BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Rumah dibangun dengan harapan memenuhi kebutuhan lahir dan batin pemiliknya. Melalui tatanan fungsi ruang dan fasilitasnya, dapat ditelusuri bagaimana nilai yang dipegang dan berusaha diturunkan dalam sebuah keluarga. Selain memiliki hubungan ke dalam (dengan penghuni), rumah juga mempunyai hubungan keluar, yaitu dengan lingkungan sekitarnya.
Rumah nyaman adalah rumah yang proporsional, memenuhi kebutuhan lahir dan batin penghuninya. Sebuah keluarga mempunyai tingkat proporsi kenyamanan yang berbeda-beda. Tidak jarang keadaan nyaman itu diciptakan dengan sengaja, misalnya dengan menghadirkan suasana luar (alam) ke dalam rumah. Kenyamanan sebuah rumah juga bisa diukur dari fungsi perlindungan fisik (misalnya dari perubahan iklim dan cuaca, dsb.) dan non-fisik (misalnya sebagai batas privasi). Batas privasi dan keamanan sebuah rumah nyaman, tidaklah diukur dari tinggi dan kokohnya bangunan (tembok, pagar, dan unsur lainnya) tetapi juga akibat dari hubungan sosial penghuni rumah dengan lingkungannya yang terbina dengan sangat baik. Sebagian besar, ciri-ciri fisik rumah keluarga besar saya adalah: memiliki halaman yang luas, pagar sangat rendah, memiliki ruang terbuka yang sangat mudah diakses, dapur yang besar dan berjumlah lebih dari satu, serta ruang persediaan bahan makanan.
Seseorang lahir dan dibesarkan dalam sebuah rumah, dalam lingkup kecil adalah keluarga dan yang lebih luas adalah masyarakat. Keluarga dan masyarakat berperan erat membentuk kepribadian seseorang. Pengertian rumah bagi seseorang bisa mengandung dimensi yang luas. Menurut saya, rumah adalah: keluarga dengan budaya internal beserta sejarahnya serta lingkungan alam, masyarakat dengan budaya lokal. Kedua poin tersebut terangkum dalam rumah-rumah leluhur saya.
Pengertian rumah sifatnya adalah fisik dan non-fisik. Sebagai ilustrasi untuk menjelaskan hubungan antara rumah dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya, di bawah ini adalah gambaran dalam kehidupan keluarga besar saya. Rumah bukan hanya milik keluarga inti, namun untuk seluruh anggota keluarga (dari kakek, saudara kakek, kerabat, hingga keluarga pengasuh atau pembantu). Seorang anak dalam keluarga dapat bermalam dan makan di semua rumah kerabat. Ideologi ini diturunkan oleh anggota keluarga tertua. Seorang leluhur dalam silsilah keluarga saya adalah tokoh sentral yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan pola pikir keluarga besar. Sejarah hidupnya selalu dikenang oleh semua anggota keluarga, demikian juga cara berpikir dan bersikap yang selalu menjadi acuan bagi saya. Pekerjaan yang padat tidak menghambatnya untuk berkumpul bersama keluarga, kehidupan sosialnya terpelihara dengan sangat baik, aktif mendukung kegiatan lingkungan dan memiliki hubungan yang baik dengan banyak pihak.
Sisa-sisa masa lalu keluarga, baik memori maupun artefaknya (termasuk rumahrumah yang dibangun dan dihuni oleh leluhur), didukung dengan lingkungan alam dan budaya lokal masyarakat sungguh menarik, karena membangun imajinasi akan sebuah kehidupan yang ideal bagi saya. Suatu ketika saya sebagai individu merasa perlu untuk mendapat pengalaman lebih, yang tidak bisa didapat di rumah (keluarga dan masyarakat lokal di mana saya dibesarkan). Hal tersebut membuat saya merasa ingin untuk mencari hal-hal baru berupa pengalaman, pelajaran dan wawasan yang lebih luas.
1. 2 Rumusan Masalah Ketika seseorang dalam masa menuju kemandirian, sibuk membenahi dan mencari jati dirinya, nilai-nilai dari keluarga yang tertanam dalam dirinya tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Nilai-nilai tersebut dapat berasal dari pendidikan, memori masa kecil dan remaja dalam lingkungan keluarga serta lingkungan budaya di mana seseorang dibesarkan. Kehidupan seorang anak diwarnai oleh nilai-nilai keluarga maupun lingkungan masyarakatnya, sehingga pengertian
rumah bagi seseorang bukan yang bersifat fisik saja, tetapi yang lebih penting adalah konsep home baginya.
Banyak kegelisahan yang dihadapi ketika seseorang berada dalam pencarian jati diri, akibatnya sebagaimanapun tidak nyamannya sebuah rumah, selalu ada yang membawa seseorang untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, selalu saja ada harapan akan sesuatu yang ideal di rumahnya. Sesuatu yang saya dapat dari rumah kemudian menjadi penting dalam membentuk kepribadian, maka semua yang hidup di masa lalu, nilai-nilai dan memori tidak dapat dihapus begitu saja, tetapi merupakan unsur penting yang ternyata membentuk saya seperti sekarang.
Saya melihat, menyesuaikan dan menyerap nilai-nilai hidup baru walaupun untuk pertama kali terasa asing. Pada saat menghadapi nilai-nilai yang baru dan masih asing, saya selalu merindukan “rumah” dan besar harapan untuk membuat dua hal tersebut hidup bersama. Hal ini karena meski ada perbedaan antara nilai kehidupan keluarga dan nilai kehidupan yang baru, keduanya ternyata dapat menjadi baik untuk dipersatukan.
1. 3 Batasan Masalah Rumah yang dimaksud adalah pemahaman saya terhadap refleksi diri yang di dalamnya memuat ideologi tentang nilai-nilai hidup manusia. Dengan demikian, maka konsep tentang rumah sifatnya personal sesuai dengan visi atau pemahaman terhadap nilai-nilai masa lalu dalam kehidupan keluarga besar dengan kehidupan yang saya jalani sekarang.
Dalam pemahaman saya, rumah memiliki dua pengertian, yaitu sebagai bangunan fisik (house) dan konsepnya (home). Istilah rumah secara personal sangat identik dengan ketenangan dan kenyamanan.
1. 4 Tujuan Seiring berjalannya waktu, nilai-nilai kehidupan mengalami proses perubahan, ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Ketika secara fisik dan psikis berjauhan dengan “rumah”, saya justru dapat melihat lebih dalam dan merasakan adanya pergeseran nilai kehidupan, antara nilai-nilai dari leluhur dan keluarga sekarang yang diyakini membentuk diri saya hingga saat ini.
Leluhur yang hidup di masa sebelum generasi saya, memiliki kehidupan dengan nilai-nilai yang baik yang tercermin dalam keseharian. Seiring berjalannya waktu, sebagian besar leluhur wafat, demikian pula nilai-nilai yang dimilikinya tidak lagi terpelihara. Faktor eksternal seperti perubahan budaya mempengaruhi sikap dan kepribadian keluarga besar sekarang. Melalui leluhur yang masih hidup, saya dapat melihat bagaimana kehidupan masa lalu keluarga.
Dalam kondisi jauh dari lingkungan “rumah” dan dalam proses menjadi dewasa, saya berusaha “mengambil dan menggunakan” kembali nilai-nilai baik yang sudah terabaikan dalam kehidupan keluarga pada kehidupan saya sekarang. Tema home adalah refleksi sikap, termasuk bagaimana saya membangun sebuah rumah, yaitu diri saya, dan seperti apakah rumah yang akan saya bangun.
1. 5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, yaitu memori masa lalu keluarga dan rumahrumah keluarga besar.
BAB II RUMAH DAN SAYA Pendekatan berkarya berupa teori-teori yang digunakan untuk membantu menjelaskan tema, pemahaman saya terhadap medium serta menjelaskan pemahaman saya terhadap patung dan seni melalui seniman referensi.
BAB III GAGASAN BERKARYA Bab ini berisi proses berpikir, dari latar belakang tema menjadi konsep dan bentuk karya. Bagian ini juga menjelaskan medium yang digunakan, yaitu material dan teknik.
BAB IV TINJAUAN KARYA Menjelaskan hubungan konsep dan bentuk karya.
BAB V KESIMPULAN Kesimpulan dari apa yang didapat selama proses Tugas Akhir.