1
BAB I LATAR BELAKANG
1.1. Definisi Permasalahan Pada saat ini telah berkembang pengasuhan dengan metode daycare. Arti dari daycare sendiri seringkali merujuk pada jasa perawatan bagi anak - anak. Berdasarkan definisi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1990 (Patmonodewo, 2006), daycare sebagai sarana untuk membantu mendidik anak ketika peran orang tuanya perlu dibantu atau dilengkapi, tetapi bukan untuk menggantikan peran orang tuanya (Patmonodewo, 2006). Selain
anak-anak,
terdapat
juga
jangkauan
usia
lainnya
yang
sama–sama dikategorikan sebagai usia non produktif. Jangkauan tersebut untuk usia lebih dari 64 tahun (Nurhasikin, 2013). Dikatakan non produktif karena jangkauan usia tersebut tidak bekerja atau tidak produktif lagi (Nurhasikin, 2013). Akan tetapi sesuai dengan undang–undang tenaga kerja saat ini, batas usia seseorang pensiun atau tidak bekerja di perusahaan swasta adalah 55 tahun. Memang dapat diperpanjang sampai dengan usia 60 tahun. Dimana usia tersebut telah dianggap sebagai batas maksimum sebelum seseorang pensiun (Praditya, 2015).
2
Meskipun batasan usia ini tidak diatur secara tetap oleh pemerintah. Hanya berdasarkan kepada mayoritas batas usia yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja sesuai pendapat Direktur Pengupahan dan Jaminan Sosial Kementrian Tenaga Kerja Bapak Wahyu Widodo (Arief, 2015). Jumlah lansia sendiri di Indonesia saat ini sudah mencapai angka 25 juta orang (Ariyanti, 2015). Jumlah ini akan terus bertambah, bahkan diprediksi pada tahun 2025 Indonesia akan memiliki jumlah lansia terbesar di dunia (Sutriyanto, 2015). Untuk menggambarkan situasi ini, Siti Setiati selaku Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Ariyanti, 2015), memberikan perbandingan setiap lima orang ada satu lansia. Menurut Nafsiah (2012), WHO (World Health Organization) Asia Tenggara mensepakati bahwa perlu perhatian terhadap angka harapan hidup dari lansia. Hal ini berhubungan dengan perpanjangan angka harapan hidup dapat memberikan kualitas tambahan bagi lansia. Agar mereka mampu hidup secara lebih mandiri tanpa adanya diskriminasi. Bersamaan dengan menyadari bahawa pada usia lansia akan mulai menurun kemampuan beraktivitas dan kesehatan (Pramesti, 2012). Lebih lanjut permasalahan pada lansia bukan hanya sebatas kepada keseharan fisik . Tetapi seringkali nampak masalah psikososial (Sutriyanto, 2015). Contoh-contoh masalah psikis yang berada di sekitar kita bagi lansia adalah ditinggal oleh pasangan hidup yang telah menemani atau oleh temantemannya (meninggal), kehilangan sumber penghasilan, dan kesehatan fisik
3
yang menurun mengikuti pertambahan usia yang memberikan beban tersendiri untuk dirinya (Kadir, 2007). Menurut Samlee Pilanbangchang selaku Direktur Regional WHO kawasan Asia Tenggara, idealnya lansia dirawat oleh keluarga sendiri. Panti Wredha seharusnya menjadi pilihan paling akhir untuk merawat lansia. Tetapi keluarga harus tetap menunjukkan kasih sayang. Saat ini tersedia pilihan tempat untuk merawat lansia adalah Panti Wredha. Meskipun masyarakat Indonesia memandangnya secara negatif (Wardani, 2015). Akan tetapi sebenarnya, panti wredha merupakan salah satu alternatif tempat yang baik bagi lansia bila anak mereka sibuk bekerja menurut Pilanbangchang, (2015) (Wardani, 2015). Hal ini dikarenakan di panti wredha, lansia dapat berkumpul bersama teman dan beraktivitas. Terlebih bila lansia tidak memiliki keluarga (Wardani, 2015). Untuk memberikan gambaran mengenai jumlah lansia, maka penulis memberikan sajian data pendukung berikut ini :
1.1.1. Demografi Lansia di DKI Jakarta Dari tahun ke tahun jumlah penduduk lansia cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika pada tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) adalah 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada
4
tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dengan UHH 67,4 tahun dan pada tahun 2015 UHH meningkat menjadi 70,1 tahun. Dan diperkirakan Indonesia akan menduduk peringkat pertama dalam jumlah lansia terbesar di dunia pada tahun 2025 yang akan datang, dengan jumlah total lansia sebesar 36 juta jiwa. Menurut Arya Guvinda Roosheroe dari Persatuan Gerontologi Medik Indonesia, sejak organisasi Persatuan Gerontologi Medik Indonesia didirikan tahun 1994, mereka telah memprediksi tahun 2025 kita akan memiliki penduduk lansia terbesar di dunia.
Gambar 1.1 Persentase Lansia di Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
5
Dijelaskan bahwa angka UHH di Indonesia setiap tahunnya naik, ini memungkinkan dan diperkirakan akan terus naik hingga 2025 dan seterusnya. Berikut adalah lima daerah dengan UHH tertinggi menurut Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta (2015). No
Nama Daerah
Usia Harapan Hidup
1
Daerah Istimewa Yogyakarta
73.62 tahun
2
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
73.56 tahun
3
Sulawesi Utara
72.62 tahun
4
Jawa Tengah
71.97 tahun
5
Kalimantan Timur
71.78 tahun
Tabel 1.1 5 Provinsi Dengan Angka Harapan Hidup Tertinggi Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta (2015)
1. Piramida Kependudukan DKI Jakarta
Gambar 1.2 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur DKI Jakarta Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015
6
Tahun 2015 ada 6.5% penduduk lansia di DKI Jakarta dari total jumlah penduduk keseluruhan penduduk DKI Jakarta.
2. Piramida Kependudukan Kota Administrasi Jakarta Pusat
Gambar 1.3 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2013 Sumber : BPS Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2014
Jumlah penduduk lansia ( >60 tahun ) di Kota administrasi Jakarta Pusat adalah sebanyak 98.986 jiwa pada tahun 2013 (BPS Kota Administrasi Jakarta Pusat: 2013).
7
3. Piramida Kependudukan Kota Administrasi Jakarta Barat
Gambar 1.4 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2014
Jumlah penduduk lansia ( >60 tahun) di Kota administrasi Jakarta Barat adalah sebanyak 792.669 jiwa pada tahun 2013 (BPS Kota Administrasi Jakarta Barat: 2013).
8
4.
Piramida Kependudukan Kota Administrasi Jakarta Timur
Gambar 1.5 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2014
Jumlah penduduk lansia ( >60 tahun) di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebanyak 170.400 jiwa pada tahun 2013 (BPS Kota Administrasi Jakarta Timur: 2013).
9
5.
Piramida Kependudukan Kota Administrasi Jakarta Selatan
Gambar 1.6 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2014
Jumlah penduduk lansia ( >60 tahun) di Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah sebanyak 139.930 jiwa pada tahun 2013 (BPS Kota Administrasi Jakarta Selatan: 2013).
10
6. Piramida Kependudukan Kota Administrasi Jakarta Utara
Gambar 1.7 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2013 Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2014
Jumlah penduduk lansia ( >60 tahun) di Kota Administrasi Jakarta Utara adalah sebanyak 847.197 jiwa pada tahun 2013 (BPS Kota Administrasi Jakarta Utara: 2013).
11
7. Piramida Kependudukan Kabupaten Kepulauan Seribu
Gambar 1.8 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013 Sumber: BPS Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
Jumlah penduduk lansia ( >60 tahun) di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah sebanyak 1241 jiwa pada tahun 2013 (BPS Kabupaten Kepulauan Seribu: 2013).
12
1.1.2. Distribusi PDRB Provinsi DKI Jakarta tahun 2013
Gambar 1.9 Diagram Produk Domestik Regional Bruto di DKI Jakarta Tahun 2013 Sumber: Statistik Daerah Kota Jakarta Barat, 2014
Peringkat pertama konstribusi PDRB DKI Jakarta adalah Jakarta Pusat dengan kontribusi sebesar 26,87%. Ini menunjukan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di Jakarta Pusat lebih unggul dari daerah Jakarta lainnya.
13
Tabel 1.2 Perbandingan PDRB Kab/Kota Administrasi se-Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011- 2013 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp) Wilayah
2011
2012
2013
Kep. Seribu
5.339,3
5.633,4
6.010,8
Jakarta Selatan
217.519,4
245.503,1
275.275,3
Jakarta Timur
166.001,0
186.600,8
211.919,6
Jakarta Pusat
259.778,6
292.565,0
336.286,3
Jakarta Barat
145.329,0
163.041,4
186.017,7
Jakarta Utara
184.295,2
207.492,7
236.011,7
Sumber: Statistik Daerah Kota Jakarta Barat, 2014
Pada tabel perbandingan PDRB kab/kota administrasi se-provinsi DKI Jakarta pada tahun 2013 dapat dilihat PDRB atas dasar harga berlaku paling besar adalah Kota Administrasi Jakarta Pusat yaitu mencapai 336.286,3 milyar.
14
Tabel 1.3 Perbandingan PDRB Per Kapital Kab/Kota Administrasi se-Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011- 2013 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Per Kapital Wilayah
2011
2012
2013
Kep. Seribu
259.725,9
259.554,8
264.642,5
Jakarta Selatan
103.614,7
116.161,7
128.516,8
Jakarta Timur
61.214,7
67.6315
75.927,7
Jakarta Pusat
283.985,3
319.613,6
370.930,9
Jakarta Barat
63.482,1
69.505,8
77.617,8
Jakarta Utara
109.847,1
122.995,0
137.935,0
Sumber: Statistik Daerah Kota Jakarta Barat, 2014
Sementara bila dilihat pada tabel perbandingan PDRB kab/kota administrasi se-provinsi DKI Jakarta tahun 2013 dapat dilihat PDRB dengan migas perkapital atas dasar harga berlaku 2013 paling besar masih didominasi Kota Administrasi Jakarta Pusat yaitu mencapai Rp.370.930,9.
15
Berikut adalah tabel jumlah lansia, PDRB atas dasar harga berlaku (milyar) dan PDRB atas dasar harga berlaku per-kapital (Rp) pada tahun 2013 lima kota administratif di DKI Jakarta. Tabel 1.4 Jumlah lansia, PDRB atas dasar harga berlaku (milyar) dan PDRB atas dasar harga berlaku per-kapital (Rp) pada tahun 2013 di lima kota administratif di DKI Jakarta Kota
Jumlah
PDRB Atas Dasar
PDRB Atas Dasar Harga
Administrasi
Lansia
Harga Berlaku (Milyar)
Berlaku Per-Kapital
Tahun 2013
Tahun 2013
(Rp) Tahun 2013
Jakarta Pusat
98.986
336.286,3
370.930,9
Jakarta Barat
792.669
186.017,7
77.617,8
Jakarta Timur
170.400
211.919,6
75.927,7
Jakarta Selatan
139.930
275.275,3
128.516,8
Jakarta Utara
559.091
236.011,7
137.935
Kepulauan
1.241
6.010,8
264.642,5
Seribu
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
16
1.1.3. Panti Werdha Untuk Sektor Middle Up Tabel 1.5. Daftar panti jompo sektor middle up di sekitar Jabodetabek Nama Tempat
Jenis
Lokasi
Yayasan Karya Bakti Ria
Panti Werdha
Cibubur, Jakarta Timur
Panti Werdha Wisma Mulia
Panti Werdha
Petamburan, Jakarta Barat
Graha AUSSI Cinere
Panti Werdha
Cinere, Depok
Senior Living @ D' Khayangan
Panti Werdha
Cikarang, Jababeka
Senior Citizens' Club
Club
Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara
Rukun Senior Living
Panti Werdha
Sentul, Jawa Barat
Pembangunan
Sumber : Penulis, 2015
1.2. Urgency Menurut Ziolkowski (2015), kepuasan hidup dari lansia dipengaruhi oleh evaluasi kesehatan secara subjektif. Baik antara kesehatan mental dan kemampuan dari lansia itu sendiri. Dikarenakan dengan perbedaan daripada pandangan atau anggapan kepada lansia mempengaruhi cara lansia mengatur kepercayaan dan kemampuan diri mereka. Seperti kemampuan untuk mengatasi masalah dan mengembangkan diri mereka (Ziolkowski, 2015).
17
Angka harapan hidup lansia tahun 2010 di Indonesia berdasarkan data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) pada tahun 2010, untuk laki–laki adalah 72.8 tahun dan perempuan adalah 76.5 tahun. Secara rata-rata maka untuk kedua jenis kelamin, angka harapan hidupnya adalah 74.7 tahun. Bersama dengan angka harapan hidup lansia seperti itu, angka kebergantungan di Indonesia tahun 2010 sebesar 36.94. Selanjutnya bila diproyeksikan untuk tahun 2015 menjadi 39.9 menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) pada tahun 2015. Peningkatan angka kebergantungan lansia menjadi sebuah fenomena yang perlu diperhatikan sesuai dengan hasil Health Minister Meeting yang ke-30 (Kemkes, 2015). Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia yaitu Akmal Taher, SpU(K) menyampaikan bahwa upaya preventif juga merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan lansia (Kemkes, 2015). Untuk menjaga kesehatan lansia, salah satu yang dibutuhkan adalah sarana dan prasarana yang ramah bagi para lansia (Kemkes, 2015). Hal ini dilakukan karena dengan bertambahnya kesehatan lansia maka mereka dapat semakin hidup mandiri dan produktif (Kemkes, 2015). Realitas di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia sekarang ini cenderung kebanyakan anak yang sibuk bekerja di luar rumah, sehingga tidak ada waktu untuk merawat orang tua. Karena memiliki banyak aktifitas (Fadli,
18
2013). Kesibukan anak mengakibatkan frekuensi interaksi tatap muka semakin berkurang. Dan perlahan-lahan mempengaruhi ikatan kekeluargaan. Menurutnya Haruca Aly psikolog dari Rumah Sakit Bunda Jakarta, kota-kota besar seperti Jakarta, yang masyarakatnya majemuk dan banyak warga yang sibuk bekerja, sehingga tidak punya waktu untuk mengurus orang tuanya yang sudah lanjut usia. Mereka bisa menitipkan orang tuanya ke tempat penitipan lansia. Nanti ketika pulang kerja, mereka bisa menjemput orang tuanya lagi sebagai alternativ yang lebih baik dari pada memasukkan lansia ke panti werdha. Lebih lanjut, Haruca Aly Jakarta (2014) menyatakan dengan berkembangnya daycare untuk anak–anak dapat juga dipikirkan untuk para lansia (Elizabeth, 2014). Hal ini dikarenakan, masih kurnagnya pengetahuan dari anggota keluarga sendiri dalam merawat lansia (Elizabeth, 2014). Selain itu menurut Haruca (2014) dengan adanya daycare lansia akan mengurangi pandangan negatif menitipkan orang tua kepada suatu wadah karena dapat dijemput kembali (Elizabeth, 2014).
1.3. Tujuan dan Manfaat 1) Tujuan Tujuan dari penulisan tesis ini :
19
1. Merancang model bisnis baru, yang berupa daycare bagi kalangan lansia, yaitu Holiday Care. 2. Mengetahui bisnis Holiday Care sebagai strat-up bisnis mempunyai potensi menghasilkan keuntungan dimasa depan. 3. Mengetahui faktor keberhasilan dari aspek internal dan eksternal. 4. Menilai kelayakan usaha model bisnis Holiday Care ini.
2) Manfaat Manfaat dari penulisan tesis ini adalah : A. Bagi Perusahaan 1. Memberikan gambaran dalam memahami peta persaingan daycare di Jakarta Utara. 2. Memberikan gambaran tentang kondisi pasar daycare secara makro maupun mikro. 3. Membantu perusahaan dalam membuat strategi yang sesuai dengan start-up daycare ini. B. Bagi Penulis 1. Sebagai bahan pertimbangan dan pengajuan kepada calon investor yang ingin bergabung dengan bisnis startup Holiday Care ini. 2. Sebagai landasan teori dalam menjalani usaha startup Holiday Care.
20
3. Sebagai nilai pengalaman dalam membangun startup Holiday Care. C. Bagi Investor 1. Memberikan gambaran mengenai kelayakan usaha Holiday Care. 2. Memberikan gambaran bagaimana peluang investasi di usha Holiday Care. 3. Memberikan gambaran rinci mengenai potensi bisnis ini dimasa yang akan datang. D. Bagi Pembaca 1. Memberikan gambaran mengenai sistematika jalan bisnis Holiday Care. 2. Memberikan pengetahuan mengenai peluang usaha start-up Holiday Care. 3. Memberikan gambaran mengenai bagaimana cara memulai atau membuat start-up Holiday Care. E. Bagi Pemerintah Sebagai referensi akan peluang bisnis baru di bidang daycare untuk lansia.
21
1.4. Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka kami membuat batasan masalah supaya ruang lingkup perancangan bisnis model ini jelas batasannya. Adapun batasan masalahnya adalah : 1. Model bisnis ini dikhususkan untuk daycare dengan target segmen lansia (>55 tahun). 2. Data yang akan digunakan adalah data mulai dari tahun 2013. 3. Batasan demografi di DKI Jakarta. 4. Metode pengambilan sample yaitu dengan menyebarkan kuesioner khususnya di daerah Jakarta Utara. 5. Metode studi pustaka, dengan literatur-literatur yang membahas tentang daycare, gerontology, Panti Werdha dan teori-teori analisis serta penerapan dari strategi bisnis dan manajemen. 6. Metode Analisis untuk pasar dan Industri yaitu dengan menggunakan business model canvas, porter five forces analysis, analisis 7P dan TOWS.
1.5. Ide Bisnis Dari latar belakang dan permasalahan diatas, kami memiliki ide bisnis yaitu sebuah tempat untuk merawat orang tua dengan kategori lansia tanpa memberikan kesan “anak membuang orang tua” pada waktu jam kerja tanpa
22
harus menginap. Konsep bisnis yang kami rancang adalah daycare untuk lansia yang anaknya bekerja atau untuk lansia yang tidak memiliki caregiver. Dari ide bisnis ini kami berharap agar orang tua yang di usia senjanya tidak merasa kesepian atau terabaikan karena anggota keluarganya sibuk bekerja dan sekolah. Program yang akan diadakan diharapkan akan menarik minat lansia untuk beraktivitas dan bersosialisasi dengan teman sebayanya dan kesehjahteraan hidupnya. Kami merancang ide bisnis daycare untuk lansia ini karena belum ada wadah sejenis di Indonesia. Program daycare ini membantu aktivitas seharihari lansia, namun lansia masih dapat bertemu setiap hari dengan anggota keluarganya sehingga tidak ada kesan “ anak membuang orang tua” pada program ini.
1.6. Ikhtisar Perkembangan pengasuhan dengan metode daycare pada masa ini yang diperuntukkan bagi anak - anak karena kepada gaya hidup saat ini, dimana membutuhkan untuk suami istri bekerja yang terdorong oleh kebutuhan ekonomi tertentu. Selain anak - anak, sebenarnya ada jangkauan usia yang perlu perhatian lebih. Seperti dengan orang lanjut usia atau orang tua yang menderita sakit tertentu. Seringkali yang menjadi pilihan adalah Panti Werdha untuk orang
23
lanjut usia dan rumah sakit untuk orang yang menderita sakit tertentu secara berkepanjangan (bisa lansia ataupun usia produktif). Sehingga membangun opini “orang tua dibuang anak” Berangkat dari masalah tersebut, ada peluang bisnis mengenai wadah untuk merawat orang tua tanpa harus membangun opini “orang tua dibuang anak”, yaitu daycare untuk lansia. Konsep bisnis yang kami rancang adalah daycare untuk lansia yang anaknya bekerja namun tetap dapat bertemu setiap harinya karena tidak menginap ditempat penitipan. Dari ide bisnis ini kami berharap agar orang tua yang di usia senjanya tidak merasa kesepian karena anggota keluarganya sibuk bekerja dan sekolah. Program yang akan diadakan diharapkan akan menarik minat lansia untuk beraktivitas dan bersosialisasi dengan teman sebayanya.