BAB 3 SOLUSI ISU BISNIS Dengan melihat permasalahan yang terjadi pada SJV, maka perlu adanya cara untuk menganalisis UKM yang layak untuk dijadikan PPU dengan menggunakan konsep pendanaan penyertaan saham yang sesuai dengan konsisi internal dari SJV. 3.1. Alternatif Solusi Bisnis Beberapa alternatif solusi dapat dilakukan untuk pemecahan masalah yang terjadi diantaranya: 1. Pihak SJV mencari PPU yang memenuhi kriteria untuk penyertaan saham. 2. Pihak SJV melakukan pendampingan manajemen untuk PPU yang memenuhi kriteria awal. 3. Melakukan perubahan struktur modal internal SJV agar memenuhi kebutuhan untuk melakukan pendanaan dengan konsep penyertaan saham. 4. Pihak SJV melakukan penunjukan kepada pihak lain untuk melakukan pemilihan PPU serta melakukan pendampingan yang dibutuhkan. Dari keempat alternatif solusi bisnis yang telah disebutkan tersebut, solusi pertama dan ke‐dua untuk melakukan pencarian PPU dan melakukan pembinaan terhadap PPU tersebut, memerlukan tambahan sumber daya manusia pada struktur organisasi SJV. Mengingat kurangnya sumber daya manusia yang ada pada SJV dan hal ini menimbulkan biaya baru, solusi ini kurang tepat untuk dilaksanakan.
29 | P a g e
Untuk solusi ke‐tiga, yaitu melakukan perubahan struktur modal dengan cara mencari sumber modal baru yang sesuai untuk SJV dalam menjalankan investasi berupa penyertaan saham. Hal ini sangat terkait dengan pinjaman SJV dari Bank Jexim yang hingga saat ini masih mempunyai sisa sebesar Rp 15 Milyar, sehingga solusi ini cocok untuk solusi jangka panjang dan dapat dijalankan setelah pinjaman pada Bank Jexim berakhir. Solusi yang paling cocok untuk diterapkan adalah solusi ke‐empat yaitu melakukan penunjukan terhadap pihak lain untuk melakukan pencarian dan pembinaan PPU dengan standar rating yang telah ditentukan. Dengan memberikan pembagian hasil dengan pihak ketiga dari pengembalian yang dilakukan oleh PPU terhadap SJV, SJV akan mengurangi resiko hilangnya biaya yang dikeluarkan untuk pihak ketiga dan mengurangi resiko penambahan sumber daya manusia dalam struktur organisasi SJV. Selain itu, dengan adanya perjanjian dengan pihak ketiga ini diharapkan akan mengurangi biaya operasional yang ditanggung oleh SJV. Dengan demikian, untuk mengatasi permasalahan yang ada tersebut, sebaiknya diterapkan solusi ke‐empat yaitu, melakukan penunjukan kepada pihak ketiga untuk melakukan pencarian dan penilaian PPU, serta melakukan pembinaan terhadap PPU yang terpilih tersebut agar tercapai hasil yang diinginkan.
30 | P a g e
Tabel 3.1. Kelebihan dan Kekurangan dari Solusi‐Solusi Alternatif Solusi I
II
III
IV
Kelebihan
Kekurangan
Pihak SJV mencari PPU yang memenuhi Kriteria untuk
Dapat melakukan pencarian secara
Perlu tambahan sumber daya
penyertaan saham
langsung
manusia dan biaya operasional
Pihak SJV melakukan pendampingan manajemen untuk
Dapat memantau secara langsung PPU Perlu tambahan sumber daya
PPU yang memenuhi kriteria awal
yang diinvestasikan
manusia dan biaya operasional
Melakukan perubahan struktur modal internal SJV agar
Dapat mengurangi cost of capital dari
Pencarian dana sulit untuk
memenuhi kebutuhan untuk melakukan pendanaan
SJV dan lebih fleksibel dalam mencari
dilakukan dan saat ini sudah terikat
dengan konsep penyertaan saham
PPU
kontrak dengan pihak lain
Pihak SJV melakukan penunjukan kepada pihak lain untuk
Tidak perlu tambahan sumber daya
Pemilihan dan pendampingan
melakukan pemilihan PPU serta melakukan pendampingan manusia dan dapat mengurangi biaya
dilakukan oleh pihak ketiga sehingga
yang dibutuhkan
perlu adanya kendali kepada pihak
operasional
ketiga tersebut.
31 | P a g e
3.2. Analisis Solusi Bisnis Untuk menganalisa UKM tersebut akan dibuatkan metode tersendiri, yaitu “Venture Capital Rating” yang dibuat berdasarkan conceptual framework yang dijelaskan sebelumnya. Dengan “Venture capital Rating” ini akan dibuatkan cara untuk menilai peringkat dari PPU.
Gambar 3.1. Skema Penentuan Rating Perusahaan
32 | P a g e
Dasar pemikiran yang akan digunakan dalam “Venture Capital Rating” ini, yang digunakan untuk menentukan peringkat dari UKM adalah terdiri dari lima aspek yaitu, analisis administrasi dan legal, analisis karakter entrepreneur, analisis industri/market, analisis manajemen, dan analisis laporan keuangan. Kelima aspek tersebut diberi bobot sesuai dengan proporsi dan tingkat kepentingannya. Berdasarkan hasil diskusi dengan Bapak Dharmo Widhagdo, selaku Manajer Legal, Keuangan & SDM, aspek indusri dan keuangan merupakan faktor yang paling penting sehingga diberi bobot 25%, sedangkan untuk karakter entrepreneur serta administrasi dan legal diberi bobot 20%, untuk aspek manajemen diberi bobot 10% karena untuk aspek ini dirasa dapat dilakukan perbaikan. Kriteria‐kriteria yang terdapat didalam setiap analisis juga diberi bobot sesuai dengan proporsinya dalam pengembangan suatu usaha. Semakin kriteria tersebut menjadi faktor penunjang dalam pengembangan suatu usaha, maka bobot yang diberikan untuk kriteria tersebut akan semakin besar sehingga pada akhir pemeringkatan akan didapatkan rating yang semakin tinggi. Untuk mendapatkan nilai dari rating tersebut, setiap analisis diberi nilai antara dua sampai tiga poin sesuai dengan kelengkapan kriteria‐kriteria dari perusahaan yang dianalisis. Semakin lengkap kelengkapan kriteria‐ kriteria dari perusahaan tersebut, maka akan semakin tinggi poin yang diberikan untuk kiteria‐kriteria tersebut. Detail alternatif kombinasi dapat dilihat pada Lampiran 3B. Detail Alternatif Kombinasi.
33 | P a g e
Gambar 3.2. Flow Chart Metode “Venture Capital Rating”
34 | P a g e
Untuk menganalisis administrasi dan legalitas dari perusahaan, hal‐hal yang harus diperhatikan diantaranya mengenai legalitas dari usaha yang dijalankan, ijin untuk melakukan usaha, dan kelengkapan administrasi lainnya untuk mendukung semua aktivitas usaha. Selain itu, terdapat hal utama yang menjadi syarat berdasarkan kebijakan dari SJV seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Sehingga untuk perusahaan berbadan hukum berupa Perseroan Terbatas memungkinkan untuk mendapatkan pendanaan dengan konsep apapun. Namun, untuk perusahan yang tidak berbadan hukum berupa Perseroan Terbatas, konsep pendanaan yang dapat dilakukan hanyalah berupa pola bagi hasil dan pinjaman.
Gambar 3.3. Pembobotan untuk Analisis Adm. & Legal
Berdasarkan product life cycle terdapat empat fase siklus perusahaan yaitu introduction, growth, mature, dan decline. Dari empat fase tersebut, fase growth merupakan fase yang paling baik untuk melakukan pendanaan, karena pada fase ini perusahaan sedangan berkembang sehingga untuk pendaaan dengan menggunakan konsep penyertaan saham, capital gain yang didapat dengan penjualan saham pada kemudian hari akan sangat besar. Sedangkan untuk fase introduction, belum dapat terlihat kemampuan perkembangan dari perusahan, sehingga masih menjadi 35 | P a g e
pertanyaan apakah perusahaan tersebut dapat berkembang atau tidak. Untuk fase ini pendanaan yang paling cocok adalah berupa obligasi konversi agar lebih fleksibel dalam menentukan keputusan untuk perubahan menjadi konsep penyertaan saham pada kemudian hari. Sedangkan untuk fase mature, konsep pola bagi hasil cocok diterapkan pada fase ini karena perusahan berada pada market share yang maksimum sehingga akan didapatkan pengembalian dana yang cepat dengan menggunakan pola bagi hasil. Untuk fase terakhir, yaitu fase decline, pendanaan berupa pinjaman merupakan pendanaan yang paling aman dibandingkan ketiga konsep lainya.
Gambar 3.4. Pembobotan Untuk Analisis Industri/Market
Pada awal berdirinya perusahaan, entrepreneur sebagai pendiri perusahaan menjadi salah satu faktor penentu tumbuh dan berkembangnya perusahaan, sehingga semakin baik karakter entrepreneur‐ nya diharapkan semakin baik juga perkembangan perusahaan. Entrepreneur dengan karakter yang baik mampu untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar, investasi berupa saham yang ditanamkan
36 | P a g e
pada saat ini dalam perusahaan tersebut akan memberikan pengembalian yang besar pada saat divestasi saham tersebut. Begitu pula sebaliknya, dengan karakter yang buruk, entrepreneur tersebut tidak mampu untuk mengembangkan perusahaannya sehingga pendanaan akan lebih baik dengan pola bagi hasil ataupun hanya berupa pinjaman.
Gambar 3.5. Pembobotan untuk Analisis Karekter Entrepreneur
Seperti pada umumnya, untuk mengetahui kelayakan dari suatu pendanaan, perlu adanya proyeksi keuangan terutama laba‐rugi usaha untuk mengetahui proyeksi pengembalian dari dana yang diinvestasikan. Selain itu, untuk konsep pendanaan berupa penyertaan saham dan obligasi konversi, perlu dilakukan valuasi proyeksi nilai dari perusahaan pada masa yang akan datang. Hal ini diperlukan untuk mengetahui besaran total dari pengembalian untuk dana‐dana yang diinvestasikan dalam bentuk konsep penyertaan saham dan obligasi konversi.
37 | P a g e
Gambar 3.6. Pembobotan Untuk Analisis Laporan Keuangan
Untuk konsep pendanaan berupa penyertaan saham, pengembalian dari investasi diperoleh dari pembagian dividend dan capital gain dari penjualan saham pada saat keluar dari perusahaan. Maka dari itu, hal‐hal yang paling diperhatikan secara keuangan yaitu, ROE, nilai perusahaan pada saat pendanaan dan nilai perusahaan pada saat keluar dari pendanaan. Untuk konsep pendanaan berupa obligasi konversi, pengembalian investasi diperoleh dari pengembalian berupa coupon dan pengembalian principal pada akhir investasi jika opsi konversi tidak dipergunakan sampai dengan obligasi tersebut berakhir. Untuk investasi ini, hal yang paling diperhatikan secara keuangan yaitu, bunga dari coupon tersebut dan kemampuan perusahaan untuk membayar coupon tersebut. Pengembalian investasi dari konsep pendanaan pola bagi hasil berupa profit sharing berdasarkan laba bersih yang diperoleh dari operasional perusahaan dengan pembagian sesuai perjanjian yang ditetapkan. Untuk 38 | P a g e
konsep pendanaan ini perlu diperhatikan mengenai laba bersih dari perusahaan dan kemampuan manajemen untuk mengelola perusahaan sehingga mampu menghasilkan laba. Sedangkan pengembalian investasi berupa konsep pinjaman diperoleh dari cicilan dengan bunga menurun sesuai dengan outstanding pinjaman yang diinvestasikan pada perusahaan. Kemampuan dari perusahaan untuk melakukan pengembalian berupa cicilan beserta bunganya menjadi hal yang penting. Analisis terakhir adalah analisis manajemen perusahaan, analisis ini digunakan untuk mengetahui performa dari perusahaan yang dapat mendukung pertumbuhan dari perusahaan.
Gambar 3.7. Pembobotan Untuk Analisis Manajemen
Penjelasan rating yang didapat dari hasil mengenai venture capital rating tersebut adalah seperti pada Tabel 3.1. Struktur Rating untuk “Venture Capital Rating” berikut ini.
39 | P a g e
Tabel 3.2. Struktur Rating untuk “Venture Capital Rating” Rating
Keterangan
AA
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan
(1.57 – 1.67) A (1.34 – < 1.57)
penyertaan saham dengan kualitas manajemen yang sangat baik. Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan penyertaan saham dengan kualitas manajemen yang baik.
AB
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan
(0.91 – < 1.34)
penyertaan saham dengan kualitas manajemen yang kurang baik sehingga memerlukan pendampingan manjemen atau yang memenuhi kriteria untuk pendanaan obligasi konversi dengan kualital manajemen yang sangat baik.
B (0.79 – < 0.91)
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan obligasi konversi dengan kualitas manajemen yang baik.
BC
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan
(0.67 – < 0.79)
obligasi konversi dengan kualitas manajemen kurang baik sehingga memerlukan pendampingan manajemen atau yang memenuhi kriteria untuk pendanaan pola bagi hasil dengan kualitas manajemen yang sangat baik.
C (0.60 – < 0.675)
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan pola bagi hasil dengan kualitas manajemen yang baik.
CD
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan pola
(0.55 – < 0.60)
bagi hasil dengan kualitas manajemen kurang baik sehingga memerlukan pendampingan manajemen atau yang memenuhi kriteria untuk pendanaan berupa pinjaman dengan kualitas manajemen sangat baik
D (0.51 – < 0.55)
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan berupa pinjaman dengan kualitas manajemen yang baik.
DE
Perusahaan Pasangan Usaha yang memenuhi kriteria untuk pendanaan
(0.42 – < 0.51)
berupa pinjaman dengan kualitas manajemen kurang baik sehingga memerlukan pendampingan manajemen.
E (0.28 – < 0.42)
40 | P a g e
Perusahaan Pasangan Usaha tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pendanaan.
Untuk melakukan analisis keuangan perlu dilihat terlebih dahulu mengenai sumber pendanaan dari SJV yang menjadi batasan yang harus dipenuhi SJV dalam melakukan pendanaan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sumber dana dari SJV terdiri dari tiga komponen yaitu modal sendiri, dana pinjaman dan dana kelolaan. Dengan melihat besaran dari komposisi ketiga komponen tersebut dana pinjaman merupakan hal yang paling mempengaruhi tingkat pengembalian yang diharapkan oleh SJV. Dengan adanya pinjaman pada Bank Jexim sebesar Rp 40 Milyar pada awal pinjaman yang pada Agustus 2007 mempunyai outsanding sebesar Rp 15 Milyar dengan bunga efektif pinjaman sebesar 8.5%, SJV mempunyai kewajiban untuk melakukan pengembalian cicilan beserta bunganya pada Bank Jexim yang dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus (Dharmo Widhagdo, Manajer Legal, Keuangan & SDM, Wawancara Pribadi, 22/04/2008). Melihat dari besaran bunga yang dibayarkan pada periode agustus 2007 dan dari data‐data lainnya, diperkirakan bahwa kewajiban cicilan beserta bunganya yang harus dikembalikan oleh SJV kepada Bank Jexim sebesar ± Rp 2.825 Milyar untuk setiap periodenya (setiap enam bulan) dan pinjaman tersebut diperkirakan akan berakhir pada periode Februari 2011. Hal ini mengakibatkan setiap investasi yang dilakukan oleh SJV dalam bentuk apapun harus menghasilkan pengembalian sebesar minimum ± 8% untuk setiap enam bulan atau sebesar ± 16% untuk setiap tahunnya dan hal ini merupakan keharusan.
41 | P a g e
Tabel 3.3. Perkiraan Cicilan PT. Sarana Jabar Ventura pada Bank Jexim
Source: Analisis dari penulis
42 | P a g e
Dengan demikian, untuk investasi berupa penyertaan saham harus mempunyai ROE (Return on Equity) minimum sebesar 32% dengan asumsi DPR (Dividend Payout Ratio) sebesar 50%. Untuk investasi berupa obligasi konversi harus mempunyai coupon rate minimum sebesar 16% per tahun. Untuk investasi berupa pola bagi hasil harus mempunyai ROE (Return on Equity) minimum sebesar 16% per tahun. Sedangakan untuk investasi berupa pinjamam, cicilan yang harus dikembalikan dari investasi adalah minimum sebesar 1.4% per bulan dengan bunga minimum 11% per tahun. Hal ini merupakan besaran minimum dari pengembalian investasi, karena besaran ini belum memasukan biaya operasional yang harus ditanggung oleh SJV. Berdasarkan laporan keuangan pada Agustus 2007, biaya operasional SJV secara umum terbagi dua yaitu Rp 1,114,036,629.06 untuk biaya administrasi dan umum, dan Rp 943,762,108.16 untuk biaya bunga Bank Jexim, dengan pendapatan sebesar Rp 2,081,444,755. Hal ini terlihat bahwa untuk setiap satu rupiah pendapatan investasi memerlukan biaya administrasi dan umum sebesar 53.52% dan biaya bunga sebesar 45.34%. Dengan demikian setiap batasan minimum dari masing‐masing investasi harus ditambahkan sebesar 53.52%. Untuk besaran return dari investasi akan sangat bergantung dari jenis industri yang diinvestasikan. Namun, besaran ini akan mengacu pada prinsip awal investasi yaitu, semakin besar resiko yang mungkin diterima, makan return yang diharapkan dari investasi tersebut akan semakin tinggi.
43 | P a g e
Berdasarkan hal‐hal diatas maka didapatkan batasan minimum untuk analisis keuangan seperti pada tabel berikut ini. Tabel 3.4. Batasan Minimum Analisis Keuangan Tipe Investasi
Penyertaan
Obligasi
Pola Bagi hasil
Pinjamam
Saham
Konversi
49.13%
24.56%
24.26%
16.89%
2.15%
ROE (per tahun) Coupon rate (per tahun) Bunga Pinjaman (per tahun) Cicilan (per bulan)
Source: Analisis dari penulis 44 | P a g e