BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sekitar 10 tahun terakhir semakin banyak warga negara Indonesia bekerja di luar negeri. Aktivitas warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, dapat dikategorikan sebagai perpindahan penduduk berupa pengiriman TKI dari suatu Negara ke Negara lain yang diatur melalui Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, terutama dalam Bab VI tentang Penempatan Tenaga Kerja yang di dalam pasal 31 dinyatakan bahwa “Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri”. Substansi yang ada di dalam pasal 31 tersebut, ditindaklanjuti dengan adanya pasal 33 dari undang-undang yang sama, menyatakan bahwa “Penempatan tenaga kerja terdiri dari penempatan tenaga kerja di dalam negeri, dan penempatan tenaga kerja di luar negeri”.1) Dalam hal pemanfaatan dan pengaturan pasar kerja luar negeri termasuk tugas dan tanggungjawab pemulangan TKI diserahkan kepada BNP2TKI sesuai dengan pasal 73 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Dalam pasal 73 ayat (3) tersebut berbunyi “dalam hal terjadi perang, bencana alam, wabah penyakit, dan deportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dan huruf g, Perwakilan Republik Indonesia, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI,
1)
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bekerjasama dalam mengurus kepulangan TKI sampai daerah asal TKI”.2) Salah satu perusahaan jasa penyediaan transportasi angkutan roda empat yang diberikan kepercayaan dan kewenangan dalam memberikan pelayanan perlindungan dan pemulangan bagi para TKI (purna penempatan) mulai dari terminal IV Selepajang Bandara Soekarno-Hatta sampai ke kampung halaman (tempat asal TKI) adalah Kopenda (Koperasi Pensiunan Pegawai Damri). Dipilihnya terminal IV Selepajang Bandara Soekarno-Hatta oleh beberapa perusahaan jasa penyediaan transportasi angkutan TKI sampai ke tempat asal TKI, di antaranya adalah Kopenda. Latarbelakang dipilihnya terminal IV tersebut karena sering adanya berbagai praktik pelanggaran hukum, antara lain pemerasan dan perlakuan diskriminatif, barang tertukar/sengaja dihilangkan untuk dalih berbagai pungutan, dan pelayanan yang tidak professional. 3) Kopenda
dikelola oleh mantan pejabat Damri yang bernama IWAN
SURYADI SE, untuk selanjutnya pengelolaannya diserahkan kepada istrinya bernama Hj. HERLINA sebagai Direktur Utama Kopenda. Kopenda ini merupakan suatu unit usaha koperasi kecil yang bergerak dibidang Integrated Tourism (BPW, UMROH dan Transport) dan beranggotakan 5 orang (termasuk office boy). Kopenda beralamatkan di Jalan Matraman Raya No.25 Jakarta Timur. KOPENDA menempati posisi urutan kesepuluh dari beberapa perusahaan jasa penyediaan transportasi angkutan TKI mulai dari terminal IV Selepajang Bandara Soekarno-Hatta sampai ke tempat asal TKI. Beberapa perusahaan dimaksud tersebut di antaranya adalah ABDILLAH, ONDISAN INTAN SARI,
2)
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, pasal 73 ayat (3). 3) “Permasalahan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri”, dalam http:///www.bnp2tki.go.id, dikutip pada hari Sabtu, 21 Juni 2008.
ILUNG PRATAMA, DAMRI, GARUDA BIRU, INDO HASSTRA, YALA KARYA, KOTKI, SARANA ANDALAN MANDIRI, RESTU TRISI TAMA, PKPRI, VICTORY, MANUNGGAL, AL-HANIAH, KOPERASI BERLIAN UTAMA, dan TANJUNG PASIR. Namun karena keterbatasan armada angkutan yang dimiliki KOPENDA yaitu hanya 79 Unit yang dioperasikan setiap harinya di terminal IV atau terminal kepulangan TKI yang diperkirakan kepulangan TKI selama 8 (delapan) bulan mulai bulan Januari sampai Agustus 2008 sebanyak 301.757 TKI, maka KOPENDA memerlukan adanya penambahan armada angkutan sebanyak 11 Unit yang akan ditempatkan di Terminal IV Bandara Soekarno-Hatta untuk mengangkut kepulangan para TKI dari Terminal IV menuju ke kampung halaman masing-masing TKI tersebut. Alasan penambahan beberapa armada angkutan berupa Microbus type ISUZU ELF NHR 55 yaitu sebanyak 11 Unit dengan total harga
senilai
Rp.2.497.000.000,-
(harga
per
unit
Microbus
adalah
Rp.227.000.000,-),4) terutama sekali dilatarbelakangi adanya ketidakseimbangan antara jumlah kepulangan TKI setiap harinya dengan armada angkutan yang beroperasi setiap harinya.5) Untuk memenuhi kebutuhan dimaksud di atas (kebutuhan armada angkutan sebanyak 11 Unit) oleh pihak Kopenda, maka Kopenda sebagai koperasi yang disupport Damri dan PO Panca Tunggal selaku pemenang tender karoseri bekerjasama dengan showroom Isuzu Sales operation dalam hal pengadaan unit. Perjanjian kerjasama antara DEBITOR (Herlina) dengan KREDITOR (Anditya Nanda Gumilang) adalah murni perjanjian pembiayaan yang dinyatakan valid setelah debitor menyelesaikan semua urusan pemesanan kendaraan (termasuk DP) 4) 5)
Customer Profile Debitor, 12 Desember 2008. Rekapitulasi Data Kepulangan TKI, Tahun 2008
dengan pihak showroom dan Karoseri. Selanjutnya pihak ACC (Astra Credit Company) tinggal melunasi kekurangan pembayaran dari Debitor ke Showroon dan Karoseri. Namun dalam pelaksanaannya atau selama proses perjanjian berlangsung, perjanjian antar kedua pihak tersebut timbul wanprestasi. Wanprestasi ini dilatarbelakangi adanya keterlambatan dari produsen industri Karoseri Microbus yang dipesan oleh pihak DEBITOR melalui pihak KREDITOR. Keterlambatan ini terutama dalam hal penyelesaian (finishing) dari karoseri Microbus tersebut yang tidak sesuai dengan perjanjian semula penyelesaian karoseri microbus yang dipesan DEBITOR sehingga pihak DEBITOR tidak mau memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran kredit pembiayaan kepada KREDITOR selaku pihak lembaga pembiayaan atau leasing. Untuk mengatasi permasalahan ini maka diperlukan sekali peran Analisator Kelayakan Kredit dari pihak KREDITOR dengan mempelajari dan menganalisis kembali laporan keuangan milik pihak DEBITOR selama 3 (tiga) tahun terakhir, sesuai dengan prosedur permohonan kredit berbadan Hukum, yang pada akhirnya menimbulkan penangguhan hutang atau penyelesaian kredit bermasalah antara pihak DEBITOR dengan KREDITOR. Dari persoalan ataupun permasalahan yang diuraikan secara panjang lebar tersebut di atas, memotivasi penulis untuk lebih mengetahui, memahami dan mengikuti perkembangan tindaklanjut dari penyebab terjadinya kredit bermasalah pada kredit kendaraan roda empat yang dipesan pihak DEBITOR, sehingga dalam penulisan skripsi ini sengaja mengambil judul skripsi ”Analisa Kelayakan Kredit Customer Segment Retail Komersial
(Sebuah Studi Kasus pada Kredit
Kendaraan Roda Empat Di Astra Credit Company)”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat penulis identifikasikan menjadi beberapa rumusan masalah atau persoalan. Persoalan-persoalan dimaksud terdiri dari: 1. Apakah faktor-faktor yang menjadi syarat kelayakan kredit dalam pelaksanaan pemberian kredit di ACC & apa faktor penyebab bad debt pada kredit kendaraan roda empat yang dipesan oleh pihak DEBITOR (Kopenda) ? 2. Bagaimana mekanisme tahapan analisa kelayakan kredit customer bermasalah oleh pihak KREDITOR (ACC) ? 3. Apakah mekanisme tahapan tersebut dapat menjamin suksesnya kelancaran kerjasama antara pihak DEBITOR dengan pihak KREDITOR ?
1.3
Batasan Masalah Untuk memfokuskan dalam pembahasan skripsi ini, penulis lebih memprioritaskan pembahasan mengenai kelayakan kredit customer segment retail komersial, terutama kredit kendaraan roda empat yang dipesan pihak Debitor (Kopenda) melalui pihak Kreditor (ACC) sehingga timbulnya kredit bermasalah.
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan dan memfasilitasi persoalan-persoalan di bawah ini: 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kredit bermasalah pada kendaraan roda empat yang dipesan oleh pihak DEBITOR (Kopenda). 2. Mekanisme tahapan analisa kelayakan kredit kustomer bermasalah oleh pihak KREDITOR (ACC).
3. Terjaminnya kesuksesan atau kelancaran kerjasama antara pihak DEBITOR dengan pihak KREDITOR.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi atas 2 (dua) manfaat, yaitu: 1. Manfaat Teoritis, Manfaat teoritis, pertama, diharapkan hasil penelitian ini dapat disumbangkan ke perpustakaan kampus Mercu Buana guna menambah literatur ataupun referensi berkenaan dengan studi kasus analisa kelayakan kredit, khususnya kredit yang bermasalah. Kedua, untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan penulis berdasarkan hasil penelitian serta memberikan sumbangan konseptual dan pemikiran bagi para peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti tentang kelayakan kredit customer segment retail komersial pada kredit kendaraan bermotor roda empat, sehingga hal tersebut dapat berpengaruh pada keberhasilan analisa kelayakan kredit.
2. Manfaat Praktis, Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman ataupun masukan bagi praktisi ekonomi khususnya yang memiliki konsentrasi di bidang analisis kelayakan kredit sehingga tidak menimbulkan atau menyebabkan adanya kredit bermasalah yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan bersangkutan.
1.6
Sistematika Penulisan Dalam rangka memudahkan penulis dan pembaca pada umumnya, penulis berusaha memberikan kemudahan dengan membuat sistematika penulisan yang mengacu pada ”Pedoman Penyusunan Skripsi Program Studi Manajemen-Strata I
(Untuk Kalangan Internal) Universitas Mercu Buana, yang diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. Sistematika penulisan yang disajikan penulis adalah sebagai berikut: Bab
I
Pendahuluan. Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori. Menjelaskan pokok landasan teori yang relevan dengan penelitian, meliputi peran lembaga keuangan non bank; leasing (sewa guna usaha) termasuk pengertian leasing, mekanisme dan penggolongan perusahaan leasing, manfaat leasing; laporan keuangan termasuk pengertian laporan keuangan, tujuan penyusunan laporan keuangan, dan analisa perbandingan laporan keuangan; pengertian kredit dan macam-macam kredit; prosedur permohonan kredit; tehnik penilaian permohonan kredit; serta kelayakan usaha dan faktor penyebab kredit bermasalah.
Bab III
Metodologi Penelitian. Menjelaskan pendekatan dan metode penelitian, sumber data/ informasi, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab
IV Analisis dan Pembahasan. Membahas persoalan-persoalan mengenai hasil penelitian dan penggunaannya sebagai titik tolak untuk membahas masalah yang dihadapi khususnya permasalahan mengenai pertama, faktor-faktor yang menjadi penyebab kredit bermasalah pada kredit kendaraan roda empat yang dipesan oleh pihak Debitor. Kedua, mekanisme tahapan
analisa kelayakan kredit customer bermasalah oleh pihak Kreditor. Ketiga, mekanisme tahapan tersebut dapat menjamin suksesnya kelancaran kerjasama antara pihak Debitor dengan pihak Kreditor. Bab
V
Simpulan dan Saran. Menyajikan jawaban terhadap masalah yang dinyatakan dalam bab pendahuluan serta saran-saran yang dimiliki terhadap aplikasi hasil penelitian maupun untuk penelitian selanjutnya.