BAB 5 EVALUASI
5.1
Editing dan Mixing Dalam tahap pasca produksi, penulis sebagai produser bekerja sama dengan
editor membahas mengenai logo, bumper dan konsep editing yang penulis inginkan. Penulis dan editor sering kali melakukan meeting untuk membahas mengenai konsep editing. Biasanya penulis akan memberikan gambaran konsep editing yang penulis inginkan kemudian editor akan memberikan beberapa referensi mengenai konsep yang penulis inginkan kemudian editor akan mencoba untuk merealisasikannya, apabila
ada
yang
masih
kurang
menurut
penulis
maka
penulis
akan
membicarakannya lagi dengan editor. Hal ini dalam teori Komunikasi Organisasi termasuk dalam aliran yang mengalir dalam sebuah Organisasi yaitu komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas. Yang mana jika ditinjau dari komunikasi ke bawah yaitu adalah ketika penulis sebagai produser yaitu dengan jabatan yang lebih tinggi berkomunikasi dengan bawahannya yaitu editor yang mana mengkomunikasi mengenai konsep editing yang produser inginkan dan juga sebaliknya. Dalam hal ini, komunikasi antara produser dan editor juga termasuk dalam teori Manajemen Ilmiah Taylor yaitu struktur yang berfokus pada dua
struktur dasar yaitu lini dan staff dimana lini memiliki
kewenangan untuk membuat keputusan sedangkan staff memberikan nasihat dan jasa kepada lini, yang artinya produser yaitu penulis memiliki kewenangan untuk memilih bagaimana konsep editing, logo, dan bumper yang produser inginkan, editor bertugas untuk menasehati yakni memberikan referensi kepada produser dan merealisasikan konsep editing yang produser inginkan. Dalam pembuatan program features INDO COMMUNITIES Dyah sebagai editor menggunakan proses Editing Non-Linier. Editing Non-Linier adalah proses penyusunan gambar yang dilakukan secara tidak berurutan (random/acak), penyusunan gambar bisa dimulai dari pertengahan suatu program acara, kemudian awal dari suatu program acara tersebut dan seterusnya hingga program acara tersebut selesai. Dalam proses editing program ada 3 tahapan yang harus dilakukan: 1. Editing Offline
57
58 Dalam tahap ini, dilakukan pemilihan gambar berbagai hasil produksi. Pemilihan gambar dipilih berdasarkan kebutuhan konten berdasarkan rundown, serta beberapa stokshot untuk insert dan transisi konten utama. Dilakukan seleksi untuk gambar yang kurang baik kualitasnya dari segi pengambilan gambar maupun pencahayaan. Beberapa gambar yang tidak perlu ditampilkan juga diseleksi. Untuk memudahkan penyusunan gambar, editor membagi shot gambar dalam beberapa folder berdasarkan segmen yang telah disusun dalam rundown. Setelah itu, file gambar dimasukkan (import) dalam aplikasi penyuntingan yang digunakan yaitu Adobe Premier Pro CS6. Dalam proses penyuntingan, gambar juga dibagi dalam beberapa sequence berdasarkan kebutuhan segmen kemudian diurutkan sesuai dengan konten dan durasi yang telah disusun dalam rundown. Selain penyusunan gambar, dilakukan juga sinkronisasi antara gambar dengan audio dari host serta narasumber karena audio berasal dari sumber yang terpisah dan pengambilan gambar dilakukan dengan sistem single cam. 2. Editing Online Dalam proses editing online, editor melanjutkan proses editing yang telah dilakukan dalam editing offline. Setelah pemilihan dan penyusunan gambar sesuai dengan rundown, dilakukan variasi penyuntingan gambar dengan membentuk 2 hingga 4 shot gambar dalam 1 frame gambar sekaligus. Variasi penyuntingan gambar ini dilakukan agar pemirsa tidak bosan dengan model gambar yang itu-itu saja. Selain itu juga dilakukan coloring pada gambar agar gambar terlihat lebih menarik dan balance antara satu gambar dengan gambar yang lainnya. Proses coloring ini dilakukan dengan menggunakan Mojo, serta pengaturan Brightness dan Contrass untuk setiap gambar. Setelah itu, dilakukan pemilihan transisi untuk konten. Terdapat beberapa transisi yang digunakan, transisi flare putih digunakan untuk pergantian konten untuk menegaskan perpindahan cerita, transisi cross dissolve, push, dan slide digunakan untuk selingan insert materi yang
59 sesuai dengan pembicaraan antara host dengan narasumber (disesuaikan dengan gambar dan suasana). Dalam proses editing online, editor juga memasukkan bumper untuk Opening serta antar Commercial Break. Bumper yang digunakan adalah gambar negara Indonesia yang berwarna-warni kemudian muncul berbagai kegiatan dan minat masyarakat Indonesia yang juga beragam, kemudian diakhiri dengan logo INDO COMMUNITIES dengan huruf “I” yang digambarkan sebagai manusia. Bumper ini menggambarkan negara Indonesia yang beragam, juga dengan beragam masyarakat dan komunitas yang ada di dalamnya. Huruf “I” dalam logo INDO COMMUNITIES menggambarkan manusia yang ada dalam komunitas di Indonesia. Musik yang digunakan pada bumper adalah iringan musik gitar, ukulele, dan vokal dengan penambahan midi programming bertempo upbeat yang terkesan menyenangkan. Hal ini untuk memberikan citra kepada pemirsa bahwa program INDO COMMUNITIES adalah program features yang fun dan menarik untuk disaksikan. Penambahan chargen juga dilakukan dalam tahap editing online. Chargen dalam program INDO COMMUNITIES terkesan sederhana dengan warna putih dan merah yang menjadi ciri khas dari program ini. Chargen diberikan untuk memberikan informasi berupa nama, judul video (untuk step pembuatan lego dan event Toys & Comics Fair 2014), informasi tambahan seperti website dan facebook komunitas yang bersangkutan, serta untuk keperluan teaser segmen selanjutnya.
3. Mixing Setelah tahapan online selesai dilakukan, proses penyuntingan dilanjutkan dengan tahapan mixing, yaitu menyelaraskan audio dengan video. Dalam tahap ini penulis memberikan background music pada gambar yang telah disusun dalam proses editing offline dan online. Dilakukan penyesuaian dan variasi gambar dengan menyesuaikan beat dari background music yang dipilih. Pemilihan background music adalah
60 musik upbeat agar pemirsa dapat merasakan suasana yang menyenangkan dari konten yang disajikan dalam program INDO COMMUNITIES. Selain itu juga ditambahkan beberapa informasi dubbing yang dibutuhkan untuk informasi tambahan kepada pemirsa seperti dalam VT “Liputan Event Toys & Comics Fair 2014” serta “Step Pembuatan Lego”. Background music yang digunakan disesuaikan dengan audio dari dubbing maupun suara host dan narasumber yaitu 1/3 dari audio utama. Setelah setiap video selaras dengan audio yang mengiringinya, kemudian setiap sequence digabungkan agar menjadi 1 program utuh dan di export sesuai dengan format yang dibutuhkan.
5.2.
Simpulan Program features INDO COMMUNITIES secara konsep dan teknis belum
sempurna, masih banyak bagian-bagian yang harus diperbaiki didalam proses produksi, baik dari tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Oleh karenanya penulis sangat menerima adanya kritik dan saran.
5.2.1
Evaluasi Produksi Sebuah karya tugas akhir dapat berjalan dengan lancar dengan perencanaan
yang matang. Berdasarkan serangkaian kegiatan yang penulis lakukan untuk menghasilkan karya tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa kerja sama dengan komunikasi yang lancar menjadi kunci utama dalam menjalani proses saat melakukan karya tugas akhir. Diskusi terbuka antar anggota dan komitmen dari setiap dari masing-masing partner yang menjalankan pembentukan program ini juga menjadi faktor yang penting dalam membuat perencanaan tugas karya akhir INDO COMMUNITIES. Penulis dan tim berusaha memberikan yang terbaik dalam segala aspek pembuatan karya akhir ini. Perencanaan program harus dibuat sangat matang karena ini merupakan pondasi dari apa yang akan kita kerjakan dan menjadi titik fokus kita selama satu semester. Dengan perencanaan yang baik pula, maka hal-hal yang buruk dapat diantisipasi dan anggaran biaya dapat ditekan serendah mungkin. Sejak tahap
61 perencanaan, kami berusaha menghindari untuk melakukan penundaan pada hal apapun. Proses eksekusi berbagai rencana shooting juga berjalan cukup lancar dengan bantuan beberapa teman. Eksekusi juga berjalan sesuai dengan timeline yang telah kami susun sehingga kami tidak merasa tertekan dalam proses pembuatan tugas karya akhir ini. Mengenai perizinan shooting juga dapat terkendali dengan baik, karena adanya respon positif baik dari narasumber juga pemilik lokasi yang kami gunakan untuk pelaksanaan shooting. Terdapat beberapa kendala yang penulis dan tim alami selama proses pe,buatan tugas akhir ini dibuat. Dari tahap pra produksi misalnya dalam hal pemilihan lokasi shooting dimana pada awalnya penulis tidak mengetahui bahwa KLI tidak mempunyai basecamp tetapi, ketika bertemu dengan KLI, penulis sebagai produser harusnya sudah menyiapkan back up plan apabila narasumber tidak memiliki basecamp, namun dengan bantuan KLI sendiri yang memberikan saran untuk menggunakan Lego Store Citos sebagai lokasi shooting membuat penulis merasa lega. Kendala lain pada tahap pra produksi juga ada lagi yaitu saat akan mengambil alat yang telah penulis dan tim pesan sejak satu bulan sebelumnya dan telah dikonfirmasi. Namun ternyata pada hari-H dimana penulis dan tim akan shooting, pihak penyewa mengatakan bahwa barang yang telah kami pesan berupa clip on tidak tersedia dan sedang disewa oleh pihak lain. Penulis cukup panik, namun untungnya penulis telah menyiapkan back up plan yaitu meminjam camera microphone kepada salah seorang teman untuk mengantisipasi hal semacam ini. Maka dari itu, sebaiknya saat melakukan sebuah perencanaan shooting, seharusnya memikirkan kondisi terburuk yang mungkin terjadi dan menyiapkan perencanaan lain untuk mengantisipasi kondisi buruk tersebut. Kendala disaat shooting juga terjadi misalnya pada saat shooting di Lego Store Citos dengan KLI, sejak awal Ibu Yayuk dari pihak Lego Store Citos sudah menginformasikan bahwa ketika siang menjelang sore, store akan semakin ramai dipadati oleh anak-anak kecil yang berlari-larian, oleh karena itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka Ibu Yayuk memberikan wejangan sebaiknya proses shooting dilakukan seefisien mungkin dengan tidak mengulur-ulur waktu. Dari wejangan tersebut juga penulis sudah menginformasikan kembali kepada tim untuk standby sejak pagi dan datang lebih awal ke Lego Store Citos.
62 Hari itu 13 April 2014, penulis dan tim berangkat dari rumah pukul 8 pagi ke Lego Store Citos dikarenakan akan bertemu dengan host untuk melakukan sesi make up. Setelah bertemu dengan host yaitu Vaya, penulis sebagai program director melakukan sesi briefing untuk lebih jelasnya mengenai alur program. Sebelumnya Vaya sudah diberikan rundown agar mengetahui alur program. Pukul 9.30 penulis mendatangi Lego store untuk meminta ijin kepada pegawai toko, kemudian penulis dan tim dipersilahkan dan langsung melakukan proses install alat. Pada tahap produksi juga terdapat kendala yaitu pada saat Install alat dilakukan selama 1 jam dikarenakan terjadi sedikit kendala yang mana sesaat sebelum proses shooting dilakukan, salah satu kru dengan tidak sengaja menekan tombol yang mengulang kembali pengaturan pada clip on sehingga frekuensinya tidak tertangkap oleh zoom. Kendala tersebut pada akhirnya dapat diatasi dengan baik dengan menyesuaikan frekuensinya kembali. Sebagai awam, penulis dan tim juga kesulitan untuk menentukan angle yang tepat dalam melakukan shooting dikarenakan lokasi Lego Store Citos yang tidak terlalu besar maka tidak banyak space yang dapat digunakan. Pemilihan beberapa spot sebagai background dipilih sebaik mungkin untuk dapat memberikan kesan lego yang mendalam. Kendala pada tahap pasca produksi juga terjadi yaitu perihal pembuatan bumper yang mana editor tim kami membutuhkan bantuan dalam pembuatan bumper dan logo kepada teman yang lebih paham menegai grafis. Pada awalnya sempat mencari-cari teman yang mahir dalam membuat bumper namun pada akhirnya penulis dan tim memutuskan untuk meminta adik dari kameramen tim kami, Klemensia untuk membuat bumper yang dinginkan, melihat bahwa adik Klemensia memiliki keahlian dalam bidang grafis. Penulis, editor dan kameramen melakukan meeting dengan adik dari kameramen tim yaitu klemensia yaitu Jeffry untuk membahas mengenai konsep bumper dan logo yang diinginkan. Penulis menginginkan logo yang simple dan ingin pesan dari konsep program sampai ke penonton. Bumper yang digunakan adalah gambar peta negara Indonesia yang berwarna-warni kemudian muncul gambar dari berbagai kegiatan dan minat masyarakat Indonesia yang juga beragam, kemudian diakhiri dengan logo INDO COMMUNITIES dengan huruf “I” yang digambarkan sebagai manusia. Bumper ini menggambarkan negara Indonesia yang beragam, juga dengan beragam masyarakat dan komunitas yang ada di dalamnya. Huruf “I” dalam
63 logo INDO COMMUNITIES menggambarkan manusia yang ada dalam komunitas di Indonesia. Musik yang digunakan pada bumper dibuat secara khusus oleh bantuan salah seorang teman penulis dan tim yang kuliah di bidang musij, awalnya editor mengirimkan hasil bumper yang sudah jadi kepada Hugo yaitu salah seorang teman penulis dan tim yang akan membantu dalam demo music background bumper INDO COMMUNITIES, kemudian Hugo akan berkreasi dengan menyesuaikan tempo dari bumper yang sudah ada. Musik yang digunakan pada bumper adalah iringan musik gitar, ukulele, dan vokal dengan penambahan midi programming bertempo upbeat yang terkesan menyenangkan. Pembuatan musik sendiri dilakukan dengan program Digital Programming. Musik dari bumper dibuat untuk memberikan citra kepada pemirsa bahwa program INDO COMMUNITIES adalah program features yang fun dan menarik untuk disaksikan.
Gambar 5.1 Logo program INDO COMMUNITIES (SUMBER : Dok. Pribadi)
Gambar 5.2 Bumper program INDO COMMUNITIES (SUMBER : Dok. Pribadi)
64
Dalam pembuatan bumper dan logo tidak ada kendala. Komunikasi antara penulis, tim, dengan Jeffry dan Hugo pun juga sangat baik. Apa yang produser inginkan dapat direalisasikan oleh Jeffry maupun Hugo. Secara keseluruhan proses editing berlangsung selama 4 minggu, sesuai dengan timeline yang sudah dibuat sejak awal. Namun ada pula beberapa hal yang tentunya perlu ditingkatkan untuk membuat karya akhir yang lebih baik. Penulis menemukan beberapa kendala yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami dari segi teknis. Kendala terbesar ada di audio, yang dimana memang penulis dan tim kurang melakukan persiapan di sisi tersebut. Karena saat proses wawancara menggunakan clip on dan juga mic, maka source audio yang dihasilkan terbagi menjadi dua. Hal ini menyebabkan timpangnya suara satu dengan yang lainnya. Suara yang dihasilkan dengan menggunakan clip on juga ada yang pecah karena kemampuan kami dalam menggunakan alat zoom masih sangat minim dan tidak dapat mengendalikan suara dari clip on. Maka untuk pembuatan karya akhir selanjutnya, sebaiknya mempelajari cara memproduksi audio yang baik. Karena hal yang tampaknya cukup kecil seperti audio ternyata sangat mempengaruhi hasil akhir dari sebuah program. Selain audio, banyak juga hal kecil yang wajib diperhatikan, seperti jumlah baterai yang diperlukan hingga pemilihan host serta pakaiannya. Hubungan interpersonal yang baik juga harus mampu ditumbuhkan untuk pembuatan sebuah karya akhir. Hubungan ini dapat berupa hubungan antar anggota tim, hubungan dengan para sumber jasa lainnya serta hubungan dengan narasumber. Sejak awal penulis sebagai produser selalu berusaha untuk menjalin hubungan sebaik dan seharmonis mungkin dengan tim, maupun kru dan narasumber. Komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan yang baik pula. Melalui Komunikasi yang baik kita dapat menyampaikan maksud apa yang kita inginkan kepada orang lain dengan mudah dan santai. Seperti dalam halnya komunikasi yang penulis lakukan dengan tim pembuatan tugas akhir ini, penulis sebagai produser memang memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, namun penulis selalu berusaha untuk mendengarkan pendapat masing-masing pihak dalam tim, karena penulis yakin pendapat banyak pihak akan lebih m emberikan banyak masukan dan variasi daripada pendapat sendiri. Jika ada perselisihan dalam hal-hal tertentu,
65 penulis sebagai produser akan berusaha mengambil keputusan sebijaksana mungkin. Seperti misalnya pada tahap pra produksi mengenai segmen program. Masingmasing dari tim diwajibkan untuk membuat konten segmen yang diinginkan, masingmasing pihak memiliki pandangannya sendiri dan masing-masing juga ada yang memiliki pandangan yang sama, penulis sebagai produser mencoba mengambil jalan tengah yaitu dengan mengambil kedua pendapat yang ada dan mencoba menggabungkan dengan pendapat penulis sampai pada akhirnya konten segmen tercipta dan ketiga dari kami saling memberikan pendapatnya. Jika masih ada hal yang mengganjal sebisa mungkn selalu diselesaikan sampai keputusan akhir tercipta. Penulis dan tim sangat terbuka, kita berusaha untuk tidak menumpukan masalah tetapi selalu menyelesaikan masalah sedini mungkin untuk menghindari adanya perselisihan dikemudian hari. Secara keseluruhan evaluasi produksi, semuanya berjalan sesuai timeline yang sudah dibuat pada saat tahap pra produksi.
5.2.2
Evaluasi Budget Dari segi anggaran, penulis dan tim berusaha untuk mengeluarkan biaya
dengan sebijaksana mungkin tanpa mengurangi kualitas dari pembuatan tugas karya akhir penulis dan tim. Berbagai biaya mampu diminimalisir dengan memikirkan alternatif terbaik dan dengan adanya beberapa bantuan dari berbagai pihak dalam menyediakan jasa dan alat mampu menekan biaya yang penulis dan tim keluarkan. Namun, dari rencana awal ada beberapa hal yang ternyata membutuhkan anggaran yang lebih besar sehingga menambah pengeluaran untuk produksi tugas akhir. Untuk produksi selanjutnya, perencanaan awal budget penting untuk dilakukan agar menjadi batasan dalam pengeluaran. Namun, tetap harus memperhitungkan biaya-biaya lain yang tidak terduga, seperti konsumsi atau biaya transportasi, agar pengeluaran tetap bisa seimbang dengan perencanaan awal.
5.3
Saran Dalam pembuatan tugas karya akhir ini, penulis dan tim merasa cukup puas
dengan karya yang telah dihasilkan. Namun, untuk menghasilkan sebuah karya yang lebih maksimal, mahasiswa harus dapat menggali ilmu dengan lebih dalam lagi dalam praktik bidang broadcasting, serta
memperbanyakm menonton referensi
program untuk meningkatkan kreativitas produksi. Dengan pengetahuan serta
66 pengalaman yang lebih banyak, karya yang dihasilkan oleh mahasiswa akan lebih maksimal, bahkan mungkin dapat langsung diterapkan dalam kehidupan nyata. Selain itu, alat yang digunakan untuk produksi juga harus digunakan secara maksimal. Semakin canggih peralatan produksi yang digunakan, hasilnya memang akan semakin baik. Namun, mahasiswa dengan keterbatasan budget harus dapat memanfaatkan alat dengan budget yang sesuai untuk menghasilkan produksi yang sama baiknya dengan mengedepankan sisi kreativitas konten agar materi tetap menarik untuk disaksikan. Dari segi sudut pandang penulis sebagai produser, saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai produser yang memiliki tanggung jawab penuh dalam pembuatan suatu produksi program terutama dalam tahap pra produksi atau perencanaan, seorang produser harus memiliki back up plan dalam segala hal. Karena tidak semua hal akan berjalan sesuai dengan kehendak produser dan hal-hal yang tidak diinginkan bisa terjadi kapan saja. Jadi back up plan sangatlah penting. Dari segi masyarakat, penulis berharap masyarakat dapat menyaksikan tayangan televisi yang lebih baik dari segi kualitas konten. Bukan hanya tayangan yang memberikan hiburan secara tidak sehat, namun juga harus merupakan tayangan yang informatif. Televisi sendiri yang menjadi media massa utama saat ini, juga harus memperhatikan tayangan yang diberikan kepada pemirsa, agar pemirsa televisi bisa mendapatkan hal yang baik pula dari tayangan televisi yang disuguhkan.