BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tahun 1957 dengan nama awal PT. Permina. Pendirian Permina didasari oleh kebutuhan pemerintah menginventarisasi lahan-lahan minyak peninggalan Belanda yang harus menjadi kekayaan negara. Pada tahun 1960 PT. Permina direkstrukturisasi menjadi PN Permina sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi hanyalah pemerintah. Kemudian, pada tahun 2001 munculah Undang-Undang No.22 tahun 2001 dimana diatur bahwa Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan perusahaan minyak lainnya yang harus mendaftarkan tender pada lembanga pengatur pengelolaan migas Negara (www.pertamina.com). Pada tahun 2005, Pertamina mengubah logo sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan bisnis, PT. Pertamina mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan, selain pergantian logo, Pertamina mulai mencanangkan berbagai strategi transformasi. Hingga pada tahun 2011 Pertamina menetapkan visi baru perusahaan, “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia” yang meluaskan bidang bisnisnya bukan hanya pada bisnis minyak (www.pertamina.com).
1
Transformasi Pertamina ini tidak lain karena adanya dorongan kompetisi bisnis yang kian hari kian dirasakan dengan munculnya operator-operator migas lainya yang beroperasi di Indonesia. Selain itu, imej dan reputasi perusahaan menjadi suatu hal yang perlu dipikirkan matang-matang oleh perusahaan kebanggan Negara ini pasca dicanangkanya transformasi Pertamina. Hal ini dikarenakan manfaat dari reputasi yang positif adalah sebagai aset tak terlihat yang berkontribusi paling banyak hampir ke semua kesuksesan perusahaan (Hall, 2006). Berbicara mengenai imej dan reputasi sangatlah berkaitan dengan bagaimana perusahaan berinteraksi dengan pihak eksternal baik itu pemerintah, inverstor, maupun konsumen. Di sini lah peran bagian Public Relation sangat berpengaruh dan penting dalam tujuan pembentukan reputasi yang baik melalui komunikasi yang produktif dan konstruktif sehingga pihak-pihak eksternal dapat membantu proses pencapaian visi dan misi perusahaan (Morissan, 2010). Selain itu, reputasi juga dapat mempengaruhi keputusan beli terhadap produk dan apa yang ditawarkan oleh Pertamina. Konsumen sering kali memperhitungkan reputasi perusahaan atas sebuah produk yang akan dibelinya. Pembentukan reputasi pun sangatlah penting karena perusahaan dinilai dari pewajahan luar yang dibentuk oleh tim Public Relation. Singkatnya, sangat pentingnya imej dan reputasi bisa dilihat dari kasus tumpahnya minyak ke Teluk Meksiko milik BP atau British Petroleum yang menyebabkan 11 pekerja tewas dan pencemaran lingkungan ke lima negara bagian di Amerika. Bencana-bencana yang tak pasti seperti ini sangat mungkin
2
terjadi dalam bisnis yang berkaitan dengan minyak bumi dan pengeboran, tentunya banyak faktor yang akhirnya menyebabkan sebuah kecelakaan tersebut terjadi. Kecelakaan yang terjadi pada tahun 2010 tersebut mengakibatkan perusahaan BP hingga saat ini harus mengeluarkan dana sebanyak 28 Milyar US Dollar yang digunakan sebagai biaya ganti rugi, denda, biaya pembersihan laut, dan lain sebagainya (bp.com). Dalam kasus tersebut BP menghadapi 2 krisis, yang pertama, adalah bagaimanaya mengentikan kebocoran minyak tersebut, yang kedua, adalah bagaimana meyakinkan Stakeholder bahwa BP sedang berusaha melakukan penghentian kebocoran tersebut. Di sini lah kinerja PR diuji, dalam hal ini tim PR (Public Relation) BP berhasil untuk tidak hanya menggunakan strategi tradisional PR (Public Relation) seperti memberikan Pers Release, memberikan pernyataan resmi, wawancara televisi, namun juga memanfaatkan kecepatan sosial media yang ada. Dapat dikatakan sampai saat ini, reputasi BP tidak memiliki masalah reputasi akibat tumpahnya minyak di teluk meksiko lima tahun yang lalu tersebut terhadap proses bisnis eksplorasi dan produksinya. Dalam kasus ini, tim PR (Public Relation) BP telah berhasil menyikapi suatu keadaan yang lemah, untuk tidak menjadi alasan perusahaan tidak menanganinya secara cepat dan akurat, terutama melalui komunikasi sosial media kepada masyarakat. Saat insiden terjadi twitter resmi BP tak lupa memberikan informasi-informasi terkait secara cepat dan bahkan berkampanye untuk bersamasama memanagani hal tersebut. Website BP memberikan kolom khusus yang memuat update, foto, video, dan peta mengenai terjadinya kecelakaan dan proses
3
pembersihan laut. Salah satu video yang menarik adalah video dimana CEO BP menjelaskan mengenai proses pembersihan laut dengan latar belakang para pekerja BP yang sedang sibuk bekerja membersihkan laut yang sekiranya cukup menarik perhatian dan terbukti menumbuhkan kepercayaan bahwa BP sedang bekerja, dan BP sedang bertanggung jawab. Walaupun selama masa pembersihan BP telah mengerjakan kewajibanya, tak sedikit pula rumor negatif bermunculan, seperti isu Greenwashing dan berita pemaksaan BP kepada nelayan untuk menyerahakan tuntutan untuk BP. Namun, rumor negatif yang muncul ditengah proses pembersihan ini dapat ditangani oleh BP dengan baik melalui media sosial, BP memberikan pernyataan tidak pernah memaksa nelayan menandatangani pencabutan tuntuan dan justru meminta semua masyarakat untuk mengingatkan BP untuk memenuhi tuntutan dan tanggung jawabnya, BP bahkan memberikan Hotline Call khusus untuk masyarakat yang melihat minyak masih tersebar disekitar teluk meksiko. Tanpa kinerja PR yang seperti ini, mustahil bagi perusahaan terus berada dan beroperasi di wilayahnya karena citranya sudah rusak dan masuk dalam daftar hitam karena dianggap tidak bertanggung jawab. Sehingga dapat dikatakan apa yang telah dilakukan tim PR (Public Relation) BP sampai saat ini telah sangat sukses dan berhasil. Cerita lain mengenai kesuksesan humas juga dapat dilihat dari salah satu perusahaan negara Indonesia, Garuda Indonesia, pada tahun 2002 pesawat Garuda mengalami kecelakaan yang menyebabkan pesawat Boeing 737-300 harus jatuh dan menewaskan 1 orang pramugari, namun berkat kemampuan berkomunikasi Public Relation, publik justru tidak mengkritisi dan mencemooh Garuda seperti
4
yang biasa dilakukan, publik dan media justru memuji Garuda beserta pilotnya yang berhasil mendaratkan pesawatnya di sungai di klaten, berikut salah satu redaksi berita yang muncul di jpnn.com, “Dunia penerbangan hampir pasti masih ingat peristiwa pada 16 Januari 2002. Kapten pilot Abdul Rozaq mendaratkan pesawat Boeing 737-300 milik Garuda di Sungai Bulukan, Desa Serenan, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah. Seorang pramugari meninggal, sedangkan 54 penumpang dan lima kru lain selamat. Penyelamatan fenomenal oleh Rozaq itu merupakan sejarah manis penerbangan Indonesia” kecelakaan Garuda Indonesia justru menuai pujian publik dan disebut-sebut menjadi sejarah manis penerbangan Indonesia. Berkat tim Public Relation Garuda, BUMN Indonesia itu hingga saat ini dapat menjalankan roda bisnis dengan lancar karena imej dan reputasi perusahaan masih baik di mata publik. Sama halnya dengan PT. Pertamina (Persero), Perseroan juga harus senantiasa menjaga komunikasinya dengan masyarakat, pemerintah, dan stakeholder lainya demi terciptanya iklim bisnis yang kondusif dan profitable bagi Pertamina. Oleh karenanya, penulis melalui Tugas Akhir ini ingin menganalisis strategi Public Relation yang telah dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero).
5
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Strategi Public Relation yang telah dilakukan PT. Pertamina (Persero)? 2. Apakah Strategi Public Relation yang telah dilakukan PT. Pertamina (Persero) telah sesuai dengan teori-teori Public Relation?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk: 1. Mengetahui Strategi Public Relation yang telah dilakukan PT. Pertamina (Persero). 2. Mengetahui Apakah Strategi Public Relation yang telah dilakukan PT. Pertamina (Persero) telah sesuai dengan teori-teori Public Relation. 1.4 Batasan Masalah Tugas akhir ini melihat dan mengobservasi pada kinerja Humas PT. Pertamina (Persero) Kantor Pusat Jakarta, yang mengkoordinir strategi Humas seluruh Unit Kerja Pertamina di daerah yang difokuskan pengurusanya pada bagian Sekretaris Perseroan Kantor Pusat Pertamina. Peneliti membatasi analisisnya hanya pada kantor pusat Pertamina, tanpa melibatkan analisis strategi Humas yang dilakukan mandiri oleh unit-unit kerja daerah.
6
1.5 Manfaat Penulisan Manfaat penulisan ini antara lain: 1. Mendapatkan wawasan yang mendalam mengenai strategi Humas PT. Pertamina (Persero) 2. Memberikan masukan pada Humas PT. Pertamina (Persero) 1.6 Kerangka Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi latar belakang Tugas Akhir, identifikasi rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan kerangka penulisan BAB II Gambaran Umum Penulisan Berisi deskripsi topik pembahasan berupa kondisi umum topik penulisan seperti sejarah perusahaan, tata nilai perusahaan, tantangan, tema transformasi Pertamina, struktur organisasi yang bertanggungjawab pada kehumasan, visi-misi kehumasan, dan bagian yang bertanggung jawab pada reputasi perusahaan. Kemudian dijelaskan pada BAB ini, tinjauan pustaka dari buku literatur. BAB III Analisis dan Pembahasan Berisi pemaparan gambaran umum objek penelitian berupa materi dan bentuk-bentuk strategi Public Relation PT. Pertamina (Persero) Pusat dan poin-poin pembahasan terkait perbandingan terhadap teori kehumasan. BAB IV Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran berasal dari hasil dari analisis dan pembahasan pada BAB III.
7