas
26
Keterangan : 1. PT. Adhi karya Tbk merupakan sebuah badan usaha yang bergerak
dalam
menjalankan
bidang
aktifitas
jasa
usahanya
konstruksi
yang
mangeluarkan
dalam laporan
keuangan setiap akhir periode keuangan yang akan berbentuk Neraca dan Laporan Laba-Rugi. 2. Berdasarkan laporan keuangan tersebut penulis melakukan penilaian efisiensi modal kerja agar dapat diketahui capaian profitabilitas
dari
perusahaan.
Penilaian
efisiensi
ini
menggunakan beberapa analisis yang menghubungkan kaitan antara tingkat efisiensi perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang akan dicapai. Penilaian ini menggunakan analisis Weighted Average Cost of Capital untuk mengetahui biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan,selain itu penulis juga menggunakan analisis rasio leverage dan rasio profitabilitas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka panjangnya atau dalam hal ini penulis dapat mengetahui resiko keuangan perusahaan dan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berikut menggunakan
analisis
common
size
atau
persentase
perkompenen. Sehingga dengan penilaian tersebut, maka dapat diketahui apakah penggunaan modal telah efisien dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.
27
3. Hasil dari analisis ini kemudian kembali kepada perusahaan dalam bentuk feedback atau umpan balik dan dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan usahanya di kemudian hari. 2.3. HIPOTESIS Sesuai dengan rumusan masalah maka hipotesis yang penulis kemukakan adalah : “Penggunaan modal pada PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk belum efisien dalam meningkatkan profitabilitasnya”.
28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian sesuai dengan kebutuhan, maka peneliti memilih tempat penelitian pada PT. ADHI KARYA (PERSERO) Tbk, adapun waktu pengambilan data selama satu bulan yaitu selama bulan November. 3.2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan cara Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu metode atau teknik penelitian yang dimaksudkan untuk menelaah buku-buku/literatur dan tulisan-tulisan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan pembahasan skripsi ini. Dan dalam memperoleh data perusahaan penulis mendatangi PIPM (Pusat Informasi Pasar Modal) yang terletak di jalan A.P Pettarani. 3.3. Jenis dan Sumber Data 1) Data kuantitatif, yaitu data yang berupa ikhtisar keuangan, yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi 2) Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi yang diperoleh langsung dari pihak manajemen perusahaan baik lisan maupun tulisan. Data ini berupa gambaran ringkasan perusahaan.
29
3) Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan atau yang dikeluarkan oleh pihak eksten yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti yang diperoleh langsung pada PIPM (Pusat Informasi Pasar Modal), baik yang sifatnya tulisan berupa dokumendokumen yang berhubungan dengan laporan-laporan keuangan perusahaan selama 5 tahun yakni dari tahun 2006 hingga tahun 2010 serta data pendukung. 3.4. Metode Analisis Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menggunakan beberapa metode analisis sebagai berikut : a) Weighted Average Cost of Capital (WACC) Dengan menerapkan biaya modal ini, semua tingkat pengembalian yang diisyaratkan oleh sumber pembelanjaan dapat diakomodasikan. Biaya modal rata-rata tertimbang ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : WACC = (D / V x rD) + (E / V x rE) Dimana : D = Total Hutang E = Total ekuitas V =D+E
30
rD = Cost of Debt rE = Cost of Equity
b) Analisis rasio leverage Rasio Laverage / utang atau ada yang menyebut rasio solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya, dimana rasio utang ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar resiko keuangan perusahaan, karena setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap resiko dan pengembalian adapun rasio yang dapat digunakan adalah : 1) Rasio utang total terhadap aktiva total (total Debt to total Asset ratio). Rasio ini mengukur presentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap aktifaa total yang dimiliki perusahaan, dimana besarnya hasil perhitungan rasio ini menunjukkan besarnya utang total yang dapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan resikokeuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap. Rasio utang total terhadap aktiva total dapat dihitung : x 100 %
31
2) Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara total utang Perusahaan dengan modal ekuitas (stock equity). Dimana besarnya hasil perhitungan rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan seberapa besar utang yang dapat dijamin dengan ekuitas saham. Semakin tinggi utang terhadap ekuitas, maka akan semakin besar resiko keuangan yang ditanggung perusahaan.
3) Rasio Laba terhadap Bunga (Time Interest Earned) Mengukur sejauh mana laba perusahaan boleh menurun,tanpa mencoreng wajah keuangan perusahaan karena tidak mampu membayar beban bunga tahunan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban ini dapat berakibat dituntutnya kreditur kepengadilan yang bisa mengakibatkan kepailitan. Rasio laba terhadap bunga dapat dihitung sebagai berikut :
a. Analisis Rasio Profitabilitas Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Adapun rasio yang digunakan adalah :
32
1) Return On Investment (ROI) Merupakan suatu pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, dimana semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return On Investment dapat dihitung sebagai berikut :
x 100 %
Analisis
common
size, dengan analisis ini dapat diketahui
kecenderungan yang terjadi untuk melihat prospeknya dimasa yang akan datang. Analisis common size menyajikan persentase setiap elemen terhadap total utang dan modal sedangkan untuk laporan rugi laba persentase setiap elemen terhadap penjualan.
3.5. Uji Hipotesis Analisis Regresi Sederhana Analisis Regresi Linear sederhana sipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Persamaan umumnya adalah :
33
Y = a + bX Dengan Y adalah variabel bebas dan X adalah variabel terikat. Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius. 3.6.Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman , maka penulis menyajikan enam bab, dimana masing-masing saling berkaitan dengan yang lain sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dengan sistematika penulisan, yaitu : Bab Pertama
Pendahuluan, yang terdiri atas Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah dan Tujuan serta Kegunaan Penelitian. Bab Kedua Kerangka teoritis yang menguraikan tentang Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir yang akan digunakan dalam melakukan penulisan dan Hipotesis. Bab Ketiga metodologi penelitian, yang terdiri atas Tempat Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber Data, Metode analisis Data serta Sistimatika Pembahasan. Bab Keempat Gambaran Umum Obyek Penelitian (dalam hal ini adalah gambaran umum mengenai perusahaan), yang terdiri dari Gambaran Ringkas Obyek Penelitian, Struktur Organisasi.
34
Bab Kelima Pembahasan dari hasil penelitian, yang mana penulis menggunakan alat analisis Weight Average Cost of Capital (WACC), Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, Analisis Common size untuk mengukur efisiensi penggunaan modal Perusahaan dalam meningkatkan profitabilitasnya. Dan Analisi regresi sederhana. Bab Keenam Penutup, yang menguraikan Kesimpulan dari hasil penelitian dan Saran-saran sebagai pertimbangan bagi manajemen perusahaan.
35
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Perkembangan Perusahaan Perseroan didirikan pertama kali pada tanggal 1 Januari 1961 dengan nama perusahaan Bangunan Negara “Adhi Karya” berdasarkan Peraturan Pmerintah (PP) No.65 tahun 1961 tersebut ditetapkan pula bahwa Perusahaan Bangunan bekas milik Belanda yang bernama Naamloze Vennootschap Architechen Ingenieurs en Annemresbedrijf Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V („Associatie N.V”) yang telah dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1960, dilebur kedalam Perusahaan negara Adhi Karya. Kemudian dengan Akta No.1 Tanggal 1 Juni 1974 Junito Akta perusahaan No.2 tanggal 2 dan tanggal 3 1972, keduanya dibuat hadapan Kartini Muljadi, SH, Notaris di Jakarta, didirikan PT. Adhi Karya (Persero). Pendirian tersebut dilakukan dalam rangka melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang No.9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 1969 tentang Bentuk-bentuk usaha Negara menjadi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1971 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Negara Adhi Karya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) juncto Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep662/MK/IV/5/1974 tentang Penetapan Modal Perusahaan Perseroan
36
(Persero) “PT. Adhi Karya” tanggal 8 Mei 1974. Akta Pendirian dimaksud adalah telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No.Y.A.5/5/13 tanggal 7 Januari 1975 dan didaftarkan dalam buku register pada Kantor Pengadilan Negeri Jakarta dibawah No. 129 tanggal 15 Januari 1975 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 85 tanggal 24 Oktober 1975, tambahan No. 600. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 17 November 2003 melalui Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep 289/MBU/2003 tanggal 17 November. Pemegang saham menyetujui untuk melakukan perubahan Anggaran Dasar dalam rangka Penawaran Umum kepada Masyarakat, termasuk perubahan nama Perseroan yang diubah menjadi PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Sebagaimana termaktub dalam Akta Perubahan Anggaran Dasar No.35 tanggal 18 November 2003 yang dibuat oleh Imas fatimah, SH Notaris di Jakarta. Dengan surat keputusan BAPEPAM No. S.494/PM/04 tanggal8 Maret 2004, Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif dalam rangka Perseroan melakukan Penawaran Umum kepada masyarakat. Pada saat prospektus ini ditebitkan, maksud dan tujuan Perseroan adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah Republik Indonesia di bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional pada umumnya, serta pembangunan di bidang industri
37
konstruksi, Industri layanan jasa peningkatan kemampuan di bidang jasa konstruksi, industri pabrikasi, jasa penyewaan, jasa keagenan, invetasi, argo
industri,
perdagangan,
pengelolaan
kawasan,
layanan
jasa
peningkatan kemampuan di bidang jasa konstruksi teknologi dan pengembangan pada khususnya dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
4.2.Bidang usaha Berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan, bidang usaha PT. Adhi Karya (Persero) Tbk meliputi : a. Pekerjaan pelaksanaan konstruksi, yang meliputi ; pekerjaan sipil (untuk seluruh sektor pembanguanan), pekerjaan gedung, mekanikal elektrikal termasuk jaringan, radio, telekomunikasi dan instrumentasi dan perbaikan/pemeliharaan/renovasi pada pekerjaan konstruksi tersebut. b. Perencanaan dan pengawasan pelaksanaan konstruksi yang meliputi : pekerjaan sipil, gedung, mekanikal elektrikal. c. Pengukuran, penggambaran, perhitungan dan penetapan biaya konstruksi yang meliputi : pekerjaan sipil, gedung, mekanikal dan elektrikal. d. Pengukuran, penggambaran, perhitungan dan penetapan biaya konstruksi yang meliputi : pekerjaan sipil, gedung, mekanikal dan elektrikal (Quantity Surveyor) layanaan jasa.
38
e. Konsultasi manajemen dan rekayasa industri. f. Perdagangan umum. g. Industri pabrikasi yang meliputi ; pabrikasi bahan dan komponen jadi pelengkap konstruksi, mekanikal dan kelistrikan untuk bangunan industri dan gedung, elektronik komunikasi. h. Pabrikasi komponen dan peralatan kontruksi.
39
STRUKTUR ORGANISASI
Sumber : PIPM (Pusat Informasi Pasar Modal) Indonesia (www.idx.co.id)
40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1
Laporan Keuangan Perusahaan Bagi setiap perusahaan Laporan Keuangan sangat berguna dalam melihat kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan karenapada dasarnya laporan keuangan berfungsi sebagai bahan acuan dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan selama jangka waktu tertentu, dimana melalui analisis terhadap pos-pos neraca akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya dan dari analisis terhadap laporan laba rugi memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan selama satu periode keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menganalisis efisiensi penggunaan
modal
perusahaan
modal
perusahaan
dalam
rangka
meningkatkan profitabilitasya, maka disunakan laporan keuangan PT. Adhi Karya Tbk, berupa neraca dan laporan laba rugi yang mana kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisi Biaya Modal Ratarata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital), Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, dan Analisis Common Size. Untuk mengujikebenaran dari hipotesis maka data yang digunakan adalah laporan keuangan selama 5 Tahun terakhir yaitu 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 sebagai berikut:
41
5.1.1 Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) Untuk mengetahui berapa besar biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan, maka terlebih dahulu penulis menghitung besarnya biaya hutang/Cost of Debt (rD) dan tingkat biaya ekuitas/Cost of Equity (rE) pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 sebagai berikut :
1. Biaya Hutang (Kd), dengan rumus :
x 100 %
a. Tahun 2006
x 100 %
= 11,9 %
b. Tahun 2007
x 100 %
= 14,49 %
42
c. Tahun 2008 x 100%
= 11,37 %
d. Tahun 2009
x 100%
= 10,70 %
e. Tahun 2010
x 100 %
= 12,51 % Karena pembayaran bunga mengurangi besarnya pendapatan pajak, maka biaya hutang perlu dilakukan koreksi dalam mengitung modal biaya rata-rata tertimbang. Perhitungan ini sama dengan dikalikan dengan faktor (1-T) dimana T adalah presentase pajak penghasilan yang diperoleh dengan
43
x 100 %
a. Tahun 2006
x 100%
= 15,39 %
b. Tahun 2007
x 100 %
= 26,6 %
c. Tahun 2008
x 100%
= 32 %
44
d. Tahun 2009
x 100 %
= 43 %
e. Tahun 2010
x 100 %
= 39 % Berdasarkan dari hasil perhitungan maka Biaya Hutang (Cost of Debt) menjadi :
a. Tahun 2006
rD = Kd (1 - T) = 11,9 % (1 – 0,153) = 10,07 %
45
Jadi tingkat biaya hutang setelah pajak ditahun 2006 sebesar 10,07 %
b. Tahun 2007
rD = Kd (1 – T) = 14,49 % (1 – 0,734) = 10,63 %
Jadi tingkat biaya hutang setelah pajak ditahun 2007 sebesar 10,63 %
c. Tahun 2008
rD = Kd (1 – T) = 11,37 % (1 – 0,32) = 7,73 %
Jadi tingkat biaya hutang setelah pajak ditahun 2008 sebesar 7,73 %
46
d. Tahun 2009
rD = Kd (1 – T) = 10,70 % (1 – 0,57) = 6,09 %
Jadi tingkat biaya hutang setelah pajak ditahun 2009 sebesar 6,09 %
e. Tahun 2010
rD = Kd (1 – T) = 12,51 % (1 – 0,39) = 7,63 %
Di tahun 2010 ini tingkat biaya hutang setelah pajak meningkat dari tahun sebelumnya mencapai 7,63 %.
2. Biaya ekuitas (rE)
rE
x 100 %
47
a. Tahun 2006
rE
x 100 %
= 6,20 %
Dari perhitungan ini terlihat bahwa biaya ekuitas saham biasa atau tingkat keuntungan yang diinginkan oleh pemegang saham biasa pada saham biasa pada tahun 2006 adalah 6,20 %
b. Tahun 2007
rE
x 100 %
= 4,45 %
Pada tahun 2007 biaya ekuitas saham biasa menurun mencapai 4,45 %
48
c. Tahun 2008
rE
x 100 %
= 4,55 %
Pada tahun 2009 biaya ekuitas agak meningkat mencapai 4,55%
d. Tahun 2009
rE
x 100 %
= 2,78 %
Pada tahun 2009 biaya ekuitas merosot lagi mencapai 2,78 %
e. Tahun 2010
rE
x 100 %
= 5,76 %
49
Dari hasil perhitungan ini diketahui bahwa besarnya biaya ekuitas yang ditanggung oleh perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya mencapai 5,76 %
Berdasarkan hasil perhitungan biaya hutang dan biaya ekuitas maka dapat dilakukan perhitungan WACC (Weighted Average Cost of Capital) dengan rumus sebagai berikut : WACC = (D / V x rD) + (E / V x rE) a. Perhitungan WACC tahun 2006 Dik :rD= 10,07 % rE= 6,20 % D = 4.123.459.213.120 E = 520.669.876.786 V=D+E = 4.123.459.213.120 + 520.669.876.786 = 4.644.129.089.906 WACC
x 10,07% + x 6,20%
= 0,0826 + 0,4425 = 0,5251 = 5,25 %
50
b. Perhitungan WACC tahun 2007 Dik : rD = 10,63 % rE = 4,41 % D = 4.332.636.114.876 E = 531.234.660.402 V=D+E = 4.332.636.114.876 + 531.234.660.402 = 4.863.870.775.27
WACC
x 10,63 % + +
x4,41%
= 1,608 + 0,5402 = 1,601 = 16,01 % c. Perhitungan WACC tahun 2008
Dik : rD= 7,73 % rE= 4,55 % D = 4.541.089.351.881
51
E = 584.279.189.639 V = D+E = 4.541.089.351.881 + 584.279.189.639 = 5.125.368.541.520
WACC
X 7,73% + x 4,55 %
= 0,0684 + 0,0051 = 0,0735 = 7,35 %
d. Perhitungan WACC tahun 2009 Dik : rD = 6,09 % rE = 2,78 % D = 4.898.254.675.454 E = 731.199.659.939 V = D+E = 4.898.254.675.454 + 731.199.659.939 = 5.629.454.355.3939
52
WACC
x 6,09% + x 2,78%
= 0,0529 + 0,0052 = 0,0581 = 5,81 %
e. Perhitungan WACC tahun 2010 Dik : rD = 7,63% rE =5,76 % D = 4.066.582.718.230 E = 861.113.484.045 V = D+E = 4.066.582.718.230 + 861.113.484.045 = 4.927.6969.202.275
WACC
x 7,63% + x 5,76%
53
= 0,0629 + 0,0100 = 0,0729 = 7,29 % Dari
hasil
perhitungan
WACC
diatas
menunjukkan bahwa biaya modal rata-rata tertimbang yang ditanggung oleh perusahaan tidak stabil. Karena hasilnya naik-turun seperti pada tahun 2006 sebesar meningkat 16,01 % pada tahun 2007 pada tahun 2008 menurun menjadi 7,35 % pada tahun 2008 menurun lagi menjadi 5,81 % dan di tahun 2010 WACC meningkat lagi sebesar 7,29 %. 5.1.2
Perhitungan Rasio Leverage Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya, dimana rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar resiko keuangan perusahaan. Adapun rasio yang digunakan adalah :
1). Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva ( total Debt to total Asset ratio) Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100 %
54
a. Tahun 2006
x 100 %
= 76,7 % Debt Ratio untuk tahun 2006 sebesar 76,7 % , berarti bahwa total aktiva yang dimiliki perusahaan 76,7 dibiayai oleh hutang.
b. Tahun 2007
x 100 %
= 87,74 % Debt Ratio untuk tahun 2007 sebesar 87,74 %, berarti bahwa total aktiva yang dimiliki perusahaan 87,74 % dibiayai oleh hutang.
c. Tahun 2008
x 100 %
= 88,60 %
55
Debt Ratio untuk tahun 2008 sebesar 86,60 %, berarti bahwa total aktiva yang dimiliki perusahaan 86,60 % dibiayai oleh hutang.
d. Tahun 2009
x 100 %
= 87,01 % Debt Ratio untuk tahun 2009 sebesar87,01 %, berarti bahwa total aktiva yang dimiliki perusahaan 87,01 % dibiayai oleh hutang.
e. Tahun 2010
x 100%
= 82,52 % Debt Ratio untuk tahun 2010 sebesar 82,52 %, berarti bahwa total aktiva yang dimiliki perusahaan 82,52 % dibiayai oleh hutang.
56
2). Rasio Total Utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio)
a. Tahun 2006
= 6,96 Kali
Debt to Equity Ratio untuk tahun 2006 sebesar 6,96 Kali, ini berarti bahwa utang perusahaan 6,96 kali dari modal sendiri.
b. Tahun 2007
= 7,156 Kali
Debt to Equity Ratio untuk tahun 2007 sebesar 7,156 Kali, ini berarti bahwa utang perusahaan 7,156 kali dari modal sendiri.
57
c. Tahun 2008
= 7,772 Kali
Debt to Equity Ratio untuk tahun 2008 sebesar 7,772 Kali, ini berarti bahwa utang perusahaan 7,772 kali dari modal sendiri.
d. Tahun 2009
= 6,698 Kali
Debt to Equity Ratio untuk tahun 2009 sebesar 6,698 Kali, ini berarti bahwa utang perusahaan 6,698 kali dari modal sendiri.
58
e. Tahun 2010
= 4,722 kali Debt to Equity Ratio untuk tahun 2010 sebesar 4,722 Kali, ini berarti bahwa utang perusahaan 4,711 kali dari modal sendiri. 3). Rasio laba terhadap bunga (Time Interest Earned) Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Tahun 2006
= 3,44 Kali Time Interest Earned untuk tahun 2006 sebesar 3,44 Kali, ini menunjukka dana
yang tersedia untuk membayar beban
bunga adalah 3,44 Kali.
59
b. Tahun 2007
= 2,1396 Kali
Time interest Earned untuk tahun 2007 sebesar 2,1396 kali, ini menunjukkan dana yang tersedia untuk membayar beban bunga adalah 2,1396 kali.
c. Tahun 2008
= 1,212 Kali
Time Interest Earned untuk tahun 2008 sebesar 1,212 Kali, ini menunjukkan dana yang tersedia untuk membayar beban bunga adalah 1,212 kali.
d. Tahun 2009
60
= 4,07 Kali
Time Interest Earned untuk tahun 2009 sebesar 4,07 Kali, ini menunjukkan dana yang tersedia untuk membayar beban bunga adalah 4,07 kali.
e. Tahun 2010
= 3,98 Kali
Time Interest Earned untuk tahun 2010 sebesar 3,98 Kali, ini menunjukkan dana yang tersedia untuk membayar beban bunga adalah 3,98 kali.
5.1.3 Perhitungan Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dan dalam hal ini diukur dari jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Adapun rasio yang digunakan adalah :
61
Return On Investment (ROI) ROI dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100 %
a. Tahun 2006
x 100 %
= 1,581 % Ini berarti bahwa dengan penggunaan Rp. 1000,- aktiva akan menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 1,581,-
b. Tahun 2007
x 100 %
= 2,575 %
62
Ini berarti bahwa dengan penggunaan Rp. 1000,- aktiva menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 2,575,-
c. Tahun 2008
x 100 %
= 1,589 %
Ini berarti bahwa dengan penggunaan Rp. 1000,- aktiva menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 1,589,-
d. Tahun 2009
x 100 %
= 2,940 %
Ini berarti bahwa dengan penggunaan Rp. 1000,- aktiva menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 2,940,-
63
e. Tahun 2010
x 100 %
= 3,845 %
Ini berarti bahwa dengan penggunaan Rp. 1000,- aktiva menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp.3,845 %,-
5.1.4 Analisis Common Size Dengan analisis ini dapat diketahui presentase setiap elemen terhadap total aktiva dan terhadap total utang dan modal untuk Neraca sedangkan untuk Laporan Laba Rugi presentase setiap elemen terhadap Pendapatan.
64
TABEL 1 COMMON SIZE ANALYSIS NERACA PT. ADHI KARYA Tbk 31 DESEMBER 2006, 2007, 2008, 2009 DAN 2010 URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
5,25%
6,961%
7,11%
5,45%
4,91%
82,61%
85,43%
83,68%
87,00%
75,10%
11,98%
7,51%
9,17%
7,51%
19,79%
0,142%
0,087%
0,038%
0,034%
0,197%
100%
100%
100%
100%
100%
76,99%
78,61%
77,32%
77,31%
70,02%
10,87%
9,89%
10,97%
9,52%
12,36%
87,86%
88,50%
88,29%
86,83%
82,36%
0,316%
0,215%
0,30%
0,017%
0,13%
3,621%
3,432%
3,63%
3,37%
3,85%
0,31%
0,30%
0,37%
0,34%
0,38%
0,015%
0,019%
0,017%
0,016%
-
0,017%
0,125%
-
0,055
0,06%
-
-
0,11%
1,53%
1,33%
6,75%
5,67%
5,97%
6,51%
9,76%
2,95%
1,89%
1,52%
2,88%
3,79%
12,14%
11,50%
11,71%
13,17
17,64%
100%
100%
100%
100%
100%
AKTIVA Kas dan setara kas Aktiva Lancar Lain Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain
Total Aktiva
UTANG DAN MODAL Utang Lancar Utang Jangka Panjang
Total Utang
Hak Minoritas Anak Perusahaan Modal Saham Modal disetor lainnya Selisih penilaian Kembali Aktiva Tetap Saldo Laba Dicadangkan Tidak Dicadangkan
Total Modal
Total Utang dan Modal
65
Sumber : - PIPM Makassar
- Data Diolah
TABEL 2 COMMON SIZE ANALYSIS LAPORAN LABA RUGI PT. ADHI KARYA Tbk PER 31 DESEMBER 2006, 2007, 2008, 2009 DAN 2010
URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
Pendapatan Usaha
100%
100%
100%
100%
100%
Beban Pokok Pendapatan
88,5%
89,65%
91,8%
91,5%
87,47%
Laba (Rugi) Kotor
8,72%
9,63%
8,19%
8,49%
12,52%
Laba Proyek kerjasama
2,65%
3,69%
4,25%
2,012%
1,49%
7,99%
8,97%
9,75%
8,66%
8,13%
0,025%
0,039%
0,030%
0,027%
0,038%
Laba (Rugi) Usaha
0,089%
0,097%
0,054%
0,069%
0,097%
Pendapatan Beban lain-lain
0,029%
0,035%
0,036%
0,026%
0,040%
Laba
0,027%
0,039%
0,018%
0,043%
0,056%
0,019%
0,012%
0,010%
0,021%
0,023%
Laba
Kotor
Stelah
Proyek
Kerjasama
Beban usaha
sebelum
Pajak
Penghasilan
Beban Pajak Penghasilan
66
Laba
(Rugi)
sebelum
Hak
0,022%
0,019%
0,012%
0,021%
0,033%
2,560%
2,953%
2,276%
3,44%
1,25%
0,011%
0,019%
0,012%
0,021%
0,033%
Minoritas
Hak Minoritas atas Laba (Rugi) perusahaan anak
Laba (Rugi) Bersih
Sumber : -
PIPM Makassar
-
Data Diolah
Dari Common Size Analysis terlihat bahwa PT. Adhi Karya, Tbk pada periode 2006-2010 baik pada angka absolut maupun relatifnya terlihat bahwa aktiva lancar menunjukkan tendensi naik turun, kenaikan aktiva lancar ini tampaknya dibiayai oleh modal sendiri, sedangkan aktiva tetap mengalami penurunan karena terjadi penurunan pada investasi dalam pelaksanaan. Pada sisi passiva, terlihat bahwa kewajiban lancar perusahaan sangat besar dibanding dengan utang jangka panjangnya, namun demikian dari tahun 2008 sampai 2010 utang lancar relatif menurun, ini berarti bahwa perusahaan disamping melakukan pengadaan aktiva, tidak melalaikan kewajibannya untuk membayar utang atau kewajiban lancar perusahaan. Utang jangka panjang tidak menunjukkan kenaikan yang absolut karena pada tahun kedua dan keempat mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa perusahaan belum terlalu memperhatikan utang jangka panjang
67
perusahaannya. Sedangkan untuk modal sendiri, tercatat pada tahun 2007 dan 2009 mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena meningkatnya utang di tahun 2006 ke 2007 hingga ke tahun 2008. Untuk Analisis Laporan Laba Rugi PT. Adhi Karya, Tbk diuraikan sebagai berikut : Beban Pokok Pendapatan terhadap Pendapatan Usaha mengalami peningkatan secara empat tahun berturut-turut tapi pada tahun terakhir mengalami penurunan. Beban Usaha PT. Adhi Karya, Tbk dalam tahun 2006 hingga 2010 secara absolut terlihat kenaikan tetapi secara relatif beban usha di tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan dan ini terjadi karena kenaikan beban usaha tersebut. Mungkin disebabkan oleh usaha dari manajemen untuk meningkatkan pendapatan usaha dan ini tampak pda data absolut atas pendapatan usaha yang meningkat. Untuk Laba Bersih sebelum Pajak penghasilan mengalami kenaikan, karena laba sebelum pajak lebih kecil dibandingkan dengan laba proyek kerjasama yang disebabkan oleh bunga yang sangat tinggi.
5.2.
Analisis Penggunaan Modal Terhadap Pencapaian Profitabilitas Dari hasil perhitungan analisis yangtelah dilakukan maka dapat kita rekapitulasi dalam tabel sebagai berikut :
68
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis
Analisis
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
5,25 %
16,01
7,35 %
5,81 %
7,29 %
87,74
88,60
87,01 %
82,52
%
%
6,96
7,156
7,772
6,698
4,722
kali
kali
kali
kali
kali
3,44
2,139
1,212
4,07
3,98
kali
kali
kali
kali
kali
1,581
2,575
1,589
2,940 %
3,845
%
%
%
Weighted Average Cost of Capital % 76,7 % Debt Ratio %
Debt Equity Ratio
Time Interest Earned
Return On Investment %
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan modal yang berasal dari pinjaman lebih besar dari modal sendiri dimana modal yang berasal dari pinjaman 6,96 kali dari modal sendiri untuk tahun 2006, kemudian meningkat jadi 7,156 kali dari modal sendiri untuk tahun 2007, meningkat lagi menjadi 7,772 kali dari modal sendiri pada tahun 2008, kemudian menurun jadi 6,698 kalidari modal sendiri untuk tahun 2009, dan di tahun 2010 menurun mencapai 4,722 kali dari modal sendiri ini dpat dilihat dari Debt to Equity Ratio perusahaan, dimana dari angkaangka yang dicapai nampak bahwa modal sendiri tidak sebanding dengan utang perusahaan, tetapi perusahaan masih mampu membayar beban
69
bunga dari laba yang dihasilkan ini terlihat dari Time Interest Earned di tahun 2006 sebesar 3,44 kali, tahun 2007 2,139 kali, tahun 2008 1,212 kali, akan tetapi agak meningkat pada tahun 2009 sebesar 4,07 kali dan tahun 2010 3,98 kali, jadi pada tiga tahun pertama perusahaan masih stabil untuk membayar beban bunga dari laba yang dihasilkan tapi pada tahun keempat dan kelima mengalami tingkat pembayaran beban bunga tersebut. Penggunaan modal perusahaan belum efisien, ini nampak dari Weighted Average Cost of Capital (WACC) perusahaan yang lebih besar jika dibandingkan dengan Return On Investment (ROI), dimana di tahun 2006 WACC sebesar 5,25% sedangkan ROI sebesar 1,581 % kemudian di tahun 2007 WACC sebesar 16,01 sedangkan ROI hanya berkisar 2,575. Adapun di tahun 2008 WACC sebesar 7,35 % sedangkan ROI sebesar 1,589 % kemudian di tahun 2009 WACC sebesar 5,81 % sedangkan ROI sebesar 2,940 % dan di tahun terakhir, 2010 WACC sebesar 7,29 % sedangkan ROI sebesar 3,845 %.
5.3. Analisis Regresi Sederhana 5.3.1. Deskripsi Variabel Penelitian Descriptive Statistics dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang dimasukkan untuk diolah dalam program SPSS 16.00 for windows adalah valid ( dapat diolah) dan tidak terdapat missing atau data yang tidak terproses. Uji descriptive statistics yang terdiri dari jumlah data yang terproses (N), nilai maksimum (maximum), nilai minimum (minimum),
70
nilai rata-rata (mean) dan standard deviation dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4 . Descriptive Statistics
MODAL
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
5
1
4
2.96
1.249
5
5
16
8.29
4.429
PROFITABLITAS
Valid N (listwise) 5
Sumber : Data Diolah
Tabel 4 diatas menunujukkan bahwa untuk semua variabel penelitian yang terdiri dari variabel terikat (modal) dan variabel bebas (profitabilitas), data yang dimasukkan selama 5 tahun periode PT. Adhi Karya, Tbk sehingga sebanyak 5 adalah valid dan tidak terdapat missing atau data yang tidak terproses. Hal ini juga dapat diartikan bahwa proses pengajian hipotesis (uji parsial dan uji simultan) dapat dilanjutkan untuk data yang sama atau telah di input dalam program SPSS 16.00 for windows. 5.3.2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi kolerasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan, menurut waktu (time series) atau
71
ruang (cross section). Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Regression Tabel 5. Variables Entered/Removedb
Variables
Model Variables Entered Removed 1
Method
PROFITABLITA .
Enter
Sa
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: MODAL
Sumber : Data Diolah
Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang terestimasi cukup baik atau tidak ukuran ini mencerminkan seberapa besar variasi dari regressand variabel dependen (y) dijelaskan oleh regressor/variabel independen (X). Koefisien determinasi (R2) dari suatu model ditentukan oleh R2 yang nilainya antara nol dan satu. Semakin tinggi nilai R2 suatu regresi atau semakin mendekati satu maka hasil regresi tersebut semakin
baik yang berarti variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
72
Tabel 6. Model Summaryb
Adjusted
R Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
1
.448a
.200
-.066
1.289
a. Predictors: (Constant), PROFITABLITAS
b. Dependent Variable: MODAL
Sumber : Data Diolah
Dari perhitungan regresi yang terlihat pada tabel 6 diperoleh nilai R2= 0,2 yang berarti bahwa 20% variabel kinerja keuangan (ROI) dapat dijelaskan oleh variabel independent profitabilitas yang diwakilkan oleh rasio laba terhadap bunga (EBIT), dan 80% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini, hal ini berarti variabel independent profitabilitas yang diwakilkan oleh rasio laba terhadap bunga (EBIT) memiliki pengaruh yang kecil terhadap kinerja keuangan (ROI).
5.4 Hasil Analisis Data 5.4.1 Pengujian Secara Simultan (Uji F) Berdasarkan hasil pengujian secara simultan sepert yang tertera pada tabel 6, diketahui bahewa nilai signifikansi sebesar 0.45. Hal iini dapat diartikan seluruh Variabel Independen yang terdiri atas WACC, TDTTA, DER, dan ROI
73
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi penggunaan modal pada PT Adhi Karya Tbk, dikarenakan nilai signifikansi ≥ 0,05
Tabel 7. Hasil Pengujian Secara Simultan Uji F ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
1.249
1
1.249
.751
.450a
Residual
4.988
3
1.663
Total
6.237
4
a. Predictors: (Constant), PROFITABLITAS
b. Dependent Variable: MODAL
Sumber : Data Diolah
5.4.2 Pengujian secara parsial (Uji t) Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap perubahan harga saham. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan seperti yang tertera pada tabel 7, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0.45. Hal ini dapat diartikan seluruh Variabel Independen profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi pencapaian modal pada PT Adhi Karya Tbk, dikarenakan nilai signifikansi ≥ 0,05
74
Tabel 8. Hasil Pengujian Secara Parsial (Uji t) Tabel 8. Coefficientsa
Standardized
Model
1
(Constant)
Unstandardized Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
4.004
1.338
PROFITABLITAS -.126
.146
-.448
T
Sig.
2.993
.058
-.867
.450
a. Dependent Variable: MODAL
Sumber : Data Diolah
5.4.3 Uji Normalitas Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa penyebaran data plot berada di sekitar dan sepanjang garis diagonal 450, dengan demikian menunjukkan bahwa data-data pada variabel penelitian berdistribusi normal (Ghozali, 2002:46). Lebih jelasnya gambar mengenai penyebaran plot pada uji normalitas dapat dilihat pada grafik normalitas berikut:
75
Sumber : Data Diolah
5.4.4
Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 16.00 for
windows diperoleh output seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
76
Sumber : Data Diolah
Output yang dihasilkan menunjukkan scatterplot yangtidak membentuk pola tertentu, maka model regresi dalam penelitian ini tidakmemiliki gejala heteroskedastisitas (Ghozali,2002:48).
77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, Penggunaan Modal pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk belum efisien dalam pencapaian profitabilitasnya yang disebabkan oleh Weighted Average Cost of Capital (WACC) perusahaan yang lebih besar jika dibandingkan Return On Investment (ROI), dimana WACC dari tahun ke tahun tidak stabil. Hal ini disebabkan karena Cost of Debt dan Cost of Equity Perusahaan yang meningkat dan menurun di tiap tahunnya. Sedangkan ROI menurun yang disebabkan oleh menurunnya Net Profit Margin.
6.2. Saran
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka disarankan pada pihak menajemen PT. Adhi Karya, Tbk dapat memperbaiki struktur modalnya dan ini dapat dilakukan dengan menambah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan atau laba) atau yang berasal dari modal saham dan pemilik untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan, karena
78
modal inilah yang menjadi tanggung jawab terhadap keseluruhan resiko perusahaan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Robert W. Kolb,1987. Financial Management, Scott Foresman & Company, London, England. Djarwanto, 1997.Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, BPFE. Munawir, 1997.Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat,Cetakan Ketiga, Yogyakarta. RiyantoBambang, 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. SyafriHarahapSofyan, 1996.Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993.Edisi Kedua, Penerbit, BalaiPustaka, Jakarta. Van Hornedan Wachowicz dan M Jhon, 1998. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Abas Kartadinata, 1987. Analisa Belanja : Dasar-dasar Perhitungan dalam keputusan Keuangan, Cetakan Kedua, Penerbit Bina Aksara, Jakarta. Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Ketiga, Penerbit Bayu Media Publishing, Malang. J. Fred weston dan Copeland Wacana, Jok, Alih Bahasa dan Kirbandoko, 1999.Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
80
Sawir Agnes, 2001.Laporan Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Pertama, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Sekuritas. Universitas Diponegoro, Semarang. ----------. 2005. Aplikasi Analisis Diponegoro, Semarang.
http://idx.co.id http://www.bapepam.go.id
Sekuritas.
EdisiRevisi.
Universitas