BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
Persaingan bisnis global dengan intensitas yang demikian tingginya saat ini menuntut setiap perusahaan untuk senantiasa melakukan upaya-upaya yang pro-aktif agar tetap dapat eksis dan meraih/mempertahankan pasar. Untuk itu perusahaan harus mampu merespon dan mengimplementasikan apa yang dikenal dengan continuos improvements, customer value approach dan organizational system (cross functional approach dan employee empowerment). Perusahaan juga dituntut untuk dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya termasuk sumber daya manusia. Hal ini hanya dapat diaplikasikan apabila sumber daya nya memiliki pola pikir (mind set) bahwa mereka bekerja dalam suatu mata rantai yang tidak terputuskan antara departemental atau fungsi yang ada. Kinerja satu department akan mempengaruhi departemen yang lain dan perusahaan secara menyeluruh. Disinilah setiap individu perusahaan harus disadarkan bahwa salah satu kata kunci dalam meraih sukses adalah Teamwork dan keutuhan serta ketangguhan suatu Teamwork ditentukan oleh LEADERSHIP.
1
Universitas Muhammadiyah Riau
BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN 1.1 TEAM WORK
Dalam dunia usaha, penggunaan teamwork seringkali merupakan solusi terbaik untuk mencapai suatu kesuksesan. Teamwork yang solid akan memudahkan manajemen dalam mendelegasikan tugas-tugas organisasi. Namun demikian untuk membentuk sebuah team yang solid dibutuhkan komitmen tinggi dari manajemen. Hal terpenting adalah bahwa teamwork harus dilihat sebagai suatu sumber dayang yang harus dikembangkan dan dibina sama seperti sumber daya yang lain, yang ada dalam perusahaan. Proses pembentukan, pemeliharaan dan pembinaan teamwork harus dilakukan atas dasar kesadaran penuh dari team tersebut, sehingga segala sesuatu berjalan secara normal sebagai suatu aktivitas sebuah teamwork, meskipun pada kondisi tertentu manajemen dapat melakukan intervensi. 1.2 DEFINISI TEAMWORK
Secara umum teamwork dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Kumpulan individu-individu tersebut memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas, serta saling tergantung antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu sekumpulan orang yang bekerja dalam satu ruangan, bahkan dalam satu proyek, belum tentu merupakan sebuah teamwork. Terlebih lagi jika kelompok tersebut dikelola secara otoriter, timbul faksi-faksi di dalamnya, dan minimnya interaksi antar anggota kelompok. Ketika seseorang bekerja di dalam kelompok (team), akan ada dua isu yang muncul. Pertama adalah adanya tugas-tugas (task) dan maslah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini seringkali merupakan topik utama yang menjadi perhatian team. Kedua, adalah proses yang terjadi di dalam teamwork itu sendiri, misalnya bagaimana mekanisme kerja atau aturan main sebuah team sebagai unit kerja dari perusahaan, proses interaksi di dalam team, dan lain-lain. Dengan kata lain, proses menunjuk pada semangat kerjasama, koordinasi, prosedur yang harus dilakukan dan disepakati seluruh anggota, dan hal-hal lainnya yang berguna untuk menjaga keharmonisan hubungan antar individu dalam kelompok itu. Tanpa memperhatikan proses, maka sebuah teamwork tidak akan memiliki nilai apa-apa bagi perusahaan dan hanya akan menjadi sumber masalah bagi perusahaan dalam pembentukan sebuah teamwok. Sebaliknya, jika proses tersebut ada dalam sekumpulan orang yang bekerjasama, maka performance mereka akan meningkat, karena akan mendapat dukungan secara teknis maupun moral. 1.3 MENGAPA TEAMWORK DIPERLUKAN?
Keragaman dalam team mendorong munculnya pandangan dan inovasi baru. Tetapi keragaman membawa resiko pada kerjasama karena anggota team umumnya lebih dapat bekerja sama bila merasa memiliki sebuah kesamaan (pendidikan/budaya/latar belakang/SARA). Semakin tinggi tingkat keasingan pada sebuah team, semakin kecil kemungkinan anggota team mau berbagi pengetahuan atau bekerja sama. Hal yang sama berlaku juga untuk pendidikan, semakin tinggi pendidikan, semakin sering terjadi debat pendapat dalam team (dapat mengarah ke “analysis 2
Universitas Muhammadiyah Riau
paralysis” – dimana tidak ada seorangpun yang mau mengalah).
Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan. Selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beraneka-ragam yang dimiliki oleh anggota juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun. Team-work juga sangatlah penting untuk berkompetisi dalam arena persaingan yang makin lama makin ketat, dimana performa kolektif lebih diharapkan ketimbang kemampuan perorangan. Dalam suatu knowledge based enterprises, team adalah norma ketimbang sesuatu yang luar biasa. Ciri kritis dari team ini adalah memiliki tingkat wewenang membuat keputusan yang tinggi (empowerment). Sebuah team dapat dilihat sebagai suatu unit yang mengatur dirinya sendiri. Rentangan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki anggota dan self "monitoring" yang ditunjukan oleh masing-masing team memungkinkannya untuk diberikan suatu tugas dan tanggungjawab. Bahkan ketika suatu masalah tersebut dapat diputuskan oleh satu orang saja, melibatkan teamwork akan memberikan beberapa keuntungan. keuntungan tersebut adalah : pertama keputusan yang dibuat secara bersama-sama akan meningkatkan motivasi team dalam pelaksanaannya. Kedua, keputusan bersama akan lebih mudah dipahami oleh team dibandingkan jika hanya mengandalkan keputusan dari satu orang saja. Bila dilihat dari perspektif individu, dengan masuknya ia ke dalam suatu kelompok (team), maka hal tersebut akan menambah semangat juang/motivasi untuk mencapai sesuatu prestasi yang mungkin tidak akan pernah dapat dicapai seorang diri oleh individu tersebut. Hal ini dapat terjadi karena team mendorong setiap anggotanya untuk memiliki wewenang dan tanggungjawab sehingga meningkatkan harga diri setiap orang. 1.4 APAKAH BEDA ANTARA TEAM DENGAN KELOMPOK?
Tidak semua kelompok (Group) dalam organisasi adalah team, tetapi semua team adalah kelompok. Perbedaan antara sebuah team dan sebuah kelompok adalah sebuah team memiliki saling ketergantungan untuk mencapai keseluruhan hasil akhirnya. Suatu kelompok hanya akan menjadi team bila semua anggotanya fokus untuk saling tolong menolong untuk mencapai tujuan organisasinya. Dalam lingkungan bisnis yang sangat cepat berkembang, team berubah menjadi suatu kebutuhan untuk mencapai keberhasilan. Karena itu adalah tanggung-jawab kita secara terus 3
Universitas Muhammadiyah Riau
menerus membantu evolusi dari kelompok untuk menjadi team. 1.5 APA SIH TUJUAN MEMBANGUN TEAM BUILDING/TEAMWORK? Tim dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan atar pribadi relatif tajam dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan suatu proyek belum menjamin bahwa mereka bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan. Secara spesifik, membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya, kedekatan, komunikasi, dan produktivitas. ➢ Semangat : Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik. ➢ Saling percaya : Rasa saling percaya antar sesama anggota merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu bekerja secara efektif. ➢ Kedekatan : Kedekatan antar anggota merupakan perasaan yang mampu menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiap anggotanya. Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan lebih produktif. ➢ Komunikasi : Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua anggota harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang ada, dan secara bersama menghadapi masalah. “Poor communication means no team”. ➢ Produktivitas : Tim seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang tidak mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi sumber daya, ketrampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan. Ada empat buah kategori dasar yang menentukan keberhasilan team yaitu dukungan atasan, praktek HRD, kepemimpinan dari pemimpin team, dan Team Foundation and Structure. 1. Dukungan Atasan Team dapat berkinerja baik jika eksekutif mendukung hubungan social, memperlihatkan sikap kolaborasi, dan membangun sebuah “gift culture”. •
Investasi pada praktek hubungan yang unik Setiap eksekutif atas setidaknya pernah melakukan investasi pada membangun dan mengatur hubungan social pada organisasi. Contohnya adalah Royal Scotland Bank yang membangun markas pusat mereka dengan desain yang mendorong komunikasi , pertukaran ide, dan pembangunan komunitas. Kantor didalam gedung mempunyai layout yang terbuka dan pemandangan ke atrium. 4
Universitas Muhammadiyah Riau
Cara lain adalah membangun jaringan social dengan memindahkan karyawan ke fungsi, bisnis, atau Negara lain sebagai bagian dari karir. Cara ini memaksa karyawan untuk bertemu dengan orang asing dan membangun hubungan dengan mereka. •
Membuat model / contoh dari sikap kolaborasi Bila anggota senior dalam sebuah organisasi menunjukkan sikap yang baik tentang bagaimana cara berkolaborasi, ini dapat menjadi contoh bagi yang lainnya. Tantangannya adalah memastikan semua orang melihat contoh sikap kolaboratif ini. Eksekutif pada Standard Charter Bank sering bepergian bahkan bila hanya untuk sebuah meeting singkat. Perjalanan ini memberikan kesempatan pada bawahan untuk melihat bagaimana eksekutif bekerja. Pertemanan informal juga dapat menjadi sumber daya yang baik dalam menyelesaikan project. Saat semua anggota team telah mengenal semua stakeholder pada awal sebuah project, team tersebut akan lebih mudah untuk membangun kepercayaan dan kerjasama dibandingkan bila mereka baru mengenal stakeholder.
•
Membangun sebuah “Gift Culture” Eksekutif harus memastikan mentoring & coaching telah menjadi sifat hidup mereka dan menyebar keseluruh bagian perusahaan. Mentoring dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu formal dimana peran dan tanggung jawab telah jelas dan informal dimana terlihat dalam aktifitas harian. Kedua metode ini penting tetapi metode informal cenderung lebih baik meningkatkan budaya kerjasama.
2. Praktek Human Resource yang Terfokus Survey menunjukkan bahwa reward (baik didasarkan pada individu atau team) kurang mempunyai pengaruh pada kerjasama team. Dari sejumlah praktek HRD dalam meningkatkan kerjasama team, ada dua buah praktek yang mempunyai pengaruh signifikan yaitu training yang berhubungan dengan collaborative behavior dan dukungan untuk membangun komunitas informal. •
Menjamin tersedianya keahlian yang dibutuhkan Terkadang anggota team telah memiliki niat untuk berkolaborasi tetapi tidak mempunyai keahlian untuk berkolaborasi. Mereka didorong untuk bekerja sama, dan mereka mau bekerja sama hanya tidak tahu bagaimana melakukan hal itu dengan baik. Keahlian yang sangat diutamakan adalah kemampuan untuk menghargai orang lain, dapat masuk dalam perbincangan yang terarah, secara produktif & kreatif, menyelesaikan konflik, dan manajemen program. Price Waterhouse Cooper adalah salah satu perusahaan yang mempunyai kemampuan kuat dalam membangun budaya kolaborasi. Training yang diberikan PWC mencakup team work, emotional intelligence, jaringan pertemanan, menangani percakapan yang rumit, melatih Corporate Social Responsibility, dan mengkomunikasikan strategy/nilai perusahaan. PWC juga mengajarkan bagaimana mempengaruhi orang lain secara efektif dan membangun hubungan yang sehat.
•
Mendukung munculnya komunitas Jiwa pertemanan dan komunitas dapat berkembang dengan spontan, tetapi HR juga dapat mendukung munculnya komunitas dengan mendukung kegiatan dan aktifitas group seperti bowling, cooking weekend, atau bulu tangkis. 5
Universitas Muhammadiyah Riau
ABN Amro contohnya, menggunakan teknologi komunikasi untuk anggota group agar mereka dapat berbagi ide. Perusahaan juga mendorong karyawan untuk selalu bepergian ke sebuah lokasi baru dan mengatur pertemuan dengan sebanyak mungkin orang. Komunitas juga dapat tercipta dari sebuah proyek. Pada saat sebuah proyek selesai, team akan bubar, tetapi komunitas informal akan terus berlanjut – sebuah modal yang sangat baik untuk project berikutnya. Contoh lain adalah pendekatan HR dalam membangun budaya bersahabat dan keluarga. Bill Marriott salah satu eksekutif Marriot mempunyai sebuah blog yang menjadi popular dengan karyawannya. Blog-nya menceritakan fokus perusahaan bahkan sampai hal-hal pribadi seperti tempat favorit untuk berlibur. 3. Team Leader Pemimpin team tentu saja mempunyai pengaruh pada team, fleksibilitas mereka memegang peranan disini. •
Pemimpin Harus Task and Relationship Oriented Pemimpin yang berfokus pada Relationship berupaya untuk mendorong orang berbagi pengetahuan dalam sebuah lingkungan penuh kepercayaan dan itikad baik. Pemimpin yang berfokus pada tugas berupaya untuk membuat sebuah tujuan, membuat sebuah kesadaran akan tugas pada setiap anggota, dan menyediakan kendali serta umpan balik.
Tipe pemimpin yang baik adalah mereka yang menyeimbangkan antara tugas dan hubungan pertemanan. Pemimpin juga dapat mengganti tipe kepemimpinannya pada saat project sedang berlangsung. Pada awal project mereka akan berfokus pada tugas dengan mendefinisikan tujuan, mendapatkan komitmen, dan memperjelas tanggung jawab anggota team. Pada titik tertentu dimana sharing knowledge mulai intensif, mereka akan berganti menjadi relationship oriented. Pemimpin yang hanya berfokus pada satu macam tipe akan merusak performa jangka panjang team. Marriott mencoba membangun pemimpin dengan dua gaya seperti ini. Setiap manajer pada saat di review akan ditanyakan apakah telah menyeimbangkan gaya kepemimpinannya. Terkadang mereka akan diminta untuk makan siang bersama dengan anak buahnya atau mengambil kursus untuk menjaga kemampuan mereka. 4. Team Formation and Structure •
Membangun pada hubungan pertemanan yang telah ada Kepercayaan adalah faktor penting, membangun sebuah team yang bermodal pada hubungan yang telah ada meningkatkan peluang untuk kesussesan project. Team yang baru dibangun dari orang-orang yang belum saling mengenal sebelumnya akan sulit untuk berkolaborasi. Mereka akan memerlukan waktu yang cukup signifikan untuk membangun kepercayaan. Nokia adalah salah satu perusahaan dimana struktur organisasinya sangat memperhatikan hubungan pertemanan yang telah ada, Saat perlu untuk mentransfer keahlian pada unit atau fungsi bisnis lain, Nokia memindahkan satu team kecil secara utuh daripada menaruh individual. Jaringan pertemanan juga mempunyai kelemahan yang bila tidak diatur akan menghancurkan kerjasama. Saat sejumlah besar anggota team merasa mempunyai kesamaan, mereka cenderung membentuk sebuah subgroup dan mengucilkan yang lain. Saat ini terjadi, 6
Universitas Muhammadiyah Riau
kemungkinan konflik menjadi tinggi. •
Memahami kejelasan peran dan ketidakjelasan tugas Asumsi yang umum adalah tujuan harus jelas dan tujuan lebih penting dari pada peran. Saat peran dari setiap anggota team tidak jelas, banyak orang berpikir bahwa hal ini akan mendorong mereka untuk berbagi ide dan berkontribusi. Tetapi asumsi ini salah, kolaborasi menjadi lebih jelas saat setiap anggota team telah memiliki peran yang jelas dan dimengerti. Tanpa ada kejelasan dari peran, anggota team akan banyak menghabiskan waktu untuk menentukan peran, melindungi kepentingan pribadi daripada berfokus pada tugas. Anggota team sebaliknya, cenderung untuk berkolaborasi bila peran mereka telah jelas. Contohnya adalah BBC, meliput berita membutuhkan banyak koordinasi dari anggota team yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Besarnya anggota team dapat meningkatkan resiko terjadinya kekacauan tetapi hal ini tidak terjadi pada BBC. Setiap anggota team mempunyai peran yang jelas dan tidak berbenturan. Otonomi juga harus diperhatikan selain dari peran anggota. Team IT mempunyai ciri anggotanya dapat berasal dari Negara yang berbeda dan programmernya lebih sering duduk didepan komputer dan sedikit bertatap muka. Tetapi kerjasama team dapat tetap tinggi bila setiap anggota mempunyai peran dan otonomi yang jelas, hanya karena kurangnya tatap muka, setiap anggota harus memahami tujuan dari team.
1.6 SIKLUS HIDUP SEBUAH TEAMWORK
Secara umum perkembangan sebuah team dapat dibagi dalam 4 Phase :
Phase 1 FORMING
Selfish, Resist, Idle, Frustrating
Phase 2 STORMING
Complain, Argue, Communicate
Phase 3 NORMING
Challenge, Consensus, Learn, Solid
Phase 4 PERFORMING
Commited, Coordinated High Spirit
HIGH PERFORMANCE TEAM
7
Universitas Muhammadiyah Riau
1. Forming, adalah tahapan dimana para anggota setuju untuk bergabung dalam suatu team. Karena kelompok baru dibentuk, maka setiap orang membawa nilai-nilai, pendapat, dan cara kerja sendiri-sendiri. Konflik sangat jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada anggota yang merasa gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih pemimpin (kecuali tean yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu). 2. Storming, adalah tahapan dimana kekacauan mulai timbul di dalam team. Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi mulai terbentuk, terjadi pertentangan karena masalah-masalah pribadi, semua ngotot dengan pendapat masingmasing. Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi menjadi pendengar dan sebagian lagi tidak mau berbicara secara terbuka. 3. Norming, adalah tahapan dimana individu-individu dan sub group yang ada dalam team mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan berjuang untuk menghindari team tersebut dari kehancuran (bubar). karena semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota team. Selain itu, semua orang mulai mau menjadi pendengar yang baik. Mekanisme kerja dan aturan-aturan main ditetapkan dan ditaati seluruh anggota. 4. Performing, tahapan ini merupakan titik kulminasi dimana team sudah berhasil membangun system yang memungkinkannya untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan team akan terlihat dari prestasi yang ditunjukkan. 1.7 KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN
Ada dua ketrampilan utama yang seharusnya dimiliki oleh anggota sebuah teamwork, yaitu : •
•
Ketrampilan Managerial (managerial skills), termasuk kemampuan dalam membuat rencana kerja, menentukan tujuan, memantau kinerja, memonitor perkembangan dan memastikan pekerjaan telah dilakukan secara benar, dan lain-lain. Ketrampilan interpersonal (interpersonal skills), termasuk kemampuan berkomunikasi, saling menghargai pendapat orang lain dan kemampuan menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain
1.8 BAGAIMANA ANDA DAPAT MEMBANGUN SEBUAH TEAMWORK YANG SOLID?
1. Sadar bahwa satu team. Sebagai anggota team maka harus menyadari bahwa tidak berjalan sendiri tapi ada anggota yang lain, semua anggota team harus mempunyai komitmen untuk bekerjasama untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. 2. Bersedia untuk berbagi. Sebagai anggota team harus dapat berbagi dengan anggota yang lainnya. Baik dalam hal ide, saran ataupun pengetahuan. Tidak dapat hanya menyimpan sendiri, sebab pekerjaan dalam team adalah pekerjaan yang dilakukan bersama-sama. 3. Memiliki tujuan yang jelas. Dalam sebuah team ada pemimpin dan anggota-anggota. Pemimpin harus dapat mengarahkan teamnya pada satu tujuan yang jelas. Apa yang mau dicapai, mau kemana arah dan tujuan dan pembagian tugas yang jelas. Agar tercapai satu 8
Universitas Muhammadiyah Riau
kesatuan maka pemimpin juga harus dapat menerima masukan dari anggota yang lain, begitu juga sebaliknya anggota harus menghargai pemimpinnya. 4. Sistem dan pembagian tugas yang jelas dan proporsional. Pembagian kerja yang tidak terarah atau sistem yang berantakan dapat membuat anggota menjadi frustasi. Maka dari itu diperlukan pembagian kerja yang jelas sesuai dengan jobdesc masing-masing anggota dan system kerja yang jelas sehingga teamwork yang solid dapat dicapai. Pepatah mengatakan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” yang mengambarkan jika satu team bersatu maka tujuan akan mudah dicapai tetapi jika berjalan sendiri-sendiri maka akan lebih sulit dalam mencapai tujuan. Bila teamwork tidak berjalan dengan baik, maka sulit untuk mencapi hasil yang maksimal. Jika satu saja anggota team yang menjadi penghambat maka system yang ada akan terhambut juga. Dan tujuan yang semula akan dicapai akan jadi terhambat juga. Dan kemungkinan akan gagal sama sekali. Beberapa penghambat dalam membangun teamwork yang solid: 1. Sikap egois. Merasa bahwa dirinya paling benar dan tidak dapat menerima pendapat orang lain. Padahal manusia merupakan mahluk sosial dimana satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. Orang yang demikian lama-kelamaan dapat dikucilkan. 2. Tak kenal maka tak sayang. Sesama anggota yang kurang saling mengenal dapat juga menjadi penghambat, sebab ada kemungkinan satu dengan yang lain memiliki rasa sungkan. Atau hubungan yang tidak harmonis, merasa tidak cocok dengan anggota yang lain, maka dapat menjadi penghambat. Sebab itu dibutuhkan untuk dapat membuka diri bagi yang lainnya. 3. Tidak mau meleburkan diri secara total dalam satu team.Hanya mau mencoba-coba atau bekerjasama dengan orang-orang tertentu. Teamwork yang solid harus dibentuk dan dibangun melalui berbagai macam proses. Bukan suatu pekerjaan sehari atau dua hari, tetapi melalui suatu proses pembentukan. Dimana ada proses satu dengan yang lain saling mengenal, ada tahap konflik dan perbedaan pendapat, juga melalui proses saling memahami dan penyesuaian pribadi maka terbentuklah satu teamwork yang solid. Dengan satu dan yang lain tetap memegang teguh tujuan utama maka apapun yang menjadi penghalang dapat diselesaikan bersama.
9
Universitas Muhammadiyah Riau
10
Universitas Muhammadiyah Riau