TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
BAB
3 ANALISIS FREE SPAN
3.1
Free span
Menurut definisinya, free span adalah bentang bebas. Pada pipa bawah laut (subsea pipeline) yang tergeletak pada seabed, free span terjadi akibat ketidak-rataan (uneven) permukaan dasar laut dengan kurvatur yang tidak memenuhi kurvatur natural dari pipa tersebut, sehingga bentang pipa akan menggantung. Selain itu, free span juga dapat terjadi jika pada rute pipa tersebut memiliki persimpangan (crossing) dengan pipa atau kabel lain di bawah laut. Pada tahap engineering and technical design, pipa tidak disiapkan khusus dengan perlindungan terhadap free span dikarenakan biaya kapital yang menjadi lebih besar. Gambar 3.1 menunjukkan free span yang biasanya ditemui di lokasi penempatan pipa.
Gambar 3.1 Tipe umum free span pipa bawah laut [sumber: Bai, Y, 2001].
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-1
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa free span pipa pada dasar laut memiliki tipikal seperti itu. Bila terjadi suatu free span pada suatu rute pipa, maka perlu dicek ulang kekuatan dan keandalan kerja pipa tersebut. Perhitungan dan persiapan antisipasi ini perlu dilakukan mengingat keadaan pipa yang sudah tidak tergeletak merata pada seabed. Besar defleksi, dampak gaya hidrodinamika, vibrasi dan tegangan maksimum yang dapat terjadi harus dihitung untuk pengecekan kemungkinan keruntuhan pipa dengan pola statik (Ultimate Limit Strength) atau kelelahan/fatigue (Fatigue Limit Strength). Analisis terhadap free span ini dilakukan untuk tiap fase, yaitu: •
Fase instalasi (pipa kosong).
•
Fase hydrotest (pipa berisi air, tekanan tertentu).
•
Fase operasi (pipa berisi content fluid).
Semua analisis free span yang dilakukan mengacu pada kode standar DNV-RP-F105 Free Spanning Pipelines. Seperti telah dijelaskan diatas, maka kriteria ULS dan FLS merupakan parameter pengecekan yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini. Gambar 3.2 menjelaskan flow chart analisis free span yang dilakukan.
Gambar 3.2 Flow chart analisis free span [sumber: DNV RP-F105].
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-2
TUGAS AKHIR
3.2
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Data Lingkungan
Tahapan pertama dari analisis free span adalah akuisisi dan pengecekan data lingkungan laut pada lokasi tinjauan. Parameter-parameter lingkungan yang mempengaruhi seperti parameter tanah, metocean data, akan mempengaruhi karakteristik perilaku pipa di dasar laut. Adanya interaksi antara pipa dan seabed akan menentukan kekuatan friksi pipa dan faktor damping yang berpengaruh terhadap VIV. Sedangkan pengaruh kecepatan dan percepatan arus dan gelombang akan menentukan gaya-gaya hidrodinamik yang bekerja pada pipa dan mempengaruhi stabilitas pipa di dasar laut.
3.2.1
Data Geoteknik
Dalam perencanaan desain pipa bawah laut, khususnya dalam analisis detail free span, jenis tanah di klasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu tanah kohesif (clay/silt) dan tanah non-kohesif (sand). Data geoteknik ini pada umumnya diperoleh dari survei in-situ yang dilakukan pada lokasi tinjauan dan tes laboratorium. Untuk tes laboratorium, hasil diambil dari undisturbed soil samples, agar membuktikan keadaan lokasi tinjauan yang sebenarnya. Data-data yang dibutuhkan antara lain: •
Data umum tanah yang mencakup jenis tanah, void ratio, submerged unit weight, indeks plastisitas.
•
Kondisi tegangan dan regangan in-situ, tegangan geser (shear strength), untuk kondisi drained maupun undrained, dan siklus regangan geser.
•
Parameter settlement tanah.
Dalam suatu proyek pembangunan jaringan pipa, data-data ini diperoleh secara mendetail dengan survei yang dilakukan pada lokasi tinjauan. Untuk penyederhanaan atau aproksimasi data yang kurang lengkap, maka DNV-RP-F105 menyarankan nilainilai parameter tanah seperti dijelaskan oleh Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-3
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Tabel 3.1 Tipikal Parameter Umum Geoteknik [sumber: DNV RP-F105].
ϕs
Su
υ
es
γ soil
Loose
28° - 30°
-
0.35
0.7 - 0.9
8.5 - 11.0
Medium
30° - 36°
-
0.35
0.5 - 0.8
9.0 - 12.5
Dense
36° - 41°
-
0.35
0.4 - 0.6
10.0 - 13.5
Very soft
-
<12.5
0.45
1.0 - 3.0
4.0 – 7.0
Soft
-
12.5 – 25
0.45
0.8 - 2.5
5.0 – 8.0
Clay/silt
Firm
-
25 – 50
0.45
0.5 - 2.0
6.0 – 11.0
(nonkohesif)
Stiff
-
50 - 100
0.45
0.4 - 1.7
7.0 – 12.0
Very Stiff
-
100 - 200
0.45
0.3 - 0.9
10.0 – 13.0
Hard
-
>200
0.45
0.3 - 0.9
10.0 – 13.0
Tipe Tanah
Sand (kohesif)
keterangan:
ϕs
= sudut geser dalam
es
= void ratio
su
= undrained shear strength (kN/m2)
γ soil
= submerged unit weight (kN/m3)
ν
= Poisson ratio
Tabel 3.2 Nilai Rasio Damping Tanah ξsoil, dalam % [sumber: DNV RP-F105].
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-4
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
keterangan : L/D adalah rasio dari panjang free span (L) dan diameter terluar pipa (D).
3.2.2
Data Arus
Data arus yang terdiri dari data kecepatan dan arah arus didapat dari pengukuran di laut. Pengukuran pada suatu rute pipa bawah laut dibagi menjadi beberapa zona pengukuran. Dengan memperhitungkan efek boundary layer, maka alat pengukur (current meter probe) diletakkan pada suatu elevasi referensi. Data arus yang diperoleh bersifat diskrit, per detik, per menit atau per jam. Dari data diskrit ini lalu dilakukan analisis spektrum kecepatan dan diambil rata-ratanya. Asumsi yang digunakan adalah arus dianggap steady current, yang terdiri dari: •
Arus pasang surut.
•
Wind induced current.
•
Storm surge induced current, diabaikan dalam Tugas Akhir ini.
•
Density driven current, diabaikan dalam Tugas Akhir ini.
Dengan telah diketahuinya besar kecepatan arus dan partikel gelombang, maka besar kecepatan arus total tersebut harus diklasifikasikan untuk pengambilan langkah analisis selanjutnya. Dasar dari pembagian kriteria ini adalah rasio antara kecepatan arus dan kecepatan partikel gelombang. α = U C (U C + U W )
3.1
dimana: Uc
= kecepatan arus
UW
= kecepatan arus akibat gelombang = Us . Rd
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-5
TUGAS AKHIR
Rd
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
= koefisien penyebaran gelombang
Rasio dari kecepatan arus dan kecepatan partikel ini merupakan faktor yang menentukan dampak aliran arus terhadap pipa. Adanya aliran yang melewati pipa menyebabkan pipa memiliki respon, dalam arah in-line (searah arus) dan arah cross flow (tegak lurus vertikal arah arus). Tabel 3.3 menjelaskan kriteria respon dan dampak terhadap pipa berdasarkan rasio kecepatan arus dan gelombang. Klasifikasi ini menunjukkan bahwa pengaruh arus dan gelombang memberikan pengaruh respon yang berbeda terhadap pipa. Kecepatan arus merupakan tipe steady current, sedangkan kecepatan partikel gelombang merupakan oscillatory current, yang besarnya berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Tabel 3.3 Kriteria Respon Pipa Terhadap Rasio Aliran Arus [sumber: DNV RP-F105]. Gelombang dominan (Uw > Uc) α < 0.5
Arah In-line Pembebanan in-line dihitung berdasarkan persamaan Morrison. In-line VIV akibat vortex sheeding diabaikan. Arah Cross flow Beban cross flow dominan disebabkan oleh vortex shedding asimetris.
Gelombang dominan (Uw < Uc) Arah In-line Pembebanan in-line dihitung berdasarkan persamaan Morrison. 0.5 < α < 0.8 In-line VIV akibat vortex shedding berkurang dengan keberadaan gelombang. Arah Cross flow Beban cross flow dominan disebabkan oleh vortex shedding asimetris dan menunjukkan situasi arus yang dominan.
Arus dominan (Uc >> Uw)
α > 0.8
3.2.3
Arah In-line Pembebanan in-line berdasarkan steady drag component dan oscillatory component akibat vortex shedding. Pembebanan in-line dihitung berdasarkan persamaan Morrison diabaikan. Arah Cross flow Pembebanan cross flow secara siklik akibat vortex shedding, dan menunjukkan situasi arus murni yang dominan.
Data Gelombang
Dalam suatu analisis atau perencanaan desain pipa bawah laut, data gelombang didapatkan dengan dua cara, yaitu dari data pengukuran langsung di laut dan data hasil hindcasting. Data gelombang terdiri dari data tinggi gelombang dan arah gelombang. Hasil pengolahan data pengukuran digunakan untuk kalibrasi atau validasi data
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-6
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
gelombang hasil hindcasting. Data yang didapat berupa tinggi gelombang signifikan (Hs) dan perioda spektral puncak (Tp) dan tentunya arah gelombang dalam derajat. Melalui data ini maka akan didapat kecepatan dan percepatan gelombang di bawah laut sekitar wilayah pipa. Untuk penggunaan teori gelombang linear nilai kecepatan aliran signifikan (Us) dapat diperoleh dengan mengunakan grafik pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Amplitudo kecepatan aliran signifikan pada elevasi pipa [sumber: DNV OS-F101].
Faktor periode puncak (γ) didapat dari persamaan:
jika ϕ < 3.6 5 γ = exp(5.75 − 1.15ϕ ) jika 3.6<ϕ <5 1 jika ϕ > 5
ϕ=
3.2
Tp Hs
3.3
dimana: Hs
= tinggi gelombang signifikan
Tp
= periode puncak
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-7
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
h g
Tn
= periode natural =
Us
= kecepatan aliran signifikan
3.3
Kriteria Screening Fatigue
Screening fatigue yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini mengacu pada DNV RP-F105. Kriteria screening adalah meninjau terjadinya fatigue akibat VIV yang disebabkan oleh beban gelombang secara langsung dan kombinasi beban arus dan gelombang secara bersamaan. Kriteria fatigue ini telah dikalibrasikan dengan analisis fatigue lengkap untuk memastikan usia fatigue lebih dari 50 tahun. Secara umum, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah free span dalam screening fatigue ini. Kriteria screening untuk respon dalam arah in-line adalah;
f o , IL
γ IL
>
U c ,100 yr L D γ IL 1− ⋅ VRIL,onset ⋅ D 250 _ α
3.4
dimana: f O , IL
= frekuensi natural free span untuk arah in-line
γ IL
= faktor screening untuk arah in-line (Tabel 3.4)
α
U c ,100 yr = rasio aliran arus = max ;0.6 U w,1 yr − U c ,100 yr
D
= diameter terluar pipa
L
= panjang free span
U c ,100 yr = kecepatan arus pada kedalaman pipa perioda ulang 100 tahun U w,1 yr = kecepatan signifikan partikel gelombang pada kedalaman pipa perioda ulang 1
tahun akibat tinggi gelombang signifikan (Hs) tahunan.
V RIL,onset = reduced velocity untuk permulaan in-line (in-line onset)
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-8
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Sedangkan, kriteria screening untuk respon dalam arah cross flow adalah:
f o,CF
γ CF
U c ,100 yr + U w,1 yr
>
VRCF , onset ⋅ D
3.5
dimana: f O ,CF
= frekuensi natural free span untuk arah cross flow
γ CF
= faktor screening untuk arah cross flow
VRCF , onset = reduced velocity untuk permulaan cross flow (cross flow onset)
Jika kriteria screening untuk arah in-line ini terlampaui, maka analisis fatigue akibat VIV harus dilakukan. Kriteria tambahan lainnya, analisis fatigue akibat beban gelombang langsung tidak perlu dilakukan, jika:
U c ,100 yr U w,1 yr + U c ,100 yr
>
2 3
3.6
Tabel 3.4 Faktor Keamanan Kriteria Screening [sumber: DNV RP-F105].
γ IL
1.4
γ CF
1.4
Tabel 3.5 Faktor Keamanan untuk Fatigue [sumber: DNV RP-F105].
Faktor Keamanan
Tingkat Keamanan Rendah
Normal
Tinggi
η
1.0
0.5
0.25
γk
1.0
1.15
1.30
γS
1.3
γ on _ IL
1.1
γ on _ CF
1.2
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-9
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
dimana:
γs
= faktor keamanan untuk range tegangan
γk
= faktor keamanan untuk parameter stabilitas
γ on
= faktor keamanan untuk permulaan VIV (VIV onset)
3.3.1
Frekuensi Natural Pipa
Suatu free span memiliki frekuensi natural sebagai respon dinamiknya terhadap beban lingkungan dan operasi yang diterima. Besar frekuensi natural free span bergantung kepada jenis tanah, jenis perletakan ujung free span, beban yang diterima pipa, jenis material pipa dan gaya yang bekerja pada pipa. Frekuensi natural pipa dituliskan oleh persamaan berikut: f o = C1 ⋅ 1 + CSF ⋅
EI meff ⋅ Leff
4
S eff δ2 ⋅ 1 + + C3 ⋅ 2 PE D
3.7
dimana: C1, C2, C3 = koefisien kondisi batas (Tabel 3.6) E
= modulus Young baja
Leff
= panjang span efektif
D
= diameter terluar pipa
I
= momen inersia penampang
meff
= massa efektif pipa = [massa total pipa + added mass + massa content] x koef. Added mass
Seff
= gaya aksial efektif, tension bernilai positif
CSF
= faktor penguat akibat kekakuan beton.
δ
= defleksi statik, diabaikan untuk arah in-line.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-10
TUGAS AKHIR
PE
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
= beban Euler buckling =
(1 + CSF ) ⋅ C2 ⋅ π 2 ⋅ EI Leff
2
Tabel 3.6 Koefisien Kondisi Batas untuk Analisis Free Span [sumber: DNV RP-F105].
Koefisien
Pinned-pinned
Fixed-fixed
Single span on seabed
C1
1.57
3.56
3.56
C2
1
0.25
0.25
C3
0.8
0.2
0.4 Shoulder: 14.1 (L/Leff)2
4.39
C4
14.1 Midspan: 8.6 Shoulder:
1/8
C5
1/12
1 18(Leff L ) − 6 2
Midspan: 1/24
C6
3.3.2
5/384
1/384
1/384
Concrete Stiffness Enhancement Factor (CSF)
Pada pipa bawah laut, diberikan lapisan pelindung korosi (corrosion coating guard) yang terdiri dari High Density Polyethylene (HDPE). Adanya lapisan beton merupakan armor terluar yang berfungsi sebagai pemberat untuk menjaga stabilitas pipa. Perbedaan kekakuan antara beton, HDPE dan pipa baja dan kombinasi diantaranya, merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi natural dari suatu free span pipa. Dalam perhitungan sederhana, dilakukan analisis mekanika teknik untuk penampang komposit. Untuk Tugas Akhir ini, perhitungan kombinasi kekakuan antara pipa baja dengan lapisan beton dan HDPE mengacu pada DNV RP-F105, disebut sebagai CSF pada persamaan berikut ini: ( EI )conc CSF = κ c ( EI ) steel
0.75
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3.8
3-11
TUGAS AKHIR
I conc =
I steel =
π 64
π 64
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
[
⋅ D 4 − (Ds + 2 ⋅ t corr )
[
⋅ D 4 − ID 4
4
]
]
3.9
3.10
dimana: CSF
= faktor rasio kekakuan beton dan kekakuan pipa baja (bare pipe)
Kc
= konstanta empirik, memperhitungkan deformasi atau slippage pada lapisan HDPE dan keretakan lapisan beton. Bernilai 0.33 untuk lapisan beton/aspal dan 0.25 untuk lapisan HDPE.
Iconc
= momen inersia lapisan beton
Isteel
= momen inersia pipa baja
Econc
= modulus elasticity of concrete = 2.999 x 1010 Pa
Esteel
= modulus elasticity of steel = 2.068 x 1011 Pa
3.3.3
Gaya Aksial Efektif
Pada dasarnya, ketika sebuah pipa bawah laut memiliki suatu penampang tertentu, memiliki nilai momen inersia dan kekakuan, maka pipa bawah laut dapat dikategorikan sebagai balok secara umum. Akan tetapi, pada suatu free span, pipa mengalami regangan yang disebabkan oleh pemuaian material akibat temperatur content, dan juga tekanan content tersebut. Oleh karena itu, pipa bawah laut memiliki karakteristik yang unik dalam analisis mekanika teknik, sehingga tidak dapat disebut balok. Sebuah free span akan mengalami regangan pada kedua ujungnya, sehingga disimpulkan ada gaya aksial yang bekerja padanya. Pada umumnya perpanjangan ini menjadi suatu lendutan vertikal. Gaya aksial efektif bukan merupakan gaya aksial yang bekerja pada dinding pipa. Untuk sebuah free span, maka gaya aksial efektif dapat dituliskan sebagai berikut:
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-12
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
S eff = H eff − [ ( ∆pi ). Ai .(1 − 2υ ) ] − [ As .E .( ∆ T ).α e ]
3.11
dimana: Heff
= tegangan tension dari pipelay barge pada fase instalasi (pipelaying)
∆pi
= perbedaan tegangan internal relatif terhadap fase instalasi (Pi=0)
As
= luas penampang melintang pipa baja
Ai
= luas penampang bagian dalam pipa (internal cross section)
∆T
= perbedaan temperatur relatif terhadap fase instalasi
αs
= koefisien ekspansi temperatur, diabaikan karena temperatur dianggap konstan
3.3.4
Defleksi Statik
Defleksi statik adalah lendutan yang terjadi pada suatu free span pipa akibat beban statik yang bekerja pada pipa, yaitu berat sendiri (self weight) dari pipa baja untuk arah cross flow (vertikal) dan gaya hidrodinamika horizontal total maksimum untuk arah inline (horizontal). Pada kasus dimana data defleksi free span tidak ada, maka dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
δ = C6 .
q.Leff 4
.
1
Seff EI (1 + CSF ) 1 + C2 P E
3.12
dimana: C2, C6 = koefisien kondisi batas
3.3.5
Static Bending Moment
Momen lentur statik atau static bending moment adalah gaya dalam momen yang terjadi pada pipa akibat terjadinya free span pada pipa bawah laut. Persamaan momen lentur statik dituliskan sebagai berikut:
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-13
TUGAS AKHIR
M statik = C5
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
q.Leff 2 Seff 1 + C2 PE
.g
dimana C2, C5 adalah konstanta kondisi batas.
3.13
Besaran q merepresentasikan beban pipa, yaitu berat pipa dalam air (pipe submerged weight) untuk perhitungan arah cross flow. Sedangkan untuk arah in-line yang diperhitungkan adalah gaya drag dan inersia secara horizontal.
3.3.6
Effective Span Length
Panjang span efektif merupakan panjang ideal span, yang mengasumsikan bahwa panjang free span tersebut pada kondisi fixed to fixed constraint. Pada panjang span efektif ini, dianggap memiliki frekuensi natural yang sama dengan free span yang sebenarnya (aktual) yang ditopang oleh seabed. Besar rasio antara panjang span efektif (Leff) dan panjang span aktual (L) dituliskan sebagai Leff / L. Nilai rasio ini berkurang seiring bertambah besarnya rasio L/Dst dan kekakuan tanah seabed. Besar Leff / L diberikan oleh persamaan: 4.73 untuk β ≥ 2.7 2 Leff −0.066 β + 1.02 β + 0.63 = 4.73 L untuk β < 2.7 2 0.036 β + 0.61β + 1.0
K .L4 (1 + CSF ) EI
3.14
β = log10
3.15
2 ρ 1 KV = CV ⋅ ⋅ s + ⋅ D 3 ρ sw 3
3.16
2 ρ 1 K L = Cl ⋅ ⋅ s + ⋅ D 3 ρ sw 3
3.17
dimana: K
= Max (Kv,KL)
Cv
= Dynamic stiffness factor vetical
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3.18
3-14
TUGAS AKHIR
Cl
= Dynamic stiffness factor horizontal
Kv
= Dynamic soil factor vetical
Kv
= Dynamic soil factor lateral
ߚ
= Paameter of soil stiffness
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Nilai dari Cv dan Cl dapat diketahui dari Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 Tabel 3.7 Cv dan Cl untuk Pipe Soil Interaction in Sand [sumber: DNV RP-F105].
Tabel 3.8 Cv dan Cl untuk Pipe Soil Interaction in Clay [sumber: DNV RP-F105].
3.4
Response Model
Pemodelan respon amplitudo adalah model empirik yang berguna untuk mencari besar amplitude respon VIV steady state maximum sebagai fungsi dasar hidrodinamika dan parameter struktur. Pemodelan respon ini dilakukan untuk kondisi sebagai berikut: •
In-line VIV untuk arus steady dan kondisi arus dominan
•
Cross flow VIV yang disebabkan gerakan arah in-line
•
Cross flow VIV untuk arus steady dan kombinasi gelombang dan arus.
Dalam response model ini, analisis in-line dan cross flow VIV dilakukan terpisah. Kontribusi kerusakan yang dari first & second in-line instability region dalam kondisi
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-15
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
arus dominan dianalisis secara implisit dalam model in-line. Respon amplitudo bergantung pada beberapa parameter hidrodinamika dan data lingkungan, yaitu: •
Reduced velocity VR =
•
Uc +Uw f o ⋅ Dtot
3.19
Bilangan Keulegan-Carpenter, KC KC =
Uw , fw = frekuensi gelombang f w .D
•
Rasio kecepatan aliran arus, α
•
Intensitas turbulensi, Ic
•
Sudut aliran relatif terhadap pipa, θrel
•
Parameter stabilitas, Ks Ks =
3.4.1
4π meζ T ; ζ T =total modal rasio damping ρ .D 2
3.20
3.21
In-line Response Model
Respon arah in-line dari suatu free span pipa pada kondisi arus dominan berkaitan dengan kondisi vortex shedding simetris. Amplitudo respon terutama bergantung pada reduced velocity VR, parameter stabilitas Ks, intensitas turbulensi Ic, dan sudut datang arah arus relatif terhadap pipa θrel. Analisis in-line VIV response model ini dilakukan untuk kedua zona instability, yaitu pada daerah 1 (1.0 < VR < 2.5) dan daerah 2 (2.5 < VR < 4.5). jika data-data detail untuk perhitungan amplitudo tegangan in-line VIV tidak ada, maka diambil penyederhanaan perhitungan besar amplitudo in-line VIV adalah 50% dari besar amplitudo cross flow VIV.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-16
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Besar range tegangan dari in-line VIV adalah sebagai berikut: S IL = 2. AIL ( AY / D ).ψ α , IL .γ s
3.22
dimana: SIL
= range tegangan in-line VIV
AIL
= unit amplitudo tegangan, tegangan yang diakibatkan unit diameter dari mode bentuk defleksi in-line
ߖα,IL
= faktor koreksi untuk rasio kecepatan aliran arus
γs
= faktor keamanan untuk range tegangan
Ay/D = amplitudo maksimum in-line VIV Besaran Ay/D merupakan fungsi dari VR dan KS , ditunjukkan Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Respon amplitudo in-line VIV vs VRd dan KSd [sumber: DNV RP-F105].
(
)
Besar standar deviasi dari amplitudo vibrasi arah in-line adalah A y / D ) / 2 . Dalam penentuan nilaiAy/D, maka Besaran reduced velocity dan parameter stabilitas harus dimodifikasi sebagai berikut: VRD = VR.γf , perhitungan VR untuk in-line VIV
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3.23
3-17
TUGAS AKHIR
KS
K Sd =
γk
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
, dimana γ k dan γ f adalah faktor keamanan
3.24
Faktor reduksi RIθ,I diasumsikan bernilai 1, dimana sudut datang arah arus dianggap tegak lurus bentang pipa. Besar ψ α ,IL yang merupakan fungsi reduksi in-line VIV akibat kondisi gelombang dominan:
ψ α , IL
0.0 (α − 0.5) = 0.3 1.0
untuk α <0.5 untuk 0.5<α <0.8 untuk α > 0.8
3.25
Maka, pada kasus dimana α < 0.5, maka in-line VIV dapat diabaikan. Besar tegangan dinamik dari in-line VIV adalah sebagai berikut:
1 2
σ IL = max S IL ;0.4 ⋅ S CF σIL
AIL ACF
3.26
= tegangan dinamik dari in-line VIV
In-Line Reduced Velocity Nilai in-line onset reduced velocity adalah sebagai berikut;
VRIL, onset
1 γ on 0.6 + K sd = γ on 2.2 γ on
untuk K sd < 0.4 untuk 0.4
1.6
3.27
dimana: K sd =
Ks =
Ks
γk
; γ k = faktor keamanan parameter stabilitas
4π meζ T ρ sw .D 2
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3.28
3.29
3-18
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
ζ T adalah total rasio modal damping, yang terdiri dari: •
Redaman struktural (ζstr), merupakan damping yang terjadi akibat adanya gaya gesek internal dari material pipa. Besarnya bergantung pada level regangan dan defleksi yang terjadi. Untuk penyederhanaan diambil sebesar 0.005. Jika terdapat lapisan beton, diambil nilai antara 0.01 - 0.02.
•
Redaman tanah seabed (ζsoil), merupakan damping yang terjadi akibat gaya gesek antara permukaan luar pipa dengan tanah seabed.
•
Redaman hidrodinamik (ζh), merupakan damping yang terjadi akibat gaya hidrodinamik yang menimbulkan gaya gesek pada permukaan pipa. Untuk VIV yang terjadi pada region lock-in, maka nilainya dianggap nol (0).
Dan persamaan in-line reduced velocity
untuk region lainnya dalam grafik pada
Gambar 3.8 adalah sebagai berikut:
A VRIL,1 = 10. y ,1 + VRIL, onset D
3.30
A VRIL,2 = VRIL, end − 2. y ,2 D
3.31
4.5 − 0.8 K sd untuk Ksd < 1.0 VRIL, end = untuk Ksd ≥ 1.0 3.7
3.32
Ay ,1 K sd = max 0.18 1 − 1.2 D
3.33
Ay ,2 K sd = 0.13 1 − 1.8 D
Ay ,2 .RIθ ,1; D
.RIθ ,2
3.34
Seluruh hasil perhitungan dari persamaan-persamaan diatas akan membentuk grafik seperti Gambar 3.3, dengan region masing-masing ditunjukkan oleh Gambar 3.5.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-19
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Gambar 3.5 Ilustrasi pembentukan grafik response model in-line VIV [sumber: DNV RPF105].
Besaran Rlϴ merupakan fungsi reduksi untuk memperhitungkan efek intensitas turbulensi yang terjadi, yang ditentukan berdasarkan arah datang aliran arus/gelombang menuju pipa (dalam radians). Rlϴ ditentukan untuk tiap daerah instability, sebagai berikut: π RI θ ,1 = 1 − π 2 − θ rel . 2 ( I C − 0.03) 2
3.35
I − 0.03 RIθ , 2 = 1.0 − C 0.17
3.36
Besar RIθ ,1 dan RIθ ,2 berada diantara 0.0 dan 1.0 (0.0 < ( RIθ ,1 ; RIθ ,2 ) < 1.0). Untuk penyederhanaan dalam Tugas Akhir ini, diambil nilai RIθ ,1 dan RIθ ,2 sebesar 1.0.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-20
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
3.4.2 Cross Flow Response Model Vibrasi free span pipa pada arah cross flow dipengaruhi oleh beberapa parameter yang juga turut mempengaruhi vibrasi arah in-line. Parameter lainnya yang turut mempengaruhi adalah rasio gap seabed (e/D), bilangan Strouhal (St), dan tingkat kekasaran pipa (k/D). Pada situasi aliran dengan arus yang dominan, maka permulaan (onset) dari amplitudo signifikan cross flow VIV terjadi ketika besar VR bernilai 3.0 < VR < 5.0 . Sedangkan nilai vibrasi maksimum (amplitudo) terjadi pada 5.0 < VR < 7.0 . Untuk pipa dengan nilai specific mass (ρs/ρ) yang kecil, dan situasi gelombang dominan atau skenarion freespan dengan gap dengan seabed kecil, maka vibrasi cross flow mulai terjadi pada 2.0 < VR < 3.0 . Besar range tegangan yang diakibatkan cross flow VIV akibat kombinasi arus dan gelombang dituliskan oleh persamaan berikut ini: SCF = 2. ACF .( Az / D ).Rk .γ s
3.37
dimana: ACF
= unit amplitudo tegangan, tegangan yang diakibatkan unit diameter dari mode bentuk defleksi cross flow
Rk
= faktor reduksi amplitudo akibat adanya damping/redaman
γs
= faktor keamanan dari range tegangan
Az/D
= amplitudo vibrasi arah cross flow
Besar amplitudo maksimum dari vibrasi arah cross flow yang didefinisikan sebagai
Az / D untuk kondisi kombinasi arus dan gelombang diambil dari Gambar 3.6. Besar standar deviasi dari amplitudo vibrasi arah cross flow adalah ( AZ / D ) / 2 .
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-21
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Gambar 3.6 Respon amplitudo cross flow VIV vs VRd dan KSd [sumber: DNV RP-F105].
Parameter RK merupakan faktor reduksi akibat adanya efek damping. Karakteristik vibrasi arah cross flow berkurang dengan adanya damping ini.
1 − 0.15K sd untuk Ksd ≤ 4 Rk = −1.5 untuk Ksd > 4 3.2 K sd
3.38
Besar tegangan dinamik dari cross flow VIV adalah sebagai berikut:
σ CF =
1 (S CF ) 2
σIL
= tegangan dinamik
3.39
Cross Flow Reduced Velocity Nilai cross flow onset reduced velocity bergantung pada kedekatan dengan seabed dan geometri trench, dihitung dengan persamaan berikut:
VRCF , onset =
3 ⋅ψ proxi,onset ⋅ψ trench,onset
γ on _ CF
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3.40
3-22
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
dimana: ψ proxionst :=
1 ⋅ 4 + 1.25⋅ e if e < 0.8 5 D D 1 otherwise
3.41
merupakan faktor koreksi antara kedekatan jarak antara pipa dan seabed. ψ trenchonset := 1 + 0.5⋅
∆ D
3.42
merupakan faktor koreksi akibat keberadaan pipa pada suatu parit/trench. Besaran
∆ ∆ merupakan kedalaman relatif trench, dengan persamaan: D D
∆ 1.25d − e ∆ = , dimana; 0 ≤ ≤ 1 D D D
3.43
Kedalaman trench (d) diambil dari jarak sejauh 3 kali diameter terluar pipa, dihitung dari tengah penampang pipa. Nilai ∆/D diambil sebesar nol (0) jika pipa terletak pada seabed yang rata/flat, atau pada jarak D/4 diatas seabed. Gambar 3.7 menunjukkan sketsa faktor koreksi trench.
γ on , merupakan faktor keamanan untuk awal VIV (VIV onset). Tabel mengenai faktor keamanan dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Gambar 3.7 Definisi parameter penentuan faktor koreksi trench [sumber: DNV RP-F105].
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-23
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Persamaan cross flow reduced velocity untuk region lainnya adalah sebagai berikut: VRCF ,1 = 5
3.44
9 AZ ,1 CF VRCF ,2 = VR , end − 1.3 D
3.45
VRCF , end = 16
3.46
A z1 D
:= 0.7 if KC < 10 [ [ 0.7 + 0.01⋅ ( KC − 10) ] ] if α ≤ 0.8 ∧ 10 ≤ KC ≤ 30 0.9 if KC > 30 1.3 if α > 0.8
3.47
Seluruh hasil perhitungan dari persamaan-persamaan diatas akan membentuk grafik seperti Gambar 3.6, dengan region masing-masing ditunjukkan oleh Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Ilustrasi pembentukan grafik response model cross flow VIV [sumber: DNV RPF105].
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-24
TUGAS AKHIR
3.5
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Kriteria Ultimate Limit Strength (ULS)
Analisis untuk kriteria desain Ultimete Limit Strength (ULS) merupakan pengecekan kondisi batas (limit) kekuatan pipa terhadap gaya internal maupun gaya eksternal yang bekerja pada pipa. Analisis yang dilakukan mengacu pada kriteria ULS yang ditetapkan pada kode standar DNV RP F105 Free Spanning Pipelines. Kriteria ULS tersebut dijelaskan pada DNV OS F101. Pengecekan ULS dilakukan terhadap kriteria-kriteria sebagai berikut:
•
Pipe member Subjected to bending moment, effective axial force and external overpressure.
•
Pipe Member Subjected to Bending Moment, Effective Axial Force, and Internal Overpressure.
3.5.1 Pipe Member Subjected to Bending Moment, Effective Axial Force and External Overpressure. Screening ULS yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini juga mengacu pada DNV-RPF105. Secara umum, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah freespan dalam screening ULS ini. Berikut adalah salah satu kriteria yang harus dipenuhi:
γ SC ⋅ γ M
S eff ⋅ α ⋅ S c p
2
+ γ SC ⋅ γ M
∆Pd Md ⋅ ⋅ 1 − α c ⋅ M p α c ⋅ Pb
2
+ ∆Pd α c ⋅ Pb
2
≤ 1
3.48
dimana: Seff
= gaya aksial efektif, tension bernilai positif
γm
= faktor daya tahan material (material resistance factor)
γSC
= safety class factor
αc
= strain hardening adjusment parameter
Sp
= axial plastic limit = f y ⋅ π ⋅ (Ds − t s ) ⋅ t s
Md
= design bending moment
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-25
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Mp
= moment plastic limit = f y ⋅ π ⋅ (D s − t s )2 ⋅ t s
∆Pd
= design pressure differential
Pb
= bursting pressure (containment) =
•
2 ⋅ ts f min f y , u 3 Ds − t s 1.15
2
⋅
Bending Moment
Besarnya bending moment terdiri menjadi dua yaitu pada onisi statik dan dinamik. Berikut adalah besarnya bending moment pada kondisi dinamik yang disebabkan oleh VIV ataupun arus: M dyn = max (σ IL , σ CF ) ⋅
2 ⋅ I steel Ds − t s
3.49
dimana: Mdyn
= bending moment dynamic
Sedangkan besarnya bending moment pada kondisi statik dapat ditentukan dengan rumus berikut:
M static = C 5 ⋅
Wsub ⋅ Leff
2
S 1 + C 2 ⋅ eff PE
⋅g
3.50
dimana: Mstatic = bending moment static Maka nilai desain dari bending moment: Md •
= max(Mdyn ],Mstatic)
Design Pressure Differential
[
∆Pd = 1.05 ⋅ Pd + ρ content ⋅ g ⋅ (h − href ) − ρ sw ⋅ g ⋅ h
]
3.51
dimana: href
= depth reference from seabed
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-26
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Pd
= design pressure
∆Pd
= design presure differential
•
Strain Hardening Adjusment Parameter
α c = (1 − B ) + B ⋅
B :=
(0.4 + qh)
if
fu fy D ts
3.52
< 15
60 − D ts if 15 ≤ D ≤ 60 ( 0.4 + q h) ⋅ 45 ts 0 otherwise
q h :=
(Pld − Pe) Pp
3.53 if Pli > Pe
0 otherwise
3.54
dimana: Pp
t −t = maximum fabrication factor = 2 ⋅ f y ⋅ α fab ⋅ s CA D
αc
= strain hardening adjusment parameter
3.5.2 Pipe Member Subjected to Bending Moment, Effective Axial Force, and Internal Overpressure. Kriteria lain yang harus dipenuhi adalah:
γ SC ⋅ γ M
Md ⋅ α ⋅ M p c
+ γ SC ⋅ γ M
S eff ⋅ α ⋅ S c p
2
2
+ γ SC ⋅ γ M
P ⋅ e Pc
2
≤ 1
3.55
dimana: Seff
= gaya aksial efektif, tension bernilai positif
γm
= faktor daya tahan material (material resistance factor)
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-27
TUGAS AKHIR
γSC
= safety class factor
αc
= strain hardening adjusment parameter
Sp
= axial plastic limit = f y ⋅ π ⋅ (Ds − t s ) ⋅ t s
Md
= design bending moment
Mp
= moment plastic limit = f y ⋅ π ⋅ (D s − t s )2 ⋅ t s
Pc
= pressure collapse
Pe
= external pressure
3.6
Perhitungan Umur Fatigue
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Fatigue adalah fenomena kelelahan struktur akibat adanya pembebanan berulang (cyclic loading) yang diterima oleh struktur tersebut. Fenomena ini merupakan hazard bagi suatu struktur lepas pantai maupun pipa bawah laut, karena dapat menyebabkan umur operasi struktur tersebut menurun drastis. Perhitungan kerusakan fatigue dilakukan dengan menggunakan standar DNV RP-F105 mengacu kepada fatigue yang disebabkan oleh pengaruh gelombang dan karena vibrasi struktur pipa karena adanya pengaruh Vortex Induced Vibration. Pada tugas akhir ini perhitungan fatigue damage dilakukan akibat pengaruh gelombang yang akan mempengaruhi aliran yang akan bekerja pada struktur pipa. Penentuan fatigue damage akibat gelombang memiliki tahapan seperti dijelaskan Gambar 3.9.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-28
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Karakteristik Pipa dan Data Lingkungan
Diagram Scatter (Hs, Tp, θ)
Kecepatan Arus akibat Gelombang Uw (Hs, Tp, θ)
Probabilitas Kejadian Gelombang P (•)
Jumlah siklus dalam range tegangan Si ni = P(•) fv .Texp
Rentang Tegangan Si[Vr (Utotal), KC (Utotal), α (Utotal) ]
Kurva S‐N
Frekuensi Vortex Dominan fv (Utotal, KC)
Jumlah siklus menuju failure (allowable cyc.) Ni = C Si exp (‐m)
Akumulasi Kerusakan Fatigue Dfat = Σ (ni/Ni)
Usia Sisa Fatigue Tlife = 1 / Dfat
Gambar 3.9 Flowchart tahapan analisis fatigue damage [sumber: DNV RP-C203].
Standar DNV RP-F105 mendefinisikan bahwa kriteria fatigue sebaiknya memenuhi persamaan 3.55 di bawah ini:
η .Tlife ≥ Texposure
3.55
dimana:
η
= rasio fatigue damage yang diperbolehkan
Tlife
= kapasitas design umur fatigue
Texposure= masa kerja beban Untuk kondisi tegangan tertentu yang fluktuatif dengan amplitudo tegangan yang bervariasi dalam order acak, besar fatigue damage dapat dihitung dari metoda Palmgreen-Miner sebagai berikut:
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-29
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
s
ni ≤ α fat i =1 Ni
Dfat = ∑
3.56
dimana: Dfat
= akumulasi fatigue damage
ni
= jumlah siklus dalam blok tegangan i
Ni
= jumlah siklus failure pada sebaran tegangan tertentu
s
= jumlah blok tegangan
α fat
= rasio kerusakan fatigue yang diizinkan (DNV OS F101)
α fat
1/ 3 = 1/ 5 1/10
safety factor "low" safety factor "medium" safety factor "high"
Jumlah siklus yang menyebabkan keruntuhan fatigue pada range tegangan Si didefinisikan oleh kurva S-N oleh persamaan 3.57. N i = CSi − m
3.57
dimana: Ni
= jumlah siklus yang dapat menyebabkan failure pada strees range i
Si
= nilai stress range ke i, didapat dari perhitungan response model
C
= konstanta karakteristik kekuatan fatigue.
m
= nilai eksponen fatigue pada kurva S-N.
Kurva S-N dibuat berdasarkan pengetesan pada suatu spesimen yang dilakukan oleh DNV. Karakteristik fatigue strength yang ditunjukkan pada kurva S-N (Gambar 3.10) adalah range tegangan (stress range) versus jumlah siklus hingga kegagalan pipa (number of cycles to failure), diambil berdasarkan 95% dari reliability limit dari yield strength.
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-30
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Gambar 3.10 Kurva S-N untuk struktur di laut dengan perlindungan katodik [sumber: DNV RP-C203].
Apabila informasi data tidak tersedia secara lengkap, maka untuk pipa karbon dengan proteksi katodik harus menggunakan ketentuan bahwa untuk pengelasan simetris digunakan nilai karakteristik strength C = 4.3 x 1011, dan nilai eksponen fatigue m = 3.0. Jumlah siklus yang menimbulkan stress range ditentukan dari persamaan 3.58: ni = P (•) f vTlife
3.58
dimana: ni
= jumlah siklus yang terjadi pada strees range i
P(•)
= probabilitas dari aliran yang bekerja pada pipa
fv
= frekuensi dominan yang bekerja pada pipa
Tlife
= waktu kerja efek pembebanan fatigue
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-31
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Besar frekuensi vortex shedding atau frekuensi Strouhal adalah: fv =
S ⋅ (U c + U w ) Dtot
3.59
dimana:
fV
= frekuensi vortex shedding
Uc+Uw = kecepatan aliran total S
= bilangan Strouhal
Dtot
= diameter pipa
Bilangan Strouhal merupakan bilangan frekuensi non-dimensional dari vortex shedding dan fungsi dari bilangan Reynolds. Bilangan Reynolds sendiri merupakan rasio dari gaya inersia dan gaya viscous, telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. DNV 1981 menganjurkan nilai bilangan Strouhal diambil dari grafik pada Gambar 3.11 di bawah ini.
Gambar 3.11 Grafik hubungan bilangan Reynolds dan bilangan Strouhal [sumber: DNV 1981 Submarine Pipeline Systems].
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-32
TUGAS AKHIR
BAB 3 ANALISIS FREE SPAN
Kurva S-N yang digunakan dapat ditentukan dari:
•
Data tes laboratorium
•
Teori kerusakan mekanik
•
DNV RP-C203 Fatigue Strength Analysis of Offshore Steel Structures
Kapasitas umur fatigue dapat ditentukan dari persamaan 3.60: T=
1 D fat
3.60
dimana: T
= Sisa umur fatigue
Dfat
= Total fatigue damage
ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT
3-33