BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUAS I
4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OS PF Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, akan dibuat jaringan yang terintegrasi dengan router dan menggunakan routing protokol OSPF sebagai solusi pemecahan masalah pada Sekretariat Pengadilan Pajak. 4.1.1 Penggunaan Router dan Routing Protokol OS PF Koneksi LAN di Sekretariat Pengadilan Pajak digunakan untuk membangun jaringan antar komputer internal dengan server dari Sekretariat Pengadilan Pajak. Jaringan LAN di Sekretariat Pengadilan Pajak digunakan untuk berbagai macam komunikasi data, antara lain : 1.
Pengiriman data ke server Di Sekretariat Pengadilan Pajak terdapat 3 server yang terdiri dari Server Utama, Server SM S, Server Backup. Server Database, yang berada di Server Utama, digunakan untuk menyimpan berbagai data dan file-file penting. Server ini dapat diakses oleh setiap bagian dari Sekretariat Pajak.
2.
Sharing data antar komputer Di Sekretariat Pengadilan Pajak terdapat jaringan komputer yang dapat digunakan juga untuk saling sharing file. Termasuk juga dokumendokumen pekerjaan. Dengan adanya file sharing ini bisa mempercepat
67
kinerja dari karyawan yang memerlukan file atau dokumen dari karyawan lain. 3.
Koneksi ke internet melalui proxy server Di Sekretariat Pengadilan Pajak terdapat koneksi ke internet dengan menggunakan ISP dari Indosat dan Biznet. Koneksi yang ada dikelola oleh Pusintek sehingga jaringan internet di Sekretariat Pengadilan Pajak tidak terkoneksi secara langsung ke ISP. Namun, terlebih dahulu terkoneksi ke switch di ruang server yang terhubung langsung dengan Pusintek.
Untuk memungkinkan terjadinya koneksi antar jaringan (yang terdiri dari beberapa lantai) maka diperlukan suatu routing protokol yang sesuai. Berdasarkan perbandingan dan kelebihan yang telah dikemukakan pada bab 3, maka akan diterapkan Routing Protokol OSPF. Dengan adanya OSPF, maka perusahaan akan memperoleh beberapa keuntungan, antaranya : 1.
Tingkat kepadatan jaringan lebih kecil Dengan adanya pemakaian sebuah routing protokol akan membuat kepadatan jaringan menjadi lebih sedikit daripada saat awal tanpa routing protokol.
2.
Tidak menggunakan hop count. Dengan fasilitas ini, perusahaan dapat menambah peralatan baru untuk pengembangan jaringan tanpa memperhitungkan hop count maksimal. Sehingga sangat berpengaruh dalam perkembangan jaringan.
3.
Adanya fitur Stub Area. 68
Fitur ini berfungsi agar router tidak mengirimkan informasiinformasi yang kurang penting. Dengan fitur ini, area yang dinyatakan stub, tidak tahu kondisi jaringan area lainnya. Hal ini tentunya akan lebih menghemat bandwith dan membuat routing tabel menjadi lebih kecil. 4.
Adanya DR/BDR (Designated Router / Backup Designated Router). Dengan adanya pemilihan DR/BDR maka router yang melakukan routing update hanya DR. Hal ini tentunya akan menghemat jumlah bandwidth jaringan yang digunakan.
5.
Dapat melakukan authentifikasi. Dengan fitur ini hanya komputer atau jaringan yang dikenali saja yang mendapat izin untuk mengkases jaringan O SPF.
6.
Mendukung penggunaan VLS M. Dengan adanya fitur ini maka pemakaian beberapa subnet mask dapat dilakukan dalam lingkup satu alamat jaringan.
7.
Fast Convergence Router pada jaringan OSPF melakukan update routing table langsung ketika terjadi perubahan pada jaringan. Sehingga saat terjadi perubahan maka router lainnya di dalam jaringan akan langsung mengetahui perubahan yang terjadi. Di sinilah kelebihan dari O SPF karena proses update tidak bergantung pada interval waktu.
8.
Summarization Dengan adanya fitur ini, maka beberapa jaringan pada suatu tempat bisa dikenali jaringan lainnya dengan diwakili oleh satu jaringan saja.
9.
Algoritma S PF 69
Shortest Path First merupakan algoritma yang memungkinkan untuk OSPF mencari jalur terpendek dalam mengirimkan data di dalam jaringan. Hal ini dilakukan dengan cara mencari ‘cost’ terkecil dari setiap jalur yang tersedia. Lalu dilakukan pemilihan jalur yang memiliki ‘cost’ terkecil. Hal ini meningkatkan kecepatan pengiriman data.
4.1.2 Skenario Implementasi 4.1.2.1 Rancangan Topologi Dari analisa kebutuhan perusahaan, maka akan dirancang topologi yang sekiranya dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Gambar 4.1 Rancangan Topologi
70
Gambar diatas adalah gambar rancangan topologi logikal yang paling tepat untuk diterapkan di sekretariat pengadilan pajak. Perancangan topologi berdasarkan prioritas-prioritas, yang pertama yaitu berdasarkan jumlah komputer per lantai, kemudian prioritas kedua yaitu lokasi peletakan router, dan prioritas ketiga yaitu struktur organisasi. Topologi yang dimaksud menggunakan 2-level hierarchical topology dengan router server lantai 6 sebagai puncak spanning tree. Dibawahnya terdapat 3 buah router level 2 yang masing-masingnya mengatur kurang lebih 60 komputer (jumlah komputer spesifik dapat dilihat dibawah), sedangkan server dihubungkan langsung ke server puncak spanning tree, begitu juga dengan subnet khusus yang disiapkan apabila petinggi dan pejabat pengadilan pajak memerlukan koneksi ke server agar tidak terganggu dengan traffic dari jaringan lainnya dan secara cost juga lebih kecil (perhitungan cost dapat dilihat dibawah). M asing-masing router di level 2 juga saling terhubung hal ini dimaksudkan agar pertukaran data antar komputer tidak membebani router puncak spanning tree yang sudah mengatur koneksi ke server dan ke internet. Interface yang menghubungkan router puncak dengan router dibawahnya menggunakan kabel serial DS3 begitu juga dengan router di level kedua saling terhubung menggunakan kabel serial DS3 yang sanggup menyalurkan data sebesar 44,736 M bps. Sedangkan interface dari router ke switch jaringan dibawahnya menggunakan fast ethernet 71
dan dari switch diteruskan ke masing-masing komputer menggunakan kabel ethernet. Untuk koneksinya menggunakan High Level Data Link Control (HDLC) yang merupakan bit-oriented synchronous data link layer protokol, HDLC dapat digunakan untuk koneksi point to multipoint namun saat ini lebih banyak digunakan untuk menghubungkan satu device dengan device lainnya seperti router dengan router. Alasan pemilihan HDLC adalah karena jaringan tidak melewati area public tetapi hanya melewati private maka encapsulasi dengan enkripsi tidak begitu diperlukan. Dan untuk routing protokolnya digunakan dynamic routing protocol karena dynamic routing protocol lebih flexibel daripada static protocol yang memerlukan update manual apabila topologi jaringan berubah. Dari beberapa dynamic routing protocol yang paling sesuai dengan kebutuhan jaringan adalah Open Shortest Path First. Karena tidak begitu banyak router dan lokasi yang masih berada dalam satu area maka digunakan OSPF single area. Router
yang
menjalankan
OSPF
menggunakan cost yang
diasosiasikan ke interface untuk menentukan route terbaik. Cost yang didasarkan pada bandwidth menggunakan formula 10^8 / bandwidth. Tabel 4.1 Cost OSPF M edia
Cost
56 Kbps serial link
1785
72
T1 (1,544 M bps Serial link)
64
E1 (2,048 M bps Serial link)
48
4 M bps Token Ring
25
Ethernet (10 M bps)
10
16 M bps Token Ring
6
DS3 (44,736 M bps)
2
100 M bps Fast Ethernet
1
Data jumlah komputer pada setiap lantai : Pada Lantai 1 terdapat 1 server. Pada Lantai 5 terdapat 11 komputer. Berikut deskripsi detail komputer lantai 5 : 9
Bagian Sekretariat 11 komputer
Pada Lantai 6 terdapat 52 komputer dan 2 server. Berikut deskripsi detail komputer lantai 6 : 9
Bagian APKD 9 komputer
9
Bagian Yurpenda 11 komputer dan 2 server
9
Bagian ASP I 6 komputer
9
Bagian M ajelis IV 10 komputer
9
Bagian Umum 16 komputer.
Pada lantai 7 terdapat 48 komputer. Berikut deskripsi detail komputer lantai 7 : 9
Bagian M ajelis VIII 10 komputer.
73
9
Bagian M ajelis X 9 komputer.
9
Bagian M ajelis IX 10 komputer.
9
Bagian M ajelis I 10 komputer.
9
Bagian M ajelis V 9 komputer.
Pada lantai 8 terdapat 51 komputer. Berikut deskripsi detail komputer lantai 8 : 9
Bagian M ajelis VII 9 komputer.
9
Bagian M ajelis III 11 komputer.
9
Bagian M ajelis XI 10 komputer.
9
Bagian M ajelis II 11 komputer.
9
Bagian M ajelis VI 10 komputer.
Pada lantai 20 terdapat 7 komputer. Berikut deskripsi detail komputer lantai 20 : 9
Bagian ASP II 7 komputer.
Perancangan pembagian IP untuk tiap lantai : Berdasarkan jumlah komputer dan rencana pengelompokan jaringan berdasarkan lantai dan bagian maka penggunaan subnetting yang paling tepat adalah kelas B dengan range IP 128.0.0.0 – 191.255.255.255, identitas lantai diletakkan pada octet kedua, identitas bagian dibedakan pada octet ketiga, sedangkan octet ke empat merupakan id host. Sehingga ketika akan melakukan troubleshot network administrator dapat mengetahui keberadaan komputer hanya berdasarkan alamat IP nya saja. 74
Berikut detail pembagian subnet:
Lantai 5 = network id 172.5.0.0/16 Subnet sekretariat menggunakan network id 172.5.5.0/16.
Lantai 6 = network id 172.6.0.0/16 Subnet APKD menggunakan network id 172.6.3.0/16 Subnet Yurpenda menggunakan network id 172.6.2.0/16 Subnet ASP I menggunakan network id 172.6.201.0/16 Subnet M ajelis IV menggunakan network id 172.6.104.0/16 Subnet Umum menggunakan network id 172.6.4.0/16
Lantai 7 = network id 172.7.0.0/16 Subnet majelis VIII menggunakan network id 172.7.108.0/16 Subnet majelis X menggunakan network id 172.7.110.0/16 Subnet majelis IX menggunakan network id 172.7.109.0/16 Subnet majelis I menggunakan network id 172.7.101.0/16 Subnet majelis V menggunakan network id 172.7.105.0/16
Lantai 8 = network id 172.8.0.0/16 Subnet majelis VII menggunakan network id 172.8.107.0/16 Subnet majelis III menggunakan network id 172.8.103.0/16 Subnet majelis XI menggunakan network id 172.8.111.0/16 Subnet majelis II menggunakan network id 172.8.102.0/16 Subnet majelis VI menggunakan network id 172.8.106.0/16
Lantai 20= network id 172.20.0.0/16 Subnet ASP II menggunakan network id 172.20.202.0/16
Server dan Subnet Khusus 75
Subnet Khusus menggunakan network id 172.65.1.0/16 Server Utama menggunakan ip 172.66.1.1/16 Server Backup menggunakan ip 172.67.1.1/16 Server SM S menggunakan ip 172.68.1.1/16 4.1.2.2 Kriteria Test Untuk melakukan evaluasi hasil dari topologi yang baru maka ditentukan beberapa kriteria hasil implementasi yang nantinya akan digunakan untuk membandingkan dengan topologi yang lama. Kriteria tersebut antara lain : 1. Delay Delay yang dimaksud adalah besarnya delay perjalanan paket dalam sebuah jaringan. Delay dapat diketahui dengan sebuah tools yang bernama ping. Besarnya delay yang tejadi merupakan salah satu tolak ukur dari performa sebuah jaringan. Semakin besar delay yang terdapat pada sebuah jaringan menunjukan kinerja performa jaringan yang kurang baik. Delay pada jaringan bisa disebabkan oleh padatnya jaringan yang dapat disebabkan oleh kurangnya IT policy atau memang konfigurasi jaringan yang tidak tepat. Lamanya delay dapat mengakibatkan sebuah paket di dropped yang dapat mengganggu akses ke server, padahal aktivitas ini merupakan tujuan utama penggunaan jaringan pada Sekretariat Pengadilan Pajak yang dapat berdampak pada terpengaruhnya kualitas kerja karyawan. Hal lain dari delay yang
76
dapat dinilai secara subjektif adalah delay dapat menyebabkan rasa sebal menunggu. 2. Utilization Besarnya utilization merupakan salah satu tolak ukur dari padatnya jaringan. Semakin tinggi utilization dari sebuah jalur menunjukkan semakin padatnya jaringannya. Tingkat utilization yang tinggi bahkan oveload dapat menyebabkan delay. 4.2 Simulasi 4.2.1 Skenario Implementasi Penerapan rancangan topologi dilakukan melalui program simulator OPNET untuk mengetahui performa jaringan yang baru. Skenario simulasi dirancang mendekati kondisi nyata di lapangan baik tingkah laku user maupun besarnya komunikasi data yang terjadi antara client ke server maupun client ke client.
Gambar 4.2 Gambar topologi fisik yang disimulasikan dengan OPNET 77
Ada lima jenis pemakaian jaringan di lapangan yaitu browsing, download, SISPA, update antivirus, dan pertukaran data. Dimana browsing dilakukan selama satu hari dengan durasi 5-20 menit per satu kali browsing dengan perulangan unlimited, sementara download dilakukan satu hari tanpa henti tetapi hanya beberapa komputer saja yang melakukan download file, SISPA hanya dapat dilakukan oleh 20 komputer dengan jumlah 20 akses per hari, sedangkan update antivirus dilakukan oleh semua komputer satu kali setiap hari. Sedangkan pertukaran data antar komputer tidak dapat dipolakan karena pertukaran file terjadi hanya bila seseorang memerlukan data tertentu.
Gambar 4.3 Tampilan awal opnet Software simulasi yang digunakan adalah OPNET 8.1 buatan OPNET technologies,
Inc.
Software
simulasi
ini
kemampuannya membangkitkan traffic jaringan.
78
banyak
digunakan
karena
Gambar 4.4 Tampilan topologi fisik yang akan disimulasikan
Gambar 4.5 Atribut aplikasi 79
Gambar 4.6 Tabel Aplikasi Tabel aplikasi berisi semua aplikasi yang akan digunakan dalam skenario simulasi, dalam skenario ini ada 5 aplikasi.
Gambar 4.7 Detail aplikasi SISPA Aplikasi SISPA bertipe akses database dengan waktu antar transaksi 30 detik dan ukuran transaksi 3 Kb sesuai dengan yang dikalkulasi dalam bab 3.
80
Gambar 4.8 Detail aplikasi pertukaran data Pertukaran data antar komputer sebenarnya tidak dapat dipolakan namun untuk kepentingan simulasi diputuskan untuk mensimulasikan pertukaran data dengan waktu antar transaksi 300 detik dan ukuran transaksi data 4 Kb.
Gambar 4.9 Detail aplikasi update antivirus Update antivirus dilakukan setiap hari disimulasikan dengan waktu antar transaksi 30 detik dan apabila update dilakukan setiap hari berdasarkan pengalaman data update seharusnya kurang lebih 1 M b
81
Gambar 4.10 Detail aplikasi download Aplikasi download disimulasikan dengan waktu antar transaksi 30 detik dan dalam beberapa download manager untuk mencegah crash satu frame disetting 4 Kb sehingga ukuran transaksi dalam simulasi ini dijadikan 4 Kb.
Gambar 4.11 Detail aplikasi browsing Konfigurasi aplikasi browsing agak berbeda dengan aplikasi lainnya, untuk aplikasi browsing ukuran data ditentukan berdasarkan banyaknya data per halaman dan halaman per satu kali browsing.
82
Gambar 4.12 Detail besar data per halaman
Gambar 4.13 Detail ukuran gambar Dari dua gambar diatas dapat dihitung besar 1 halaman web, pada gambar 4.12 sebuah halaman web didefinisikan dengan ukuran 1Kb ditambah 5 gambar, dari gambar 4.13 satu buah gambar didefinisikan sebesar 0,5 – 2 Kb, sehingga besarnya data sebuah halaman web didefinisikan sebesar 3,5 – 11 Kb.
83
Gambar 4.14 Detail halaman per server Ketika mengakses sebuah server untuk browsing terdapat banyak halaman web dalam server tersebut, namun untuk skenario ini disimulasikan seorang pengguna mengakses 10 halaman web dalam sebuah domain.
Gambar 4.15 Atribut profil
84
Gambar 4.16 Tabel konfigurasi profil Tabel konfigurasi profil berisi tingkah laku pengguna ketika menggunakan sebuah aplikasi yang telah terlebih dahulu didefinisikan.
Gambar 4.17 Aplikasi dari profil browsing Dalam profil ini didefinisikan tingkah laku pengguna menggunakan aplikasi browsing, yang memulai browsing 5-10 detik setelah komputer dinyalakan selama 1 hari kerja dengan durasi satu kali browsing 300-1200 detik.
85
Gambar 4.18 Aplikasi dari profil SISPA Dalam penggunaan SISPA di definisikan pengguna mulai menggunakan SISPA 5-10 detik setelah komputer dinyalakan dengan durasi 300 detik dan perulangan dapat dilihat di gambar selanjutnya.
Gambar 4.19 Perulangan profil SISPA Gambar diatas menunjukan perulangan dari SISPA yang memang hanya diakses sebanyak 20 kali dalam satu hari dengan jarak antar perulangan 300 detik.
86
Gambar 4.20 Aplikasi dari profil download Profil download di definisikan dengan perulangan yang unlimited, dan durasi sepanjang satu hari kerja.
Gambar 4.21 Aplikasi dari profil pertukaran data Tingkah laku penggunaan aplikasi pertukaran data dinyatakan dengan waktu mulai 5-10 detik setelah komputer dinyalakan, dan durasi 300 detik.
87
Gambar 4.22 Perulangan profil pertukaran data Perulangan pertukaran data dilakukan setiap 300 detik sebanyak 1000 kali.
Gambar 4.23 Aplikasi dari profile update antivirus Update antivirus didefinisikan dengan durasi 300 detik dan perulangan satu kali karena antivirus hanya diupdate satu kali satu hari
88
Gambar 4.24 Pemilihan routing protokol yang akan digunakan
Gambar 4.25 Gambar Pemilihan Area O SPF Seperti yang sudah dijelaskan diatas routing protokol yang digunakan adalah O SPF single area, yang diberikan ID area 0
89
Gambar 4.26 Konfigurasi cost Opnet dapat memberikan cost kepada suatu jalur, jika tidak diisi akan digunakan bandwidth default kabel transmisi.
Gambar 4.27 Atribut Server Pusintek 90
Gambar 4.28 Supported service di pusintek Dalam bagian ini dapat disetting aplikasi apa saja yang servicenya dilayani oleh server, dalam skenario ini server pusintek melayani browsing dan download.
Gambar 4.29 Atribut server utama 91
Gambar 4.30 Supported service di server utama Dalam bagian ini didefinisikan service-service apa saja yang dilayani oleh server utama, dari gambar terlihat server utama menjalankan service SISPA dan upadate antivirus.
Gambar 4.31 Atribut Subnet lantai 7 92
Gambar 4.32 Profil yang didukung subnet lantai 7 Setting profil apa saja yang dijalankan oleh subnet di lantai 7 dan berapa komputer yang mendukung profil tersebut, jumlah komputer dalam satu subnet dapat di lihat pada gambar 4.32 Subnet dilantai 7 juga menyediakan service pertukaran data.
Gambar 4.33 Supported service subnet lantai 7
93
Gambar 4.34 Atribut subnet lantai 20
Subnet 4.35 Profil yang didukung subnet lantai 20 Tabel diatas menunjukkan profil mana saja yang dijalankan oleh subnet lantai 20, dan jumlah komputer yang menjalankan profil tersebut. 94
Gambar 4.36 Atribut subnet lantai 8
Gambar 4.37 Supported profile subnet lantai 8
95
M enunjukkan profil apa saja yang didukung oleh subnet lantai 8 dan jumlah komputer yang mendukung profile tersebut, jumlah komputer di subnet lantai 8 dapat dilihat pada gambar diatasnya.
Gambar 4.38 Atribut subnet lantai 6
Gambar 4.39 Supported profile subnet lantai 6 96
M enunjukkan profil apa saja yang didukung oleh subnet lantai 6 dan jumlah komputer yang mendukung profile tersebut, jumlah komputer di subnet lantai 6 dapat dilihat pada gambar diatasnya.
Gambar 4.40 Atribut subnet lantai 5
Gambar 4.41 supported profil subnet lantai 5 97
M enunjukkan profil apa saja yang didukung oleh subnet lantai 5 dan jumlah komputer yang mendukung profil tersebut, jumlah komputer di subnet lantai 5 dapat dilihat pada gambar diatasnya.
Gambar 4.42 Pengumpulan data global Banyak data global yang dapat dikumpulkan, namun yang paling penting adalah delay TCP untuk mengetahui seberapa besar delay yang terjadi di dalam keseluruhan jaringan. Sedangkan O SPF dikumpulkan untuk mengetahui apakah OSPF berjalan dan berapa data yang dikirim untuk update routing 98
table. DB Query digunakan untuk melihat apakah data yang dikirim client dan diterima server sama atau berkurang karena ada yang didrop dan juga untuk melihat response time global, sama halnya dengan HTTP. Sedangkan IP dikumpulkan untuk melihat banyaknya paket yang dropped.
Gambar 4.43 Pengumpulan data server pusintek Di server pusintek data yang dikumpulkan juga beragam namun yang paling penting ialah delay dan load TCP untuk mengetahui seberapa baguskah performa jaringan dalam mengantarkan data dan seberapa banyak lonjakan 99
data yang terjadi di dalam server pusintek, sedangkan traffic receive dan send HTTP untuk mengetahui apakah data sampai sempurna atau ada yang dropped.
Gambar 4.44 pengumpulan data server utama Di server utama banyak data yang dikumpulkan namun yang menjadi pokok perhatian adalah delay dan load TCP untuk mengetahui seberapa baguskah performa jaringan dalam mengantarkan data dan seberapa banyak lonjakan data yang terjadi di dalam server utama karena server utama melayani SISPA yang merupakan tujuan utama penggunaan jaringan. 100
Gambar 4.45 Tampilan konfigurasi simulasi Pada bagian ini terdapat banyak pilihan untuk menjalankan routing protokol yang mana, karena akan menjalankan O SPF maka pada bagian IP dynamic routing protocol dipilih OSPF dan waktu simulasi dijadikan 10 jam sama seperti jam kerja Sekretariat Pengadilan Pajak. Namun jangan lupa untuk men-setting routing protokol seperti digambar 4.24 dan 4.25 karena bila hal tersebut tidak diseting routing protokol tidak akan berjalan dan akan diganti routing default yaitu RIP.
101
Gambar 4.46 Simulasi sedang dijalankan
Sedangkan untuk simulasi setting O SPF pada router digunakan dynamips versi 0.2.8-RC2-X86 dengan menggunakan IOS dari Cisco sehingga memiliki tingkah laku yang sama persis dengan router Cisco yang sebenarnya. Karena kesulitan mendapatkan IOS c3620 maka digunakan c7200-jk9o3s-mz.1248.bin yang juga mendukung OSPF namun karena perbedaan interface dengan c3620 maka interface c7200 dmodifikasi menjadi sesuai dengan yang dimiliki oleh c3620.
102
Gambar 4.47 Interface IOS c7200 disesuaikan dengan interface c3620 Karena keterbatasan hardware maka hanya dapat disimulasikan 4 buah router dan sebuah server yaitu router server lantai 6, router lantai 8, router lantai 7, dan router lantai 6 serta server pusintek. Sementara subnet dan server lainnya tidak dapat disimulasikan. Berikut adalah hasil simulasi dengan menggunakan Dynamips: Router Server lantai 6
Gambar 4.48 Konfigurasi interface di router server lantai 6 Gambar di atas menunjukkan kondisi dan alamat IP setiap interface di router server lantai 6. Dapat dilihat interface yang terhubung ke Pusintek terdapat di interface 103
serial 4/0. Terlihat juga bahwa interface yang terhubung dengan subnet khusus dan tiga buah server down karena memang tidak diaktifkan karena keterbatasan hardware.
Gambar 4.49 Database OSPF router server lantai 6 Gambar di atas adalah isi database OSPF yang terdapat di router server lantai 6.
Gambar 4.50 OSPF neighbour router server lantai 6 Dari gambar di atas dapat dilihat router tetangga dari router server lantai 6 yang juga menjalankan routing protokol OSPF beserta alamat IP dan router ID nya. 104
Gambar 4.51 route protokol yang terdapat di router server lantai 6 Gambar di atas adalah gambar IP Route dari router server lantai 6, dapat dilihat subnet mana saja yang dapat dijangkau melalui subnet mana dan dengan routing protokol apa.
Gambar 4.52 Detail interface OSPF router server lantai 6 (1)
105
Gambar 4.53 Detail interface OSPF router server lantai 6 (2)
Gambar 4.54 Detail interface OSPF router server lantai 6 (3)
106
Gambar 4.55 Detail interface OSPF router server lantai 6 (4) Gambar di atas menunjukkan secara detail semua hal yang berkaitan dengan interface yang terpakai di router server lantai 6. Dapat terlihat walaupun interface yang terhubung dengan subnet khusus dan 3 buah server down namun sudah disiapkan untuk OSPF, sehingga ketika interface tersebut aktif bisa langsung berkomunikasi dengan interface lain menggunakan OSPF.
Gambar 4.56 IP protokol di router server lantai 6 107
Gambar di atas menampilkan Routing Protokol yang sedang aktif, dalam hal ini OSPF dan area dari setiap subnet yang terdapat di router server lantai 6.
Gambar 4.57 Debug OSPF event di router server lantai 6 Gambar di atas adalah gambar debug dari ospf event di router server lantai 6.
Router lantai 8
Gambar 4.58 Konfigurasi interface di router lantai 8 108
Gambar diatas menunjukkan kondisi aktif tidaknya setiap interface dan alamat IP interface yang terpakai di router lantai 8.
Gambar 4.59 Database OSPF router lantai 8 Gambar di atas memperlihatkan isi dari database OSPF di router lantai 8
Gambar 4.60 OSPF neighbour router lantai 8 Gambar di atas memperlihatkan router tetangga yang juga menjalankan routing protokol OSPF 109
Gambar 4.61 route protokol yang terdapat di router lantai 8 Gambar di atas memperlihatkan route dari subnet yang saling terhubung baik langsung maupun melalui routing protokol.
Gambar 4.62 Detail interface OSPF router lantai 8 (1)
110
Gambar 4.63 Detail interface OSPF router lantai 8 (2) Gambar di atas memperlihatkan detail dari masing-masing interface yang terpakai, termasuk status dan routing protokol yang digunakan.
Gambar 4.64 IP protokol di router lantai 8 Gambar di atas menunjukkan routing protokol yang berjalan di router lantai 8 yaitu OSPF beserta areanya.
111
Gambar 4.65 Debug OSPF event di router lantai 8 Gambar di atas memperlihatkan debug dari OSPF event.
Router lantai 7
Gambar 4.66 Konfigurasi interface di router lantai 7 Gambar di atas memperlihatkan status dari masing-masing interface yang terpakai di router lantai 7 beserta alamat IP nya. 112
Gambar 4.67 Database OSPF router lantai 7 Gambar di atas mempelihatkan OSPF database dari router lantai 7.
Gambar 4.68 OSPF neighbour router lantai 7 Gambar d iatas memperlihatkan router tetangga yang juga menjalankan OSPF beserta router id dan alamat IP nya.
113
Gambar 4.69 route protokol yang terdapat di router lantai 7 Gambar di atas memperlihatkan IP route dari router lantai 7.
Gambar 4.70 Detail interface OSPF router lantai 7 (1)
114
Gambar 4.71 Detail interface OSPF router lantai 7 (2)
Gambar 4.72 Detail interface OSPF router lantai 7 (3) Gambar di atas memperlihatkan detail dari setiap interface yang terpakai beserta detail protokol yang digunakan di interface tersebut.
115
Gambar 4.73 IP protokol di router lantai 7 Gambar di atas memperlihatkan routing protokol yang berjalan di router lantai 7 yaitu OSPF dan area dari masing-masing subnet.
Gambar 4.74 Debug OSPF event di router lantai 7 Gambar di atas memperlihatkan debug dari OSPF event pada router lantai 7.
116
Router lantai 6
Gambar 4.75 Konfigurasi interface di router lantai 6 Gambar di atas memperlihatkan status dari interface yang dipakai di router lantai 6 beserta alamat IP nya.
Gambar 4.76 Database OSPF router lantai 6
117
Gambar diatas memperlihatkan isi dari database OSPF di router lantai 6, dapat dilihat router id dan router yang 1 area.
Gambar 4.77 OS PF neighbour router lantai 6 Gambar diatas memperlihatkan router tetangga yang juga menjalankan OSPF.
Gambar 4.78 route protokol yang terdapat di router lantai 6 Gambar diatas memperlihatkan IP route dari router lantai 6, dan protokol yang digunakan di jaringan. 118
Gambar 4.79 Detail interface OS PF router lantai 6 (1)
Gambar 4.80 Detail interface OSPF router lantai 6 (2) Gambar diatas memperlihatkan detail dari interface yang terpakai di router lantai 6, termasuk interface yang sedang down.
119
Gambar 4.81 IP protokol di router lantai 6 Gambar diatas memperlihatkan protokol yang digunakan di router lantai 6, terlihat bahwa router lantai 6 menjalankan O SPF.
Gambar 4.82 Debug OSPF event di router lantai 6 Gambar diatas memperlihatkan debug OSPF event dari router lantai 6.
120
4.2.2 Hasil Implementasi Berdasarkan konfigurasi yang telah dibuat maka topologi mulai dijalankan dengan run time sebanyak 10 jam, sesuai dengan jam kerja Pengadilan Pajak mulai jam 07.00 – 17.00 WIB. Berikut ini adalah perbandingan hasil dari topologi baru dengan simulasi OPNET : 1.
Berdasarkan Delay Berdasarkan gambar dibawah, dapat ditarik kesimpulan bahwa Topologi Baru dengan routing protokol OSPF memberikan delay yang lebih sedikit dibandingkan dengan topologi yang sudah ada. Dengan delay yang menjadi separuh dari delay topologi yang lama, maka karyawan akan lebih cepat dalam melakukan pertukaran data.
121
Gambar 4.83 TCP Delay pada Topologi Baru
Gambar 4.84 Gambar TCP Delay pada Topologi Lama 122
2.
Berdasar Utilization
Gambar 4.85 Gambar Utilization Input/Output Pada server Utama dan Pusintek dengan Topologi Baru
123
Gambar 4.86 Gambar Utilization Input/Output Pada server Utama dan Pusintek dengan Topologi Lama Berdasar gambar diatas dapat disimpulkan bahwa dengan Topologi Baru tingkat persentase pemakaian jaringan pada server utama dan Pusintek lebih
124
rendah dibandingkan Topologi Lama. Hal ini ini membuktikan bahwa Topologi Baru mampu mengurangi tingkat kepadatan jaringan.
4.3 Evaluasi Setelah
mengimplementasikan
usulan
topologi
yang
baru
dengan
menggunakan OPNET 8.1.A, di dapatkan hasil seperti pada bagian ”4.2.2 Hasil Implementasi”. Hasil evaluasi dari simulasi diatas dapat dirangkung sebagai berikut :
•
Seperti yang terlihat pada gambar 4.83 dan 4.84 terbukti bahwa dengan adanya routing protokol OSPF maka delay pada jaringan dapat dikurangi. Sehingga topologi bisa lebih efisien karena delay yang terjadi pada jaringan menurun, dan karenanya user bisa mengkases jaringan dengan lebih cepat.
•
Kinerja jalur juga meningkat, hal ini dibuktikan dengan data gambar 4.85 dan 4.86. Dengan adanya Routing Protokol OSPF akan menurunkan presentase pemakaian jalur sehingga performa server akan lebih baik.
125