BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada saat ini sedang menuju pada era globalisasi yang memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Dilain pihak dengan adanya perdagangan bebas pada era globalisasi ini menimbulkan persaingan yang ketat, dan perusahaan harus mampu mengantisipasi dan menghadapi segala situasi dan kondisi agar mampu bertahan dan dapat terus maju dalam rangka memenangkan persaingan usaha. Dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan untuk kemakmuran para pemegang saham dan para karyawannya, para manajer perusahaan harus mampu mengantisipasi segala perubahan situasi dan kondisi naik yang ada didalam perusahaan maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan. Perekonomian yang semakin kompleks dan tidak menentu dengan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat membuat bidang keuangan harus mendapat perhatian yang lebih. Dalam bidang keuangan suatu media penting dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Media tersebut adalah berupa laporan keuangan yang diterbitkan secara periodik biasa tahunan, semesteran, triwulanan, bulanan, mingguan, atau bahkan harian. Laporan keuangan tersebut sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun para pelaku pasar modal. (Academia.edu) Dalam meningkatkan efisiensi penggunaan modal kerja, perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan yaitu periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja dan pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Profitabilitas perusahaan selalu menjadi perhatian utama bagi para pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, investor atau calon kreditur. Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah menggambarkan kemempuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Husnan dan Pudjiastuti (2012) menyatakan bahwa keberhasilan perusahaan salah satunya dapat diukur dari profitabilitasnya sehingga dalam penelitian ini digunakan profitabilitas yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Seiring perkembangan ekonomi Kabupaten Banyuwangi, usaha kreatif masyarakat juga ikut terangkat. Salah satunya adalah usaha batik Gajah Oling. Batik khas Banyuwangi ini sudah menembus kelas atas. Harganya pun di atas Rp. 10 juta per lembar. Menurut Anas yang saat itu mengenakan batik Gajah Oling Banyuwangi adalah para direktur seperti direktur PT. Telkom serta direktur-direktur yang lain. Untuk mempromosikan batik ini, ada saat penyelenggaraan Banyuwangi Festifal, ia akan mengundang Miss Indonesia derta seorang model dari Italia untuk memeragakan batik ini. (Suksesonline, 2014) Batik Banyuwangi kini naik level masuk ke industri fashion di Indonesia. Sejumlah desainer nasional mengadopsi motif batik dari Banyuwangi untuk dipakai pada rancangan mereka. Pariwisata dan industri kreatif pun ikut menikmati hasilnya. Desainer seperti Priscilla Saputro dan Irma Lumiga mengadopsi motif kangkung setingkes dalam fashion show mereka di Banyuwangi Batik Festifal (BBF) pada waktu itu. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, BBF memang diadakan untuk mendorong perekonomian masyarakat Banyuwangi, sekaligus memperkenalkan budaya banyuwangi. (Made, 2014) Berdasarkan gambaran tersebut menarik untuk diteliti mengenai “PENINGKATAN PROFITABILITAS MELALUI EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA UD. BATIK SAYU WIWIT BANYUWANGI” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penggunaan modal kerja yang dilaksanakan pada UD. Batik Sayu wiwit? 2. Bagaimana kontribusi efisiensi penggunaan modal kerja terhadap profitabilitas UD. Batik Sayu wiwit? BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian mengenai modal kerja oleh beberapa peneliti seperti di bawah ini: 1. Faurani (2006), melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika” Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio profitabilitas (profit margin on
sales ratio), profitabilitas (profit margin ratio), modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain. 2. Kajian Teori 2.2.1. Profitabilitas 2.2.1.1. Pengertian Profitabilitas Setiap aktivitas perusahaan berorientasi pada laba atau bisa juga disebut sebagai profit. Musselman, dkk.(1992), profit atau kemampulabaan merupakan tujuan akhir dalam aktivitas produksi, terutama pada penetapan harga barang yang melampaui penurunan dalam penjualan, maka akan memberikan laba. Menurut Sadikin (2005:35) Profitabilitas dapat didefinisikan sebagai keuntungan, keuntungan dapat dicari dengan mengurangi harga jual dikurangi biaya dan hasilnya dikali jumlah unit yang terjual. Dari rumus tersebut dapat diketahui bahwa besarnya profitabilitas tergantung dari komponen harga jual, biaya produk per unit, dan jumlah per unit yang terjual. Menurut Helfert (1997:83), profitabilitas adalah efektifitas yang dinilai dengan menghubungkan laba bersih terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Disebutkan pula menurut Syamsuddin (2005:55), profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun hutang jangka panjang. Menurut Plewa,dkk (2003:5), profitabilitas adalah suatu bisnis yang diciptakan untuk menghasilkan laba bagi pemiliknya. Dan Pass,dkk. (1994:534) menyatakan bahwa profitabilitas adalah laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan besarnya perusahaan yang diukur menurut aktiva total yang digunakan, dan modal jangka panjang. 2.2.2. Modal Kerja Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. Sejumlah dana yang dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang dagangan tersebut akan dikeluarkan kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian uang atau dana tersebut akan berputar secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya perusahaan (Djarwanto:2001) Menurut Kasmir (2008) pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam tiga macam yaitu : a) Konsep kuantitatif Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor. Kelemahan konsep ini adalah pertama, tidak mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan dan kedua, konsep ini tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh hutang jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah modal kerja besar belum tentu menjamin margin of safety bagi perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin. b) Konsep Kualitatif Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi peruahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor. c) Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja terdiri dari kas, persediaan, piutang, dan surat-surat berharga yang mudah diluangkan. Modal kerja terdiri dari beberapa konsep yaitu selisih atau kelebihan aktiva lancar dengan kewajiban lancar dan konsep kerja bruto yaitu keseluruhan investasi dalam bentuk aktiva lancar. 2.2.3 Efisiensi 2.2.3.1. Pengertian Efisiensi Pandangan tentang efisiensi sangat bervariasi tergantung dari sudut mana kita memandang. Seorang aliran klasik akan menyatakan bahwa efisiensi adalah tidak adanya barang yang terbuang secara percuma atau penggunaan sumber daya ekonomi seefektif mungkin untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Secara lebih spesifik, sistem perekonomian bisa dikatakan efisien apabila tidak satupun barang tambahan yang bisa diproduksi barang yang lain.(Samuelson, 1993 dalam hendar,dkk,2005:60). Kemudian dalam penjelasan teori produksi ekonomi mikro klasik juga diperkenalkan efisiensi tehnik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi tehnik adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi sebenarnya, dengan produksi maksimum. Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukkan adalah perbandingan antara keuntungan yang sebenarbenarnya dengan keuntungan maksimum (Soekartawi,1994 dalam Hendar,dkk 2005:60). Berbagai jenis konsep efisien yang dikemukakan teori ekonomi mikro klasik pada prinsipnya sama, yakni suatu perusahaan kapitalis akan bekerja secara efisien jika menghasilkan keuntungan maksimal atas barang atau jasa yang dijual produsen (hendar,dkk.,2005:60) Menurut Stoner, dkk (1995:9) Efisiensi merupakan kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi”melakukan dengan tepat”. Menurut Soekarno (1986:42) Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output), antara daya dan hasil, atau antara”pengeluaran” dan “pendapatan”. Menurut hendar, dkk.,(2005:61-62) secara umum efisiensi merupakan konsep matematik, atau merupakan perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Atau dalam rumus: Efisiensi = Dengan rumusan tersebut dapat diketahui bahwa efisiensi merupakan perbandingan antara hasil dalam ukuran fisik atau rupiah dan faktor biaya yang dipakai untuk memperoleh hasil tersebut. Angka yang diperoleh merupakan pengukuran perbandingan sehingga merupakan pengukuran relatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi, adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, (Indriantoro,dkk,2001:26,88). 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha dagang (UD) batik Sayu Wiwit yang terletak di jalan Sayu Wiwit Temenggungan Banyuwangi. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ketertarikan penulis akan keindahan corak pada batik tersebut 3.3. Subyek Penelitian Subyek penelitian disusun dan disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada variabel yang akan diteliti. Dalam hal ini modal kerja, dan profitabilitas sebagai intrumen penelitian. Dan oleh karena itu, neraca dan laporan laba-rugi adalah variabel yang akan diteliti. 3.4. Data dan Jenis Data
Jenis data dikelompokkan menjadi dua (Indriyanto & Sugiyono, 2002) yaitu: a. Data primer Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dukumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertaanyaan penelitian. Dalam penelitian ini yang termasuk data primer antara lain: berupa keterangan dari manajer mengenai kondisi keungan perusahaan dan kegiatan usaha perusahaan, serta bagaimana penggunaan modal kerja di UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi. b. Data sekunder Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini yang termasuk data sekunder adalah berupa laporan keuangan perusahaan khususnya pada laporan laba rugi dan neraca UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Periode 2014. 3.5. Tehnik Pengumpulan Data 1. Metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencari data, mengumpulkan, mempelajari, mengklasifikasikan, dan menggunakan data yang ada mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya yang berkaitan dengan perusahaan (Arikunto,2002:206). 2. Metode Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (inerviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.(Lexy, 2011:186) 3. Metode Observasi, yaitu pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.2.3. Analisis Efisiensi Modal Kerja Menurut Husnan (1996) dalam Hendar, dkk,. (2005:65-67) salah satu faktor yang perlu diperhitungkan dalam pengukuran efisiensi perusahaan adalah efisiensi modal kerja, sebab modal kerja adalah modal yang selalu berputar dalam perusahaan dan setiap perputaran akan menghasilkan aliran pendapatan (current income) yang berguna bagi perusahaan. Efisiensi modal kerja diukur dengan tingkat perputaran modal kerja dari sudut beberapa kali dalam satu kali periode modal kerja terus berputar. Sedangkan rentabilitas modasl kerja mengukur efisiensi modal kerja dalam menghasilkan laba. Pengukuran efisensi modal kerja pada UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi dengan cara sebagai berikut: 1) Tingkat Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan dalam keadaan usaha. Periode perputaran dimulai dari saat di mana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas. Setiap perputaran modal kerja pada akhirnya akan menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud didirikan perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja akan semakin efisien dalam penggunaan modal kerja tersebut. Tingkat perputaran modal kerja (TPMK) dicari dengan rumus: TPMK =
Tahun 2013 2014
Tabel 4.18 Modal kerja Netto UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013, 2014 Aktiva lancar Utang lancar Modal kerja (1) (2) 1-2 553.262.205 57.430.890 495.831.315 420.600.124 41.654.765 378.945.359
Sumber data : UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi
Tabel 4.19 Tingkat Perputaran Modal Kerja UD. Batik Sayu Wiwit Tahun 2013, 2014 Tahun Penjualan Modal kerja TPMK bersih (1) (2) 1/2 455.725.000 495.831.315 0,91 kali 2013 615.527.500 378.945.359 1,62 kali 2014 Sumber Data: Data diolah Dari tabel diatas menunjukkan tingkat perputaran modal kerja di UD. Batik Sayu Wiwit mengalami peningkatan dari tahun 2013 adalah 0,91 kali. Sedangkan pada tahun 2014 adalah 1,62 kali hal ini disebabkan oleh menurunnya hutang lancar pada setiap tahunnya. Artinya penggunaan modal kerja pada UD. Batik Sayu Wiwit sudah bisa dikatakan efisien. 2) Return on Working Return on Working Capital (RWC) atau rasio laba usaha dengan modal kerja mengukur efisiensi modal kerja dengan melihat besarnya kemampuan modal kerja dalam menghasilkan laba usaha. Semakin besar rasio itu berarti semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan modal kerjanya. return on Working Capital (RWC) dicari dengan rumus: RWC = Tabel 4.20 Return on Working Capital UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013, 2014 Tahun Opearting Modal Kerja RWC (%) Income (1) (2) (1/2)x100 187.806.400 495.831.315 37,8 % 2013 231.552.500 378.945.359 61,1 % 2014 Sumber data: Data diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rasio laba usaha dengan modal kerja UD batik sayuwiwit pada tahun 2013 sebesar 37,8 % yang artinya kemampuan dalam menghasilkan laba dari modal kerja sejumlah 37,8%. Sedangkan pada tahun 2014 rasio laba usaha meningkat sejumlah 23,3 % dari tahun sebelumnya menjadi 61,1%/ yang berarti bahwa kemampuan dalam menghasilkan laba dari modal kerja sebesar 61,1%. Kenaikan Return on Working Capital disebabkan oleh perrbandingan anatar laba operasi dengan modal kerja tidak terlalu jauh. Hal tersebut berarti penggunaan modal kerja pada UD. Batik Sayu wiwit sudah efisien. Maka semakin tinggi rasio tersebut berarti semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan modal kerjanya dalam menghasilkan laba (profit). 4.2.4. Analisis Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen, yang mengukur seberapa tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh koperasi. Rasio profitabilitas dapat diukur sebagai berikut: 1) Operating Profit Margin (OPM). Operating profit margin ini dapat dirumuskan sebagai berikut: OPM =
Tahun
Tabel 4.21 Operating Profit Margin UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013-2014 Laba Operasi Penjualan OPM (%)
2013 2014
(1) 187.806.400 231.552.500
(2) 455.725.000 615.527.500
1/2 41,2 % 37,6%
Sumber: Data diolah
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba operasi yang akan digunakan untuk menutupi biaya bunga pinjaman dan pajak. Lebih lanjut rasio ini dapat digunakan untuk menilai efisiensi biaya perusahaan terutama yang berkaitan dengan biaya-biaya tetap dan biaya usaha. Berdasarkan perhitungan tabel di atas diketahui rasio operating profit margin UD. Batik Sayuwiwit Banyuwangi selama tahun 2013 dan 2014 adalah 41,2 dan 37,6 yang menunjukkan kecenderungan yang sama dengan perhitungan gross profit margin, yang berarti kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba operasi yang digunakan menutupi biaya bunga dan pajak cenderung pada tahun 2014 menurun. Penurunan tersebut bisa disebabkan beberapa hal, yaitu karena penjualan kurang efisien dalam aktivitas produksi atau karena perusahaan harus menanggung biaya-biaya tetap meskipun kapasitas produksi mengalami penurunan. 2) Gross Profit Margin (GPM) Groos profit Margin (GPM) mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi dalam perusahaan. Gross profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut : GPM=
Tahun 2013 2014
Tabel 4.22 Gross Profit Margin UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013 dan 2014 Gross profit Penjulan GPM (%) (1) (2) ½ x 100 230.543.400 455.725.000 50,58% 277.701.500 615.527.500 45,11 %
Sumber data: Data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada UD. Batik Sayuwiwit Banyuwangi. Terlihat pada tabel 4.12 bahwa nilai margin laba kotor selama dua tahun marginnya mengalami penurunan. Ini bisa dilihat pada tahun 2013 sebesar 50,58 % dari volume penjulan dengan artian setiap Rp. 100 penjulan menghasilkan laba bruto sebesar Rp. 50,58, pada tahun 2014 sebesar 45,11 % dari volume penjulan dengan artian setiap Rp. 100 penjualan menghasilkan laba bruto sebesar Rp. 45,11 % Pada tahun 2014 menunjukkan penurunan kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba yang akan digunakan untuk menutupi biaya-biaya tetap dan biaya operasiperusahaan. Karena laba kotor yang digunakan untuk menutupi biaya-biaya tetap cenderung menurun maka membuktikan perusahaan kurang efisien dalam melakukan aktivitas produksi baik dalam hal pemakaian bahan baku, tenaga kerja langsung maupun untuk overhead pabrik. 3) Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Net Profit Margin semakin besar semakin baik. Net Profit Margin (NPM) ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NPM=
Tahun
2013
Tabel 4.23 Net Profit Margin (NPM) UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013-2014 Laba Bersih Penjualan NPM (%) Setelah Pajak (1) (2) ½ 185.928.336 455.725.000 40.7 %
2014
229.236.975
615.527.500
37,24 %
Sumber data: Data diolah
Rasio ini menggambarkan berapa besar prosentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Berdasarkan perhitungan tabel di atas, diketahui rasio net profit margin perusahaan UD. Batik Sayuwiwit banyuwangi pada tahun 2013 sebesar 40,7 dan mengalami penurunan sebesar 3,46 % yakni pada tahun 2014 sebesar 37,24. Dengan artian setiap 1 rupiah penjualan akan mengahsilkan 40,7 sen laba pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 setiap 1 rupiah penjualan akan menghasilkan 37,24 sen laba. Penurunan rasio ini disebabkan tingginya harga pokok penjualan, dan beban usaha dan terjadinya kerugian di pos lain. Dimana naiknya penjualan tidak sebanding dengan naiknya harga pokok penjualan, sehingga peningkatan laba bersih yang dihasilkan juga turun. Hal tersebut mengindikasikan laba bersih tidak efektif atau tidak efisien. 4) Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA), yaitu merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Return on asset ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA =
Tahun
2013 2014
Tabel 4.24 Return on Asset (ROA) UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013, 2014 Laba bersih Total aktiva ROA (%) setelah pajak (1) (2) (1/2)x100 185.928.336 790.648.455 23,51% 229.236.975 673.913.624 34,03%
Sumber Data: Data diolah
Dari tabel diatas dapat pula dilihat bahwa rasio antara laba bersih yang diperoleh UD. Batik sayuwiwit Banyuwangi dengan modal aktiva pada tahun 2013 sebesar 23,51% dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 10,52 %, pada tahun 2014 ROA sebesar 34,03%. .Dengan kenaikan ROA disebabkan penggunaan modal kerja yang efisien , hal ini menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dimiliki oleh UD. Batik Sayu wiwit yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. 5) Tingkat perputaran modal usaha (TPMU) Tingkat perputaran modal usaha digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode tertentu,. Semakin tinggi tingkat perputaran modal usahanya di dalam menghasilkan penjualan. Tingkat perputaran piutang usaha dicari dengan rumus: TPMU=
Tahun
2013 2014
Tabel 4.25 Tingkat Perputaran Modal Usaha UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013 2014 Penjualan Total aktiva TPMU bersih (1) (2) ½ x 1 kali 455.725.000 790.648.455 0,57 kali 615.527.500 673.913.624 0,91 kali
Sumber data : data diolah
Hasil analisis rasio total asset turnover pada tabel diatas menunjukkan terjadinya kenaikan dalam perputaran modal usaha yaitu pada tahun 2013 sebesar 0,57 kali, sedangkan tahun 2014 sebesar 0,91 kali. Berdasarkan tabel diatas, total asset turover dari tahun 2013 hingga 2014 mengalami kenaikan dengan peningkatan yang cukup signifikan bahkan tingkat perputaran modal usahanya diatas tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,57 kali. Ini berarti perputaran aktiva dari setiap volume penjulan mengalami kenaikan. Sehingga, total aktiva yang dimiliki perusahaan cenderung berpengaruh besar dalam menghasilkan laba pada UD. Batik Sayu wiwit Banyuwangi dan bisa dikatakan efisien. Terjadinya peningkatan total asset turnover karena peningkatan penjualan bersihnya relatif besar dibanding dengan peningkatan total aktiva. 6) Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE), yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak. Semakin tinggi ROE berarti semakin efisien dalam penggunaan modal sendirinya, sebab dengan modal sendiri tertentu akan menghasilkan laba bersih setelah pajak yang lebih banyak. Return on Equity (ROE), ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE =
Tahun
2013 2014
Tabel 4.26 Return on Equity (ROE) UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Tahun 2013,2014 Laba bersih Modal sendiri ROE (%) setelah pajak (1) (2) (1/2)x100 185.928.336 506.069.229 36,7% 229.236.975 297.261.884 77,11%
Sumber data: Data diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui tingkat rentabilitas modal sendiri pada tahun 2013 sebesar 36,7 % ini menunjukkan tingkat pengembalian yang diperoleh UD. Batik atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 36,7%. Tingkat rentabilitas tahun 2014 adalah 77,11 % ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang diperoleh UD. Batik atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 77,11%. Berdasarkan data diatas, rentabilitas modal sendiri dari tahun 2013 hingga 2014 menunjukkan kenaikan tingkat rentabilitas modal sendiri pada UD batik sayu wiwit banyuwangi. Kenaikan rasio ini disebabkan kenaikan laba bersih pada tahun 2014. Dengan meningkatnya laba bersih maka rentabilitas modal sendiri UD. Batik sayu wiwit akan meningkat pula. Hal ini menunjukkan bahwa manajemem UD. Batik sayu wiwit banyuwangi dikatakan baik dalam mengelola modal sendiri sehingga menyebabkan kenaikan rentabilitas modal sendiri pada tahun 2014. 4.2.5. Kontribusi Efisensi Penggunaan Modal Kerja terhadap Profitabilitas Dalam menjalankan kegiatan usaha, UD. Bati Sayuwiwit Banyuwangi dituntut untuk memanajemen modsl kerja dengan baik. Manajemen modal kerja ini merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan manajemen yang diperlukan perusahaan. Salah satu manajemen yang baik adalah manajer mampu memanajemen penggunaan modal kerja dengan efisien dengan artian modal kerja harus digunakan sesuai kebutuhan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan nyata yang menyababkan pemborosan apabila modal tertalu besar dan akan mengganggu jalannya kegiatan apabila modal tersebut terlalu kecil. Karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, UD. Batik Sayuwiwit haruslah dalam keadaan menguntungkan/ profitable karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan UD. Batik Sayuwiwit Banyuwangi. Dilihat dari hasil analisis modal kerja, analisis efisiensi modal kerja dan analisis rasio profitabilitas bisa dilihat tabel perbandingan sebagai beriku
Tabel 4.27 Perbandingan rasio efisiensi modal kerja UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi TPMK RWC
Tahun 2013
0,91 kali
37,8 %
2014
1,62 kali
61,1 %
Keterangan
Mengalami peningkatan / sudah efisien.
Mengalami peningkatan/ sudah efisien
Sumber data: data diolah
Dalam tabel perbandingan di atas dapat diketahui bahwa dari penilaian rasio efisiensi modal kerja Tingkat Perputaran Modal Kerja (TPMK) dari tahun 2013 hingga 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,71 kali dari tahun sebelumnya, begitu juga return working capital yang menunjukkan peningkatan nilai rasionya yang berarti penggunaan modal kerja UD. Batik sayuwiwit sudah efisien. Dengan sudah efisiennya penggunaan modal kerja tersebut berimbas pada peningkatan profitabilitas (keuntungan) atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Karena faktor efisiensi penggunaan modal kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan (profitabilitas) UD. Batik sayuwiwit Banyuwangi. Sebaliknya adanya investasi dalam persediaan barang yang tidak terlalu kecil juga berpengaruh langsung memperkecil penjulan atau laba, karena tidak dapat beroperasi secara optimal. Maka peningkatan penjulan akan membutuhkan tambahan persediaan dan mungkin juga tambahan kas, sehingga adanya peningkatan penjualan mempengaruhi meningkatnya laba kotor, laba operasi dan laba bersih.
Tahun 2013 2014 KET
OPM 41,2 % 37,6% Tidak efisien
Tabel 4.28 Perbandingan rasio profitabilitas UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi GPM NPM ROA 50,58% 40.7 % 23,51% 45,11 % 37,24 % 34,03% Tidak Tidak Sudah efisien efisien efisien
TPMU 0,57 0,91 Sudah efisien
ROE 36,7% 77,11% Sudah efisien
Sumber data: data diolah
Untuk mengetahui efisiensi modal kerja dalam meningkatkan profitabilitas UD. Batik Sayuwiwit Banyuwangi dapat dilihat dari tabel hasil perbandingan rasio profitabilitas pada tahun 2013 dan 2014 sebagai berikut: a. Pada tahun 2013 memperoleh nilai Operating Profit Margin sebesar 41,2% ini berarti keuntungan yang diperoleh dari laba operasi sebesar 41,2 %. Dan pada tahun 2014 mengalami penurunan 3,6 % dari 41,2% hingga 37,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase laba yang dihasilkan oleh laba operasi sebesar 37,6%. Penurunan ini disebabkan oleh kontribusi penjulan terhadap laba yang dihasilkan semakin kecil atau disebabkan oleh penurunan laba operasi akibat peningkatan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasi pada UD. Batik sayuwiwit. b. Pada tahun 2013 UD. Batik sayuwiwit Banyuwangi memiliki nilai gross profit margin sebesar 50,58% berarti jumlah laba kotor adalah 50,58% dari volume penjualan. Sedangkan pada tahun 2014 GPM sebesar 45,11% berarti jumlah laba kotor yang dihasilkan sebesar 45,11% dari volume penjualan. Pada tahun 2014 jumlah gross profit margin mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relative tinggi meskipun jumlah penjualan meningkat. Dalam hal ini menyebabkan turunnya laba yang dihasilkan oleh penjulan bersih. c. Pada tahun 2013 net profit margin menunjukkan hasil 40,7 %. Hal ini mengartikan bahwa laba bersih sesudah yang didapat dari hasil penjualan sebesar 40,7%. Sedangkan pada tahun 2014 hasil net profit margin yang dihasilkan sebesar 37,24% yang lebih kecil dibandingkan dari tahun 2013. Penurunan laba pada tahun 2014 disebabkan tingginya harga pokok penjualan, dan beban usaha
terjadinya kerugian pada pos lain. Dimana naiknya penjualan tidak sebanding dengan biaya yang di keluarkan untuk operasi perusahaan. d. Pada tahun 2013 pengembalian atas aset perusahaan pada UD. Batik sayuwiwit sebesar 23,51% yang artinya pengembalian tatas aset pada tahun 2013 sebesar 23,51% . Pada tahun 2014 pengembalian aset perusahaan meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar 34.03% artinya pendapatan laba yang diperoleh dari aset perusahaan sebesar 34,03%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengahsilkan laba yang efisien dari aset yang dimiliki oleh UD. Batik sayuwiwit Banyuwangi. e. Pada tahun 2013 total perputaran modal usaha yang dimiliki oleh UD. Batik sayuwiwit Banyuwangi sebesar 0,57 yang artinya laba yang dhasilkan oleh total aktiva sebesar 0,57. Pada tahun 2014 total perputaran modal usaha mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 0,34 dari 0,57 menjadi 0,91. Hal ini menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan dari total aktiva sebesar 0,91%. Peningkatan ini disebabkan oleh tingkat penjualan yang relatif lebih tinggi dari pada total aset yang dimiliki oleh UD. Batik Sayuwiwit Banyuwangi. Pada tahun 2013 UD. Batik Sayuwiwit mempunyai nilai ROE atau pengembalian atas modal yang dimiliki oleh pemilik perusahaan sebesar 36,7 %, sedangkan pada tahun 2014 meningkat sejumlah 40,41 dari tahun sebelumnya yakni sebesar 77,11%. Hal ini mengartikan bahwa pengembalian (laba) yang dihasilkan dari modal sendiri sebesar 77,11%,. Dengan meningkatnya laba besih maka rentabilitas modal sendiri pada UD. Batik sayu wiwit Banyuwangi akan meningkat pula. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik UD. Batik sayuwiwit Banyuwangi mampu mengelola modal sendiri sehingga menyebabkan kenaikan re
BAB V KESIMPULAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas maka pada bagian penutup ini akan diuraikan mengenai hasil kesimpulan, sehingga kedepannya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menetapkan kebijaksanaan modal kerjanya. UD. Batik Sayuwiwit Banyuwangi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi kain batik, sehingga penggunaan modal kerja yang dilaksanakan pada UD. Batik sayuwiwit Banyuwangi yaitu berdasarkan kebutuhan untuk membelanjai operasional sehari-hari, pembelian aktiva tetap, dan membayar hutang jangka panjang. Tingkat efisiensi penggunaan modal kerja pada UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi dinilai dari Tingkat Perputaran Modal Kerja (TPMK) dan Return on Working Capital (RWC) dari tahun 2013 hingga 2014 sudah efisien. Dengan penggunaan modal kerja yang sudah efisien maka hal tersebut berimbas kepada peningkatan profitabilitas dilihat dari pengukuran rasio NPM, GPM, OPM, ROA, TPMU, dan ROE dari tahun 2013 sampai 2014 menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas pada UD. Batik Sayu Wiwit Banyuwangi. 5.2. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dalam bab ini akan diberikan saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi UD. Batik Sayuwiwit Banyuwangi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. 1. UD. Batik sayu wiwit sebaiknya mengalokasikan kelebihan dana yang tidak dipakai / tidak dimanfaatkan untuk investasi jangka pendek dalam bentuk pembelian surat-surat berharga, dan juga menambah aktiva tetap untuk ekspansi usaha. Selain itu pihak owner harus mempunyai bagian pembukuan dan membuat laporan keuangan agar kinerja keuangan pada UD Batik Sayu Wiwit dapat terkontrol secara terperinci. 2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan jauh lebih baik lagi dan harus lebih jeli untuk menggali informasi dari pihak owner karena data yang saya peroleh kurang begitu lengkap.