RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Dalam kurun waktu
5 (lima) terakhir 2003-2007, sebagai
kabupaten hasil pemekaran, pembangunan Kabupaten Sukamara telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Upaya untuk mewujudkan pembangunan telah dinyatakan dalam ”Terwujudnya Kabupaten
visi yaitu
Sukamara yang maju, sejahtera dan
mandiri dalam suasana demoktratis, damai, adil dan pemerintah yang bersih, profesional dan berwibawa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 20 tahun,
dalam lima tahun pertama dengan
penekanan pada periode tersebut, untuk mewujudkan visi tersebut, dicapai melalui 8 (delapan) misi dengan penekanan sebagai berikut: (1) penambahan personil pemerintahan; (2) meningkatkan sarana dan prasarana; (3) meningkatkan harkat dan martabat; (4) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia; (5) memberdayakan masyarakat;
(6)
mewujudkan
kehidupan
sosial
budaya;
(7)
mewujudkan kesejahteraan rakyat; dan (8) mewujudkan kondisi aman, damai dan tertib. Berbagai kemajuan dan perkembangan dalam masa lima tahun (2003-2007) telah dapat dilihat dan dinikmati oleh masyarakat kabupaten
Sukamara.
Meskipun
demikian,
pencapaian
yang
menjadi cita-cita bersama masih perlu waktu yang panjang. Dan sesuai dengan tahapan-tahapan pembangunan, pelaksanaan 80
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
pembangunan berlangsung dalam jangka pendek (satu tahun atau lebih), jangka menengah (lima tahun), dan jangka panjang (20 tahun). Masa pembangunan tahap pertama (Renstrada) periode 2003 – 2007 merupakan periode awal dan penting bagi pemerintahan untuk meletakan dasar-dasar yang kuat bagi kesinambungan pembangunan daerah. Sehingga pada saatnya kelak masyarakat dan
generasi
pembangunan
berikutnya
dapat
merasakan
benar-benar memberikan
bahwa
kesempatan
hasil
kepada
warga masyarakat Sukamara dalam mengangkat harkat, martabat, dan
kualitas
kehidupan
yang
lebih
baik
dengan
tetap
mempertahankan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Di dalam Properda Kabupaten Sukamara Periode 2003-2007 menyebutkan bahwa arah pembangunan daerah dititikberatkan dalam upaya: (1) memantapkan penyelenggaraan pemerintahan; (2) pembangunan sarana-prasarana; (3) mengatasi dampak krisis ekonomi; (4) memantapkan ketentraman dan ketertiban serta kestabilan politik;
(5) kesejahteraan rakyat; (6) mewujudkan
supremasi hukum dan pemerintah yang baik. Apa yang sudah dan akan dicapai oleh daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota) melalui rencana-rencana pembangunan dan pelaksanaan pembangunan merupakan bagian intergral dan merupakan penjabaran dari pembangunan nasional (RPJMN) yang disesuaikan
dengan
potensi,
aspirasi,
dan
permasalahan
pembangunan di daerah.
81
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
Dalam pada itu, maka terdapat kesamaan dalam melihat pembangunan daerah. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan sektoral yang dilaksanakan di
daerah. Pembangunan sektoral dilakukan di daerah disesuaikan dengan kondisi dan potensinya.
Kedua, dari sisi pembangunan
wilayah yang meliputi perkotaan dan perdesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya. Agar tujuan dan usaha pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah daerah perlu berjalan dengan baik. Pemerintah pusat
di dalam Buku Pegangan 2006, 2007, dan
2008 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah mengkategorikan isu-isu strategis pembangunan nasional dalam 5 (lima) isu utama, yaitu: 1. Isu-isu Penyelenggara Pemerintah Daerah; 2. Isu-isu Dalam Pembangunan Daerah; 3. Isu-Isu Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah; 4. Isu-isu Strategis Lintas Sektoral; dan 5. Isu-isu Strategis Sektoral
A. Isu-isu Strategis Mencermati kelima isu-isu di atas dan dikaitkan dengan konteks Kabupaten Sukamara, terdapat beberapa isu relevan di antaranya isu-isu: 1. Isu-isu Penyelenggara Pemerintah Daerah a. Pelaksanaan PP No. 41 Tahun 2007
82
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
Pemerintah
daerah
telah
menyusun
organisasi perangkat
daerah sesuai dengan PP No. 41 tahun 2007. Pelaksanaan dari PP tersebut bagi daerah adalah satu keharusan mengingat bahwa
PP
No.
8
tahun
2003
dianggap
belum
cukup
memberikan pedoman yang menyeluruh bagi penyusunan dan pengendalian
organisasi
perangkat
daerah
yang
dapat
menangani seluruh pemerintahan. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Pelaksanaan dari PP 41 tersebut membawa dampak positif berupa harapan agar penanganan tugas-tugas pelayanan dapat dimaksimalkan. Di sisi lain akan membawa kepada perampingan, karena hilangnya beberapa dinas tertentu dan konsekuensinya hilangnya jabatan atau perlunya penambahan apatur untuk mengisi perangkat yang baru tersebut. Dari sisi sarana dan prasarana, khususnya bagi daerah pemekaran, seperti Kabupaten Sukamara, isu-isu yang dihadapi adalah dari segi kemampuan aparatur untuk mengisi semua jabatan terutama yang fungsional bagi dinas atau badan yang baru serta kantor beserta kelengkapannya dan anggaran karena semuanya masih terbatas. Hal ini akan membawa konsekuensi kepada kebijakan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, ataupun pengawasan pembangunan. b. Tata Kepemerintahan yang Baik Tata
kepemerintahan
merupakan
suatu
yang
konsepsi
baik
(good
tentang
governance)
penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih, demokratis dan efektif, serta di dalamnya
mengatur
pola
hubungan
yang
sinergis
dan 83
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
konstruktif
antara
pemerintah,
dunia
usaha
swasta
dan
masyarakat. Tata kepemerintahan yang baik meliputi tata kepemerintahan untuk sektor publik (good public governance) yang merujuk pada lembaga penyelenggara negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif) dan tata kepemerintahan untuk dunia usaha swasta (good corporate governance), serta adanya partisipasi aktif dari masyarakat (civil society). Para pihak inilah yang
sering
disebut
sebagai
3
(tiga)
pilar
penyangga
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dua yang disebut terakhir (swasta dan masyarakat) masih perlu ditingkatkan keterlibatan dalam konsep tata pemerintahan yang baik. Upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik membutuhkan komitmen kuat, tekad untuk berubah menjadi lebih baik, sikap konsisten, dan waktu yang tidak singkat karena diperlukan pembelajaran, pemahaman, serta implementasi nilai-nilai atau
prinsip-prinsipnya secara utuh oleh seluruh
komponen bangsa termasuk oleh aparatur pemerintah dan masyarakat luas. Di samping itu, perlu kesepakatan bersama serta sikap optimistik yang tinggi dari seluruh komponen bangsa bahwa penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik dapat diwujudkan demi mencapai masa depan bangsa dan negara yang lebih baik. Secara umum terdapat 4 (empat) prinsip utama dalam tata kepemerintahan yang baik, yakni transparansi, partisipasi, penegakan
hukum
dan
akuntabilitas.
Berbagai
pihak
mengembangkan dan melakukan elaborasi lebih lanjut dalam berbagai prinsip turunan tata kepemerintahan yang baik, serta melaksanakannya sesuai dengan tugas
pokok organisasi,
seperti prinsip wawasan ke depan, supremasi hukum, demokrasi, 84
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, keefisienan dan keefektifan, desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha swasta
dan
masyarakat,
komitmen
pada
pengurangan
kesenjangan, komitmen pada lingkungan hidup, dan komitmen pada pasar yang fair. c. Standar Pelayanan Minimal Pelaksanaan SPM secara luas menghadapi beberapa kendala dan
tantangan
yaitu
:
(1)
belum
jelasnya
pembagian
kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai akibat dari belum selesainya revisi PP Nomor 25 Tahun 2000; (2) kompleksitas dalam merancang SPM; (3) ketersediaan dan
kemampuan
penganggaran
relatif
terbatas;
(4)
penyusunan SPM Bidang Kesehatan telah ditetapkan melalui peraturan Menteri Kesehatan RI nomor:741/MENKES/PER/VII/2008 Tahun
2008
Tentang
Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, Pendidikan, dan layanan dasar lainnya perlu dilakukan melalui proses konsultasi publik untuk menentukan norma dan standar tertentu yang disepakati bersama. Hal ini untuk menghindari adanya perbedaan persepsi di dalam memberikan pelayanan publik sesuai SPM. 2. Isu-Isu Pembangunan Daerah a. Penyusunan RPJM Daerah Sesuai amanat Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(SPPN),
pemerintah daerah harus menyusun RPJM Daerah dan RPJP Daerah, dengan berpedoman dan/atau mengacu kepada RPJM dan RPJP Nasional yang disusun Pemerintah Pusat. Dalam hal penyusunan RPJMD, sebelum terbitnya PP RI. No 8 Tahun
85
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, penyusunan RPJMD mengacu kepada Surat Edaran Menteri No. 50/2020/SJ tahun 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Penyusunan RPJMD mesti mengikuti visi-misi-program kepala daerah terpilih dan dalam kaitannya dengan RPJM Nasional mesti perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian agar selaras dengan agenda pemerintah pusat.
Persoalan lain adalah
menyangkut penjabaran lebih lanjut oleh SKPD, yaitu Program Pembangunan
Daerah
semestinya
mengacu
kepada
rancangan Renstra-SKPD yang disiapkan oleh masing-masing SKPD agar jelas mana Program SKPD, Program Lintas SKPD, dan Program Kewilayahan. Di sisi lain, Renstra SKPD menginginkan RPJMD sebagai acuan. Dengan demikian forum musyawarah rencana pembangunan menjadi media yang efektif untuk sinkronisasi RPJMD dengan program SKPD.
3. Isu-Isu Pengelolaan Keuangan Daerah Isu-Isu dalam Pengelolaan Keuangan Daerah menyangkut sumber pendapatan daerah, alokasi belanja , dan kebijakan umum anggaran. Permasalahan terkait dengan aspek perencanaan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah masih belum soinkronnya antara kebijakan, perencanaan, dan penganggaran. Apa yang sudah ditetapkan dalam kebijakan pemerintahan daerah belum tentu sama dengan yang tertuang dalam dokumen perencanaan (RPJPD, RPJMD, dan RKPD). Selanjutnya pada saat dilakukan penganggaran,
apa
yang
ditetapkan
dalam
dokumen 86
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
perencanaan seringkali diterjemahkan berbeda dalam dokumen penganggaran. Akibatnya tidak dilihat hubungan keterkaitan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran ini. Permasalahan yang timbul akibat keterlambatan penganggaran adalah keterbatasan pelaksanaan anggaran. 4. Isu-isu Strategis Sektoral Isu-isu Strategis Sektoral yang berkaitan dengan: (a) Revitalisasi Pertanian; (b) Kependudukan, kesehatan, kemiskinan, gender, dan anak; (c) Sarana dan Prasarana; (d) Lingkungan Hidup a. Revitalisasi Pertanian/Perkebunan Isu-isu penting di bidang pembangunan pertanian antara lain peningkatan kualitas SDM petani dan petugas penyuluh pertanian, pertanian yang modern dan berwawasan lingkungan, pendekatan produksi pangan menjadi pendekatan agribisnis, dan diversifikasi komoditas andalan yang bernilai tambah. Pentingnya sektor pertanian (dalam arti luas) ini mengingat kontribusinya
yang
besar
terhadap
pembentukan
PDRB,
penyerapan tenaga kerja. Di tahun 2007, sekitar 70 persen lebih tenaga kerja dari total angkatan kerja terserap di sektor ini. Oleh karena itu bahwa pertanian, perkebunan, perikanan merupakan sektor padat karya yang berpotensi menyerap angkatan kerja dan menanggulangi kemiskinan. Mengingat perannya yang strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, penyerapan tenaga kerja, dan penanggulan
kemiskinan,
maka
pemerintah
daerah
perlu
menempatkan revitalisasi sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan
87
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
daerah. Untuk membantu peningkatan produktivitas maka penangangan fungsi penyuluh pertanian yang sudah menjadi kewenangan daerah perlu ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang, baik pelayanan teknologi, pengelolaan usaha, pemasaran dan peningkatan nilai tambah. Begitu pula dari sisi pendanaan
dalam
pelaksanaannya
kurang
mendapat
dukungan dari perbankan sehingga dalam beberapa kasus program revitalisasi pertanian dianggap gagal. b. Administrasi Sistem Kependudukan dan Catatan Sipil Penduduk Penduduk
merupakan yang
pertumbuhan
modal
berkualitas
dan
utama
tinggi
pencapaian
pembangunan.
akan tujuan
mempercepat pembangunan.
Keberhasilan mengendalikan pertumbuhan dan meningkatkan kualitas
penduduk
serta
keluarga
akan
pembangunan pembangunan yang pada
mempercepat akhirnya akan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Isu penting antaranya
di dalam pembangunan kependudukan di
adalah
perlunya
terus
menerus
menata
sistem
administrasi kependudukan dalam upaya terakomodasinya hakhak penduduk; tertib administrasi penduduk; tersedianya data dan informasi penduduk yang akurat dan terpadu; reformasi pelayanan registrasi penduduk. Berbagai
permasalahan
dalam
pembangunan
kependudukan di Kabupaten Sukamara di antaranya: (1) masih belum dapat melaksanakan pemuktakhiran Data Kependudukan; pelayanan KTP dan KK dengan menggunakan sistem SIAK di Kecamatan
terutama
disebabkan
kurangnya
sarana
dan
88
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
prasarana
akses
komunikasi,
(2)
masih
rendahnya
tingkat
kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendaftaran dan pencatatan identitas diri/kepemilikan Akta. Jangkauan layanan kesehatan masyarakat Di bidang Kesehatan, permasalahan yang di hadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk, yang antara lain terlihat dengan masih tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu; kesenjangan kualitas kesehatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah, gender dan kelompok pendapatan; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi dan
mutu
pembiayaan
tenaga
kesehatan;
kesehatan
serta
dan
terbatasnya
sumber
optimalnya
alokasi
belum
pembiayaan kesehatan. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi banyak
faktor,
seperti:
tingkat
pendapatan,
kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhinya hak-hak
dasarnya
untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Jumlah penduduk kategori miskin di Kabupaten Sukamara berdasarkan hasil pendataan sampai dengan tahun 2007, terdapat kurang lebih
12,37 persen atau 4.894 dari total
penduduk 39.576 jiwa. Dalam bidang ekonomi, meskipun terjadi peningkatan stabilitas ekonomi, karakteristik pertumbuhan tahun 2002 – 2007 berkisar 4,90 persen – 5,27 persen belum mampu
89
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
menciptakan lapangan kerja yang memadai guna menampung angkatan
kerja
serta
pengangguran
yang
ada.
Hal
ini
disebabkan masih minimnya investasi yang masuk sebagai investor penggerak ekonomi daerah. Pembangunan perdesaan merupakan salah satu isu strategis guna
mendukung
peningkatan
ekonomi
daerah
dan
pengembangan wilayah. Di awal RPJM Nasional 2004-2009, Kabupaten Sukamara adalah satu dari 199 kabupaten dengan kategori tertinggal. Ada 6 (enam) kategori untuk disebut sebagai daerah tertinggal: (1) kondisi perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya
manusia,
(3)
prasarana
(infrastruktur),
(4)
kemampuan keuangan daerah (celah fiskal), (5) aksesibilitas, dan (6) karakteristik daerah. Pengembangan
wilayah
terpencil
dihadapkan
pada
banyaknya wilayah tertinggal yang harus ditangani dan tersebar luas
di
seluruh
pengembangan dihadapkan
pelosok Kabupaten kawasan
pada
strategis
kurangnya
Sukamara. Sedangkan dan
kesiapan
cepat daerah
tumbuh dalam
memanfaatkan peluang yang ada, terbatasnya SDM. Rendahnya peranan swasta dalam pembangunan serta terbatasnya jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi daerah. c. Peningkatan Sarana dan Prasarana 1) Peningkatan akses transportasi darat antar desa, antar kecamatan, dan kabupaten Secara
umum
kondisi
jalan
di
wilayah
Kabupaten
Sukamara cukup baik dan membuka akses antar wilayah baik sebagian
antar kecamatan, antar
kabupaten dan antar
provinsi. Pada tahun 2006, panjang jalan di Kabupaten
90
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
Sukamara mencapai 702,90 kilometer (km). Dengan rincian jalan beraspal 115,15 km, jalan kerikil 212,31 km, jalan tanah 362,25 km, dan jalan tidak dirinci 13,02 km. Tahun 2007 terdapat peningkatan dalam panjang jalan menjadi 753,42 km dengan jenis permukaan jalan: beraspal 134,96 km; kerikil 226,54 km; tanah 378,72 km; dan tidak dirinci 13,20 km. Dibandingkan dengan tahun 2002, jalan beraspal sekitar 31,14 km yang berarti selama 5 tahun terakhir terjadi pengaspalan jalan 103,82 km atau kenaikan rata-rata per tahun pertahun).
20,76 km (20 persen
Dari ketiga jenis permukaan jalan, maka jalan
tanah adalah yang terpanjang. Kondisi menjadi tuntutan untuk pembangunan jalan dimasa mendatang menjadi jalan kerikil. Sementara untuk kelas jalan, baik jalan provinsi dan jalan negara berada di kelas II, sedangkan jalan kabupaten berada di kelas III.A. Kondisi jalan pada tahun 2007 sekitar 35,6 persen jaringan jalan dalam kondisi sedang, rusak sekitar 7,07 persen dan rusak berat
berkurang
menjadi
5,40
persen.
Pembangunan
infrastruktur masih dihadapkan pada berbagai kendala akibat kurangnya dana. Kendala lain yang dihadapi sub bidang tranportasi meliputi aspek kelembagaan dan peraturan, SDM, teknologi,
pendanaan
investasi,
kapasitas
serta
operasi
pemeliharaan. 2) Peningkatan listrik Kebutuhan akan listrik dapat dikatakan salah satu kebutuhan mendasar
untuk
dapat
diterima
oleh
berbagai
lapisan
masyarakat, saat ini meskipun PLN dapat 24 jam per hari, namun belum mampu melayani seluruh wilayah yang ada karena
91
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
kurangnya daya yang dimiliki. Kondisi menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Sukamara akan membantu pengadaan listrik hingga dapat beroperasi diseluruh wilayah Sukamara. d. Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Hidup Pengelolaan sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH)
secara
benar
dan
berkesinambungan
(lestari)
akan
bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi. Masalah SDA dan LH menjadi isu strategis yang penting karena perlu dikelola secara arif dan memberikan manfaat yang optimal bagi daerah. Isu-isu SDA dan LH di Kabupaten Sukamara berkenaan dengan (1) pemberantasan penebangan liar; (2) penanggulan kebakaran hutan dan lahan; (3 restruk-turisasi sektor kehutanan, (4) rehabilitasi dan konvervasi sumberdaya hutan, serta (5) pemanfaatan potensi tambang. Kabupaten Sukamara memiliki lahan kritis dan tidak produktif yang begitu besar, yaitu kurang lebih 169.895,28 ha atau hampir 45 persen dari luas wilayah Sukamara (382.700). Lahan seluas itu seharusnya
perlu
dilakukan
kajian
yang
mendalam
untuk
mengetahui apa penanganan yang sesuai untuk dilakukan. Sementara lahan sawit di tahun 2006 mencapai 33.951,20 ha atau baru mencapai sekitar 9 persen dari luas lahan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kalimantan Tengah yang sampai saat belum disahkan menjadi kendala sendiri bagi rencana pengembangan daerah ke depan berkaitan dengan rencana investasi dan peruntukan lahan. Proporsi luas kondisi hutan adalah untuk cagar alam 37.977 ha, hutan produksi terbatas 20.310 ha, hutan produksi 104.312, hutan transmigrasi 8.524 ha, KPPL 3.35 ha dan KPP 139.475 ha.
92
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN 2008-2013 (REVISI)
Sumberdaya kelautan dan perikanan juga menjadi isu penting, mengingat garis pantai sepanjang 75 km dan potensi perikanan darat
yang
potensial
perlu
menjadi
perhatian
dalam
pembangunan SDA dan LH secara keseluruhan. Pertambangan bijih besi belum bisa tergali secara optimal. Masalah biji besi ini di antaranya menimbulkan persoalan tapal batas antara Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Lamandau, khususnya di Kecamatan Balai Riam dan Kecamatan Permata Kecubung. Perlu dirancang ke depan agar kedua daerah melakukan pengelolaan bersama-sama untuk menghindari saling klaim dan menyulitkan proses investasi.
93