BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa total populasi dunia pada tahun 2013 mencapai 7,2 milyar dan akan mencapai 9,2 milyar pada tahun 2050 (UNFPA, 2014). Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Diperkirakan setiap hari terlahir sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pada masa reformasi program KB mengalami stagnasi selama kurun waktu 10 tahun pemerintah belum mampu menurunkan total fertility rate (TFR) tang mencapai 2,6. Angka ini masih jauh dari target yaitu sebesar 2,1. Laju pertumbuhan yang sangat pesat ini akan menjadi masalah bagi pembangunan bangsa Indonesia kedepannya (BKKBN, 2012). Angka kesuburan total telah mengalami penurunan secara global. Namun dinegara berkembang penurunan terjadi sangat lambat karena masih rendahnya penggunaan kontrasepsi modren yaitu hanya 31% ( Sherpa,2012). Persentase jumlah peserta KB yang dilaporkan tidak mengalami perubahan yaitu 60% pada tahun 2002 menjadi 61 % pada tahun 2012 (BKKBN,2012). Program kontrasepsi yang digalakkan dan efektif adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan Implant merupakan salah satu metode unggulannya, (BKKBN,2013).
Universitas Sumatera Utara
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan dengan mengontrol faktor-faktor yang mepengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu melalui melalui program keluarga berencana untuk mengendalikan fertilitas. Keluarga Berencana merupakan suatu program untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pengaturan jumlah kelahiran, pembinaan kesejahteraan keluarga dalam upaya untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program Keluarga Berencana mempunyai tujuan untuk mengendalikan angka kelahiran sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk. Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia perlu di tingkatkan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, selain isu pemanasan global, krisis ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Kekhawatiran akan terjadi ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong Pemerintahan Indonesia menyusun beberapa kebijakan penting karena penduduk yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai akan menajadi beban pembangunan serta menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Nasional (Emon, 2008). Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah. Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB aktif di Indonesia adalah 66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%) dan pil KB (17%).
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang KB implant yang berpengetahuan baik 22 responden (14%), berpengetahuan cukup 111 responden (70,7%), berpengetahuan kurang 24 responden (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur tentang KB implant adalah cukup yaitu sebesar 111 responden (77,7%). Hasil penelitian Rahmah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan metode kontrasepsi implant, ada hubungan antara pendapatan dengan metode kontrasepsi implant serta ada hubungan antara pengetahuan dengan metode kontrasepsi implant. Penggunaan implant sebagai salah satu metode kontrasepsi jangka panjang di Indonesia masih rendah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, takut efek samping, serta ditinggal suami bekerja ke luar negeri. Peserta KB baru secara nasional sampai dengan Bulan Maret 2012 sebanyak 220.510 peserta. Apabila di lihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi maka dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak 137.067 peserta (6,78%), MOW berjumlah 32.503 (1,61% ), MOP sebesar 5.382 peserta (0,27%), kondom sebanyak 125.512 (6,21%), Implant sebesar 164,872 (8,16%), Suntikan berjumalah 1.008.577 (49,92%). Dan 546.597(27,05%) peserta pil, mayoritas akseptor KB baru bulan Maret 2012, paling banyak digunakan oleh peserta KB yang menggunakan non metode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) yaitu 83,18%. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW,MOP, dan Implant hanya 16,82% ( BKKBN, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Hasil laporan umpan balik BKKBN sampai bulan Agustus 2013, pencapaian peserta KB baru KPS dan KS I di Provinsi Bali sebanyak 13,291 peserta yang terdiri dari 3.769 peserta IUD (28,36%). 1.093 akseptor MOW (8,22%), 90 peserta MOP (0,685), 1,398 (10,52%) memakai kondom, 1.119 (8,42) menggunakan Implant, 4632 ( 34,85%) Suntikan dan 1,190 (8,95% pil. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur terhadap penggunaan KB Implant tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kepesertaan KB suntik dan IUD. hasil pelayanan akseptor baru menurut tempat pelayanan sampai dengan bulan Agustus 2013 sebesar 45.011 orang dengan rincian sebagai berikut : sebanyak 16,670 peserta 37,97% dilayanin oleh Klinik KB Pemerintah, 3,588 (7,98%) peserta dilayani oleh Klinik KB swasta, 1,715 (3.81%) peserta dilayani oleh Dokter Praktek Swasta, dan 23.038 (51,18%) dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013). Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan pasangan usia subur serta dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntangan dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan , dapat cabut sesuai kebutuhan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh hormon estrogen, tidak menggangu kegiatan senggama serta tidak mengganggu produksi ASI. Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu akseptor perlu kembali ke klinik atau puskesmas apabila ada keluhan, apabila ingin berhenti menggunakan implan, mempengaruhi haid serta tidak dapat melindungi dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Apabila dibadingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implan merupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implant merupakan alat kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya. Namun belakangan ini alat kontrasepsi IUD mempunyai kelemahan yaitu dapat terjadi perubahan lokasi dan translokasi atau keluar dari rahim sehingga masih menimbulkan terjadinya kehamilan. Implan mempunyai tingkat kegagalan yang lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode kontrasepsi implan memiliki efektivitas sampai 99% denagn tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakai (BKKBN,2013). Menurut Data Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia Tahun 2012 Suntik dan Pil adalah dua alat kontrasepsi yang paling populer sedangkan tingkat pemakaian Implant, IUD, Tubektomi, Vasektomi hanya 10,6% dimana jumlah peserta KB yang memakai kontrasepsi Implan masih rendah yaitu 3,9% pada hal, Implan merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif, murah dan aman dalam menghentikan kehamilan (SDKI, 2012). Dari 33 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara angka persentase pencapaian peserta KB Baru sampai dengan bulan Desember 2014 yang paling tinggi adalah Kabupaten Batu Bara, yakni 129,3% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Nias Barat yakni hanya 26,3% dari sasaran yang telah diperkirakan sampai akhir tahun 2014. Sedangkan perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari Kabupaten/Kota sampai dengan bulan Desember 2014 mencapai 1.630.298 pasangan atau 69,3% dari 2.354.389 pasangan usia
Universitas Sumatera Utara
subur yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan pemakaian metode/alat kontrasepsi para pasangan usia subur yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri dari pemakaian alat kontrasepsi PIL mencapai 19,84% menyusul pemakaian suntikan mencapai 21,62%, menggunakan IUD mencapai 7,58%, dengan metode (MOW) mencapai 5,10%, peserta Implant mencapai 9,25%, pemakaian kondom mencapai 5,27% dan dengan MOP hanya 0,6% dari jumlah pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB. Tantangan pelaksanaan Program KB di sumatera utara ke depan masih cukup berat, terutama dari 2.354.389 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara, ada sebanyak 724.091 pasangan usia subur yang bukan peserta KB, dengan kondisi sebanyak 79.913 pasangan saat ini sedang dalam keadaan hamil, sebanyak 258.337 pasangan tidak ikut KB dan masih ingin memiliki anak dengan segera, 188.965 pasangan tidak ber KB tapi belum ingin memiliki anak dan ada sebanyak 196.876 pasangan juga belum ber-KB tapi tidak ingin memiliki anak lagi. ( BkkbN Provinsi Sumatera Utara, 2014). Data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas sedangkan pencapaian peserta KB aktif semua metode, di Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012 didapatkan data dengan jumlah 13.486 peserta (86,695%), dengan rincian penggunaan kontrasepsi suntik 6,280 peserta (40,37%), pil 5.601 peserta (36,01%), Implan 1.299 peserta (8,35%), kondom 1.605 peserta (10,32%), IUD 356 peserta (2,3%), MOW 400 peserta (2,57%), MOP 15 peserta (0,10%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa bagian terbesar peserta KB aktif mempergunakan kontrasepsi hormonal (suntik, pil dan Implant) yaitu sebesar 84,72% (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Puskesmas Binanga tahun 2014, jumlah Akseptor KB aktif sebesar 570 peserta (13.11 %) akseptor KB Aktif. Dengan pencapaian akseptor KB aktif adalah sebagai berikut, pemakai suntik sebesar 251 ( 44.0%) , Pil sebesar 214 (37.5%) , implant sebesar 11 ( 1.93 %) , kondom sebesar 92 ( 16.1 %) , MOW/MOP sebesar 13 (2.28%) (Profil Puskesmas Binanga, 2014). Menurut survei awal di Puskesmas Binanga pada Bulan Juli 2015 didapat bahwa dari 10 PUS hanya 5 orang yang menggunakan KB Implant, sementara 5 orang lagi tidak memakai KB Implant mengatakan alasan yang berkaitan dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi Implan di Puskesmas Binanga antara lain 2 orang karena umur mereka masih muda kurang dari 20 tahun, dan 1 orang berpendidikan rendah yaitu SMP, jumlah anak yang mereka miliki > 2 orang, ingin punyak anak lagi yaitu ingin punya anak laki-laki atau anak perempuan, belum punya anak, 1 orang kurangnya dukungan suami dalam melakukan pilihan alat kontrasepsi dimana beranggapan bahwa alat atau susuk tersebut bisa pindah kemana-mana, kurangnya pemahaman mereka tentang alat kontrasepsi Implant sehingga pengetahuan mereka masih kurang tentang alat kontrasespsi akibatnya kurangnya kesadaran mereka untuk menggunakannya, budaya ( kepercayaan ) dimana masih ada juga orang tua yang tidak mau membatasi melahirkan karena beranggapan banyak anak banyak rezeki sehingga sebagian orang tua mereka merasa tidak perlu khawatir karena anak tersebut sudah membawa rezeki masing –masing. 1 orang adanya perasaan takut untuk menggunakan KB Implan, adanya perasaan takut dilihat dari proses pemasangan saat dilakukan insisi, khawatir
Universitas Sumatera Utara
terkait dengan biaya mahal pemasangan Implant. Masih rendahnya akseptor KB aktif yang menggunakan penggunaan alat kontrasepsi implant membuat penulis tertarik untuk mengetahui dan melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Impalan pada Akseptor KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Tahun 2015. 1.2
Rumusan Masalah Masih rendahnya akseptor KB aktif yang menggunaan alat kontrasepsi
Implant pada akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah Tahun 2015. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant pada Akseptor KB aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan umur dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 3. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 5 Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi Implant pada akseptor KB aktif. 1.4
Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai informasi bagi ibu untuk mengetahui bahwa metode kontrasepsi Implant merupakan metode yang paling efektif, murah, dan aman bila di pasangan suami istri sudah tidak mempunyai rencana memiliki anak, serta sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang Implat dan mau ikut serta dalam pelayanan kontrasepsi Implant. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Binanga Kecamatan Barumun Tengah dalam peningkatan pemakaian alat kontrasepsi yaitu khususnya pemakaian metode kontrasepsi Implant untuk bulan berikutnya. 3. Sebagai bahan informasi dan masukan pihak-pihak lain yang membutuhkan dan dijadikan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara