BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Statistik Frekuensi Statistik frekuensi digunakan untuk menyajikan distribusi data kedalam
beberapa kategori, sehingga dapat dilihat banyak nya elemen yang termasuk kedalam suatu kategori tertentu. Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Jenis Kelamin Laki - Laki Perempuan Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma S1/S2/S3 Usia s/d 17 17 - 35 Tahun 36 - 50 Tahun > 50 Tahun Sumber : Lampiran SPSS
Frekuensi
Persentase
37 38
49,3% 50,7%
0 0 20 14 41
0% 0% 26,7% 18,7% 54,7%
0 31 39 5
0% 41,3% 52% 6,7%
Dari tabel karakteristik responden diketahui bahwa jenis kelamin laki - laki dan perempuan memiliki jumlah yang hampir sama banyak. Dengan jumlah responden laki - laki sebanyak 37 orang dan perempuan 38 orang. Kemudian mayoritas tingkat pendidikan responden adalah berada pada tingkat pendidikan S1/S2/S3 sebanyak 41 responden. Untuk usia Wajib Pajak, mayoritas responden pada usia 36 - 50 tahun sebanyak 39 responden.
71
4.2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian
4.2.1 Hasil Uji Validitas a.
Persepsi Terhadap Sanksi Variabel persepsi terhadap sanksi yang terdiri dari dua pertanyaan dinyatakan
valid karena Corrected Item-Total correlation dari dua pertanyaan lebih dari 0,3 yaitu 0,733. (tabel 4.2) Tabel 4.2 Uji Validitas Persepsi Terhadap Sanksi R - Hitung (Corrected Pernyataan Item-Total R - teori correlation) Sanksi Administrasi Rp. 100.000 yang telat melaporkan SPT sudah 0,733 0,3 memberatkan. Sanksi Administrasi bunga 2% yang telat 0,733 membayar pajak sudah memberatkan. 0,3 Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
b.
Keputusan
Valid
Valid
Persepsi Terhadap Manfaat Pajak Variabel terhadap manfaat pajak yang terdiri dari lima pertanyaan dinyatakan
valid karena corrected item-total correlation dari lima pertanyaan lebih dari 0,3. (tabel 4.3) Tabel 4.3 Uji Validitas Persepsi Terhadap Manfaat Pajak R - Hitung Pernyataan (Corrected ItemR - teori Total correlation) Kondisi jalan yang dilewati dalam kondisi 0,592 0,3 yang baik. Sarana dan prasarana transportasi Umum sudah baik. 0,3 0,600 Mendapatkan pelayanan yang baik saat berada dirumah sakit pemerintah. Aparat Kepolisian sudah memberiakn rasa aman. Sarana dan prasarana di Perguruan Tinggi Negeri sudah baik.
0,670
0,677
0,490
Keputusan
Valid
Valid
0,3 Valid 0,3 Valid 0,3 Valid
Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
72
4.2.2 Uji Reliabilitas Setelah dinyatakan valid maka uji selanjutnya adalah uji reabilitas. Hasil uji reabilitas untuk variabel persepsi terhadap sanksi, dan persepsi terhadap manfaat pajak menunjukan cronbach’s coefficient alpha lebih dari 0,6 yang merupakan batas minimum. Hal ini menandakan bahwa pertanyaan – pertanyaan reliabel dalam mewakili persepsi terhadap sanksi dan persepsi terhadap manfaat pajak. (tabel 4.4)
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Dimensi / Variabel
Items
Cronbach’s Coefficient Alpha
Keputusan
Persepsi terhadap sanksi.
2
0,846
Reliabel
Persepsi terhadap manfaat pajak.
5
0,806
Reliabel
Sumber : Data Primer telah diolah kembali
4.3
Hasil dan Pembahasan Pengujian Hipotesis
4.3.1 Deskriptif Data
Tabel 4.5 Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak Patuh Tidak Patuh Total Frekuensi 45 30 75 % terhadap total 60% 40% 100% Sumber : Data Primer telah diolah kembali
Berdasarkan data yang didapat dari 75 responden, diketahui bahwa 60% sudah patuh dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Massa, Surat Pemberitahuan Tahunan, dan penyetoran pajak sedangkan sisanya tidak patuh. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepatuhan pajak formal di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Rebo tinggi. Sebagian besar Wajib Pajak melaporkan pajaknya tepat pada waktunya sebelum tanggal 20 setiap bulannya.
73
Tabel 4.6 Waktu Penghitungan dan Pengisian SPT Waktu S/d 1 jam 1 - 2 jam 2 - 3 jam Lebih dari 3 Jam Frekuensi 55 13 5 2 Sumber : Data Primer telah diolah kembali
Dari tabel diatas mengenai waktu yang dibutuhkan untuk menghitung pajak dan mengisi Surat Pemberitahuan menunjukan bahwa mayoritas responden menjawab kurang atau s/d 1 jam yaitu sebanyak 55 orang. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa waktu yang digunakan Wajib Pajak dalam menghitung pajak sudah dialami cepat dikarenakan sebagian responden sudah terbiasa dalam mengisi Surat Pemberitahuan sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama.
Tabel 4.7 Waktu untuk Penyetoran Pajak Waktu S/d 1 jam 1 - 2 jam 2 - 3 jam Frekuensi 58 15 1 Sumber : Data Primer telah diolah kembali
Lebih dari 3 Jam 1
Untuk responden mengenai tanggapan waktu yang dibutuhkan untuk menyetor pajak , mayoritas responden menjawab kurang atau s/d 1 jam sebanyak 58 orang. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa jarak tempuh dari tempat asal ke tujuan kantor pajak tidak terlalu jauh sehingga merupakan wilayah yang mudah dijangkau oleh Wajib Pajak dalam melaporkan kewajiban pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak setiap bulan.
Waktu
Tabel 4.8 Waktu untuk Pelaporan Pajak s/d 30 30 - 45 45 – 60 >60 menit menit menit menit 50 3 9 13
Jumlah Responden Sumber : Data primer telah diolah kembali
Sebagian besar responden menggunakan waktu sampai dengan 30 menit untuk melaporkan pajaknya. Beberapa Wajib Pajak menghabiskan waktu yang cukup lama untuk penyetoran pajak dikarenakan jarak rumah/kantor dan Kantor Pelayanan
74
Pajak yang jauh atau dapat disebabkan karena banyaknya Wajib Pajak yang melaporkan pajaknya menjelang Tanggal 20 sehingga Wajib Pajak harus mengantri lama untuk melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).
Tabel 4.9 Biaya untuk Penyetoran Pajak s/d Rp10.000 - Rp20.000 Rp20.000 Rp30.000 atau lebih Rp10.000 Rp30.000 Frekuensi 44 18 10 3 Sumber : Data Primer telah diolah kembali Biaya
Biaya perjalanan yang dikeluarkan Wajib Pajak untuk menyetorkan pajaknya ke bank devisa atau kantor pos berkisar kurang atau sampai dengan Rp10.000 sebanyak 44 orang. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai jarak tempuh ke tempat penyetoran tidak terlalu jauh atau masih dalam wilayah yang terjangkau oleh Wajib Pajak.
Tabel 4.10 Biaya untuk Pelaporan Pajak ke KPP
Biaya
s/d Rp10.000 Rp10.000 Rp20.000 Frekuensi 45 16 Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Rp20.000 Rp30.000 9
Rp30.000 atau lebih 5
Biaya perjalanan menuju Kantor Pajak Pratama Pratama Jakarta Pasar Rebo untuk melaporkan pajaknya, mayoritas responden menjawab kurang atau sampai dengan Rp10.000 sebanyak 45 orang. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa sebagian besar Wajib Pajak menggunakan motor menuju Kantor Pelayanan Pajak sehingga biaya yang dikeluarkan hanya sedikit.
75
Tabel 4.11 Persepsi terhadap Sanksi Pernyataan Mean Sanksi Administrasi Rp. 100.000 yang telat 2,8667 melaporkan SPT sudah memberatkan. Sanksi Administrasi bunga 2% yang telat 2,9333 membayar pajak sudah memberatkan. Semakin berat sanksi, anda akan semakin 3,0267 patuh membayar pajak. Motivasi anda patuh terhadap pajak karena 2,4267 adanya sanksi. Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Dari hasil statistik deskriptif, dapat diketahui bahwa nilai rata - rata responden terhadap persepsi mengenai sanksi berada pada nilai 2,8667 dan 2,9333. Hal ini menandakan bahwa denda administrasi Rp100.000 dan bunga 2% sudah memberatkan. hal tersebut dapat dimaknai bahwa besaran sanksi tersebut dirasakan sudah cukup memberatkan untuk pengenaan sanksi bagi Wajib Pajak yang telat membayar pajaknya. Sedangkan untuk pertanyaan 22 dan 23 mengenai kesadaran pajak memiliki nilai rata - rata 3,0267 dan 2,4267 menandakan bahwa sebagian Wajib Pajak mengerti dan mematuhi peraturan dikarenakan ada kesadaran dari diri Wajib Pajak untuk mematuhi peraturan bukan mutlak karena adanya sanksi.
Tabel 4.12 Persepsi terhadap Manfaat Pajak Pernyataan Mean Kondisi jalan yang dilewati dalam 2,6000 kondisi yang baik. Sarana dan prasarana transportasi 2,3467 umum sudah baik. Mendapatkan pelayanan yang baik 2,6533 saat berada dirumah sakit pemerintah. Aparat Kepolisian sudah 2,4933 memberiakn rasa aman. Saran dan prasarana di Perguruan 2,8533 Tinggi Negeri sudah baik. Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Dari hasil statistik deskriptif, dapat diketahui bahwa nilai rata - rata responden terhadap persepsi mengenai manfaat yang diterima dari membayar pajak 76
berada pada nilai 2,3467 sampai dengan 2,8533 yang menunjukkan ketidaksetujuan manfaat yang sudah diterima dan dirasakan atas kewajiban pajaknya oleh Wajib Pajak. Hal tersebut dapat dimaknai, pada pernyataan sarana dan prasarana transportasi umum memiliki nilai yang paling rendah sebesar 2,3467 namun dalam pernyataan lain sarana dan prasarana di perguruan tinggi menunjukan nilai tertinggi yaitu 2,8533 yang berarti masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Hal ini menandakan bahwa pemerintah belum optimal dalam menyediakan pelayanan publik dan dalam pembangunan infrasruktur.
4.3.2 Uji Multikolinearitas Tabel 4.13 Pengujian Multikolinearitas Coefficients
Model 1
Biaya Kepatuhan Persepsi Terhadap Sanksi Persepsi Terhadap Manfaat Pajak
a
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,983 1,018 ,984
1,016
,972
1,029
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Berdasarkan tabel uji multikolinearitas diatas, diketahui bahwa seluruh variabel independen mempunyai nilai VIF kurang dari 10. Sehingga H0 diterima, yang berarti seluruh variabel independen yang digunakan pada model persamaan regresi tidak ada multikolinearitas (tidak ada hubungan yang sangat kuat antar variabel independen).
4.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) Model summary (koefisien determinasi) dalam regresi logistic sama dengan pengujian R2 pada persamaan regresi linear. R2 menunjukkan estimasi variasi dari variabel independen terhadap variabel dependen. 77
Tabel 4.14 Koefisien Determinasi Penelitian Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 78,993a
Cox & Snell R Square ,254
Nagelkerke R Square ,343
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Koefisien determinasi yang dilihat dari nilai Nagelkerke R2 adalah 0,343. Artinya kombinasi variabel independen yaitu Biaya Kepatuhan, Persepsi Terhadap Sanksi, dan Persepsi Terhadap Manfaat mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen yaitu Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 34,3% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh faktor - faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.
4.3.4 Uji Keseluruhan Model (Uji G) Tabel 4.15 Pengujian Simultan Financial Distress Indikator NIM Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step Block Model
Chi-square 21,959 21,959 21,959
df 3 3 3
Sig. ,000 ,000 ,000
Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Hasil Omnibus Tests of Model Coefficients (uji keseluruhan model) diketahui nilai chi square = 21,959 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Maka H0 ditolak yang berarti variabel biaya kepatuhan, sanksi terhadap pajak, dan manfaat terhadap pajak secara bersama - sama mempengaruhi kepatuhan pajak formal.
78
4.3.5 Parsial (Uji Wald) Ln (P/(1-p) = -4,788 + 0,753JK - 0,241BK - 0,083PTS + 0,508PTM Tabel 4.16 Uji Parsial (Uji Wald) Wald Sig. 1,579 0,209 3,585 0,058
B Jenis Kelamin 0,753 Biaya -0,241 Kepatuhan Persepsi -0,083 0,092 terhadap sanksi Persepsi 0,508 12,096 terhadap Manfaat Pajak Konstanta -4,788 2,546 Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Exp 2,123 0,786
0,762
0,921
0,001
1,662
0.111
0,008
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa variabel bebas yaitu jenis kelamin, biaya kepatuhan, dan persepsi terhadap sanksi tidak ada pengaruh signifikan terhadap kemungkinan Wajib Pajak untuk patuh. Hal ini dikarenakan sampel Wajib Pajak yang tidak patuh tidak sebanding dengan Wajib Pajak yang patuh. Dari keseluruhan responden sebanyak 75, hanya 30 orang yang tidak patuh sehingga sulit untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. a.
Jenis Kelamin Tabel 4.17 Crosstabulation jenis kelamin terhadap kepatuhan pajak Jenis kelamin Tidak patuh Patuh total Laki - Laki 17 20 37 22,7% 26,7% 49,3% Perempuan 13 25 38 17,3% 33,3% 50,7% Total 30 45 75 6.5% 60,0% 100.0% Sumber : Data diolah SPSS (Lihat Lampiran)
Koefisien regresi JK = 0,753 dan p –value X1 =0,209 maka H0 diterima. Artinya, jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak formal yang menunjukkan makna bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepatuhan jenis kelamin pria dengan wanita. Hasil ini bertentangan dengan hipotesis pertama bahwa
79
wanita memiliki kepatuhan pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hasil yang tidak signifikan dikarenakan responden yang tidak patuh hanya sedikit sehingga sulit untuk menerima hipotesis bahwa wanita lebih patuh dibandingkan dengan pria, walaupun responden pria yang patuh lebih kecil dibandingkan responden wanita yang patuh. Didalam penelitian Permana (2007:89) juga tidak menghasilkan hubungan signifikan antara jenis kelamin dan kepatuhan pajak.
b.
Biaya Kepatuhan Koefisien regresi BK= - 0,241 dan EXP = - 0,786 dengan dan p-value =
0,058 < 0,10. Dari hasil regresi ini diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan antara biaya kepatuhan terhadap kepatuhan pajak formal. Hasil ini sejalan dengan hipotesis kedua yang dibuat penulis bahwa tingkat kepatuhan pajak formal lebih tinggi apabila biaya kepatuhan rendah. Hal ini dikarenakan Wajib Pajak yang tidak patuh mengeluarkan biaya kepatuhan sangat kecil karena hampir setiap bulannya membuat SPT sehingga mereka sudah terbiasa. Selain itu juga mereka tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk transportasi. Waktu yang mereka butuhkan untuk melaporkan SPT juga tidak lama. Hal ini dikarenakan pelaporan setelah Tanggal 20 tidak perlu mengantre lama seperti sebelum Tanggal 20. Didalam penelitian Prastyo (2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara biaya kepatuhan dan kepatuhan pajak formal dan pengaruhnya bersifat negatif. Artinya, jika biaya kepatuhan pajak semakin tinggi, maka kepatuhan pajak semakin rendah.
80
c.
Persepsi Terhadap Sanksi Koefisien regresi PTS = -0,083 dan EXP = 0,921 dan p-value = 0,762, maka
H0 diterima. Artinya tidak ada pengaruh signifikan antara persepsi terhadap sanksi dan kepatuhan Wajib Pajak formal. Hasil ini bertentangan dengan hipotesis ketiga yang dibuat penulis bahwa kepatuhan pajak lebih tinggi apabila persepsi terhadap sanksi yang diberikan berat. Sebagian besar Wajib Pajak yang patuh merasa bahwa sanksi yang diberikan kurang berat dan sangat kurang berat karena mereka merasa bahwa sanksi memang seharusnya diberikan untuk Wajib Pajak yang tidak patuh. Sanksi merupakan konsekuensi dari pelanggaran peraturan. Jadi sudah seharusnya sanksi diberikan untuk Wajib Pajak tidak patuh. Verboon & Van Dijke (2010) menyatakan bahwa sanksi akan berpengaruh terhadap kepatuhan pajak apabila sanksi ditegakan secara adil. Di Indonesia sendiri sanksi tidak diberikan kepada semua Wajib Pajak yang melanggar tetapi diprioritaskan bagi Wajib Pajak yang dikenakan sanksi dalam jumlah besar karena keterbatasan sumber daya yang ada seperti petugas pemeriksa yang ada di Kantor Pajak Pratama. Walaupun sebagian besar Wajib Pajak mempunyai persepsi bahwa sanksi yang ada sudah memberatkan tetapi jika dalam penerapannya sanksi tidak diterapkan dengan adil maka sanksi sulit untuk meningkatkan kepatuhan. Ditambah lagi banyak kasus pelanggaran pajak yang dilakukan di Indonesia dan pelakunya tidak diberi hukuman yang setimpal.
d.
Manfaat Pajak Koefisien regresi PTM 0,508 dan p-value = 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak.
Artinya tidak ada pengaruh signifikan antara persepsi manfaat pajak terhadap kepatuhan pajak formal. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hipotesis yang
81
dibuat penulis bahwa kepatuhan pajak formal akan lebih tinggi apabila persepsi terhadap manfaat pajak sudah baik. Hal ini dikarenakan Wajib Pajak yang patuh maupun tidak patuh menganggap fasilitas pelayanan publik dan infrastruktur yang dibiayai oleh pajak belum baik terutama untuk sarana dan prasarana kendaraan umum yang dinilai buruk oleh sebagian besar Wajib Pajak. Dalam penelitian Fjeldstad & Semboja (2001) juga tidak menghasilkan hubungan positif antara penyediaan public service dan kepatuhan pajak karena penyediaan public service di Tanzania buruk.
82