BAB 5 Penelitian Sebagai Basis Ilmu Sosial dan Komunikasi A. Penelitian Sosial Dan Komunikasi
Penelitian secara sederhana bisa dikatakan sebagai sebuah upaya untuk mencari jawaban atas semua pertanyaan atau atas bermodel gejala atau fenomena yang mengundang rasa keingintahuan kita (Neuman, 2000:2, Setiawan 1995:1). fenomena tersebut bisa muncul dari berbagai gejala alam, baik dalam wujud fisik maupun segi segi kehidupan yang ada di dalamnya, termasuk bidang ilmu sosial dan lebih khusus lagi bidang ilmu komunikasi. Penelitian komunikasi sebagai tipe penelitian sosial yang bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan tentang dunia komunikasi. semua misteri alam itulah yang kemudian mendorong hasrat manusia untuk mengetahui lebih banyak melalui "penelitian" anda menjadi titik awal bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Selama ini ternyata buat perspektif utama penelitian yang umum diikuti yaitu, perspektif ilmu alam dan perspektif ilmu sosial. Kedua perspektif itu dengan istilah perspektifnya sendiri yang sering di indentikan dengan istilah paradigma, pendekatan, mazhab pemikiran atau bahkan teori (Mulyana, 2003: 8) juga sering dipertukarkan pemakaiannya dengan istilah kuantitatif dan kualitatif, positivist dan post positivist, scienttific dan humanistic, objektif dan subjektif , ataupun pendekatan struktural fungsional dan interpreti fenomenologis. Sebagian pendapat lain pengelompokan perspektif atau paradigma tersebut menjadi tiga, yaitu positivis, interpretif dan kritik, namun tulisan ini lebih cenderung untuk mengikuti mengelompokkan perspective ke dalam dua kelompok besar kuantitatif dan kualitatif Etika dan Filsafat Komunikasi
1
Tabel 1 kontinum perbedaan paradigmatik kuantitatif dan kualitatif POSITIVIST
COCSTRUKTIVIS ONTOLOGY
Realist:
Relativist
Realitas ada “di luar” dan diatur oleh
Realitas merupakan suatu konstruksi
hukum-hukum dan mekanisme alamiah mental,
dipahami
secara
beragam
(seperti cause effect laws) yang berlaku berdasarkan pengalaman serta konteks lokal universal
(
time
and
contxt
free dan spesifik dari para individu yang bersangkutan
aeneralization
EPISTIMOLOGI Dualist/objectivist
Subjectivist
Peneliti bisa dan perlu membuat jarak
Peneliti dan realitas/fenomena yang
dengan
objek/
realitas
yang
diteliti. diteliti
menyatu
sebagai
satu
entitas.
Penilaian sbjektif dan bisa pribadi harus bisa Temuan peneliti merupakan hasil interaksi dipisahkan dari temuan penelitian
antara peneliti dengan yang diteliti. METHODOLOGY
Eksperimental manipulative
Dialecticl hermeneutic
Pertanyaan penelitian atau hipotesis
Konstruksi mental individu digali dan
ditanyakan pada awal penelitian untuk dibentuk, dalam setting alamiah, secara kemudian diuji secara empiris dalam kondisi hermeutuc serta diperbandingkan secara yang terkontrol
dialectic.
pendekatan -pendekatan yang menggunakan perspektif ilmu alam yaitu positivist atau kuantitatif atau scienttific, lebih dulu lahir dan berkembang dibandingkan pendekatan yang menggunakan perspektif ilmu sosial seperti pendekatan post positivist, humanistic maupun interpretif fenomenologis. sehingga perspektif ilmu alam menjadi lebih dominan digunakan dalam berbagai penelitian termasuk penelitian ilmu sosial sendiri.
Etika dan Filsafat Komunikasi
2
Dominasi deskriptif kuantitatif diatas perspektif kualitatif itu, tolong mendatangkan suatu arogansi dan sikap etnosentrik dari para penganutnya . Mereka meyakini bahwa penelitian dengan menggunakan paradigma tersebut lebih ilmiah, lebih objektif ,lebih bergengsi (karena sering menggunakan data statistik) terlebih mengingat kenyataan bahwa banyak calon ilmuan yang menggunakan pendekatan kualitatif semata mata karena merupakan phobia dengan data dan perhitungan statistik (Muhadjir, dalam mulyana, 2003: ix). Dominasi perspektif positifistik juga turut mewarnai sebagai model dan teori komunikasi pada awal perkembangannya. Sebut saja model komunikasi Claude Shannon dan Warren Weaver yang keduanya adalah ahli matematika, teori jarum hipodermik dari Wilbur Scharamm, teori disonansi kognitif dari Leon Festinger, Teori Belajar sosial dari Albert Bandura dan Teori Kultivasi dari George Gerbner. Pada tahun 1981 keduanya mulai menggunakan model konvergensi dengan pendekatan network analisis sehingga dapat menganalisis arus informasi dalam proses komunikasi yang ternyata tidak hanya berjalan secara linear. Perdebatan tentang mana yang lebih baik tampaknya belum akan berakhir di indonesia, padahal barat sebagai pusat perkembangan ilmu, tampaknya sudah "muak" dengan hal tersebut. sebuah paradigma atau spective pasti akan mengarahkan bisa fokus perhatiannya pada sejumlah aspek tertentu dan mengabaikan aspek - aspek yang lainnya. Padahal sebagaimana yang dikatakan oleh Jujun S. Suariasumantri, "kehidupan terlalu rumit untuk dianalisis oleh satu jalan pemikiran" (dalam mulyana :2003 :xii). Penetapan sebuah paradigma untuk digunakan dalam sebuah penelitian harus dilakukan dengan berpegang pada kaidah - kaidah tertentu, jangan pertimbangkan kesesuaian karakteristik masing masing paradigma dengan permasalahan yang akan diteliti. pertimbangan yang matang menjadi penting karena pemilihan sebuah paradigma atau prospektif akan menentukan bagi langkah penelitian berikutnya yaitu menyusun desain penelitian, metode penelitian bahasa jepang penelitian. Masing-masing desain atau struktur penelitian tersebut pada akhirnya juga akan berhembus pada format penulisan download yang berbeda beda. Etika dan Filsafat Komunikasi
3
Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak sekali bahwa dibutuhkan suatu kemauan dari setiap ilmuwan terutama para dosen dan peneliti untuk lebih memperkaya yayasan dengan berbagai metode penelitian.
1. Penelitian Sebagau Upaya mencari Pengetahuan dan Kebenaran.
Alam adalah kumpulan dari berbagai gejala baik fisik ataupun non fisik yang sangat misterius
selalu mengundang rasa ingin tahu dari manusia penghuninya . Manusia
melakukan berbagai cara untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut. Upaya itu oleh Neuman (2002: 2) disebut sebagai penelitian. berikut adalah sejumlah definisi yang menjadi batasan bagi istilah penelitian yang dimuat dalam buku Metode Penelitian karya Moh.Nazir, Ph.D(2003: 13); penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah - masalah yang dapat dipecahkan (Parsons, 1946). penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas, untuk menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan dalil atau hukum (John, 1949). penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking ). penelitian meliputi pemberian definisi, bandara definisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah yang cocok dengan hipotesis (Woody, 1927). berbagai aktifitas pencarian jawaban atas rasa ingin tahu manusia sedikit banyak tetap bisa diakui sebagai penelitian, hal itu sejalan dengan pendapat W.Lawrence Neuman (2000: 2) yang menyatakan bahwa "research is away of going about finding answer to question". Dengan mengaju pada pendapat tersebut bulan bisa dikatakan bahwa penelitian sosial adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang dunia sosial sementara penelitian, komunikasi adalah upaya pencarian jawaban atas pertanyaan tentang dunia komunikasi. berbagai penelitian itu akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan bermuara pada diketahuinya kebenaran tentang sesuatu. Etika dan Filsafat Komunikasi
4
Pengetahuan dan kebenaran itu sendiri bisa diperoleh melalui berbagai cara, baik dengan menggunakan pendekatan non ilmiah maupun ilmiah (Setiawan, 1995:5). Pendekatan non-ilmiah merupakan upaya memperoleh pengetahuan yang tidak mengacu pada tahapan atau prosedur ilmiah yang telah disepakati dalam komunitas ilmiah. Kedua bentuk itu sama-sama bisa menghasilkan pengetahuan maupun kebenaran. Hanya saja terdapat perbedaan antara kebenaran penelitian ilmiah dengan penelitian non-ilmiah. Penelitian non ilmiah umumnya kesulitan untuk menjelaskan kenapa sesuatu itu dianggap benar sehingga yang menjadi perbedaan utama hasil penelitian non ilmiah dengan ilmiah adalah sisi validitas kebanaran itu sehingga hasil penelitiannya kadang sulit untuk dipertanggungjawabkan. hal ini berbeda dengan penelitian ilmiah yang memang mempersyaratkan dilakukannya uji validitas sehingga kebenaran hasil penelitian bisa lebih dipertanggung jawabkan dan memungkinkan untuk dilakukan verifikasi atas jawaban yang dihasilkannya. Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan masing masing bentuk penelitian tersebut.
a. Penelitian Non-ilmiah beberapa penelitian sosial alternatif atau penelitian non ilmiah yang bisa dilakukan masyarakat untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan atau manami rasa ingin tahunya antara lain adalah penggunaan akal sehat, prasangka, intuisi, penemuan kebetulan dan coba coba serta pendapat otoritas ilmiah dan pemikiran kritis (Setiawan,1995:5), Neuman (2000: 3) menambahkannya dengan fradition, media myths, dan personal experience. Sementara Jalaludin Rakchmat (1995 : 1) udengan mengutip pendapat filusuf Charles Pierce menyebutkan empat cara yaitu menggunakan metode keteguhan (method of tensity ), metode otoritas (method of authority ), metode intuisi (method of intuition) dan metode ilmiah (scientific menthod). pencarian kebenaran dengan akal sehat adalah pencarian kebenaran dengan menggunakan penalaran yang logis yang didasarkan pada konsep konsep yang dalil dalil tertentu
(Setiawan, 1995: 5). Pencarian kebenaran melalui penggunaan akal sehat ini
terkadang sulit dilepaskan dari unsur subjektivitas atau kepentingan dari orang yang Etika dan Filsafat Komunikasi
5
bersangkutan. Akibatnya penggunaan akal sehat ini sering meludah menyimpang dan menjadi bentuk prasangka. Orang cara melihat hubungan antara suatu hal dengan hal lain sebagai sebuah bentuk hubungan sebab akibat yang langsung dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang diamatinya adalah akumulasi dari berbagai hal lain yang luput dari perhatian nya. Sebagai ilustrasi adalah prasangka yang mendominasi orang orang yang kontra terhadap film buruan cium gue. pada awalnya mungkin akal sehat masih di kedepankan, yaitu bahwa dengan judul yang provokatif dan tampilan sejumlah adegan di dalamnya tentu akan membuat remaja menjadikan provokasi dan menjadi agresif dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Ketiga, pencarian pengetahuan atau kebenaran melalui penemuan kebetulan dan coba coba. pengetahuan melalui cara ketiga ini umumnya tidak terencana dan tidak melalui langkah langkah sistematis dan terkendali (setiawan ,1995 :6). sepanjang sejarah manusia banyak tercatat pengetahuan yang pada awalnya ditemukan melalui akvitas yang tidak disengaja atau kebetulan. Pengetahuan yang diperoleh melalui usaha coba coba atau kebutuhan ini meski mengandung kebenaran umumnya tidak diakui sebagai sesuatu yang ilmiah sebelum ditindaklanjuti dengan serangkaian pengujian atau penelitian lain yang sifatnya ilmiah . misalnya, gaya gravitasi yang dikemukakan newton ketika ia duduk di bawah pohon apel. Selanjutnya penggunaan pendekatan yang didasarkan pada kepekaan perasaan seseorang ini lazim dilakukan dalam penelitian kualitatif dan disebut sebagai tacit knowledge (Sutopo, 2002: 37). Melalui cara ini dibanding jadikan sebagai data penelitian yang langsung diterima kebenarannya begitu saja, namun hanya digunakan sebagai petunjuk untuk kemudian diteliti, dicari, digali dan ditelusuri kemungkinannya sehingga ditemukan kenyataan yang sebenarnya (2002: 37). bentuk penelitian ilmiah kelima adalah pendapatan otoritas ilmiah dan pikiran kritis. Upaya pencarian kebenaran dan pengetahuan dengan cara ini sudah lazim dilakukan sejak dulu sampai sekarang. Seorang anak ber tanya pada orang tuanya, murid bertanya kepada
Etika dan Filsafat Komunikasi
6
gurunya, santri bertanya kepada kyai adalah bentuk pencarian kebenaran dengan menggunakan pendapat otoritas. disamping berbagai cara yang telah di kemukakan diatas, orang juga sering mendapatkan jawaban atas pertanyaan nya berdasarkan tradisi yang berlaku. Tradisi adalah satu kasus, khususnya dari pendapat otoritas otoritas di masa lalu. misalnya dalam berbagai kebudayaan di indonesia ada tradisi bahwa sedikit air kopi yang diberikan pada anak bisa mencegahnya dari serangan step, atau ibu hamil harus banyak minum air kelapa hijau dan masih banyak mitos lain yang menjadi tradisi dan dianggap sebagai kebenaran karena sejak dulu hal tersebut benar dan akan selalu benar. Jika ditanyakan alasannya, umumnya mereka tidak bisa memberikan jawabannya, kecuali bahwa itu adalah kata orang tua dulu. Mungkin jika ditindaklanjuti dengan penelitian ilmiah mitos mitos itu bukan tidak mungkin bisa ditemukan kebenarannya dan akan menjadi cikal bakal bagi ilmu pengobatan. Pengetahuan dan kebenaran juga banyak disebarkan melalui media massa. Surat kabar, majalah, film dan televisi adalah sumber informasi yang penting tentang kehidupan sosial. Salah satu media yang memiliki daya persuasi yang kuat adalah televisi. Upaya terakhir untuk mencari pengetahuan dan kebenaran adalah melalui pengalaman pribadi. Sesuatu yang terjadi yang dialami secara pribadi umumnya diterima sebagai sesuatu yang benar. Sehingga muncul idiom yang menyatakan bahwa belum percaya jika belum melihat dengan mata kepala sendiri atau belum mengalaminya sendiri. Namun demikian pengalaman pribadi juga dapat mengandung sejumlah kesalahan. Neuman (2000:5) mengemukakan, paling tidak ada empat kesalahan dalam penggunaan pengalaman pribadi untuk mencari kebenaran. 1. Overgeneralization. hal ini terjadi jika seseorang mengalami atau membuktikan sesuatu sendiri dan yakin bahwa hal tersebut juga berlaku bagi orang atau dalam situasi lain. 2. selective observation. orang sering hanya mengambil sebagian bukti yang sesuai dengan apa yang sudah diketahuinya terlebih dahulu dan mengabaikan rangkaian kasus atau informasi lain yang bertentangan dengan apa yang telah yakininya. 3. prematur closure. hal ini sering berkaitan dan diperkuat oleh kesalahan pertama dan kedua, terjadi ketika orang merasa sudah memiliki seluruh jawaban yang diperlakukan nya dan tidak mau mendengar, mencari informasi atau bersamanya lebih jauh Etika dan Filsafat Komunikasi
7
4. halo effect
kesalahan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, namun pada dasarnya
adalah ketika orang melakukan over generalisir dari apa yang diyakininya sebagai sesuatu yang sangat positif dan prestisius. Misalnya , orang yang sangat percaya bahwa lulusan universitas indonesia pasti pintar dan pendapat pendapat nya pasti benar, sehingga dia mulai membentuk opininya sendiri mengikuti alumni UI tersebut. b. Penelitian Ilmiah Sebagian orang kadang menganggapnya ilmu sosial bukanlah sebagai ilmu. Hal itu tidak terlepas perspective download alam yang begitu mendominasi pada awal perkembangan ilmu. Mereka yang berpendapat demikian cenderung menyebut ilmu sosial sebagai soft science (neuman, 2000: 6). sejarah sederhana penelitian dengan menggunakan pendekatan ilmiah ini bisa dikatakan sebagai sebuah proses untuk memperoleh kebenaran yang dilakukan melalui serangkaian prosedur dan tata urutan tertentu dan berpedoman pula pada dalil dalil atau teori teori tertentu. Untuk memperoleh kebenaran ilmiah itu ada berbagai macam prosedur atau tahapan penelitian sosial ilmiah yang dikemukakan oleh banyak ahli. Neuman menyebutkan adanya tujuh tahap yang harus dilewati dalam penelitian (2000: 11-12) : 1.
proses penelitian dimulai ketika penelitian memilih topik. Pada tahap ini
permasalahan masih bersifat umum, misalnya perceraian, kejahatan, pengangguran, efek media, dan sebagainya. 2.
Peneliti manfaat khususkan topik yang dipilih atau dengan kata lain penelitian
membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yang sesuai dengan disiplin yang dikaji. 3.
Membuat desain penelitian
4.
pengumpulan data, disesuaikan dengan perspektif penelitiannya..
5.
Analisis data, disesuaikan dengan perspektif penelitian.
6.
Interpretasi data.
7.
Publikasi dengan menulis laporan tentang latar belakang masalah metode
penelitian dan temuan penelitian. Etika dan Filsafat Komunikasi
8
Jika digambarkan maka ke tujuh tahap tersebut akan tampak sebagai berikut :
Choose topic
Inform Data
Focus Research Question
Interpret Data
Design Study
Collect data
Analyze Data
Sementara itu Wallace dalam bukunya yang terkenal the logic of science in sosiology sebagaimana dikutip Bambang Setiawan (1995: 9) mengemukakan skema proses penelitian ilmiah sebagai berikut : TEORI
Inferensi Logika
HIPOTESIS
GENERALISASI EMPIRIS Pengujian Hipotesis
OBSERVASI Gambar Skema Proses Penelitian Ilmiah (Wallace dalam setiawan, 1995 ; 9) Wallace dalam skemanya di atas memberikan gambaran bahwa proses penelitian ilmiah melibatkan empat komponen informasi yaitu : teori, hipotesis, observasi dan Etika dan Filsafat Komunikasi
9
generalisasi empiris, haruka 6 komponen metodologis yaitu deduksi logika, penyusunan instrumen dan penentuan sampel, pengukuran dan penyederhanaan informasi, penyusunan konsep dan proposisi, pengujian hipotesis dan inferensi logika. pada umumnya penelitian biasanya mengambil salah satu dari dua tipe berikutnya : 1.
Dimulai dari teori. umumnya penelitian jenis ini merupakan penelitian
verifikasi yang bertujuan menguji hipotesis atau menguji teori yang sudah ada. 2.
Dimulai dari observasi atau data yang dimiliki. Tipe ini umumnya dimaksudkan
untuk memperoleh temuan baru atau untuk penemuan konsep, proposisi atau pun teori baru. jenis penelitian yang termasuk tipe ini adalah penelitian penelitian deskriptif, eksploratif dan grounded research (setiawan, 1995 : 10). Model-model tahapan proses penelitian ilmiah yang ada selama ini, sebagaimana yang telah dikemukakan diatas , juga sangat banyak diwarnai oleh prespektif positivistik. Hal tersebut merupakan sebuah kenyataan yang tidak terhindar. salah satu penyebab karena dari penelitian dengan pendekatan post-positivist atau kualitatif yang memang bersifat lentur dan terbuka (Sutopo, 2002: 42). Secara garis besar proses penelitian kualitatif bermula dari penetapan politik atau masalah secara umum, perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan, penetapan jenis jenis informasi yang diperlukan berdasarkan rumusan masalah, penentu peta sumber informasi dan teknik pengumpulan data yang sesuai, analisis data dan terakhir penyusunan laporan penelitian (sutopo, 2002). Menurut Little John , tahap pertama penelitian adalah membuat pertanyaan. pertanyaan tentang definisi membutuhkam konsep sebagai jawabannya, misalnya apakah batas pornografi? pertanyaan tentang fakta membutuhkan deskripsi tentang fenomena yg terjadi. Tahap kedua adalah observasi. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti. metode yang digunakan bisa bermacam macam. bisa mengamati rekaman, dokumen aterfak , wawancara dan sebagainya.
Etika dan Filsafat Komunikasi
10
tahap ketiga adalah mengkonstruksi jawaban. pada tahap ini peneliti mencoba untuk mendefinisikan, menggambarkan menjelaskan dan membuat penilaian yang akhirnya membentuk teori baru. Pada umumnya orang berpikir bahwa proses pendidikan berjalan secara linier, namun kenyataannya tidak lah demikian . Masing-masing tahap saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tahap lainnya, sehingga jika digambarkan proses penelitian lebih merupakan sebuah lingkaran dari pada sebuah garis lurus. Question
Teori
Observation
2. Dimensi Penelitian
a. Berdasarkan Tujuan Penelitian Pada umumnya penelitian baik dengan menggunakan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan tujuan akhirnya yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (aplied reasearch). Penelitian dasar hanya bertujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai suatu masalah, sedang penelitian terapan tujuannya tidak berakhir pada tahap memperoleh pemahaman saja namun juga mengarah pada upaya menemukan solusi atas permasalahan yang diteliti dengan tindakan yang bersifat aplikasi praktis (sutopo 2002: 109). Pada penelitian eksploratif, pemiliki umumnya belum mengetahui apa apa sehingga penelitian lebih bersifat penjelajahan. penelitian eksploratif juga lazim dilakukan untuk mempelajari suatu topik atau isu yang baru. untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif eksploratif biasanya dicirikan oleh tidak adanya hipotesis penelitian. Sementara pada
Etika dan Filsafat Komunikasi
11
penelitian kualitatif cakupannya lebih luas lagi karena penelitian benar benar mengawali penelitiannya tanpa prasangka atau pertanyaan yang mengarah. Penelitian deskriptif juga lebih banyak dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang umumnya ditunjukkan untuk memperoleh deskripsi atau penggambaran yang ada shinichi dan mendalam tentang objek yang diteliti. Penelitian eksploratory dan deskriptif sering dilakukan secara bersama sama. Jika penelitian deskriptif merupakan pengembangan dari penelitian eksploratif maka penelitian eksplanatif adalah pengembangan lebih lanjut dari penelitian deskriptif yang mengarah pada studi sebab akibat. Fokus utama penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa sesuatu itu terjadi demikian (neuman, 2000: 22). Dalam penelitian kuantitatif penelitian eksplanatif umumnya dilakukan dengan menggunakan metode experimental sedang pada penelitian kualitatif yang diberikan studi kasus yang menganalisis hubungan sebab akibat yang bersifat holistik, dimana sebab dan akibat selalu berinteraksi dan berkelanjutan (sutopo, 2002: 111). Selanjutnya, penelitian terapan juga meliputi tiga macam penelitian yaitu penelitian evaluasi, penelitian kebijakan dan penelitian pengembangan atau penelitian tindakan (action research) (sutopo 2002; 113). Masing-masing bentuk penelitian itu tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Pertama, penelitian evaluasi. Tujuan penelitian ini biasanya adalah untuk mengetahui efektivitas proses pelaksanaan pencapaian tujuan, hasil atau dampak, suatu kegiatan atau program selama kurun waktu tertentu. Kedua penelitian kebijakan. Penelitian kebijakan kadang dilakukan dalam dua macam penelitian, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuannya adalah untuk mengetahui dan kemudian menyusun kebijakan yang paling tepat diterapkan di suatu lokasi, maka penelitian harus turun ke lapangan dan membuat semacam analisis tentang berbagai masalah, kekuatan, mall dan kelemahan dari sebuah lokasi atau kondisi. Setelah semua tahapan penelitian sehingga analisis dari semua data yang terkumpul selesai, peneliti masih harus mengakhiri penelitiannya dengan membuat sebuah usulan kebijakan yang terdiri atas sejumlah alternatif kebijakan untuk dipilih oleh pamegang kebijakan. Etika dan Filsafat Komunikasi
12
Sebaliknya, apabila kebijakan atau program yang sudah tersedia maka penelitian kebijakan bisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lokasi mana atau kondisi bagaimana yang tepat bagi penerapan kebijakan tersebut. Peneliti demikian umumnya dikenal dengan sebutan studi kelayakan. Ketiga, penelitian tindakan. Menurut HB Sucipto (2002: 118), dalam melakukan penelitian tindakan ada perbedaan pokok antara penelitian tindakan kuantitatif dan penelitian tindakan kualitatif. penelitian tindakan kuantitatif memiliki tujuan akhir untuk menemukan model termasuk bentuk, struktur, trategi, dan proses pendekatan tertentu yang selanjutnya akan dilakukan di beragam tempat sebagai bentuk generalisasi. sehingga penelitian tindakan kuantitatif sering disebut pula sebagai penelitian pengembangan. sementara penelitian tindakan kualitatif tidak mengutamakan generalisasi sebagai hasil akhir namun lebih pada terbentuknya sikap kemandirian dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang menjadi sasaran. Sehingga penelitian tindakan kualitatif lebih menekankan pada sikap partisipatif masyarakat dan disebut sebagai participatory action research. Tahapan proses penelitian partisipatif umumnya diawali dengan studi awal untuk mengetahui berbagai kebutuhan atau masalah yang dihadapi masyarakat atau disebut juga sebagai tahap identifikasi masalah. Tahap berikutnya adalah persiapan yang berguna untuk menentukan struktur organisasi, program, mekanisme pelaksanaan program, kewenangan, dan tanggung jawab anggota, keterlibatan tokoh formal maupun informal dalam masyarakat, pendanaan dan sebagainya setelah semua siap baru peneliti masuk ke tahap pelaksanaan program yang meliputi pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi serta pengembangan lanjut. Selanjutnya, peneliti sangat menentukan bagi tahap akhir penelitian karena tujuan penelitian tindakan kualitatif adalah untuk mencapai kemandirian dan merupakan sebuah proses pembelajaran, maka peneliti harus selalu berupaya untuk memotivasi masyarakat untuk mampu secara mandiri mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Sehingga setelah peneliti mengakhiri programnya masyarakat di harapkan tetap mampu melanjutkan dan mengembangkan program tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
Etika dan Filsafat Komunikasi
13
b. Berdasarkan Waktu Kesadaran akan dimensi waktu ini sangat membantu peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Berdasarkan dimensi waktu penelitian kuantitatif dibagi menjadi dua kelompok yaitu cross section research yang umumnya dilakukan oleh ahli sosiologi. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati suatu objek tunggal pada suatu waktu. Penelitian ini bisa dilakukan pada tingkatan eksploratif, deskriptif, maupun eksplanif, meski umumnya adalah penelitian deskriptif, contohnya adalah penelitian tentang perilaku mencontek di kalangan mahasiswa (neuman 2000: 30). Bentuk kedua adalah longitudinal research (multiple time point) dalam penelitian longitudinal, peneliti mempelajari karakteristik atau kisah tentang manusia atau unit lain lebih dari satu masa. Sementara itu, penelitian kualitatif umumnya merupakan studi kasus yang terjadi selama periode waktu tertentu.
3. Trend Baru Penelitian Sosial dan Penelitian Komunikasi Munculnya sebuah paradigma baru tidak akan menyebabkan paradigma sebelumnya menjadi hilang. Hal itu sejalan dengan pendapat Patton yang menyatakan bahwa paradigma itu adalah sebuah ideologi yang tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktis(mulyana, 2003:9). Dengan demikian bisa dipahami bahwa meski bermunculan perspektif baru post positivist yang umumnya lebih bersifat humanistik, namun perspektif positivist scientific juga masih memiliki penganut yang banyak. Dalam perkembangannya penganut pendekatan kualitatif tampak semakin besar, bahkan tidak sedikit tokoh yang semuanya sangat mempercayai dan menjadi pendukung setia penelitian kuantitatif mengalihkan dukungannya pada penelitian kualitatif. ilustrasi yang sederhana juga mudah kita temui di lingkungan perguruan tinggi. Meski dengan alasan yang beragam, harus diakui bahwa penelitian kualitatif baik yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa semakin meningkat jumlahnya. Pemahaman bahwa penelitian kualitatif lebih mudah dan murah tentu saja sangat keliru. karena karakteristik penelitian kualitatif yang lentur,terbuka, holistik dan mendalam justru bisa membuat penelitian itu menjadi lebih rumit, lama dan berbiaya besar. Tetapi Etika dan Filsafat Komunikasi
14
paling tidak, perkembangan yang ada sekarang ini bisa dianggap sebagai sebuah langkah awal untuk menghindari kekeliruan yang fatal dan menjadi penyebab terbesar terjadinya berbagai kondisi sosial di masa sekarang akibat pemaksaan penerapan perspektif objektif untuk mempelajari manusia sebagai subjek dalam sebuah masyarakat yang kompleks. Berbagai perspektif penelitian ilmu sosial yang muncul sekarang antara lain penelitian penelitian feminis, hermeneutika, semiotika, interaksionisme simbolik, dramaturgi, marxisme sartian, teori kritis, fenomenologi, etnometodologi, cultural studies, postmodernism, poststructuralism, postcolonialism (Mulyana dalam eriyanto, 2002: ix). sebagian penelitian itu masih mencari bentuk sebagian lagi tidak lebih daripada kegemukan atau obesitas intelektual. Contoh, sebuah perilaku komunikasi di satu daerah mungkin berbeda maknanya dengan pelaku yang sama di daerah yang lain. oleh karena itu, Rusdi Muchtar, seorang ahli peneliti utama PMB-LIPI (2000: 99) menyatakan bahwa penelitian komunikasi khususnya di indonesia hendaknya menggunakan pendekatan budaya, searching gak bisa menangkap realitas sesungguhnya dalam masyarakat indonesia yang multikultural ini. Lebih lanjut, dengan mengutip pendapat Davis dan Jasiki, Muchtar menyatakan bahwa penelitian yang akan datang nggak memfokuskan pada produksi makna dalam komunitas dan negosiasi makna diantara komunitas (2000: 99). Terlepas dari berbagai paradigma atau perspektif yang ada yang utama harus diperhatikan oleh para peneliti adalah kesesuaian antara perspektif atau paradigma yang diambil dengan struktur penelitian yang dilakukannya. jika seorang peneliti ilmu sosial menggunakan perspektif positivis maka ia pun harus menjalankan penelitiannya dengan prinsip hypotetico deductive methods, yang umumnya dilakukan melalui pengujian eksperimen survey, atau analisis isi kuantitatif. Sebaliknya jika ia menggunakan perspektif pos-tpositivist maka ia pun harus konsisten merancang struktur penelitiannya sesuai dengan karakteristik penelitian subjektif. penggabungan keduanya dalam satu penelitian masih dimungkinkan sepanjang bukan merupakan sebuah pencampuradukan paradigma yang menyesatkan.
Etika dan Filsafat Komunikasi
15
4. Penulisan Ilmiah Karya ilmiah bisa terwujud dalam berbagai jenis tulisan seperti essay, makalah, paper, artikel jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan sebagainya. Karya ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas tentang suatu masalah yang dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan tes laboratorium ataupun kajian pustaka serta didasarkan pada proses pemikiran ilmiah pula (Djuroto dan Suprijadi, 2002: 13). Meski menulis karya ilmiah sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang, namun bagi sebagian yang lainnya menulis karya ilmiah adalah sebuah pekerjaan yang sangat berat. Salah satu kendala yang sering dihadapi adalah masalah. Sistematika dan gaya penulisan. masalah tersebut umumnya terkait dengan beberapa hal terutama terkait dengan "gaya selingkung" yang berlaku di sebuah instansi atau komunitas tempat tulisan itu akan dipublikasikan. Gaya selingkung adalah gaya penulisan yang berlaku khusus di suatu komunitas, misalnya di perguruan tinggi atau di lembaga penelitian. bisaan ya gaya selingkung terkait dengan masalah paradigma yang dianut oleh masing masing. Secara umum, menulis karya ilmiah berarti memenangkan hasil suatu kegiatan ilmiah ke dalam bentuk tulisan. Perbedaan diantara berbagai tulisan hanya terletak pada materi, susunan, tujuan serta panjang pendeknya karya tulis tersebut. Meski terdapat berbagai format yang diterapkan di berbagai lingkungan, namun pada prinsipnya penulis karya ilmiah mbaknya didasarkan pada kegiatan ilmiah yang dilakukan. Sebagai contoh untuk penulisan hasil penelitian maka sistematika penulisannya umumnya adalah sebagai berikut : i. Halaman Judul ii. Lembar persetujuan iii. abstraksi iv. Kata pengantar v. Daftar isi vi. Daftar Tabel vii. Daftar gambar viii. Daftar lampiran Etika dan Filsafat Komunikasi
16
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar elkang Masalah 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Masalah 4. Manfaat Peneliti BAB II KERANGKA TEORI 1. Landasan Teori 2. Hipotesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian 2. Definisi konsep dan Operasional Variabel 3. Populasi dan Sempel Penelitian 4. Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data 5. Teknik Analisis Pengujian Hipotesis BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Gambaran Umum obje Penelitian 2. Deskripsi Hasil Penelitian 3. Pengujian Hipotesis 4. Interpelasi Hasil Pengujian Hipotesis BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran ix. Daftar pustaka x. Lampiran-lampiran (Djuroto & Suprijadi, 2002: 55).
Sutopo (2002: 162) menyatakan bahwa struktur laporan dalam penelitian ilmiah lebih banyak ragamnya dibandingkan dengan struktur laporan penelitian kuantitatif. Salah satu bentuk struktur penelitian yang lazim diikuti karena sudah dianggap mendekati standar
Etika dan Filsafat Komunikasi
17
adalah struktur analitik linier. Struktur ini bisa digunakan untuk menulis laporan penelitian eksploratif, deskriptif maupun eksplanatif. Sepintas, struktur analitik linear ini tampak hampir sama dengan sistematika penulisan laporan penelitian yang dikemukakan oleh Totok
Djuroto dan Banbam
Suprijadi.(2002: 55) meski terdapat beberapa penyesuaian. Untuk point i hingga x,bisa tetap digunakan dalam penulisan ilmiah bagi hasil penelitian kualitatif, demikian juga dengan bab I, perbedaan baru muncul pada Bab II dimana dalam penelitian kualitatif bab ini umumnya lebih banyak memuat eksplorasi teori dan paparan konsep disertai dengan kerangka pemikiran untuk memberikan gambaran atau peta posisi dari berbagai konsep yang diteliti. Bab III pada penelitian kualitatif juga memuat metode penelitian yang tentu saja disesuaikan dengan metode penelitian kualitatif. Bab ini umumnya memuat jenis penelitian, lokasi /karakteristik sasaran, jenis sumber data dan teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan. Bab IV adalah sajian laporan atau sajian data yang merupakan jawaban atas rumusan masalah dalam bentuk narasi yang merinci berkaitan dengan setiap permasalahannya. Bab V membuat dua bagian pokok yaitu pokok pokok temuan sebagai rumusan singkat hasil temuan di lapangan dan pembahasan atau diskusi. Bab VI berisi simpulan dan rekomendasi (Sutopo,2002:162-166). Selain struktur analitik linier di atas juga terdapat sejumlah bentuk lain dari penulisan hasil penelitian kualitatif. Diantaranya adalah struktur komparatif struktur kronologis struktur penyusunan teori, struktur suspensi, dan struktur tak beraturan (Sutopo 2002:167169). Struktur penelitian dan penulisan ilmiah bagaimanapun tidak bisa dilepaskan dari paradigma penelitian yang digunakannya. meski saat ini perdebatan di antara para pendukung dua paradigma besar penelitian yaitu kuantitatif dan kualitatif di indonesia sudah tidak bisa begitu terbuka, namun keduanya masih belum menemukan titik temu yang tepat. Sehingga wajar jika kemudian para peneliti pun mengalami kesulitan ketika mereka harus berhadapan dengan tahapan merancang desain penelitian dan penulisan laporan. Mencermati permasalahan tersebut maka salah satu upaya yang harus dilakukan oleh para peneliti khususnya dalam bidang ilmu sosial adalah memperkaya wawasan mereka Etika dan Filsafat Komunikasi
18
dengan berbagai paradigma penelitian baik yang dianggap tradisional maupun kontemporer. Upaya kedua yang bisa dilakukan para peneliti untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi baik ketika melakukan penelitian ataupun menulis hasil penelitiannya adalah dengan memahami "gaya selingkung" yang berlaku di setiap instansi atau komunitas ilmiahnya. Sebagai ilustrasi jika seorang dosen melakukan penelitian dengan dibiayai oleh dikti, singkatnya yang menyesuaikan proposal, struktur dan laporan penelitiannya sesuai dengan standar yang ditetapkan Diktik. Demikian juga ketika seorang mahasiswa harus memenuhi kewajiban menyusun skripsi atau tesis, mbak maya juga menyusun proposal, struktur dan laporan penelitian yang sesuai dengan format yang ditetapkan di perguruan tinggi. Hal yang paling penting untuk diperhatikan oleh para peneliti adalah kenyataan bahwa tidak ada suatu paradigma atau metode pun yang lebih baik daripada yang lain, yang terpenting adalah kesesuaian antara ontology, epiatemology dan metodologinya. Sehingga pendapatan paradigma status status yang dianggap benar benar atas pertimbangan yang matang, alasannya ilmiah, dan pengetahuan serta kemampuan penguasaan yang baik. kesemuanya itu diharapkan dapat meminimalisir kenyataan banyaknya penelitian yang mengambil
satu
paradigma
karena
tidak
menguasai
yang
lain
atau
justru
mencampuradukkan paradigma sehingga hasil yang diperoleh jadi menyesatkan.
B. SARANA BERPIKIR ILMIAH Satu lagi kebesaran Allah SWT sudah sepatutnya disyukuri oleh manusia dalam relung spiritualitas yang dalam dengan implementasi tingkat religiusitas yang tinggi. Sang Khaliq telah mengkaruniakan kepada manusia akal pikiran yang pada gilirannya telah menetapkan posisi manusia terunggul dibandingkan makhluk ciptaannya yang lain. Berrpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia. Dengan makhluk lain dengan dasar berpikir ini manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akan mampu memikirnya.
Etika dan Filsafat Komunikasi
19
Berpikir banyak sekali macamnya namun secara garis besar dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berpikir ilmiah. Lebih lanjut dijelaskan oleh Noor M.Bakry (1996: 65), berpikir alamiah yang dimaksudkan disini adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari hari dari pengaruh alam sekitarnya, misal penawaran tentang panasnya api yang dapat membakar, Jika dikenakan kayu pasti akan terbakar. Sementara itu, berpikir yang dimaksudkan adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat, misal dua hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dalam satu kesatuan. Sarana berpikir ilmiah mutlak perlu dipelajari dan dikuasai bagi seorang ilmuan, karena sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan nya berdasarkan metode metode ilmiah. Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada 3 : (1) bahasa ilmiah, (2) logika dan matematika (3) logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sehingga mudah diikuti dan bila kau kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep konsep yang berlaku secara umum. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir tersebut.
1. Manusia dan Pencari Kebenaran Dalam kehidupan sehari hari sejak zaman purbakala manusia selalu berusaha mencari hakikat kebenaran mengenai hal hal yang bersifat hakiki seperti masalah tuhan, kematian, hidup sesudah mati, cinta dan lain-lain. Manusia berusaha mengerti dan menaklukkan alam semesta yang penuh dengan misteri. Pada masa zaman pertengahan manusia belum menunjukkan minat terhadap studi sistematis mengenai dunia fisik, kondisi tersebut banyak dipengaruhi oleh pendapat filsafat yunani yang lebih mengutamakan "yang umum "daripada"yang khusus". Pengetahuan kisah Etika dan Filsafat Komunikasi
20
ummu mengaju pada hakikat dan esensi hal hal yang konkrit, sedang yang khusus membedakan benda satu dengan yang lain. Sekalipun demikian perlu dibedakan antara penggunaan akal sehat (common sense) dengan ilmu pengetahuan. Menurut Donathan Sarwono (httl/:www.lpim.com) akses tanggal 17 september 2004), menyatakan bahwa letak perbedaan yang mendasar antara akal dan ilmu pengetahuan ialah berkisar pada kata "sistemik " dan "terkendali ". ada 5 hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal: 1. ilmu pengetahuan dikembangkan melalui struktur struktur teori dan uji konsistensi internal nya. Dalam mengembangkan strukturnya, hal itu dilakukan dengan tes ataupun pengujian secara empiris. Sendang penggunaan akal sehat biasaannya tidak. 2. dalam ilmu pengetahuan, dari dan hipotesa selalu diuji secara empiris. Hanya dengan orang yang bukan ilmuwan dengan cara selektif. 3. adanya pengertian kendali yang dalam penelitian ilmiah dapat mempunyai pengertian yang bermacam macam. 4. ilmu pengetahuan menekankan adanya hubungan antara fenomena secara sadar dan sistematis. Pola hubungannya tidak dilakukan secara asal asalan. 5. perbedaan terletak pada cara memberi penjelasan yang berlainan dalam mengamati suatu fenomena. Dalam menerangkan hubungan antara fenomena ilmuwan melakukan dengan hati hati dan menghindari penafsiran yang bersifat metafisik. Proposisi yang dihasilkan sangat terbuka untuk pengamatan dan pengujian secara ilmiah.
2. Otonomi Akal Manusia Kegiatan filsafat mau tidak mau menuntut cepat otonomi penuh bagi akal, seringkali otonomi akal ingin dipandang berbahaya, karena dapat menyesatkan. Jika direnungkan lebih dalam ketakutan dan kekhawatiran terhadap otonomi penuh bagi akal itu tidak perlu ada. Jika seseorang menggunakan akal dan akhirnya melahirkan kesimpulan kesimpulan yang salah maka kesalahan itu tidaklah dapat disebut sebagai tindakan kriminal. Kesalahan itu wajar saja bahkan kata Nabi Saw, jika engkau bersumpah sungguh menggunakan akalmu (ijtihad), dan hasil ijtihadnya benar maka engkau akan mendapat dua pahala yaitu
Etika dan Filsafat Komunikasi
21
pahala ijtihatnya hasilnya tetapi jika ijtihatnya salah, maka engkau hanya mendapat pahala satu yaitu pahala dari ijtihatmu sendiri. Sebagai contoh, hal yang sama dapat kita peroleh dengan menggunakan akal dalam Al-Qur’an artinya berpikir dan berdzikir. Berpikir tentang ciptaan Tuhan dan berdzikir tentang kekuasaan Tuhan (Al-Qur’an 190-191). Berpikir tentang ciptaan tuhan melahirkan kebudayaan dan sifatnya relatif. Sedangkan Berdzikir kepada Tuhanadalah bentuk pengakuan bahwa yang mutlak hanya tuhan sendiri. dalam kesatuan pikir dan zikir ini maka tindakan absolutisme akal dapat dihindarkan.
3. Proses Berfikir Prosesberpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati hati. Proses berpikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Msalah ini merupakan suatu pemecahan, dan untuk ini dilakukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode yang tepat. Akhirnya sebuah kesimpulan tentatif akan diterima tetapi masih tetap di bawah penyelidikan yang kritis dan terus menerus untuk mengadakan evaluasi secara terbuka (Nazir, 1988:10). Menurut Dewey, proses berpikir manusia normal mempunyai urutan sebagai berikut : a)
timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenai sifat,
ataupun dalam menerangkan hal hal yang muncul secara tiba tiba. b)
kemudian merasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk bentuk
permasalahan c)
timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka reka hipotesa,
inferensi, atau teori. d)
ide-ide permasalahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi
dengan jalan mengumpulkan bukti bukti berupa data. e)
menguatkan pembuktian tentang ide ide di atas dan menyimpulkan baik melalui
keterangan keterangan atau percobaan percobaan.
Etika dan Filsafat Komunikasi
22
Sedangkan Kelly mempertegas bahwa proses berpikir memenuhi langkah langkah sebagai berikut : a.
timbulnya rasa sulit,
b.
rasa susu tersebut didefinisikan.
c.
mencari suatu pemecahan sementara.
d.
menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada
kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar. e.
melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental..
f.
Mengadakan penilaian terhadap penemuan penemuan eksperimen menuju
pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit. g.
memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi
yang akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat dari uraian uraian diatas kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa berpikir secara nalar merupakan dua buah kriteria penting. Pertama, berpikir adalah adanya unsur yang di dalamnya. diet bentuk bersihkan mempunyai logikanya tersendiri. dengan perkataan lain berfikir secara nalar tidak dapat dari berpikir secara logis. berpikir secara logis memiliki konotasi jamak bukan konotasi tunggal, karena itu suatu kegiatan berfikir dapat saja logis menurut logika lain. kecenderungan tersebut dapat menjurus kepada apa yang dinamakan kekacauan penalaran. hal ini disebabkan karena tidak adanya konsistensi dalam cara berpikir. Kedua, berpikir adalah adanya unsur analisis di dalamnya. Dengan logika yang ada ketika berpikir maka kegiatan berfikir itu selanjutnya mempunyai sifat analisis yang mana sifat ini memiliki konsekuensi dari adanya pola berfikir tertentu. Berfikir ilmiah berarti melakukan kegiatan analisis dalam menggunakan logika secara ilmiah. Dengan demikian pendidikan tidak terlepas dari adanya imaginative seseorang dalam merangkai rambu rambu pikirannya ke dalam suatu pola tertentu, yang dapat ditimbulkan dari kejeniusan seorang ilmuan (weggel dan madden, dalam Nazir 1988:12).
Etika dan Filsafat Komunikasi
23
Pada hakikat nya berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Hal ini disebabkan karena masing masing penalaran ini berkaitan dengan rasionalisme dan empirisme.
4. Bahasa Ilmiah Berfikir sebagai proses bekerjanya akal dalam adalah sesuatu merupakan ciri hakiki dari manusia, dan hasil bekerjanya akal ini tidak dapat diketahui oleh orang lain, jika tidak dinyatakan dalam bentuk bahasa. bahasa ialah merupakan pernyataan pikiran alam perasaan sebagai alat komunikasi manusia ( Noor M.Bakry, 1996:68). a. Klasifiksi Bahasa kita masih ingat dengan pelajaran bahasa indonesia yang diulang ulang selama masih di jenjang SD, SMP, dan SMA, dimana bahasa diartikan sebagai kalimat yang terdiri dari kata kata atau istilah istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti sesuatu, dapat juga benda-benda, kejadian-kejadian, peristiwa - peristiwa ataupun hubungan - hubungan serta proses - proses. Sementara sintaksis sendiri dimaknai sebagai cara untuk menyusun kata - kata atau istilah - istilah tersebut. Sehingga secara garis besar kalimat dapat diklasifikasikan dalam 2 kalimat yaitu : kalimat bermakna dan kalimat tak bermakna, kalimat bermakna dibedakan menjadi kalimat berita dan kalimat bukan berita. kalimat berita ialah kalimat kalimat yang dapat dinilai benar atau salah, sedang kalimat bukan berita ada 4 macam yaitu: kalimat tanya , kalimat perintah, kalimat seru dan kalimat harapan. dari adanya klasifikasi tersebut dapat disebut sebagai bahasa ilmiah ialah, kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan pernyataan atau pendapat - pendapat. Noor M.Bakry mengklasifikasikan bahasa dan bagaimana cara menjelaskan istilah dalam bahasa ilmiah.
1) Bahasa alami bahasa alami dalam bahasa sehari hari yang bisa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. bahasa alami dibedakan atas dua macam, yaitu ) Etika dan Filsafat Komunikasi
24
1.
Bahasa isyarat,
Bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat pula berlaku khusus. misal yang berlaku umum : menggelengkan kepala tanda tidak setuju, mengangguk tanda setuju, hal ini tanpa ada persetujuan dapat mengerti secara umum. Sedang yang berlaku secara khusus adalah untuk kelompok tertentu dengan isyarat tertentu pula. 2.
Bahasa Biasa
bahasa biasa yaitu bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari hari. simbol sebagai pengganti arti dalam bahasa biasa disebut "kata ", sedang arti kandungannya disebut "makna". Dalam dasar dasar pemakaian harta dibedakan antara dua hal yaitu ;
Kata tertentu mengartikan sesuatu hal sebenar-sebenarnya, misal kata puncak,
dalam kalimat: puncak gunung merapi tertutup lahar
Dengan pemakaian kata tertentu memaksudkan sesuatu lain, atau disebut "arti
kiasan " misal kata "puncak " dalam kalimat: soeharto adalah puncak kewibawaan orde baru dalam negara indonesia. 2) Bahasa Buatan bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Kata dalam bahasa buatan disebut "istilah ", sedang arti yang dikandung istilah itu disebut "konsep". bahasa buatan dibedakan atas dua macam yakni bahasa istilah dan bahasa artifisial a.
bahasa istilahi. Bahasa ini rumusannya diambil dari bahasa bisa yang diberi arti
tertentu. misal :demokrasi (demos dan kratein), medan, daya, massa. dalam bahasa ini ada sedikit ke kaburan, oleh karena itu definisi yang diperlukan untuk menjelaskan arti yang dimaksudkan. b.
Bahasa artifisial. bahasa artifisial adalah murni bahasa simbolik bahasa berupa
simbol simbol sebagaimana yang digunakan dalam logika maupun matematika. perbedaan antara bahasa alami dan bahasa buatan iya lah isi konseptual dalam istilah tertentu lebih sewenang wenang, sekehendak hati, sedang makna dari kata bisa bersifat kebiasaan sehari hari. maka makna tidak perlu didefinisikan. Perbedaan selengkapnya sebagai berikut : Etika dan Filsafat Komunikasi
25
Tabel. Perbedaan Bahasa Alami san Perbedaan Bahasa Buatan Bahasa Alami Antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-haei, karena bahasanya:
Bahasa Buatan Antara istilah konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, karena bahasanya: 1. Berdasarkan pemikiran
1. Secara spontan
2. Sekehendak hati
2. Bersifat Kebiasaan
3. Diskursif (logis dan luas arti)
3. Intuitif
4. Pernyataan tidak langsung
4. Pernyataan Secara Langsung Sumber: Noor M.Bakry, dkk, 1996, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta Kerjasama YP Fakultas Filsafat UGM,hlm.71.
Dari uraian tentang bahasa di atas dasar buatan inilah yang dimaksud bahasa ilmiah, dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Dan bahasa ilmiah ini pada dasarnya merupakan kalimat-kalimat deklamtif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah, baik menggunakan bahasa bisaa sebagai bahasa pengantar untuk mengkonsumsikan karya ilmiah, maupun menggunakan istilah-istilah serta simbol-simbol secara abstrak.
b. Penjelasan dan Definisi Bahasa pada dasarnya mempunyai tiga fungsi pokok, yakni: fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik, Fungsi spss atau emotif tampak pada pencurahan tasya takut serta takjub yang dilakukan serta merta pada pemuja pemujaan, demikian juga pencurahan seni suara maupun seni sastra. fungsi afektif atau praktis tampak jelas untuk menimbulkan efek psikologis terhadap orang orang lin dan sebagai akibatnya mempengaruhi tindakan tindakan mereka ke arah kegiatan atau sikap tertentu yang diinginkan. fungsi simbolik dipandang dalam artinya yang lulus meliputi juga fungsi logika serta komunikatif, karena arti itu dinyatakan dalam simbol simbol bukan
Etika dan Filsafat Komunikasi
26
hanya untuk menyatakan fakta saja melainkan juga untuk menyampaikan kepada orang lain. Diantara tiga fungsi diatas untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik, karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus terbebas dari unsur-unsur emotif. Dalam komunikasi ilmiah harus jelas dan objektif, oleh karena itu istilah istilah yang digunakan harus didefinisikan untuk menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh istilah tersebut. Hal.ini harus dilakukan untuk mencegah si penerima komunikasi memberi makna lain yang berbeda dengan makna yang dimaksudnya, lebih lebih istilah istilah yang diangkat dari bahasa bisa ke bahasa ilmiah. Untuk memberi definisi atau penjelasan yang baik harus jelas dan singkat, cerita mudah dipahami tidak menggunakan bahasa yang berbelit belit. oleh karena itu pertama yang perlu diuraikan adalah macam macam definisi atau bagaimana membuat definisi, dan juga syarat syarat apa yang harus diikuti supaya definisinya baik. Pernyataan yang membuat penjelasan arti atau definisi harus terdiri atas dua bagian, grand begini harus ada jika tidak bukanlah suatu definisi yaitu : Bagian pangkal disebut dengan istilah "definiendum" indonesia istilah yang harus di beri penjelasan dan bagian pembatas disebut dengan "definiens" yang berisi uraian mengenai arti dari bagian pangkal. Misal definisi tentang manusia, manusia adalah makhluk yang berakal budi istilah atau kata "manusia " disambut definiendum sedangkan keterangan "makhluk yang berakal budi.disebut definiens. 1) Macam-macam Definisi Definisi ini banyak macamnya tergantung masalah apa yang didefinisikan, kanan secara garis besar dibedakan atas 3 macam : a.
Definisi Nominalis
definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah istilah dengan kata lain yang lebih dimengerti. jadi sekedar menjelaskan istilah sebagai tanda bukan menjelaskan hal yang
Etika dan Filsafat Komunikasi
27
ditandai. Definisi nominalis s pada dasarnya ada enam macam yakni: definisi sistematis, definisi stipulatif definisi denotatif b.
Definisi Realis
Definisi realis dalam penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah. jadi bukan sekedar menjelaskan isi yang dikandung istilah. Definisi realis secara garis besar ada dua macam yakni : definisi esensial dan definisi descriptif. c.
Definisi Praktis
Definisi praktisi allah penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan dan tujuannya yang sederhana. Definisi ini ada dua macam yaitu definisi operasional dan definisi fungsional. 2) Hukum-hukum Definisi Definisi yang merupakan salah satu unsur sarana ilmiah harus dikuasai oleh seorang ilmuwan, supaya dalam uraian ilmiah mudah dipahami oleh yang menerima dan tidak timbul kesalah pahaman. Di antara beberapa definisi diatas yang paling baik dan sempurna adalah definisi konotatif, tetapi tidak semua hal dapat didefinisikan dengan cara tersebut, namun setidak tidaknya usahakanlah dengan cara itu jika tidak dapat diusahakan dengan membuat definisi accidental atau dengan cara yang lain . Dan pernah juga diingat tidak semua hal dapat didefinisikan, sejauh akal manusia dapat memikirkan maka hal tersebut dapat didefinisikan. Dalam membuat definisi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, supaya definisi tersebut baik. Syarat-syarat yang dimaksudkan dibedakan atas : syarat untuk definisi terminal s dan syarat untuk definisi realis. Syarat atau hukum definisi nomi.alis ada empat, yang secara sederhana diuraikan sebagai berikut : 1. suatu istilah jika hanya mempunyai arti tertentu haruslah digunakan sesuatu arti tersebut. 2.suatu istilah atau kata yang sangat bisa tidaknya dipakai juga menurut arti yang bisa 3. jangan menggunakan kata yang tidak dapat memberi arti yang tepat dan jelas 4. jika arti suatu istilah menjadi objek pembicaraan harus tetap sesuai kesepakatan. Etika dan Filsafat Komunikasi
28
Definisi realis juga mempunyai persyaratan tertentu atau disebut hukum definisi realis, supaya definisinya baik ada 5 hukum : 1. menyatakan ciri ciri hakiki dari apa yang didefinisikan 2. merupakan ketidaksetaraan artis dengan hal yang didefinisikan. 3. menghindarkan pernyataan yang memuat istilah yang didefinisikan 4. definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumus yang positif. 5.definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau kiasan. 3). Definisi dan Ilmu Definisi adalah sangat penting dalam ilmu, sesuai dengan hakekat ilmu itu sendiri, ilmu adalah bentuk pengetahuan yang telah ditentukan batas batasnya sehingga jelas batas antara ilmu satu dengan ilmu yang lain. Ilmu membutuhkan formalisasi atau bahasa formal yang khas. Maksud vernalisasi adalah untuk menyederhanakan hingga semua lebih skematis , lebih jelas meskipun menjadi lebih abstrak. Dan ilmu ilmu alam definisi merupakan hal yang mutlak perlu yang pada dasarnya selalu mengajak pada metode matematis dengan tanda tanda ideografik nya yang sejak semula telah ditentukan artinya. Ke-eksakan matematika selalu menjadi model ilmu alam agar ukuran dapat tetap para ilmuan alam mencoba mereduksi dunia ke taiwan titas tertentu. Pola definisi yang cocok untuk mengelola alam tidak akan kena pada ilmu ilmu sosial atau dengan kata lain definisi ini dalam ilmu ilmu sosial sangat berbeda dengan definisi dalam ilmu ilmu alam. Alasan perbedaan tersebut adalah karena seluk beluk hubungan harus diungkapkan seorang ilmuwan sosial adalah jauh lebih rumit dan tidak mudah direduksi kan ke bentuk bentuk yang sederhana. Berdasarkan penjelasan diatas, agaknya jelas perbedaan cara-cara membuat definisi. Definisi dalam ilmu alam hanya mengenal satu cara dengan metode matematis untuk mencapai keabstrakan, sedangkan ilmu ilmu sosial dan humaniora dalam membuat definisi memakai banyak cara, bagaimana yang tepat untuk mengungkapkan hal yang didefinisikan.
Etika dan Filsafat Komunikasi
29
Masing-masing cara ini selama tetap dipertahankan dalam batas batas ilmunya akan, dapat bermanfaat untuk memberi penjelasan yang baik.
5. Logika dan Matematika Logika dari matematika merupakan media pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifisial, yakni murni bahasa buatan. keistimewaan bahasa ini ialah terbebas dari aspek emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuk hubungannya. Baik logika maupun matematika
lebih
mementingkan
untuk
logisnya
pernyataan-pernyataannya
yang
merupakan sifat yang jelas. Pola berfikir deduktif minyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang yang lain merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada terextreme yang sebenarnya telah, ditentukan misal: Jika diketahui A termasuk dalam Lingkungan B, Sedangkan B tiada hubungannya dengan C, maka A tiada hubungannya dengan C. Dengan contoh ini matematika bukan saja menyampaikan informasi secara jelas namun singkat. sebagaimana sarana ilmiah makalah matematika itu sendiri tidak mengandung kebenaran tentang sesuatu yang bersifat faktual mengenai dunia empiris. Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukannya serta dikomunikasikan nya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan. Logika yang banyak sekali hubungannya dengan matematika disebut logika matematika atau juga logika simbolik. Logika simbolik atau disebut juga logika modern merupakan teori tentang penyimpulan yang sah dengan menggunakan simbol simbol tertentu secara luas. Logika ini penalaran yang menggunakan juga metode metode matematik. Adapun yang dibicarakan dalam logika simbolik ialah : logika, himpunan, logika proposisi, dan logika kuantifikasi. Dalam buku ini hanya sebagian saja yang dikemukakan, yakni hukum dasar menyimpulkan dan fungsi penalaran deduktif. a.
Hukum Dasar Penalaran
Dalam penalaran deduktif bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah sistem silogisme dan bahkan silogisme ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif Etika dan Filsafat Komunikasi
30
yang sempurna. Dalam silogisme ada beberapa yang perlu diikuti. hukum hukum tersebut merupakan silogisme yang berkesimpulan tepat dan serasi kemudian di kemukakan bentuk logisnya. Hukum-hukum menyimpulkan yang berbentuk silogisme dan dua kelompok: (1) hukum berbentuk silogisme kategorik (2) hukum dari bentuk silogisme majemuk. Disunting itu perlu juga dikemukakan kaidah kaidah dasar logika. a.1. Hukum Penyimpulan Katagorik hukum yang berbentuk silogisme kategoris merupakan perumusan silogisme yang jika diungkapkan dalam bentuk diagram hanya ada satu bentuk. a.2 Hukum Penyimpulan Majemuk Hukum berbentuk silogisme majemuk merupakan perumusan silogisme yang jika diungkapkan dalam bentuk diagram setelah adanya penegasan, hanya ada satu sub himpunan yang di maksud nya. hukum yang berbentuk silogisme majemuk ini akan dikemukakan bentuk logis penyimpulannya dengan menggunakan rumusan simbolik. 1. Modus Ponendo Ponen 2. Modus Talendo tolen 3. Modus Ponendo tolen 4. Modus Tolendo ponen
a.3 Kaidah-kaidah dasar Hukum-hukum logika kemudian dikembangkan dalam matematika dan sekaligus juga menjadi kaidah dasar dalam matematika adalah yang berbentuk persamaan. Hukumhukumnya jika ini pula sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu yaitu: dobel negasi, konversi, inversi, kontraposisi, bikondisionaliti, negasi ekuivalen, negasi implikasi dan demoorgan (Noor M.Bakry, 1996;84). Selanjutnya indah kaidah tersebut kemudian dikembangkan dan diadakan pengolahan pengolahan. game yang paling banyak digunakan adalah pengolahan dengan dasar konjungsi dan disjungsi yang disebut dengan perkalian logis dan penjumlahan.
Etika dan Filsafat Komunikasi
31
b.
Fungsi Penalaran Deduktif
Mengingat logika dan matematika adalah metode berfikir logis, oleh karena itu ilmu mutlak perlu menggunakan logika dan matematika untuk mengembangkan ilmunya.
struktur logis Hukum .
Logika sebagai alat menganalisis dalam bidang ilmu dapat dicontohkan misalnya ilmu hukum. Pernyataan-pernyataan dalam bidang hukum memang terlalu rumit untuk dicerna bagi kelompok di luar bidang hukum, akan tetapi jika ditunjukkan struktur logis nya akan mudah dan cepat dipahami.
Logika dan Teknologi
Fungsi penalaran deduktif yang lain dalam bidang perkembangan teknologi, misalnya pengolahan disjungsi dan konjungsi pada lintasan arus. Diagram lintasan arus yang bersamaan dengan pernyataan disjungsi untuk pemasangan tombol secara sejajar dan pernyataan konjungsi untuk pemasangan tombol secara seri. Persamaan bentuk antara kedua sistem diatas memungkinkan orang untuk mengusahakan penyerdehanaan bentuk suatu lintasan arus dengan menggunakan aljabar proposisi dalam logika simbolik. kebalikannya, manakala suatu jalan pikiran juga dapat di terjemahkan kedalam bentuk lintasan arus. Inilah sebenarnya yang terjadi dalam komputer elektronik. Suatu komputer sebenarnya merupakan suatu alat elektronik yang dibangun dalam proses berfikir. Ada 2 macam unsur lain ialah unsur kenangan, cara menyimpan keterangan keterangan yang telah berkumpul untuk sewaktu-waktu digunakan kembali bagi perhitungan lain. Yang kedua iyalah unsur logika. Unsur logika ialah yang dipergunakan untuk berfikir serta terdiri atas rantai lintasan arus yang mampu mengadakan pengolahan disjungsi, konjungsi, dan pengingkaran (Andi Hakim Nasoetin, 1978:65).
6. Logika dan Statistika Noor M.Bakry (1996; 89-90) , mendefinisikan logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuk serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kematian diturunkan dari pangkal pikirannya. Logikaini sering disebut logika formal. Dalam logika ini, jika telah runtut dan sesuai Etika dan Filsafat Komunikasi
32
dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain, maka penyimpulan itu adalah tepat dan sah. Sementara itu logika induktif adalah sistem penalaran yang menelah prinsip-prinsip menyimpulkan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip penalaran bergantung kesesuainnya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar dan tidak dapat dikatakan pasti. a. Pola Induksi Ilmiah Logika induktif, tidak memberikan kepastian umum sekadar tingkat peluang bahwa untuk premi- premi tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan dan kesimpulannya mungkin benar dan mungkin juga salah. Misalnya, jika selama bulan november dalam beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka tidak dapat dipastikan bahwa selama bulan november tahun ini juga akan turun hujan. Kesimpula yang dapat ditarik hanyalah pengetahuan tentang peluang untuk hujan dalam tahun ini juga akan turun. 1.
Observasi dan Eksperimen.
Pertama-tama adalah mengumpulkan fakta fakta. metode khusus yang dipakai adalah observasi dan eksperimen. observasi dikerjakan fatality mungkin sementara eksperimen untuk membuat atau mengganti objek atau hal hal yang harus dipelajari. 2.
Hipotesis Ilmiah
Langkah kedua dalam melakukan hipotesis. hipotesis salah satu dalil sementara yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk bagi penelitian lebih lanjut yang didukung oleh pengetahuan ilmiah. Adapun syarat-syarat hipotesis adalah: a)
Hipotesis harus dapat diuji kebenaran dengan membandingkan dengan fakta
yang dialami. b)
Hipotesis harus terbuka dan dapat meramalkan bagi pengembangan
konsekuensiny. c)
Hipotesis harus runtut dengan dalil dalil atau prinsip-prinsip yang sudah
dianggap benar. Etika dan Filsafat Komunikasi
33
d)
Hipotesis harus dapat menjelaskan fakta-fakta yang dipersoalkan.
3.
Verivikasi dan Pengukuhan
Langkah ketiga dalam penalaran induktif dalam mengadakan verifikasi. Hipotesis hanya bersifat sementara yang butuh dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta fakta, sementara statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitiannya dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin banyak bahan bukti yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. 4.
Teori dan Hukum Ilmiah
Persoalan induksi ialah untuk sampai pada suatu dasar yang logis bagi generalisasi dengan tingkat tidak mungkin nya semua hal diamati, atau dengan kata lain untuk menentukan kebenaran yang logis bagi penyimpulan berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal.
b. Penyimpulan Kasual Penyimpulan kasual telah dirumuskan dalam bentuk suatu metode, yang khusus untuk menarik kesimpulan dengan hubungan sebab akibat. Mrtode penyebaran casual pertama kali dikemukakan oleh seorang filsuf inggris John Stuart Mill (1806-1873), sehingga metode ini sering disebut dengan metode Mill. Metode ini dapat dijelaskan secara singkat dengan bentuk logis menggunakan silogisme hipotetik dalam bentuk khusus, yang terdiri atas beberapa premis dan kesimpulan. 1.
Metode persuasi (methode of agreemen)
Metode persuasi atau disebut juga metode persamaan menyatakan. jika dua peristiwa atau lebih dari suatu gejala tertentu memiliki satu faktor yang sama, maka faktor tersebut dapat dianggap sebagai sebab dari gejala itu, contoh ; Pi : Didaerah A pada umumnya orang tua kurang perhatian pada anak dan masyarakat kurang memperhatikan kegiatan anak muda ke arah positif, serta kurang sekali adanya pendidikan moral agama sehingga kenakalan remaja semakin meningkat
Etika dan Filsafat Komunikasi
34
P2: Didaerah B kurang sekali adanya pendidikan moral agama, dibentuk adanya karang taruna, dan bahkan sering diadakan juga ceramah kepemudaan, terdapat juga kenakalan remaja semakin meningkat. Ks: dari kedua daerah dengan gejala yang sama tersebut kiranya dapat disimpulkan bahwa kurangnya pendidikan agama yang menyebabkan kenakalan remaja
2.
Metode Perbedaan
Metode perbedaan menyatakan jika terdapat dua peristiwa yang satu berkaitan dengan yang satu gejala tertentu dan yang lain tidak, sedang pada peristiwa yang satu itu terdapat sebuah unsur dan pada peristiwa yang lainnya tidak terdapat, maka unsur itulah yang merupakan sebab dari gejala tersebut. contoh yang sama seperti metode cara seksual yang di atas yang premis keduanya berbeda yaitu: Pi: Didaerah A pada umumnya orang tua kurang perhatian pada anak dan masyarakat kurang memperhatikan kegiatan anak muda kearah positif,serta kurang sekali adanya pendidikan moral agama singkat kenakalan remaja makin meningkat P2: Didaerah C juga umumnya orang tua kurang perhatian kepada anak dari masyarakatnya kurang memperhatikan kegiatan anak muda ke arah positif, tetapi pendidikan moral agama banyak disampaikan sehingga kenakalan remaja makin berkurang. Ks: lirik gejala dua daerah ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pendidikan moral agama yang mengakibatkan kenakalan remaja meningkat
3.
Metode Perbedaan Tak Langsung
Kedua metode di atas dapat digabung menjadi metode gabungan penyesuaian dan perbedaan atau disebut dengan metode perbedaan tak langsung atau disebut juga metode persetujuan ganda. metode gabungan ini untuk membuat kesimpulan mengenai sebab arti suatu gejala tertentu berdasarkan persamaan dan perbedaan dari unsur yang ada. Stuart Mill menyebut metode gabungan ini dengan Inderect method of defference (metode tak langsung mengenai perbedaan). metode persamaan dan perbedaan menyatakan: Etika dan Filsafat Komunikasi
35
jika dua peristiwa atau lebih yang di dalamnya terjadi gejala tertentu mempunyai persamaan satu unsur sedang dua atau lebih peristiwa yang didalamnya tidak terjadi gejala tersebut tidak mempunyai persamaan kecuali tidak adanya unsur itu, maka unsur yang semata mata membuat dua kelompok peristiwa itu berbeda adalah merupakan akibat atau sebab dari gejala tersebut. PI : A makan nasi gudeg dan telur, cerita minum teh dalam botol, akibatnya sakit perut. P2: B makan nasi goreng dan telur, cerita minum teh dalam botol juga sakit perut. P3: C makan nasi gudeg dan telur, cerita minum es jeruk, tidak sakit perut. Ks: dapat disimpulkan bahwa minum teh dalam botol itulah yang menyebabkan sakit perut. 4.
Metode Sisa
Metode Perubahan Seiring Metode sisa atau metode residu merupakan salah satu metode yang terpenting dari sarana-sarana yang dimiliki manusia untuk menyelidiki hukum- hukum alam berdasarkan pengamatan khusus dan pengalaman serta melakukan penemuan-penemuan. Metode sisa ini menyatakan: jika terdapat beberapa gejala sebagai akibat dari beberapa faktor dan dengan pengurangan faktor yang dapat mengurangi gejala tersebut, maka sisa dari gejala itu merupakan akibat dari sebab-sebab selebihnya. Dengan metode sisa ini dapat membuat suatu kesimpulan mengenai sebab dari suatu gejala berdasarkan langkah pengurangan terhadap segenap sebab sebab yang dicari. Contoh metode sisa yang baik sekali adalah mengenai ditemukannya planet neptunus. peristiwanya amat terkenal sehingga banyak ditulis dalam buku buku populer. Penemuan planet neptunus secara singkat sebagai berikut: Pada tahun 1821, Bouvard di Paris menerbitkan sebuah daftar mengenai audit dari sebuah planet, termasuk didalamnya planet uranus. Sudah diketahui bahwa orbit planet planet itu ditentukan oleh pengaruh gravitasi matahari dan planet planet di sekitarnya. Akan data baru yang digunakan oleh Bouvard menunjukkan orbit uranus yang berbeda dengan orbit yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh tidak lama sesudah planet itu ditemukan.
Etika dan Filsafat Komunikasi
36
Bouvard melaporkan peredaan itu, akan tetapi ia berpegang pada data yang diperolehnya sendiri. Perhitungan Bouvard beberapa tahun kemudian terbukti tidak cocok dengan observasi olympic uranus pada waktu itu. pada tahun 1844 selisihnya dengan orbit yang nyata sudah begitu besar, sehingga menjadi masalah yang didiskusikan diantara para ahli. Pada tahun 1845 Leverrir menggeluti masalahnya dan sesudah mendapat kayakinan bahwa semua perhitungan Bouvard itu tepat, ia menarik kesimpulan bahwa penyelewengan dalam orbit uranus itu disebabkan oleh gravitasi sebuah planet yang belum dikenal. Penalaran Leverrier itu menggunakan metode residu atau metode sisa. orang orang itu selengkapnya dipengaruhi, oleh gravitasi planet planet di sekitarnya. Planet-planet di sekitarnya itu gravitasinya hanya dapat menerangkan sebagian dari orbit Uranus . Maka bagian dari orbit uranus yang tidak dapat diterangkan oleh grafitasi itu, yaitu penyelewengan dari orbit yang diharapkan adalah disebabkan oleh sesuatu planet yang belum diketahui. Laverrir menghitung besarnya pengaruh gravitasi planet yang belum dikenal itu dan arah datangnya. Pada tahun 1846 ia selesai dengan perhitungan dan pada bulan september tahun itu, iya juga menulis kepada Galle di Berlin untuk mengamati tempat tertentu di angkasa karena disitu harus ada planet yang sampai pada saat itu belum dikenal. Pada tanggal 25 september 1846, kurang dari 1 jam sesudah ia mulai mengamati tempat yang ditunjukkan oleh Levverir, ditemukannya planet baru itu. planet itu diberi nama neptunus. 5.
Metode Perubahan Seiring
Metode ini sering cp disebut dengan metode variasi, menyatakan diantara dua peristiwa jika dengan adanya perubahan unsur peristiwa pertama serentak diiringi perubahan unsur peristiwa kedua, dan sebaliknya unsur peristiwa kedua tidak mengalami perubahan 3 unsur pada peristiwa pertama tidak berubah, makan2 unsur dalam dua peristiwa tersebut berhubungan dengan sebab akibat. Metode perubahan seiring atau metode variasi dalam kehidupan sehari hari sering diterapkan bahkan sering tanpa disadari. P1: Tanaman padi di sawah dirawat dengan teratur oleh petani, hana dicegah dengan baik dan diberi pupuk kandang dengan takaran tertentu ternyata hasilnya meningkat sedikit. Etika dan Filsafat Komunikasi
37
P2: Tanaman padi di sawah dirawat dengan teratur, hama dicegah dengan baik dan diberi pupuk kandang dengan takaran tertentu lebih sedikit, terbukti hasilnya meningkat banyak. P3: Tanaman padi di sawah dirawat dengan teratur, hana dicegah dengan baik dan diberi pupuk kandang dengan takaran tertentu di banyak lagi. terbukti hasilnya adalah meningkat lebih banyak. Ks: maka dapat disimpulkan bahwa pupuk kandang dapat meningkatkan hasil tanaman. metode variasi atau metode perubahan seiring untuk menentukan perubahan yang harus menggunakan perhitungan yang tepat, yang berarti juga harus ada kemungkinan untuk mengukur perbedaan tersebut. Dengan demikian metode variasi atau metode perubahan cair yang merupakan metode kuantitatif kiranya dalam melaksanakan kegiatan ilmiah secara baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yang memungkinkan seorang ilmuwan melakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah secara baik dalam berbagai langkah. Dan pada langkah tertentu diperlukan sarapa yang terteentu pula. Sehingga penguasaan sarana berpikir ilmiah bagi seorang ilmuwan merupakan suatu hal yang bersifat imperatif. Saranan berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Dalam mendapatkan pengetahuan ilmu pada dasarnya ilmu menggunakan penalaran induktif dan deduktif, dan sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara tersebut. dan berdasarkan perbedaan cara mendapatkan pengetahuan tersebut jelaslah bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan sarana ilmu yang berupa: bahasa, logika, matematika dan statistika. sementara fungsi sarana berpikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah baik secara deduktif maupun secara induktif. Dalam penalaran ilmiah bahasa merupakan sarana yang berlaku umum digunakan dalam seluruh proses berpikir ilmiah. karena bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain. Penalaran ilmiah Etika dan Filsafat Komunikasi
38
menyadarkan diri pada proses logika deduktif dan logika induktif karena ditinjau dari segi pola berfikirnya ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Sementara itu matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik.
Sumber Buku : Mohammad
Zamroni,
Pengantar
Ontologis,
2009,
FIlsafat
Komunikasi;
Epistimologis,
Aksiologis,
Yogyakarta, Graha Ilmu
Etika dan Filsafat Komunikasi
39