BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Graha Layar Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan produk. Konsep utama dari PT. Graha Layar Prima adalah one entertainment center. Blitzmegaplex merupakan salah satu bentuk usaha yang dikelola oleh PT. Graha Layar Prima.
Gambar 4.1 Logo Blitzmegaplex
Blitzmegaplex berdiri berdasarkan pengalaman pribadi dari CEO Blitzmegaplex, David Hilman, dimana David Hilman merasa kecewa setiap kali menonton film. Pencarian parkir yang sulit dan antiran yang panjang dalam bioskop untuk memperoleh tiket menonton menjadi inspirasi bagi David Hilman untuk mendirikan suatu jaringan bioskop dengan konsep baru. Alasan lainnya adalah minimnya variasi film dan waktu tayang yang tersedia di bioskop. Ananda Siregar selaku Direktur Utama dari Blitzmegaplex melihat adanya peluang besar dalam bisnis hiburan ini, dikarenakan masih terbatasnya pilihan hiburan yang tersedia di luar rumah dan meningkatnya animo dari generasi muda yang mencari hiburan di luar rumah mereka. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Singapura yang memiliki jumlah penduduk hanya kisaran tiga juta penduduk, namun memiliki empat
47
48 pengelola bioskop dan Kuala Lumpur yang memiliki jumlah penduduk sekitar dua sampai dengan tiga juta penduduk, namun sudah memiliki lima pengelola bioskop. Jumlah penduduk Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sekitar dua ratus juta penduduk merupakan pasar potensial bagi Blitzmegaplex. Sebelum Blitzmegaplex didirikan, David Hilman mengadakan riset sejak tahun 2002 untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pesaing yang sudah lama mendominasi pasar. David Hilman banyak membaca buku referensi untuk memperoleh penjelasan yang mendetail mengenai bioskop, mengadakan focus group discussion bagi komunitas di setiap daerah yang akan dibangun Blitzmegaplex, mengunjungi beberapa bioskop di luar negeri. Bahkan Ananda Siregar sempat mengadakan survey selama 2 tahun mengenai kebiasaan dan pola menonton masyarakat di Jakarta terutama di mall – mall kelas atas. Ananda juga melakukan kerja praktek di Golden Screen Malaysia selama 6 bulan dan mempelajari banyak hal mengenai operasional bioskop, mulai dari memasang film, memutar proyektor hingga cara mengolah popcorn untuk pelanggan. Pada 26 Oktober 2006, Blitzmegaplex resmi di buka untuk pertama kalinya di Paris Van Java, Bandung. Gerai kedua Blitzmegaplex terletak di Grand Indonesia, Jakarta pada tanggal 21 Maret 2007. Selanjutnya Blitzmegaplex membuka beberapa gerai secara berturut – turut di Pasific Place pada tanggal 16 Januari 2008, Mall of Indonesia pada tanggal 7 November 2008, Mall Teras Kota, BSD pada tanggal 17 Juli 2009, Central Park pada tanggal 22 April 2010, Bekasi Cyber Park pada tanggal 3 Juni 2011, The Plaza Balikpapan pada tanggal 26 Oktober 2012, dan gerai terakhir terdapat di Kepri Mall, Batam yang didirikan pada tanggal 29 Desember 2012.
49 4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan 4.1.2.1 Visi “ To be the ultimate choice for the most unforgettable entertainment experiences”
The main focus of the above visions are : - The ultimate choice : as the most preferred choice for entertainment experiences chosen by the target market. - The most unforgettable entertainment experiences : through a combination of extraordinary product and services.
Artinya : Visi “ Menjadi pilihan utama pengalaman hiburan yang paling tak terlupakan.”
- Pilihan Utama : Sebagai pengalaman hiburan terpilih yang paling tak terlupakan oleh target pasar. - Pengalaman hiburan yang paling tak terlupakan : Melalui kombinasi produk dan jasa yang luar biasa.
4.1.2.2 Misi - To provide the most innovative, fun and enjoyable entertainment experiences to all our customers. - To create growth opportunities to all our stakeholders, employees, suppliers and community in a “green” way
50 Artinya : Misi - Untuk menyediakan pengalaman hiburan yang paling menyenangkan, seru dan inovatif untuk seluruh konsumen. - Untuk menciptakan peluang pertumbuhan bagi para stakeholder, karyawan, distributor dan masyarakat dengan cara yang “sehat”.
4.1.3 Struktur Perusahaan Tabel 4.1 Struktur Perusahaan COO General Manager Regional Manager Cinema Manager Ass. Cinema Manager
Departement
Unit
Section
Administration
Commercial
Service
Administration
Box Office
Usher
IT
Store & Stock Management
Concession
CRO
Projectionist
Merchandising
Concierge
Maintenance
Movie
Security
Performance Monitoring
Support
Club
Cleaning Service
Sumber : Blitzmegaplex
51 4.1.4 Job Description (Deskripsi Pekerjaan) 4.1.4.1 Cinema Manager a. Melakukan analisa terhadap pesaing di area Jakarta, Bandung dan Tangerang. b. Mempelajari kegiatan operasional bioskop. c. Memberikan masukkan kepada departemen – departemen terkait sehubungan dengan kinerja bioskop. d. Membuat work flow kegiatan operasional. e. Membuat deskripsi tugas dan tanggung jawab masing – masing departemen. f. Membuat modul pelatihan. g. Melakukan penerimaan karyawan operasional (bekerja sama dengan Human Resource). h. Melakukan pelatihan bagi karyawan baru
4.1.4.2 Box Office (Ticketing) a. Memberikan pelayanan penjualan tiket film b. Memberikan informasi tentang film yang diputar dalam Blitzmegaplex kepada pelanggan. c. Mengetahui setiap promo yang berlangsung di Blitzmegaplex. d. Mendata penjualan tiket di Blitzmegaplex perharinya.
4.1.4.3 Concession (Counter Snack) a. Memberikan pelayanan dalam penjualan snack dalam Blitzmegaplex. b. Mendata jumlah penjualan snack perharinya
52 4.1.4.4 Merchandising a. Melayani penjualan merchandising di Blitzshoppe kepada konsumen. b. Melakukan pendataan jumlah penjualan merchandising perbulannya. c. Memberikan penjelasan mengenai kegunaan dan fungsi dari merchant yang dijual.
4.1.5 Bidang Usaha Blitzmegaplex Blitzmegaplex merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan produk. Blitzmegaplex menawarkan berbagai macam hiburan dengan konsep one entertainment center. Blitzmegaplex menyediakan berbagai macam film baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Seperti Film Indonesia, Hollywood, Hongkong, Eropa. Blitzmegaplex juga menayangkan beberapa film yang hampir tidak pernah ditayangkan oleh kompetitornya, seperti film Hindi (Bollywood), Thailand dan Korea. Sebagai perusahaan bioskop, pendapatan utama Blitzmegaplex berasal dari penjualan tiket film yang harganya berbeda – beda untuk setiap daerah di mana Blitzmegaplex tersebut berada. Hal ini merupakan upaya penyesuaian terhadap daya beli masyarakat di daerah sekitar Blitzmegaplex. Blitzmegaplex dalam auditoriumnya menerapkan standar harga tiket yang berbeda berdasarkan tipe – tipe auditorium yang terdiri dari :
53 4.1.5.1 Regular Class Regular Class merupakan auditorium Blitzmegaplex yang paling standar. Regular Class ini tersedia di semua gerai Blitzmegaplex. Jumlah tempat duduk maksimum dalam regular class adalah 200 buah dalam satu auditorium.
Gambar 4.2 Regular Class Blitzmegaplex Sumber : www.blitzmegaplex.com
4.1.5.2 Satin Class Satin Class merupakan auditorium yang berada satu level lebih tinggi dari regular class. Satin class saat ini hanya tersedia di Blitzmegaplex Grand Indonesia dan The Plaza, Balikpapan. Kapasitas masing – masing satin class ini adalah 52 kursi.
Gambar 4.3 Satin Class Blitzmegaplex Sumber : www.blitzmegaplex.com
54 4.1.5.3 Velvet Class Velvet Class Blitzmegaplex menawarkan kenyamanan dalam menonton film dengan sofa bed. Para penonton bisa menyaksikan film dengan kenyamanan ekstra sambil tiduran yang dilengkapi dengan bantal empuk dan selimut yang hangat. Blitzmegaplex juga menyediakan sandal tidur yang dapat digunakan jika penonton ingin pergi ke kamar kecil. Jika memerlukan bantuan, penonton dapat memanggil petugas hanya dengan menekan tombol yang terdapat di setiap sofa bed. Saat ini velvet class hanya tersedia di Pasific Place, Mall of Indonesia dan Central Park.
Gambar 4.4 Velvet Class Blitzmegaplex Sumber : www.blitzmegaplex.com
4.1.5.4 Velvet Suite Velvet Suite adalah suatu fitur baru yang hanya tersedia di Blitzmegaplex Central Park. Perbedaan antara velvet class dan velvet suite adalah velvet class hanya dapat dinikmati oleh dua penonton saja, namun velvet suite memberikan fasilitas tambahan yakni sofa yang nyaman agar penonton dapat mengajak dua orang anggota keluarganya dengan kenyamanan yang tetap ekslusif.
55
Gambar 4.5 Velvet Suite Blitzmegaplex Sumber : www.blitzmegaplex.com 4.1.5.5 Dining Cinema Blitzmegaplex membuka dining cinema pada tanggal 5 November 2008 di Mall of Indonesia. Konsep dining cinema memadukan antara kenikmatan menonton film seru dan kenikmatan sajian istimewa dalam auditorium khusus yang nyaman dan elegan berkapasitas terbatas. Suasana auditorium dining cinema ini mirip seperti velvet class, hanya saja kursinya bukan sofa bed melainkan sofa biasa yang dilengkapi dengan meja makan. Kapasitasnya terdiri dari 32 reclining seats di Mall Of Indonesia.
Gambar 4.6 Dining Cinema Blitzmegaplex Sumber : www.blitzmegaplex.com
4.1.5.6 3D Cinema Sebagai upaya mengikuti perkembangan teknologi audio video di dunia, Blitzmegaplex memanjakan penonton dengan pemutaran film – film
56 3D
yang
didukung
teknologi
RealD.
Blitzmegaplex
pertama
kali
menghadirkan 3D Cinema ini di Grand Indonesia pada April 2009. Blitzmegaplex menyediakan auditorium khusus untuk memutar film – film 3D untuk memaksimalkan kemampuan teknologi RealD yang digunakan. Untuk menonton film 3D ini, penonton akan dipinjami sebuah kacamata khusus sehingga gambar yang ditampilkan dapat terlihat lebih berdimensi. Auditorium khusus dengan silver screen yang digunakan untuk mendukung teknologi RealD dapat juga digunakan untuk menampilkan film – film non 3D sehingga gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik, hal ini menyebabkan Blitzmegaplex tak jarang juga memutar film – film biasa (non 3D) pada auditorium yang biasa digunakan untuk memutar film 3D. Harga tiket untuk film 3D ini bervariasi untuk tiap bioskop Blitzmegaplex dan dapat dilihat pada daftar harga di sub – bab selanjutnya.
4.1.6 Jumlah Layar dan jumlah maksimal penonton di masing – masing auditorium Blitzmegaplex Central Park Tabel 4.2 Jumlah Layar dan Jumlah Maksimal penonton di masing – masing Auditorium Blitzmegaplex Central Park Nama Bioskop
Regular Class L P
Satin Class L P
Velvet Class L P
Velvet Suite L P
Dining Cinema L P
3D Cinema L P
Total
Central Park
10
-
2
1
-
-
1.923
1.819
-
84
20
-
-
Sumber : Hasil Observasi (2013)
Keterangan : L
= Jumlah Layar
P
= Jumlah Maksimal Penonton dalam masing – masing auditorium
57 4.1.7 Harga tiket bioskop di Blitzmegaplex Central Park Tabel 4.3 Harga tiket bioskop di Blitzmegaplex Central Park Hari Lokasi
Kelas
Central Park
Regular 3D Cinema Velvet Class Velvet Suite Hindi Movie Local Movie
Senin – Kamis
Jumat
Rp. 35.000,Rp. 40.000,Rp. 140.000,Rp. 200.000,Rp. 45.000,Rp. 30.000,-
Rp. 40.000,Rp. 45.000,Rp. 160.000,Rp. 225.000,Rp. 50.000,Rp. 35.000,-
Sabtu – Minggu (Public Holiday) Rp. 55.000,Rp. 60.000,Rp. 200.000,Rp. 250.000,Rp. 65.000,Rp. 50.000,-
Sumber : Hasil Observasi (2013)
4.2 Profil Konsumen Populasi dari penelitian ini adalah jumlah maksimal dari penonton Blitzmegaplex Central Park dalam satu bulan. Hal ini di lihat berdasarkan jumlah kapasitas kursi penonton yang tersedia di Blitzmegaplex Central Park. Dari jumlah populasi tersebut, diambil beberapa sampel yang mewakili keseluruhan populasi dengan menggunakan rumus Slovin dan diperoleh hasil sebanyak 100 responden dari penonton Blitzmegaplex Central Park pada bulan Mei 2013. Setelah melakukan survey dengan cara menyebarkan kuesioner kepada penonton Blitzmegaplex Central Park pada bulan Mei 2013, didapatkan data konsumen sebagai berikut :
4.2.1 Jenis Kelamin Dari 100 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, terdapat 57 responden Laki – laki (57%) dan 43 responden perempuan (43%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.7 berikut :
58
Gambar 4.7 Jenis Kelamin Responden Sumber : Hasil Kuesioner (2013) Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi : Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Laki – Laki Perempuan Total
Frekuensi 57 43 100
Persentase 57% 43% 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.2.2 Usia Dari 100 orang responden, terdapat 15 responden yang berusia di bawah 17 tahun (15%), 22 responden yang berusia diantara 18 – 27 tahun (22%), 35 responden yang berusia diantara 28 – 37 tahun (35%), 20 responden yang berusia 38 – 47 tahun (20%), dan 8 responden yang berusia diatas 47 tahun (8%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.8 berikut :
Gambar 4.8 Usia Responden Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
59
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi : Usia Responden Usia < 17 Tahun 18 – 27 Tahun 28 – 37 Tahun 38 – 47 Tahun > 47 Tahun Total
Frekuensi 15 22 35 20 8 100
Presentase 15% 22% 35% 20% 8% 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.2.3 Profesi Dari 100 orang responden, terdapat 29 responden yang berprofesi sebagai pelajar / mahasiswa (29%), 39 responden yang berprofesi sebagai karyawan (39%), 21 responden yang berprofesi sebagai wirausaha (21%), dan 11 responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga (11%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.9 berikut :
Gambar 4.9 Profesi Responden Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi : Profesi Responden Profesi Pelajar / Mahasiswa Karyawan Wirausaha Ibu Rumah Tangga Total
Frekuensi 29 39 21 11 100
Presentase 29% 39% 21% 11% 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
60 4.2.4 Pendapatan rata – rata per bulan Dari 100 orang responden, terdapat 22 responden yang memiliki pendapatan perbulan dibawah Rp. 1.000.000,- (22%), 57 responden yang memiliki pendapatan diantara Rp. 1.000.001,- sampai dengan Rp. 5.000.000,(57%), dan terdapat 21 responden yang memiliki pendapatan diatas Rp. 5.000.000,- (21%), dimana hal tersebut tampak lebih jelas pada gambar 4.10:
Gambar 4.10 Pendapatan per Bulan Responden Sumber : Hasil Kuesioner (2013) Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi : Pendapatan rata – rata perbulan Pendapatan / bulan < Rp. 1.000.000,Rp. 1.000.001,- - Rp. 5.000.000,> Rp. 5.000.000,Total
Frekuensi 22 57 21 100
Persentase 22% 57% 21% 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.2.5 Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan
Gambar 4.11 Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
61 Dari 100 orang responden, terdapat 40 responden yang menonton di Blitzmegaplex sebanyak 1 – 2 kali per bulan (40%), 43 responden yang menonton di Blitzmegaplex sebanyak 3 – 4 kali per bulannya (43%), dan 17 responden yang menonton di Blitmegaplex lebih dari 4 kali perbulannya (17%)
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi : Intensitas Menonton di Blitzmegaplex per bulan Intensitas Menonton / bulan 1 – 2 kali 3 – 4 kali > 4 kali Total
Frekuensi 40 43 17 100
Presentase 40% 43% 17% 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (2013)
4.3 Analisis Data 4.3.1 Uji Validitas Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pernyataan yang terdapat dalam kuesioner tersebut mampu menjelaskan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai dari r–hitung dengan r–tabel dimana degree of freedom (df) = n – 2. Arti dari nilai n adalah jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sebanyak 100 responden. Maka, dalam penelitian ini nilai degree of freedom (df) = 100 – 2 = 98 dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai t tabel = 1,66. Dari t tabel tersebut digunakan untuk memperoleh hasil r tabel dengan rumus : r − tabel =
r − tabel =
t df + 12
1,66 98 + 1
62
r − tabel =
1,66 99
r − tabel = 0,1668362773 r − tabel = 0,17
Suatu variabel dapat dinyatakan valid jika memiliki r hitung lebih besar dari pada r tabel. (Sarjono, 2011:45)
• Jika r hitung > 0,17, maka variabel tersebut dinyatakan valid • Jika r hitung < 0,17, maka variabel tersebut dinyatakan tidak valid
4.3.1.1 Uji Validitas Perceived Quality (X1) Variabel Perceived Quality diukur melalui butir pernyataan 1, 2, 3, 4 dan 5 dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden. Dengan menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.9 Uji Validitas Perceived Quality (X1) No Pernyataan 1 2 3 4 5
r hitung 0,556 0,364 0,385 0,260 0,633
r tabel 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel perceived quality valid. Hal ini dikarenakan semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total Correlation) > 0,17 sehingga variabel perceived quality dapat dianalisa pada tahap selanjutnya.
63
4.3.1.2 Uji Validitas Brand Loyalty (X2) Variabel Brand Loyalty diukur melalui butir pernyataan 6, 7, 8, 9 dan 10 dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden. Dengan menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.10 Uji Validitas Brand Loyalty (X2) No Pernyataan 6 7 8 9 10
r hitung 0,405 0,346 0,367 0,399 0,538
r tabel 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel brand loyalty valid. Hal ini dikarenakan semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total Correlation) > 0,17 sehingga variabel brand loyalty dapat dianalisa pada tahap selanjutnya.
4.3.1.3 Uji Validitas Purchased Decision (Y) Variabel Purchased Decision diukur melalui butir pernyataan 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20 dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden. Dengan menggunakan program SPSS 17.0 diperoleh hasil sebagai berikut
64 Tabel 4.11 Uji Validitas Purchased Decision (Y) No Pernyataan 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
r hitung 0,729 0,619 0,616 0,538 0,682 0,534 0,467 0,371 0,583 0,627
r tabel 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel purchased decision valid. Hal ini dikarenakan semua r hitung (dilihat dari kolom Corrected Item – Total Correlation) > 0,17 sehingga variabel purchased decision dapat dianalisa pada tahap selanjutnya.
4.3.2 Uji Reliabilitas Suatu variabel akan dinyakatan reliable jika memiliki nilai Cronbach Alpha’s > 0,600. (Kuncoro dan Riduwan, 2008:220–221) Tabel 4.12 Cronbach’s Alpha Variabel Perceived Quality (X1) Brand Loyalty (X2) Purchased Decision (Y)
Cronbach’s Alpha 0,679 0,652 0,857
Keterangan Reliable Reliable Reliable
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa : 1. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Perceived Quality (X1) adalah sebesar 0,679, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha
65 (0,679) > 0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel perceived quality bersifat reliable. 2. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Brand Loyalty (X2) adalah sebesar 0,652, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,652) > 0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel brand loyalty bersifat reliable. 3. Nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Purchased Decision (Y) adalah sebesar 0,857, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha (0,857) > 0,600. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel purchased decision bersifat reliable.
4.3.3 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada seluruh jawaban kuesioner, baik pernyataan untuk variabel X1, variabel X2 maupun Variabel Y dengan melihat titik sebaran data pada gambar grafik Q-Q plot pada setiap variabel. Data dari setiap variabel dapat dinyatakan berdistribusi secara normal, jika sebaran data berada pada garis lurus sebaran titik plot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah : (Santoso, 2010:92) 1. Jika Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) > 0,05, maka data dapat dikatakan berdistribusi normal. 2. Jika Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) < 0,05, maka data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal.
66 Angka Sig. (Signifikansi atau nilai probabilitas) dapat dilihat melalui test of normality atau plot dengan menggunakan SPSS 17.0.
4.3.3.1 Uji Normalitas Perceived Quality (X1) Tabel 4.13 Uji Normalitas Perceived Quality (X1) Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
Perceved Quality
.086
df
Shapiro-Wilk
Sig.
100
.064
Statistic
.980
df
Sig.
100
.132
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.12 Grafik Normal Q-Q Plot Perceived Quality (X1) Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada uji KolmogorovSmirnov Sig. = 0,064. Dimana 0,064 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dari perceived quality berdistribusi secara normal.
67
4.3.3.2 Uji Normalitas Brand Loyalty (X2) Tabel 4.14 Uji Normalitas Brand Loyalty (X2) Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
Brand Loyalty
.084
df
Shapiro-Wilk
Sig.
100
Statistic
.078
.981
df
Sig.
100
.154
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.13 Grafik Normal Q-Q Plot Brand Loyalty (X2) Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa pada uji KolmogorovSmirnov Sig. = 0,078. Dimana 0,078 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dari brand loyalty berdistribusi secara normal.
68
4.3.3.3 Uji Normalitas Purchased Decision (Y) Tabel 4.15 Uji Normalitas Purchased Decision (Y) Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
Purchased Decision
.072
df
Shapiro-Wilk
Sig.
100
Statistic
.200*
.987
df
Sig.
100
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.14 Grafik Normal Q-Q Plot Purchased Decision (Y) Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa pada uji KolmogorovSmirnov Sig. = 0,200. Dimana 0,200 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data dari purchased decision berdistribusi secara normal.
.466
69
4.3.4 Korelasi Untuk mengetahui hubungan antara variabel perceived quality (X1) dengan purchased decision (Y), dan variabel brand loyalty (X2) dengan purchased decision (Y) dapat dilihat pada Tabel 4.16 Tabel 4.16 Uji Korelasi Correlations
Perceived
Purchased
Quality
Perceived Quality
Brand Loyalty
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N Brand Loyalty
Pearson Correlation
Purchased Decision
**
.940
.000
100
100
100
**
1
.940
.000
N
100 **
.969
100
100
**
1
.930
.000
.000
N
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Tabel 4.17 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Tingkat Hubungan Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Rendah
Sumber : Kuncoro & Riduwan (2007, 233)
**
.930
.000
Sig. (2-tailed)
Interval 0,80 - 1,000 0,60 - 0,799 0,40 - 0,599 0,20 - 0,399 0,00 - 0,199
**
.969
.000
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
Decision
100
70
4.3.4.1 Uji Korelasi antara variabel Perceived Quality (X1) dan Purchased Decision (Y) Hipotesis : Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality dan Purchased Decision. Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality dan Purchased Decision.
Dasar pengambilan keputusan : Sig > 0,05
= Ho diterima
Sig < 0,05
= Ho ditolak
Keputusan : Sig = 0,00 Sig < 0,05 = Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan Terdapat hubungan yang signifikan antara Perceived Quality (X1) dan Purchased Decision (Y). Koefisien korelasi hubungan antara Perceived Quality (X1) dan Purchased Decision (Y) adalah sebesar 0,969, dimana hubungan tersebut bersifat Sangat Kuat (berada dalam range 0,80 – 1,000) dan searah karena tandanya positif.
71
4.3.4.2 Uji Korelasi antara variabel Brand Loyalty (X2) dan Purchased Decision (Y) Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty dan Purchased Decision. Ha: Terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty dan Purchased Decision.
Dasar pengambilan keputusan : Sig > 0,05
= Ho diterima
Sig < 0,05
= Ho ditolak
Keputusan Sig = 0,00 Sig < 0,05 = Ho ditolak dan Ha diterima
Kesimpulan Terdapat hubungan yang signifikan antara Brand Loyalty (X2) dan Purchased Decision (Y). Koefisien korelasi hubungan antara Brand Loyalty (X2) dan Purchased Decision (Y) adalah sebesar 0,930, dimana hubungan tersebut bersifat Sangat Kuat (berada dalam range 0,80 – 1,000) dan searah karena tandanya positif. Tabel 4.18 Hasil Analisis Korelasi Variabel X1, X2 dan Y Hubungan antara X1 dan Y X2 dan Y
Korelasi 0,969 0,930
Sifat Hubungan Sangat Kuat, Searah dan Signifikan Sangat Kuat, Searah dan Signifikan
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
72
4.3.5 Analisis Regresi Berganda Analisa regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel perceived quality (X1) dan brand loyalty (X2) terhadap purchased decision (Y) pada Blitzmegaplex. Setelah data – data kuesioner yang telah dibagikan diolah dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.19 Variables Entered dan Model Summary
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013) Tabel Variables Entered menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang dikeluarkan (removed), atau dengan kata lain kedua variabel bebas dapat dimasukan dalam perhitungan regresi.
4.3.5.1 Uji F Tabel 4.20 Anova
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
73 Hasil Uji F Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh nilai FHitung sebesar 780,187 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai FTabel dapat dicari pada tabel F dengan df1 = 2 dan df2 = 97. Maka di peroleh FTabel sebesar 3,09.
Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : - Jika Fhitung > Ftabel = Ho ditolak dan Ha diterima - Jika Fhitung < Ftabel = Ho diterima dan Ha ditolak
Tabel 4.21 Tabel FTabel
Dengan Ftabel sebesar 3,09 dapat di simpulkan bahwa Fhitung > Ftabel, dimana 780,187 > 3,09 dan nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha3 di terima dan Ho3 di tolak
74 yang berarti variabel Perceived Quality dan Brand Loyalty secara simultan memiliki pengaruh terhadap Purchased Decision.
4.3.5.2 Uji Determinasi Tabel 4.22 Model Summary
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Angka R square adalah 0,941. Hal ini berarti 94,1% purchased decision Blitzmegaplex dapat dijelaskan oleh variabel perceived quality dan brand loyalty. Sedangkan sisanya (100% - 94,1% = 5,9%) dapat dijelaskan oleh faktor internal dan eksternal lainnya diluar penelitian ini .
4.3.5.3 Uji t Untuk menguji pengaruh Perceived Quality dan Brand Loyalty secara parsial terhadap Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park Periode Mei 2013 digunakan uji statistik t (Uji t).
Dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : - Jika thitung > ttabel = Ho ditolak dan Ha diterima - Jika thitung < ttabel = Ho diterima dan Ha ditolak
75 Tabel 4.23 Tabel Coefficients
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Berikut adalah hasil analisis bagian coefficients Regresi Berganda : 1. Diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2 Dimana : Y
= Purchased Decision (Keputusan Pembelian) Blitzmegaplex
X1
= Perceived Quality (Kesan Kualitas)
X2
= Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
Pada persamaan regresi di atas, dapat diketahui konstanta sebesar 0,105 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel X1 (Perceived Quality) dan variabel X2 (Brand Loyalty), maka nilai variabel Y (Purchased Decision) adalah 0,105.
Koefisien regresi variabel X1 (Perceived Quality) sebesar 0,836, menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1 nilai pada variabel X1 (Perceived Quality) dan tidak terdapat penambahan
76 pada variabel X2 (Brand Loyalty), maka variabel Y (Purchased Decision) akan mengalami kenaikan sejumlah 0,836. Y = a + b1X1 + b2X2 Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2 Y = 0,105 + 0,836 (1) + 0,170 (0) Y = 0,105 + 0,836 + 0 Y = 0,941
Koefisien regresi variabel X2 (Brand Loyalty) sebesar 0,170, menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1 nilai pada variabel X2 (Brand Loyalty)dan tidak terdapat penambahan pada variabel X1 (Perceived Quality), maka variabel Y (Purchased Decision) akan mengalami kenaikan sejumlah 0,170. Y = a + b1X1 + b2X2 Y = 0,105 + 0,836 X1 + 0,170 X2 Y = 0,105 + 0,836 (0) + 0,170 (1) Y = 0,105 + 0 + 0,170 Y = 0,275
Dari tabel 4.23 dapat diperoleh thitung dari setiap variabel independen (bebas) dalam penelitian ini. Nilai thitung dari masing – masing variabel bebas akan dibandingkan dengan nilai ttabel dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau 0,05, maka di peroleh ttabel sebesar 1,66.
77
Tabel 4.24 Tabel ttabel
1. Pengaruh variabel X1 (Perceived Quality) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased Decision) Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh variabel X1 (Perceived Quality) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased Decision) memiliki nilai thitung sebesar 11,326. Dengan demikian, thitung dari variabel X1 (Perceived Quality) lebih besar dari pada ttabel (11,326 > 1,66). Maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 dtolak dan Ha1 diterima. Hal ini berarti variabel Perceived Quality memiliki pengaruh secara parsial terhadap variabel Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park Periode Mei 2013.
78
2. Pengaruh variabel X2 (Brand Loyalty) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased Decision) Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat diketahui bahwa pengaruh variabel X2 (Brand Loyalty) secara parsial terhadap variabel Y (Purchased Decision) memiliki nilai thitung sebesar 2,269. Dengan demikian, thitung dari variabel X2 (Brand Loyalty) lebih besar dari pada ttabel (2,269 > 1,66). Maka dapat disimpulkan bahwa Ho2 dtolak dan Ha2 diterima. Hal ini berarti variabel Brand Loyalty memiliki pengaruh secara parsial terhadap variabel Purchased Decision pada Blitzmegaplex Central Park Periode Mei 2013.
4.3.6 Analisis Jawaban Responden Analisis jawaban responden dilakukan untuk melihat dan mengetahui rata – rata atas tanggapan responden pada masing – masing pernyataan yang terdapat dalam kuesioner.
4.3.6.1 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Perceived Quality Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel Perceived Quality (X1). Berikut adalah hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner pada masing – masing pernyataan dalam variabel Perceived Quality : Interval
= = =
nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5 ( 5 – 1) 5 0,8
79
Tabel 4.25 Analisis Jawaban pada variabel Perceived Quality Pernyataan P1 P2 P3 P4 P5
Interval Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
1,00 – 1,8 1,9 – 2,6 2,7 – 3,4 3,5 – 4,2 4,3 – 5,0
Mean 3,5 3,51 3,33 3,55 3,51
Predikat Setuju Setuju Cukup Setuju Setuju Setuju
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013
Gambar 4.15 Tanggapan responden pada variabel Perveived Quality Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
4.3.6.2 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Brand Loyalty Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel Brand Loyalty (X2). Berikut adalah hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner pada masing – masing pernyataan dalam variabel Brand Loyalty: Interval
= = =
nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5 ( 5 – 1) 5 0,8
80
Tabel 4.26 Analisis Jawaban pada variabel Brand Loyalty Pernyataan P6 P7 P8 P9 P10
Interval Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
1,00 – 1,8 1,9 – 2,6 2,7 – 3,4 3,5 – 4,2 4,3 – 5,0
Mean 3,52 3,62 3,50 3,31 3,42
Predikat Setuju Setuju Setuju Cukup Setuju Cukup Setuju
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Gambar 4.16 Tanggapan responden pada variabel Brand Loyalty Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
4.3.6.3 Analisis Jawaban Responden pada Variabel Purchased Decision Dalam kuesioner penelitian, peneliti merumuskan 5 buah pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel Purchased Decision (Y). Berikut adalah hasil rata – rata tanggapan 100 responden yang mengisi kuesioner pada masing – masing pernyataan dalam variabel Purchased Decision : Interval
= = =
nilai jumlah terbesar – nilai jumlah terkecil 5 ( 5 – 1) 5 0,8
81
Tabel 4.27 Analisis Jawaban pada variabel Purchased Decision Pernyataan P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
Interval Sangat Tidak Setuju
1,00 – 1,8
Tidak Setuju
1,9 – 2,6
Cukup Setuju
2,7 – 3,4
Setuju
3,5 – 4,2
Sangat Setuju
4,3 – 5,0
Mean 3,64 3,41 3,64 3,61 3,52 3,63 3,64 3,43 3,57 3,53
Predikat Setuju Cukup Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Cukup Setuju Setuju Setuju
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Mean Purchased Decision 3,64
3,63 3,64
3,64 3,61
3,65 3,6 3,55 3,5 3,45 3,4 3,35 3,3 3,25
3,57
3,52
3,53
3,43 3,41
P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
Gambar 4.17 Tanggapan responden pada variabel Perveived Quality Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
4.3.7 Uji Hipotesis Tabel 4.28 Ringkasan hasil perhitungan uji koefisien regresi linear berganda Variabel X1 X2
Faktor Perceived Quality Brand Loyalty
Significancy 0,000 0,025
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013) Keterangan : Significancy dilihat dari kolom Sig. pada tabel 4.20 Coefficients.
82
a. Pengambilan Keputusan Uji Koefisien Regresi
• Ho = Koefisien regresi tidak signifikan • Ha = Koefisien regresi signifikan
Dengan menggunakan hasil significancy sebagai ukuran, maka koefisien tersebut harus dibandingkan dengan kriteria yang digunakan, yaitu:
• Jika Significancy > 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak
• Jika Significancy < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima
b. Keputusan
• Faktor Perceived Quality. Significancy = 0,000. Maka Significancy < 0,05. Maka, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa koefisien regresi faktor perceived quality adalah signifikan, dimana artinya bahwa faktor perceived quality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchased decision.
• Faktor Brand Loyalty Significancy = 0,025. Maka Significancy < 0,05. Maka, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa koefisien regresi faktor brand loyalty adalah signifikan, dimana artinya bahwa faktor brand loyalty memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchased decision.
83
4.4 Implikasi Hasil Penelitian Setelah melakukan analisis mengenai pengaruh Perceived Quality (X1) dan Brand Loyalty (X2) terhadap Purchased Decision (Y) dengan menggunakan SPSS 17.0. Maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaruh variabel Perceived Quality (X1) secara parsial terhadap variabel Purchased Decision (Y) Besarnya pengaruh Perceived Quality (X1)
secara parsial terhadap
variabel Purchased Decision (Y) dapat dilihat melalui tabel 4.23 dimana terdapat koefisien regresi variabel X1 (Perceived Quality) sebesar 0,836, menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1 nilai pada variabel X1 (Perceived Quality) dan tidak terdapat penambahan pada variabel X2 (Brand Loyalty), maka variabel Y (Purchased Decision) akan mengalami kenaikan sejumlah 0,836. Hal ini sesuai dengan pendapat Durianto, Sugiarto dan Sitinjak (2004:100-101) yang mengatakan bahwa persepsi kualitas (Perceived Quality) harus diikuti dengan peningkatan kualitas yang nyata dari produknya. Kesan atau mutu yang dirasakan mencerminkan perasaan konsumen secara menyeluruh mengenai suatu merek, sehingga menjadi sangat berperan dalam keputusan konsumen dalam memutuskan merek mana yang akan dibeli dan akhirnya akan sampai pada tahap evaluasi yang menuju pada rasa puas dan tidak puas. Persepsi kualitas ini merupakan variabel yang secara terus menerus akan diingat oleh konsumen ketika mendengar atau melihat sesuatu hal yang berkaitan dengan identitas dari suatu produk.
84 2. Pengaruh variabel Brand Loyalty (X2)
secara parsial terhadap variabel
Purchased Decision (Y) Besarnya pengaruh Brand Loyalty (X2) secara parsial terhadap variabel Purchased Decision (Y) dapat dilihat melalui tabel 4.23 dimana terdapat koefisien regresi variabel X2 (Brand Loyalty) sebesar 0,170, menyatakan bahwa jika diasumsikan terjadi penambahan (karena tanda +) 1 nilai pada variabel X2 (Brand Loyalty) dan tidak terdapat penambahan pada variabel X1 (Perceived Quality), maka variabel Y (Purchased Decision) akan mengalami kenaikan sejumlah 0,170. Hal ini sesuai dengan pendapat Aaker (2008:122) yang mengatakan bahwa tingkat loyalitas merek yang tinggi terhadap suatu merek dapat menciptakan rasa peraya diri yang besar pada pelanggan saat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahjuni Astuti dan I Gde Cahyadi (2007) yang menyatakan bahwa loyalitas merek mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil yang ditemukan menyatakan bahwa tingkat brand loyalty yang tinggi, yaitu berupa komitmen yang kuat dari konsumen terhadap merek dapat menciptakan rasa percaya diri yang besar pada konsumen saat mengambil keputusan pembelian. Hal ini disebabkan karena konsumen merasa memiliki ikatan yang besar bahwa keputusannya membeli merek tersebut adalah keputusan yang tepat.
3. Pengaruh variabel Perceived Quality (X1) dan variabel Brand Loyalty (X2) secara simultan terhadap variabel Purchased Decision (Y) Besarnya pengaruh X1 dan X2 secara simultan terhadap Y dapat dilihat dari nilai R Square yaitu sebesar 0,941 Hal ini berarti sebesai 94,1%
85 Purchased Decision Blitzmegaplex dapat dijelaskan oleh variabel Perceived Quality dan Brand Loyalty (Tabel 4.20). Sedangkan sisanya (100% - 94,1% = 5,9%) dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Durianto, dkk (2004), yang mengemukakan bahwa elemen – elemen ekuitas merek (Brand Awareness, Brand
Association,
Perceived
Quality
dan
Brand
Loyalty)
dapat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen karena ekuitas merek yang kuat akan mengurangi keinginan konsumen untuk berpindah ke merek lain. Lebih lanjut Durianto, dkk (2004) mengatakan Empat elemen inti ekuitas merek (Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, dan Brand Loyality) yang kuat dapat meningkatkan keputusan pembelian. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah di sebarkan dapat diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi pelanggan untuk melakukan pembelian di Blitzmegaplex adalah bentuk pelayanan yang ramah terhadap pelanggannya, jenis film yang lebih bervariasi, firur dan fasilitas yang memadai, harga yang kompetitif, dan lokasi yang strategis.