BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Permasalahan Kehadiran seorang anak dalam suatu perkawinan merupakan anugerah
yang sangat istimewa, bahkan tidak ternilai harganya. Setiap pasangan suami istri selalu mendambakan akan hadirnya seorang anak di dalam perkawinan mereka. Karena sangat istimewanya kedudukan dan kehadiran anak dalam suatu keluarga, dalam Islam anak diibaratkan sebagai perhiasan dunia, sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran surah al-Kahfi ayat 46, yang artinya:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Q. al-kahfi: 46)1
Hadirnya seorang anak merupakan tanda dari cinta kasih pasangan suami istri, tetapi tidak semua pasangan dapat memperoleh anugerah yang sangat istimewa tersebut. Sebagian kecil di antaranya memiliki berbagai kendala dalam melakukan reproduksi secara normal yang tidak memungkinkan mereka untuk memiliki keturunan. Berbagai macam cara banyak dilakukan oleh orang-orang untuk memperoleh keturunan, seperti: konsultasi ke dokter, melakukan terapi kesuburan,
1
Kementerian urusan agama Islam, Wakaf, Da’wah, dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990
1 Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia
2
sampai pada hal yang berbau kepercayaan seperti mengangkat anak dengan harapan dapat memancing kehamilan. Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keharmonisan keluarga tersebut. Ketidakharmonisan dalam sebuah keluarga sering kali disebabkan oleh ketidakhadiran anak di tengahtengah mereka. Ketidakharmonisan tersebut dapat berujung pada keretakan rumah tangga yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya poligami atau bahkan perceraian. Keretakan rumah tangga yang disebabkan karena infertilitas ini biasanya terjadi tanpa melihat siapa penyebab dari ketidaksuburan tersebut. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan ketidaksuburan tersebut dapat terjadi pada pihak suami maupun pihak istri. Infertilitas pada laki-laki biasanya disebabkan oleh rendahnya jumlah sel sperma yang terdapat dalam semen dan kualitas sel sperma yang di bawah standar. Berdasarkan jumlah dan kualitas sel sperma yang terkandung dalam satu mililiter semen, infertilitas pada laki-laki dapat dikelompokkan menjadi2: a. Oligozoospermia, yaitu suatu keadaan jumlah sel sperma hanya terdapat beberapa ratus sel saja; b. Kriptozoospermia, yaitu suatu keadaan jumlah sel sperma hanya dapat dijumpai beberapa puluh atau kurang; c. Asthenospermia, yaitu suatu keadaan sel sperma tidak memiliki kemampuan bergerak secara leluasa untuk “mencari” sel telur. Sel sperma yang ada memiliki kelainan pada ekor namun kondisi kepala sperma (pembawa gen) masih baik; d. Azoospermia, yaitu suatu keadaan tidak terdapatnya sel sperma yang matang.
Infertilitas pada perempuan antara lain dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan saluran fallopi, tersumbatnya saluran fallopi akibat infeksi berulang pada alat kelamin dalam, ovulasi yang tidak normal, dan endometriosis.
2
Veronica Dwi Astuti et al., “Fertilisasi In Vitro dan Transplantasi Embrio pada Manusia: Apa Kendala Etisnya?” < http://ferrykarwur.i8.com/materi_bio/materi2. html >, 19 September 2007.
Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia
3
Dalam menyikapi hal tersebut di atas, perkembangan teknologi dunia kedokteraan saat ini telah memungkinkan para pasangan yang mengalami kemandulan dan tidak dapat memiliki keturunan melalui proses pembuahan secara alamiah memperoleh keturunan melalui cara lain selain cara alamiah. Teknologi pembuahan tersebut dikenal dengan sistem Assisted Reproductive Technology (ART)3. ART merupakan istilah untuk sejumlah prosedur medis yang digunakan dalam menyatukan sel telur dan sel sperma sehingga dapat membantu pasangan suami istri yang infertil dalam memperoleh keturunan. Berdasarkan teknik yang digunakan, ART dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) metode, yaitu In Vitro Fertilization (IVF), Zygote IntraFallopian Transfer (ZIFT), Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan Gamete IntraFallopian Transfer (GIFT)4. Dari keempat metode ART tersebut, IVF merupakan metode yang paling banyak diaplikasikan untuk membantu pasangan suami-istri yang mengalami infertilitas. In Vitro Fertilization (IVF), atau yang dalam bahasa sehari-hari lebih dikenal dengan bayi tabung, diperkenalkan untuk menjawab tuntutan manusia ketika suami isteri memutuskan untuk memiliki keturunan yang terhalang oleh suatu keadaan salah satu atau keduanya tidak subur sehingga tidak memungkinkan dilakukan pembuahan secara alami. Dalam perkembangannya, teknologi bayi tabung dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Benihnya berasal dari pasangan suami istri yang ditanamkan kembali ke rahim si istri; b. Salah satu benihnya berasal dari donor (baik sperma maupun sel telurnya) yang kemudian dikembalikan ke rahim si istri; c. Benihnya berasal dari pasangan suami istri namun karena suatu hal rahim si istri tidak mungkin untuk mengandungnya, maka ditanamkan pada rahim wanita lain atau yang lebih dikenal dengan istilah ibu pengganti atau surrogate mother.
3
Ibid.
4
Ibid.
Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia
4
Proses penanaman embrio ke dalam rahim si istri ada kalanya tidak berjalan mulus atau bahkan tidak dapat dilakukan karena suatu hal sehingga rahim si istri tidak dapat menerimanya. Hal-hal yang menjadi penyebabnya antara lain: si istri mempunyai penyakit yang membahayakan jiwanya jika mengandung, rahim si istri yang tidak mungkin lagi memproduksi sel telur, rahim si istri telah diangkat, si istri takut hamil, atau si istri tidak mau dibebani oleh beban kehamilan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas yaitu dengan menggunakan rahim ibu pengganti atau surrogate mother untuk dapat membesarkan zigot atau embrio tersebut sampai si bayi lahir. Pada dasarnya teknologi bayi tabung yang dilakukan dengan meminjam rahim orang lain dapat diterima di dunia medis, namun jika praktek tersebut dilakukan di Indonesia dapat menimbulkan banyak permasalahan. Selain permasalahan etika dan moral, penerapan teknologi bayi tabung dengan meminjam rahim orang lain juga dapat menyebabkan permasalahan hukum. Permasalahan yang timbul dari aspek hukum, khususnya hukum Islam, antara lain mengenai pandangan hukum Islam terhadap perbuatan penitipan janin dan kedudukan hukum anak yang dilahirkan dari perbuatan penitipan janin tersebut. Salah satu tujuan hukum Islam yang dirumuskan oleh Abu Ishaq al Shatibi adalah memelihara keturunan5. Abu Ishaq al Shatibi merumuskan lima tujuan hukum islam, yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kelima tujuan hukum Islam tersebut di dalam kepustakaan disebut dengan almaqasid al-khamsah atau al-maqasid al-shari’ah.
1.2.
Pokok Permasalahan Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,
terdapat beberapa pokok permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah ketentuan penitipan janin menurut Hukum Islam? 2. Bagaimanakah status hukum anak yang lahir dari rahim ibu pengganti menurut Hukum Islam?
5
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, cet. X, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 54
Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia
5
3. Bagaimanakah hubungan hukum anak yang lahir dari rahim ibu pengganti terhadap ibu pengganti dan orang tua pendonor menurut Hukum Islam?
1.3.
Tujuan Penelitian dan Penulisan Adapun Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut, yaitu:
1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui ibu pengganti (Surrogate Mother) ditinjau dari hukum kekeluargaan Islam yang didasarkan pada keputusan Ijtima’ ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
2. Tujuan Khusus Penulisan ini dibuat untuk membahas lebih lanjut mengenai: 1) Pengaturan mengenai penitipan janin menurut Hukum Islam; 2) Status Hukum Anak yang lahir dari rahim ibu pengganti menurut Hukum Islam; 3) Hubungan hukum anak yang lahir dari rahim ibu pengganti terhadap ibu pengganti dan orang tua pendonor menurut Hukum Islam.
1.4.
Definisi Operasional Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini terdapat beberapa istilah
yang dipergunakan untuk membatasi pengertian, istilah ataupun konsep. Untuk menghindari perbedaan pengertian terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hukum ini, berikut ini diberikan definisi dari istilahistilah tersebut: 1. Surrogate Mother adalah seorang wanita yang mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak untuk orang lain, dengan niatan sepenuhnya menyerahkan anak yang dikandungnya kepada orang lain tersebut pada saat dilahirkan6.
6
“Surrogacy – the issues,”
, 19 September 2007.
Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia
6
2. Inseminasi buatan (In Vitro Fertilization) adalah memasukkan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami7. 3. Bayi Tabung Uji adalah bayi yang dilahirkan oleh seorang perempuan hasil daripada persenyawaan ovumnya dengan sperma suaminya di luar tubuh perempuan itu8.
1.5.
Metode Penelitian Penulisan skripsi ini termasuk bentuk penelitian hukum. Penelitian
hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.9 Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosioempiris.10 Penulisan skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif. Dalam penelitian hukum normatif yang diteliti adalah bahan pustaka atau data sekunder, yang mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, dan wawancara.11 Data sekunder atau bahan pustaka yang dipergunakan antara lain:
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat12 yang berhubungan dengan penulisan ini yaitu setiap peraturan
7
Evi Puspita Sari et al., “Inseminasi Buatan.” , 19 September 2007 8
Ahmad Shuib Yahaya. “Bayi Tabung Uji Menurut <www.papisma.org/ nota/fekah/ testtube.pdf>, 19 September 2007.
Perspektif
Sains.”
9
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, (Jakarta: UI-Press, 2005), hal
43. 10
Ibid., hal 52.
11
Ibid.
12
Ibid.
Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia
7
perundangan-undangan yang berkaitan dengan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya.13 Terdiri dari Rancangan Undang-undang, laporan penelitian, artikel ilmiah, buku, makalah, penelusuran internet, skripsi dan tesis. 3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap sumber hukum primer dan sumber hukum sekunder,14. Terdiri dari abstraksi, buku pegangan, penerbitan pemerintah dan kamus.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan sebagai data sekunder dan wawancara selanjutnya dipadukan dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan menggambarkan secara tepat sifat suatu keadaan tertentu.15
1.6.
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang pembahasannya dimulai dari
bagian-bagian yang bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih bersifat khusus. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN. Gambaran umum mengenai latar belakang masalah yang menjadi dasar penulisan, pokok permasalahan, tujuan, definisi operasional, serta metode penelitian.
13
Sri Mamudji et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 31. 14
Ibid.
15
Ibid. hal. 4.
Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia
8
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERKAWINAN DAN HUKUM KELUARGA ISLAM. Penjelasan
mengenai
Hukum
Perkawinan
Islam,
pengertian
perkawinan, dasar hukum perkawinan Islam, asas-asas perkawinan Islam, tujuan perkawinan, hukum melakukan perkawinan, larangan melakukan perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, keluarga dalam Islam, kewarisan Islam, dan kedudukan Ayah, Ibu, serta Anak dalam Islam.
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG BAYI TABUNG DENGAN MENGGUNAKAN RAHIM IBU PENGGANTI (SURROGATE MOTHER) Penjelasan mengenai tekhnologi pembuahan dalam tabung, dasar hukum konsepsi dalam Islam, sejarah singkat bayi tabung, tujuan bayi tabung, syarat-syarat mengikuti program bayi tabung, proses dan jenisjenis bayi tabung, pengertian penitipan janin pada ibu pengganti, macam-macam penitipan janin, motivasi dilakukannya penitipan janin pada rahim ibu pengganti, ijtihad mengenai penitipan janin, dan beberapa kasus-kasus penitipan janin pada rahim ibu pengganti.
BAB IV
ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis mengenai kedudukan bayi tabung dalam hukum perkawinan Islam dan akibat hukum yang timbul dari perbuatan bayi tabung dengan menggunakan rahim ibu pengganti menurut Hukum Islam.
BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari analisis permasalahan dalam bab-bab sebelumnya dan saran yang dapat diberikan penulis berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
Kedudukan anak..., Wahyu Fajar Ramadhan, FHUI 2009
Universitas Indonesia