BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Gambaran Umum Objek Penelitian ini akan dilakukan di jalan-jalan berjalur satu yang berada di sekitar Kampus Anggrek dan Syahdan BINUS University. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, jalan-jalan di sekitar Kampus Anggrek dan Kampus Syahdan BINUS University mayoritas adalah jalan berjalur satu, yaitu jalan yang hanya dapat dilalui oleh satu mobil untuk satu arah. Pada jam-jam sibuk (rush hour), jalan-jalan yang dimaksud tersebut selalu mengalami kemacetan yang parah yang disebabkan tingginya intensitas kendaraan beroda empat (mobil) dan juga sepeda motor yang cenderung berpindah jalur seenaknya tanpa mengetahui bahwa semakin banyak perpindahan jalur yang terjadi tingkat kemacetan akan semakin tinggi. Dengan kondisi demikian, jalan-jalan sekitar Kampus Anggrek dan Syahdan BINUS University sangat cocok dan menarik untuk dijadikan objek penelitian untuk kasus penanganan kemacetan. Disamping itu, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan saran untuk mengatasi masalah kemacetan yang terjadi di jalan-jalan ini karena kemacetan yang terjadi sudah mencapai taraf yang sangat mengganggu.
50
Berikut peta jalan-jalan yang dijadikan alternatif penelitian.
Gambar 3.1 Peta Jalan-jalan di Sekitar Kampus BINUS University Sumber : www.binus.ac.id/about/visiting.asp
Karena kompleksitas penelitian, maka penelitian dipersempit di jalan-jalan antara kampus Anggrek dan Syahdan saja, yang digambarkan sebagai berikut:
51
Gambar 3.2 Peta Jalan-jalan yang Dijadikan Objek Penelitian Sumber : www.binus.ac.id/about/visiting.asp
3.2
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Seperti yang telah diketahui kemacetan adalah masalah besar yang harus dihadapi oleh setiap orang di Jakarta, khususnya di sekitar kampus BINUS University. Menilik dari banyaknya jumlah mahasiswa dari BINUS University, kemacetan merupakan suatu hal yang mutlak terjadi setiap harinya, khususnya pada jam-jam ganjil, yaitu jam-jam pergantian kelas. Banyak hal yang menjadi penyebab kemacetan, salah satunya tentu adalah volume kendaraan yang sangat banyak dan bertambah dengan drastis
52
setiap tahunnya yang tidak diikuti dengan perkembangan sarana lalu lintas. Hal ini sulit untuk diatasi, mengingat semakin terbatasnya lahan dan pembatasan produksi atau impor kendaraan akan mempengaruhi banyak sisi. Faktor lain yang menjadi penyebab kemacetan adalah kesadaran dan kedisiplinan, serta etika berkendaraan masyarakat Indonesia yang masih sangat minim, sehingga semakin memperparah kemacetan yang terjadi. Etika berkendara yang dimaksud adalah bagaimana seorang pengendara mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan bagaimana inisiatif seorang pengendara untuk memposisikan kendaraannya atau memberi jalan pada pengendara lain agar arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, kendaraan dengan mobilisasi paling tinggi dalam satu jalur adalah motor. Mobilisasi motor dalam hal pergantian posisi (lane changing behaviour) dalam satu jalur seringkali membuat pengguna jalan yang lain harus memperlambat laju kendaraan mereka, sebelum akhirnya dapat mempercepat kendaraannya kembali ke kecepatan awal. Gerakan memperlambat ini ternyata memberikan efek domino pada laju lalu lintas secara keseluruhan, sehingga fenomena ini menyebabkan semakin parahnya kemacetan. Salah satu solusi yang dapat menghilangkan fenomena tersebut diatas adalah dengan membagi jalan menjadi dua, yaitu jalur motor dan jalur mobil tanpa melakukan pelebaran jalan yang berarti, mengingat tidak adanya lahan di daerah Jakarta, khususnya daerah di sekitar kampus BINUS University. Pembagian jalan ini belum pernah diterapkan sebelumnya di daerah seputar kampus BINUS University, karena itu perlu diadakan penelitian yang
53
dapat memberikan gambaran tentang kondisi jalan apabila sistem non mixed traffic ini diterapkan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas akan diuji nilai tengah dari masing-masing kondisi, dimana nilai tengah yang dimaksud adalah nilai tengah dari waktu tempuhnya. Ada dua hipotesis yang muncul yang akan menjadi bahan pengujian, yaitu: 1.
: Kendaraan yang melalui jalan dengan sistem non mixed traffic dan yang melalui jalan dengan sistem mixed traffic tidak mempunyai perbedaan nilai tengah. :
Atau 2.
0
: Kendaraan yang melalui jalan dengan sistem non mixed traffic mempunyai nilai tengah yang lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan yang melalui jalan dengan sistem mixed traffic mempunyai perbedaan nilai tengah. Atau
3.3
:
0
Studi Literatur Studi literatur merupakan langkah awal yang tepat untuk memulai sebuah proses panjang penelitian yang kemudian akan ditindaklanjuti dangan berbagai proses berikutnya. Setelah informasi yang dibutuhkan telah mencukupi maka proses akan dilanjutkan dengan merancang perangkat lunak yang tepat. Berawal hal ini, maka jembatan antara yang teoritis dan yang praktis telah terwujud.
54
Hasil dari proses ini adalah gambaran umum tentang algoritma dan konsep simulasi yang akan dipergunakan untuk menggambarkan pergerakan lalu lintas secara umum, serta teknik-teknik penghitungan lain yang dibutuhkan agar program simulasi dapat benar-benar menggambarkan kondisi lalu lintas semirip mungkin sehingga dapat diambil keputusan yang tepat yang dapat menyelesaikan masalah kemacetan yang ada. Disamping itu, dari proses studi literatur diketahui juga teknik-tenik untuk mengolah data dan teknik statistik lain yang digunakan untuk pengujian dan mengambil kesimpulan.
3.4
Pengumpulan Data Teknik yang akan digunakan adalah dengan metode observasi atau pengamatan terhadap objek. Data yang diperoleh dari hasil observasi kemudian dianalisis. Data yang akan diambil merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Ada beberapa jenis data yang harus dikumpulkan agar perancangan program simulasi yang mejadi alat dalam penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Untuk membuat model dari komponen-komponen simulasi, maka dikumpulkan data: 1. Rata-rata panjang dan lebar mobil pada umumnya di Jakarta 2. Rata-rata panjang dan lebar motor pada umumnya di Jakarta 3. Lebar jalan yang diteliti
55
Untuk membuat program simulasi sesuai dengan model yang telah dibuat sebelumnya, maka dikumpulkan data: 1. Rata-rata banyaknya mobil pada kondisi rush hour 2. Rata-rata banyaknya motor pada kondisi rush hour 3. Rata-rata banyaknya mobil pada kondisi off hour 4. Rata-rata banyaknya motor pada kondisi off hour 5. Rata-rata banyaknya kendaraan umum pada kondisi rush hour 6. Rata-rata banyaknya kendaraan umum pada kondisi off hour
3.5
Pemodelan Untuk memodelkan kondisi lalu lintas, maka komponen-komponen yang terkait di dalamnya harus direpresentasikan dalam bentuk-bentuk tertentu yang dapat mewakili kondisi yang sebenarnya. Dalam simulasi ini, seluruh komponen sama-sama dimodelkan oleh cell. Yang membedakannya adalah besar dari tiap-tiap komponennya.
3.6
Perancangan Program Simulasi Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul, dan ditemukan algoritma yang sesuai, maka dirancang program untuk menggambarkan pola dari pergerakan lalu lintas yang terjadi. Dari program ini diharapkan akan tergambarkan secara jelas kondisi lalu lintas baik yang kondisinya mixed ataupun nonmixed, sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah pemisahan jalur kendaraan akan mengurangi masalah kemacetan.
56
Pada simulasi ini panjang jalan yang disimulasikan adalah sepanjang 400 m dengan pertimbangan apabila jalan yang disimulasikan terlalu panjang maka waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan simulasi akan semakin panjang. Mengingat program simulasi yang dibuat digunakan sebagai alat bantu penelitian yang harus dijalankan berulang kali.
3.6.1
Bentuk Program Suatu program dapat dibuat dengan dua cara yaitu secara OOP (Object Oriented Programming) atau secara procedural. Object Oriented Programming adalah sebuah paradigma pemrograman yang menggunakan “objek” dan interaksinya untuk mendesain aplikasi dan program komputer (Deitel, p3). Keunggulan yang membuat OOP semakin marak digunakan adalah karena sifatnya yang reusable, sehingga sangat cocok untuk membuat aplikasi atau program yang besar. Untuk aplikasi dengan struktur yang sederhana, OOP akan mempersulit pembuatan program karena programer harus merancang objek satu per satu. Sebaliknya procedural programming atau yang juga dikenal dengan nama imperative programming adalah pemrograman berdasarkan konsep pemangilan procedures atau yang juga dikenal sebagai routines, subroutines, methods, dan functions. Setiap procedure mengandung sederetan langkah perhitungan yang harus dijalankan. Procedures dapat dipanggil kapan saja dalam program, termasuk di dalam procedure itu sendiri. Jika dibandingkan dengan OOP, procedural programming diperuntukkan bagi pembuatan program dengan
57
struktur yang sederhana dengan algoritma yang juga sederhana maupun yang rumit. Perancangan program traffic simulation dalam penelitian ini tergolong program dengan struktur yang cukup sederhana dengan algoritma yang rumit, sehingga penggunaan procedural programming menjadi pilihan yang tepat. Walaupun program traffic simulation ini bersifat procedural tetapi fungsi-fungsi yang ada dapat digunakan kembali dalam objek, jika ada peneliti lain yang ingin memperluas bidang penelitiannya.
58
3.6.2 A.
Rancangan Program Rich Picture
Gambar 3.3 Rich Picture
59
B.
Use Case Diagram
Gambar 3.4 Use Case Diagram
C.
Sequence Diagram
Gambar 3.5 Sequence Diagram Menginput Time
60
Gambar 3.6 Sequence Diagram Menginput Vehicle
Gambar 3.7 Sequence Diagram Menginput Public Transportation
Gambar 3.8 Sequence Diagram Menjalankan Simulasi
61
D.
Flowchart Program Utama
Gambar 3.9 Flowchart Program Utama
62
3.6.3 A.
Menu Struktur Menu
Main Menu
Input Time
Input Vehicle
Input Public Transportation
Rush Hour
Car
With
Off Hour
Motorcycle
Without
Run Simulation
Gambar 3.10 Struktur Menu
Exit
63
B.
Flowchart Menu
Gambar 3.11 Flowchart Menu
64
3.6.4 A.
Rancangan Layar Rancangan Layar Menu Utama
Gambar 3.12 Menu Utama
B.
Rancangan Layar Simulasi
Gambar 3.13 Layar Simulasi
65
3.7
Implementasi dan Analisis Data Data yang telah didapatkan dari proses pengumpulan data diolah dan digenerate pada program simulasi. Dengan demikian simulasi berjalan sesuai dengan kondisi sebenarnya dijalan. Untuk mengetahui, apakah non mixed traffic merupakan salah solusi yang baik untuk mengurangi masalah kemacetan maka diadakan percobaan dengan menggunakan program simulasi yang telah ada. Program simulasi akan dijalankan sebanyak masing-masing 50 kali untuk beberapa kondisi berikut. 1. Pada jalan yang tidak dilewati kendaraan umum (jumlah kendaraan umum yang lewat sangat kecil atau di bawah 5 kendaraan dalam 15 menit) a. Simulasi mobil dalam kondisi rush hour; b. Simulasi mobil dalam kondisi off hour; c. Simulasi motor dalam kondisi rush hour; d. Simulasi motor dalam kondisi off hour. 2. Pada jalan yang dilewati kendaraan umum (jumlah kendaraan umum yang lewat terbilang banak atau di atas 5 kendaraan dalam 15 menit) a. Simulasi mobil dalam kondisi rush hour; b. Simulasi mobil dalam kondisi off hour; c. Simulasi motor dalam kondisi rush hour; d. Simulasi motor dalam kondisi off hour.
66
Dengan demikian, ada 400 kali percobaan yang akan dilakukan dengan menggunakan program traffic simulation untuk mengetahui apakah pemisahan jalur kendaraan merupakan salah satu solusi yang dapat mencairkan kemacetan di Jakarta, khususnya di daerah seputar kampus BINUS University. Selanjutnya data hasil simulasi dicatat dan dibandingkan antara sistem mixed traffic dengan non mixed traffic untuk setiap kendaraan dan dengan kondisi masing-masing. 1. Pada jalan yang tidak dilewati kendaraan umum (kendaraan umum yang lewat dibawah 5 kendaraan dalam 15 menit) a. Waktu tempuh mobil dalam kondisi rush hour; b. Waktu tempuh mobil dalam kondisi off hour; c. Waktu tempuh dalam kondisi rush hour; d. Waktu tempuh motor dalam kondisi off hour. 2. Pada jalan yang dilewati banyak kendaraan umum (kendaraan umum yang lewat diatas 5 kendaraan dalam 15 menit) a. Waktu tempuh mobil dalam kondisi rush hour; b. Waktu tempuh mobil dalam kondisi off hour; c. Waktu tempuh dalam kondisi rush hour; d. Waktu tempuh motor dalam kondisi off hour.