PERANCANGAN AREA MENGAJAR PADA RUANGAN KELAS KAMPUS SYAHDAN, BINUS UNIVERSITY DENGAN PENDEKATAN ANALISIS ASPEK ERGONOMI Rezha Kurniawan BINUS University, Bekasi, Indonesia, +62 857 117 28339,
[email protected]
Larasati Karnia Hasri BINUS University, Jakarta, Indonesia, +62 813 162 91845,
[email protected]
Pramudita Dwisiwi Wuryaningtyas BINUS University, Jakarta, Indonesia, +62 813 439 9452,
[email protected]
Gunawarman Hartono BINUS University, Bekasi, Indonesia, +62 812 901 2303,
[email protected]
ABSTRAK
Untuk menciptakan fasilitas pada area mengajar yang dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya, maka perancangan fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalamnya menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Pembuatan rancangan ini mempertimbangkan nilai-nilai ergonomi merupakan dasar dari penentuan dimensi untuk seluruh komponen yang terkait. Dalam membuat fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya, memerlukan beebrapa tahapan metode untuk mendapatkan desain yang sesuai. Tahapan tersebut merupakan proses yang melalui observasi, identifikasi masalah, pengumpulan data, sampai dengan tahap pengolahan data. Setelah melakukan identifikasi masalah, hasil dari identifikasi masalah menjadi salah satu faktor dalam membuat kerangka cause and effect diagram (fishbone). Berdasarkan hasil dari identifikasi masalah, fasilitas-fasilitas tersebut membutuhkan perbaikan pada masing-masing komponennya karena pada komponennya memiliki tingkat kegagalan yang dapat mengurangi fungsi utama dari masing-masing komponen yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi penggunanya. Untuk mendukung identifikasi masalah maka melakukan penyebaran kuesioner serta wawancara. Hasil dari kuesioner dan wawancara merupakan pelengkap untuk membuat rancangan desain yang baru. Dalam membuat rancangan yang baru memerlukan nilai ergonomis dan nilai estetika. Untuk merealisasikan rancangan
yang baru memerlukan biaya material yang dapat mendukung rancangan tersebut. Bahan material tersebut merupakan bahan material yang memiliki kualitas yang baik. Kata Kunci: Ergonomi, Area Mengajar, Fishbone Diagram, FMEA, Nilai Estetika, Biaya Material
ABSTRACT
In order to create facilities in teaching area that can provide convenience to its users, facilities that are included in it adapts to the needs of the user. The making of this design considers the values of ergonomics and forms the basis of the determination of the dimension for all components involved. In making of the facilities accordance with the needs of users requiring some method stages for obtaining appropriate design. The stages is a process through observation, problem identification, the data collection, up to the stage of data processing. After the stage of identification problem, the result of identification problem is one of the factor in making the framework of cause of effect diagram (fishbone). Based on the problem identification, the facilities need improvements on each components because its component have failure rates that can reduce the primary function of each components that can cause discomfort to the users. To support the problem identification then the next stage is perform deployment questionnaire and interview. The result of the questionnaire and interview is complementary to make a new design. In making new design requires ergonomics value and aesthetic value. To embody new design requires the material cost to support the design. These are materials that have good quality. Keyword: Ergonomics, Teaching Area, Fishbone Diagram, FMEA, Aesthetic Value, Material Cost.
PENDAHULUAN BINUS University memiliki 4 kampus antara lain adalah Kampus Anggrek, Kampus Syahdan, Kampus Kijang, dan Kampus Alam Sutera. Peneliti mengambil topik perancangan area mengajar (teaching area) pada ruangan kelas di Kampus Syahdan dan hanya berfokus pada identifikasi masalah pada komponen-komponen yang terkait berdasarkan standarstandar ergonomi yang sudah ada, serta melakukan pengamatan pada komponen yang terlibat, yaitu papan tulis, panggung, dan meja dosen. Serta terdapat komponen pendukung yaitu pencahayaan dan suhu ruangan.Dalam tugas akhir ini lebih difokuskan di Kampus Syahdan BINUS University karena peneliti banyak melakukan kegiatan perkuliahan di kampus ini. Dalam ruangan kelas dibagi menjadi dua area mengajar yaitu area mengajar aktif dan area mengajar pasif. Area mengajar aktif adalah bagian depan ruangan kelas tempat dosen banyak melakukan aktivitas mengajar. Area mengajar pasif adalah bagian kelas tempat dimana mahasiswa duduk. Peneliti lebih memfokuskan area mengajar aktif karena pada area tersebut terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa. Akan tetapi antara area mengajar aktif dan area mengajar pasif memiliki keterkaitan untuk nilai ergonomis masing-masing area, yaitu seperti
untuk meletakkan papan tulis perlu memperhatikan sudut pandang mahasiswa yang ergonomis, yang berkisar antara 300-330 (Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, 2008, hal. 353). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan komponen atau fasilitas yang terdapat pada area mengajar sehingga dapat memberikan kenyamanan (ergonomic) baik bagi dosen dan juga mahasiswa, memberikan beberapa alternatif penggunaan komponen untuk menciptakan area mengajar (teaching area) yang nyaman dan aman sehingga didapatkan kondisi yang baik dan cukup untuk menciptakan keselarasan antara dosen dengan mahasiswanya.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini seperti pada Gambar 1, yaitu diawali dengan melakukan observasi terhadap komponen area mengajar, sehingga didapatkan permasalahan pada komponen tersebut. Langkah selanjutnya yaitu menentukan batasan untuk masalah yang akan diteliti, yang kemudian dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan masingmasing komponen. Berikutnya dilakukan pengumpulan data dengan melakukan observasi terhadap kondisi aktual area mengajar terhadap komponen terkait, dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara untuk mendukung desain yang akan dibuat. Dalam melakukan pengukuran, digunakan alat-alat seperti mistar gulung, multimeter, dan pita ukur. Untuk pengolahan data menggunakan cause and effect diagram (fishbone), failure mode and effect analysis (fmea), serta mengklasifikasikan saran-saran kuesioner yang didapat dari hasil kuesioner serta wawancara. Hasil pengolahan data digunakan untuk merancang alternatif konsep pengembangan desain. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data, kondisi aktual dan konsep rancangan disain yang sudah dibuat. Untuk setiap alternatif disain yang dibuat, dilakukan perhitungan biaya material. Setelah itu dapat dilakukan pemilihan alternatif disain yang akan digunakan. Pemilihan alternatif disain ini bertujuan untuk mempersempit konsep disain yang digunakan dan memperbaiki konsep.
Gambar 1 Diagram Alir Penelitian
HASIL DAN BAHASAN Dalam pengumpulan data, masalah yang ditemukan dari hasil observasi dibuat kedalam diagram fishbone (diagram sebab akibat) seperti pada gambar 2. Dari diagram fishbone dapat diketahui sebab dan akibat dari masalah yang ditemukan. Penyebab masalah yang ditemukan yaitu dari faktor lingkungan (enviroment) adalah pada suhu ruangan masih dibawah standar suhu ruangan yaitu 180-200 C dan juga 270-280 C. Suhu ruangan kondisi optimum adalah berkisar 240 C (Wignjosoebroto, hal. 84), selanjutnya adalah dari faktor alat yang digunakan (tools) yaitu pada papan tulis penggunaannya belum digunakan secara maksimal, pada meja dosen ukuran meja kurang lebar, peletakkan kabel tidak rapi dan peletakkan komputer tidar sejajar dengan penggunanya. Pada panggung ketinggian anak tangga terlalu tinggi dan ukuran panggung kurang lebar. Dari faktor penggunanya (person) yaitu dosen sering melakukan aktifitas bolak-balik dari panggung ke meja dosen, aktifitas ini dapat menyebabkan dosen saat mengajar kurang efektif. Sebab-sebab masalah yang ditemukan ini dapat menjadi akibat ketidaknyamanan pada area mengajar.
Gambar 1 Diagram Fishbone Ketidak Nyamanan Pada Area Mengajar Dalam pengumpulan data masalah selanjutnya dari hasil observasi dibuat ke dalam failure mode and effect analysis (fmea). FMEA adalah teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan atau kegagalan dari suatu produk atau proses agar dapat dilakukan tindakan untuk mencegah timbulnya kesalahan yang sudah timbul serta tidak timbul lagi masalah yang lebih serius. Dari grafik nilai RPN (risk priority number), gambar 3, dapat dilihat setiap penyebab terjadinya cacat dalam komponen tersebut. Nilai RPN yang tertinggi didapatkan pada panggung terlalu tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya jatuh pada saat mengajar di panggung, selanjutnya penempatan kabel yang belum tepat posisinya sehingga terlihat tidak rapi dan juga peletekkan papan tulis terlalu tinggi sehingga penggunaan papan tulis belum digunakan secara maksimal. Untuk nilai RPN yang memiliki nilai yang tertinggi harus lebih didahulukan penanganannya.
Gambar 2 Nilai Risk Priority Number (RPN) FMEA
Dari hasil kuesioner serta wawancara yang dilakukan maka didapatkan saran yang kemudian digunakan sebagai data pendukung untuk desain yang sudah dibuat. Bagian dari area mengajar yang banyak mendapatkan keluhan akan lebih diperhatikan perancangannya sehingga tidak menimbulkan keluhan atau masalah yang serupa. Saran-saran tersebut meliputi komponen meja dosen, panggung, dan papan tulis. Dari saran-saran tersebut secara umum untuk komponen meja dosen, panggung dan papan tulis yang menjadi perhatian utama adalah ukuran benda, peletakkan benda di area mengajar serta masukan untuk pengembangan dan perbaikan untuk masing-masing komponen. Setelah mengetahui kekurangan pada tiap-tiap komponen serta saran-saran yang didapat dari hasil kuesioner dan wawancara, maka dibuatlah beberapa alternatif konsep desain diantara konsep desain 1 dapat dilihat pada gambar 5 dan konsep desain 2 dapat dilihat pada gambar 6. Pada konsep 1 memilki kelebihan yaitu pada papan tulis dapat digunakan secara maksimal, karena pada sisi tengah papan tulis dapat digunakan, serta ditambahkannya screen dan roller. Roller tersebut digunakan untuk menyesuaikan penggunaan screen sehingga penggunannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Untuk tinggi papan tulis disesuaikan dengan sudut pandang mata yang ergonomis posisi duduk mahasiswa, yaitu sudut pandang posisi bangku paling depan ke papan tulis, yaitu adalah 29,50 , dan sudut pandang bangku paling belakang ke papan tulis 14,10 , dengan ketinggian papan tulis 149,6 cm, kemudian untuk sudut pandang mata posisi duduk paling depan ke dosen 39,20 , dan sudut pandang mata posisi bangku paling belakang ke dosen 15,90, seperti pada gambar 3. Pada meja dosen ukuran panjang meja 120,54 cm (120,54 cm didapat dari rentang bahu lakilaki 95th , 52,6 cm (Panero, 2010, hal. 96) + panjang cpu 31,46 cm (melakukan pengukuran) + allowance area kaki 36,48 cm); lebar meja 76,2 cm (Panero, 2010, hal. 182) (76,2 cm didapat dari jangkauan ujung jari 65,6 cm, yang didapatkan melalui pengukuran) + allowance pengguna 10,7 cm); dan tingi meja 73,7 cm (73,3 cm didapat dari jarak dari permukaan ke siku tangan posisi duduk 69,9 cm + allowance sepatu 3,8 cm (Panero, 2010, hal. 68). Lalu terdapat peletakkan kabel, dan penempatan layar komputer sesuai yaitu sejajar dengan penggunanya. Pada panggung menjadi lebih lebar sehingga ruang gerak dosen saat mengajar lebih luas. Untuk panjang panggung 868,4 cm ( 868,4 didapat dari panjang papan tulis 635 cm + panjang meja 120,54 cm + jarak dari meja ke papan tulis 31,46 cm + allowance zona langkah kaki ekstrim 91,4 cm (Panero, 2010, hal. 270), lebar panggung 156,2 cm (156,2 cm didapat dari lebar meja 76,20 cm + lebar bangku 45,7 cm + allowance pengguna 30,7 cm), dan tinggi panggung 54,4 cm.
Gambar 3 Jarak penyesuaian Sudut Pandang Mata Posisi Duduk ke Papan Tulis dan ke Dosen
Gambar 4 Layout Konsep Disain 1 54,4 cm
Tinggi kaki kursi 40 cm
123,6 cm
Dinding
Dosen
331,5 cm
Tinggi rata-rata dosen 166,2 cm
Tinggi rata-rata mata posisi duduk 59 cm
Papan tulis
Pada konsep desain 2 kelebihannya tidak terlalu berbeda dengan konsep desain 1, pada konsep 2 memiliki perbedaan yaitu pada meja dosen peletakkan monitor ditempatkan dibawah meja.
Gambar 5 Layout Konsep Disain 2 Dari alternatif desain yang dibuat, maka dilakukan perhitungan biaya material untuk masing konsep-konsep sehingga didapat biaya material untuk konsep 1 sebesar Rp.10.933.000 dan biaya material untuk konsep yang ke 2 adalah sebesar Rp.11.548.000. Konsep yang dipilih adalah konsep 1 dengan mempertimbangkan tingkat kenyamanan dan keamanan, dan juga kebutuhan dosen.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari pembahasan di atas adalah masih terdapat kekurangan pada area mengajar untuk setiap komponen yang terkait (meja dosen, panggung, dan papan tulis) dan komponen pendukungnya (suhu ruangan dan pencahayaan). Terdapat beberapa komponen yang belum memenuhi standar ergonomisnya, maka dari itu perlu dilakukan perbaikan serta pengembangan dalam komponen-komponen tersebut. Untuk mendapatkan area mengajar yang ergonomis perlu dilakukan penyesuaian untuk seluruh komponen yang terkait di dalam area mengajar, karena seluruh komponen tersebut saling terkait untuk menciptakan kenyamanan yang diinginkan. Saran yag diberikan yaitu perlu dilakukan penambahan dan perubahan pada area mengajar baik komponen yang terkait maupun komponen pendukung sehingga dapat tercipta keselarasan antara dosen dan mahasiswanya dalama lingkungan area mengajar.
REFERENSI Dudek-Burlikowska, M. (2011). Application of FMEA Method in Enterprise Focus on Quality. Journal of Achievement in Materials and Manufacturing Engineering , 93-95. Nurmianto, E. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Edisi Kedua ed.). Guna Widya. Panero, Julius; Zelnik, Martin;. (2010). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ulrich, Karl T; Eppinger, Steven D;. (2008). Product Design and Development (4th ed.). New York: McGraw Hill. Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta: Penerbit Guna Widya. Wignjosoebroto, S. (2000). Evaluasi Ergonomis Dalam Proses Perancangan Produk. Jurnal Perancangan Sistem kerja, Teknik Industri FTI_ITS , 1-5.
RIWAYAT PENULIS Rezha Kurniawan lahir di kota Jakarta pada 29 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Teknik Industri pada tahun 2012. Larasati Karnia Hasri lahir di kota Bekasi pada 18 Juni 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Teknik Industri pada tahun 2012. Pramudita Dwisiwi Wuryaningtyas lahir di kota Jakarta pada 1 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Teknik Industri pada tahun 2013 (tentatif). Gunawarman Hartono lahir di kota Cepu pada 09 Februari 1958. Penulis menamatkan pendidikan S2 di Nagoya Institute of Technology (NIT), Nagoya-Japan dalam bidang System Engginering pada tahun 1994.