BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini sangat mudah bagi seseorang untuk pindah dari satu negara ke negara lain yang sudah tentu memiliki latar budaya yang berbeda. Salah satu faktor yang menjadi alasan perpindahan tersebut adalah dengan adanya kerjasama internasional dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki hubungan kerjasama dengan banyak negara termasuk dengan Indonesia. Hal ini membuat banyak warga negara Jepang yang datang ke Indonesia dengan berbagai macam tujuan. Melihat dari kacamata sejarah, sebelum pemulihan Meiji pada tahun 1868, Jepang relatif mengalami masa damai dan isolasi dari bagian dunia lainnya. Jepang memiliki kepribadian yang mantap dan padu yang terbentuk berkat politik isolasi selama kurang lebih 250 tahun di bawah Keshogunan Tokugawa (Nakamura, 1985:29). Selama masa perasingan diri tersebut, bangsa Jepang relatif tertutup dari berbagai pengaruh luar, sehingga kontak antarbudaya yang terjadi menjadi terbatas (Khadiz via Mulyana, 2009:204). Hal ini merupakan suatu yang kontras dengan kebijakan restorasi Meiji yang mempermudah masyarakat Jepang untuk melakukan perjalanan ke luar negeri.
1
2
Selain berlibur, salah satu alasan warga negara Jepang datang ke Indonesia adalah untuk bekerja di Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh badan statistik Indonesia, tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia menunjukkan jumlah migran yang masuk ke Indonesia dari berbagai negara. Sejak tahun 2001 tenaga asing umumnya berjumlah 20 ribu hingga 25 ribu orang. Tenaga kerja asal Jepang menduduki peringkat teratas terbanyak diikuti dengan pekerja asal Amerika dan Australia (www.datastatistik-indonesia.com). Salah satu daerah di Indonesia yang banyak mempekerjakan tenaga kerja asing adalah Bali. Dengan pesatnya perkembangan pariwisata membuat Bali menjadi daerah yang memiliki potensi besar dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, salah satunya tenaga kerja asal Jepang. Bali tidak hanya menjadi daerah tujuan pariwisata bagi masyarakat Jepang. Banyak warga negara Jepang yang bekerja di Bali. Berdasarkan data dari pemerintah provinsi Bali terlihat bahwa sejumlah besar tenaga kerja asal Jepang terkonsentrasi di Bali (www.balipost.co.id). Ketika seseorang memutuskan untuk bekerja di luar negeri, tentunya terdapat tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan yang paling sering akan dirasakan oleh tenaga kerja asing adalah adanya perbedaan-perbedaan kebudayaan yang akan mengakibatkan terjadinya gegar budaya (culture shock) yang merupakan penyakit bila seseorang memasuki budaya asing (Oberg via Mulyana, 2009:174). Gegar budaya dapat terjadi di berbagai macam hal, seperti kebiasaan sehari-hari, bahasa, agama, etos kerja, dan budaya interaksi di lingkungan tempat bekerja. Agar dapat tetap bertahan dan menunjukkan performa yang baik ketika
3
bekerja, merupakan suatu kewajiban bagi para tenaga kerja asing untuk beradaptasi dengan kebudayaan yang ada. Orang Jepang yang bekerja di Bali dituntut untuk melakukan kontak antarbudaya. Layaknya tenaga kerja asing lainnya, orang Jepang yang bekerja di Bali akan merasakan perbedaan-perbedaan antara kebudayaan di Jepang dengan di Indonesia, khususnya di Bali. Perbedaan dari segi etos kerja, karakter masyarakat ataupun budaya sehari-hari dapat menimbulkan suatu permasalahan tersendiri bagi orang Jepang yang bekerja di Bali. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi orang Jepang yang bekerja di Bali untuk bisa beradaptasi dengan kondisi di Bali. Dalam proses adaptasi sudah tentu setiap tenaga kerja asing memiliki caracara dalam menangani masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencari permasalahan-permasalahan yang dialami orang Jepang yang bekerja di Bali terhadap etos kerja orang Bali, serta bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini mengacu pada orang Jepang yang bekerja di berbagai perusahaan, instansi dan lembaga pendidikan di Bali dengan alasan data yang akan di dapat lebih variatif. Nantinya dapat dipaparkan bagaimana orang Jepang yang bekerja di Bali memandang perbedaan-perbedaan yang mereka rasakan saat bekerja di Bali. Penelitian ini pada akhirnya akan memaparkan bagaimana bentuk culture shock dan strategi adaptasi orang Jepang yang bekerja di Bali terhadap etos kerja orang Bali di lingkungan kerja para informan.
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk culture shock yang dialami orang Jepang yang bekerja di Bali terhadap etos kerja orang Bali? 2. Bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan orang Jepang yang bekerja di Bali untuk mengatasi permasalahan tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah secara khusus untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah, yaitu pertama untuk mengetahui bentuk culture shock terkait etos kerja orang Bali di lingkungan kerja yang dialami oleh orang Jepang yang bekerja di Bali. Kedua, untuk mengetahui bagaimana orang Jepang yang bekerja di Bali melakukan adaptasi terhadap permasalahan yang dialami selama bekerja di Bali. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang permasalahan di lingkungan kerja yang dialami orang Jepang yang bekerja di Bali sebagai suatu refleksi untuk mengetahui etos kerja orang Bali. Selain itu, sebagai suatu pemahaman interkultural dari segi etos kerja yang dimiliki orang Jepang dan orang Bali bagi pembaca secara umum.
5
1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian ini meliputi permasalahan penyesuaian diri tenaga kerja asal Jepang yang bekerja di Bali. Sebelumnya telah banyak penelitian mengenai proses adaptasi tenaga kerja asing dalam skripsi maupun tesis. Namun penelitian yang membahas mengenai bentuk culture shock dan strategi adaptasi pekerja asal Jepang yang bekerja di Bali hingga saat ini belum ada. Skripsi yang membahasas tentang adaptasi tenaga kerja adalah skripsi milik Shikiraya Unisia yang berjudul Adaptasi Pemagang Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari di Jepang. Skripsi ini membahas mengenai masalah yang dihadapi pemagang Indonesia di Jepang dan proses penyesuaian diri pemagang Indonesia dalam kehidupan sehari-hari di Jepang. Park Sae Jin juga pernah meneliti tentang adaptasi tenaga kerja melalui tesis yang berjudul Penyesuaian Diri Tenaga Kerja Indonesia (Orang Jawa) di Korea Selatan. Jin meneliti tentang proses penyesuaian diri (sosial adjustment) tenaga kerja Indonesia dengan budaya Korea. Jin juga menjelaskan tentang proses adopsi terhadap budaya Korea dalam rangka penyesuaian diri tenaga kerja Indonesia di Korea. Kedua penelitian tersebut membahas tentang tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja ke luar negeri. Penelitian dipusatkan pada penyesuaian diri terhadap kebudayaan dan kehidupan sehari-hari. Skripsi ini memiliki lingkup penelitian yang sama tentang adaptasi tenaga kerja asing. Oleh karena adanya persamaan tersebut, kedua penelitian ini dijadikan sebagai tinjauan pustaka.
6
Perbedaan kedua penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah terletak pada objek yang diteliti yaitu empat orang Jepang yang bekerja di Bali. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya objek yang diteliti merupakan orang Indonesia yang bekerja ke luar negeri. Selain itu, fokus permasalahan yang diteliti pada kedua penelitian sebelumnya adalah masalah dalam perbedaan kebudayaan secara umum dan kehidupan sehari-hari. Sementara itu, penelitian ini hanya fokus pada bentuk culture shock yang dihadapi oleh empat orang Jepang yang bekerja di Bali terhadap etos kerja orang Bali yang merupakan rekan kerja mereka. Pada akhirnya penelitian ini juga ingin mengetahui proses adaptasi dari para informan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
1.5 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data 1.5.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan dengan orangorang tersebut dalam bahasanya dan dalam istilahnya (Kirk dan Miller via Moleong, 1990:3). Metode ini dipilih karena menggunakan manusia sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data penelitian. Hal ini juga berkaitan untuk melihat hakikat hubungan antara peneliti dan informan agar mendapat data yang akurat dan mendalam. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
7
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Bogdan R., Taylor, J. Steven.1975:5). Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan case study atau studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian dengan memusatkan diri secara intensif terhadap satu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus (Nawawi, 1983:72). Pendekatan ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari objek penelitian. Data yang diperoleh dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif. Dalam penelitian ekslporatif peneliti mencari hubungan di antara gejala-gejala sosial, dalam hal ini untuk memperluas dasar empiris mengenai hubungan di antara gejala sosial yang sedang diteliti. Jadi suatu kasus bukan digunakan untuk menguji suatu hipotesis melainkan untuk mengembangkan hipotesis (Vredenbregt, 1983:38). Penelitian ini mempelajari suatu kasus yang terjadi pada empat orang informan yang merupakan orang Jepang yang bekerja di Bali dengan kurun waktu lebih dari lima tahun. Penelitian ini akan dilakukan di berbagai daerah di Bali. Hal ini dikarenakan data yang didapat akan lebih variatif.
1.5.2 Penentuan Data Primer dan Data Sekunder Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari hasil wawancara dengan para informan yang merupakan empat orang Jepang yang bekerja di Bali.
8
Spesifikasi data yang diambil adalah seluruh informasi dari informan yang bekerja di Bali lebih dari lima tahun. Hal ini dikarenakan lama waktu yang dibutuhkan untuk dapat beradaptasi tidak dapat dipastikan, maka lima tahun digunakan sebagai acuan karena masa pembaharuan visa kerja setelah perpanjangan setiap tahun adalah lima tahun sekali. Ketika informan bekerja lebih dari lima tahun, informan tersebut sudah pernah memperbaharui visa. Dengan ini, lima tahun dapat digolongkan ke dalam kategori jangka waktu yang lama. Jangka waktu yang cukup lama ini diharapkan dapat menggali lebih banyak informasi dan dapat dipastikan informan sudah dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di lingkungan kerja di Bali. Oleh karena itu studi kasus dalam penelitian ini adalah pada empat orang Jepang yang bekerja di Bali dengan kurun waktu lebih dari lima tahun. Sementara itu, data sekunder didapat dari studi pustaka, artikel-artikel terkait dan keterangan dari pihak Konsulat Jenderal Jepang di Denpasar, Bali.
1.5.3 Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian kualitatif masalah yang dihadapi dalam penarikan sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan peneliti, berkaitan dengan perlunya memperoleh informasi yang lengkap dan mencukupi, sesuai dengan tujuan atau masalah penelitian. Dengan demikian banyak sedikitnya sampel dibatasi atau dihubungkan dengan tujuan penelitian, masalah penelitian, teknik pengumpulan data dan keberadaan kasus yang kaya dengan informasi, atau kecukupan informasi yang
9
diperoleh (Satori via Kaelan, 2009:76). Oleh karena itu penarikan sampel yang tepat adalah penarikan sampel yang berdasarkan pada tujuan (purposive sampling). Menurut Lincoln dan Guba (via Kaelan, 1985:77), ciri-ciri khusus purposive sampling adalah sebagai berikut: 1. Emergent sampling design, bersifat sementara sebagai pedoman awal untuk terjun ke lapangan, meskipun setelah sampai di lapangan dapat juga berubah. 2. Serial selection of sample units, menggelinding seperti bola salju (snow ball), sesuai dengan petunjuk yang didapatkan dari informan-informan yang telah diwawancarai. 3. Continuous adjustment or focusing of the sample, siapa yang akan ditentukan sebagai informan baru disesuaikan dengan petunjuk informan sebelumnya dan sesuai dengan kebutuhan penelitian, unit sampel yang dipilih semakin lama semakin terarah, sesuai dengan fokus penelitian. 4. Selection to the point of redundancy, pengembangan informan dilakukan terus sampai informasi mengarah ke titik jenuh atau sama. Sampel yang ditentukan tidak dapat digunakan dalam proses generalisasi, atau dengan kata lain sampel tidak menentukan kebenaran populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah orang Jepang yang bekerja di perusahaan cruise, lembaga bahasa Jepang dan universitas negeri di Bali. Hasil dari penelitian ini akan terbatas pada lingkungan kerja dari empat orang Jepang tersebut, sehingga etos kerja orang Bali yang muncul pada penelitian ini juga terbatas pada etos kerja dari rekan kerja para informan, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada seluruh orang Bali.
10
1.5.4 Metode Pengumpulan Data Berikut adalah metode pengumpulan data dalam penelitian ini: 1. Metode Penelitian Pustaka: meliputi penggunaan data-data angka, statistik, dan studi dalam dokumen, situs internet, serta data-data kepustakaan seperti koran, majalah dan buku-buku terkait. Dokumen digunakan untuk mengetahui jumlah orang Jepang yang bekerja di Bali dan daerah tempat bekerja. Hal ini berguna untuk pengambilan sampel informan. Sementara situs internet dan data kepustakaan digunakan untuk mengetahui tentang gambaran etos kerja orang Jepang dan orang Bali. 2. Metode Penelitian Observasi: penelitian ini menggunakan dua teknik wawancara, yaitu wawancara berencana dan wawancara tidak berencana. Wawancara berencana merupakan wawancara yang menggunakan suatu daftar pertanyaan yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya, sedangkan wawancara tidak berencana adalah wawancara yang dilakukan tanpa ada persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata tetapi tetap berpusat pada satu pokok tertentu (Koentjaraningrat, 1993:138-139). Wawancara terencana bertujuan agar data yang didapat terstruktur dan tidak melenceng dari batasan penelitian. Sementara itu, wawancara tidak berencana dimaksud agar peneliti tidak hanya terpaku pada daftar pertanyaan melainkan mengeksplorasi apa yang ada dalam pikiran informan namun tetap pada batasan penelitian. Dasar dari teknik wawancara adalah mengumpulkan data mengenai sikap, pengalaman, cita-cita dan harapan manusia seperti yang diungkapkan oleh
11
informan atas pertanyaan peneliti (Vredenbergt, 1983:88). Suatu wawancara dapat disifatkan sebagai suatu proses interaksi dan komunikasi di mana sejumlah variabel memainkan peranan yang penting. Variabel-variabel tersebut adalah: 1) pewawancara (interviewer), 2) informan (interviewee), 3) daftar pertanyaan atau pedoman pertanyaan (interview guide), 4) laporan antara pewawancara dan informan (Fajarwati, 2008:7). Wawancara dilakukan karena permasalahan tiap hal akan berbeda-beda berdasarkan waktu dan tempat. Untuk mengetahui keakuratan yang sudah dilakukan dalam studi pustaka maka dilakukan wawancara kepada informan sebagai bentuk konfirmasi secara langsung.
1.5.5 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sifat deskriptif analisis. Bogdan dan Biklen menjelaskan bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka (Sugiono, 2008:9). Data yang terkumpul pada dasarnya merupakan suatu bahan deskripsi untuk menggambarkan bentuk culture shock dan strategi adaptasi orang Jepang yang bekerja di Bali. Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan, data tersebut dicocokkan dengan informasi yang didapat dari sumber lain. Data kemudian diolah secara sistematis dan dianalisis terus menerus selama dan sesudah penelitian untuk
12
dituliskan kembali secara deskriptif. Analisis data tersebut juga dapat memberikan ruang untuk membuat kesimpulan dan menjawab tujuan dari penelitian ini. Menurut Miles dan Huberman dalam Maleong (1990:103), analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu: 1) Reduksi Data Kegiatan ini mencoba menajamkan, menggolongkan, mengarahkan serta membuang yang tidak diperlukan, sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasikan. Dengan itu nantinya data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian eksploratif terdapat banyak data yang terkumpul, maka semua bahan penelitian perlu dipelajari dengan teliti dan dicari hubungan-hubungan di antara data-data yang dapat dipakai sebagai prinsip klasifikasi. 2) Penyajian Data Penyajian data adalah kegiatan penyusunan sejumlah informasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3) Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Peneliti berusaha mengintepretasi makna dari data yang diperoleh dengan berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul dan sebagainya. Dari data yang didapat dan dianalisis kemudian diambil kesimpulan.
13
Ketiga alur kegiatan tersebut saling berkaitan dan berlangsung terus menerus mulai saat dan sesudah pengumpulan data.
1.6 Sistematika Penulisan Dalam rencana penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari: Bab I pendahuluan yang meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan. Bab II merupakan kerangka berpikir yang menggunakan beberapa konsep dari para ahli budaya sebagai landasan dalam penelitian. Bab III membahas mengenai perbandingan etos kerja antara orang Jepang dan orang Bali. Bab IV membahas mengenai bentuk culture shock terhadap etos kerja orang Bali yang dihadapi oleh orang Jepang yang bekerja di Bali dan strategi adaptasi orang Jepang yang bekerja di Bali dalam menghadapi permasalahan tersebut. Bab V memuat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian.