ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 KERANGKA KONSEP Rangsangan mengganggu
Stres pada Tahanan
Serabut saraf aferen nyeri Aδ dan C
Stressor
Jenis kelamin
Usia
Status pernikahan
Psikologis
Gangguan cemas dan depresi
Hipotalamus; Sistem limbik
Respon perilaku dan emosi terhadap nyeri
Korteks somatosensorik Thalamus Formasio retikularis
Stres Psikososial Rasa nyeri
Lama tinggal
Nyeri gigi
Nyeri otot
Coping Stress
Nyeri kepala Nyeri perut Problem focused coping
Emotional focused coping
Nilai ambang nyeri gigi Keterangan :
Approach strategies
SKRIPSI
Substansi P Tanduk dorsal medulla
Perubahan aktivitas sosial dan lingkungan
Sosial
Ganglion Trigeminalis
Avoidance strategies
GAMBARAN HUBUNGAN STRES ...
yang diteliti
Aktivitas Sistem Saraf Pusat dan hormon asetilkolin Pengeluaran hormon epinefrin Memicu kaskade
yang mempengaruhi tetapi tidak diteliti
IRA ANGGAR KUSUMA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan : Apabila seseorang sedang mengalami permasalahan dalam kehidupannya maka orang tersebut akan cenderung mengalami stres. Sumber stres atau stressor dapat terjadi karena banyak faktor, seperti faktor psikologis, fisik, dan lingkungan. Salah satu contoh adalah stres yang dialami oleh tahanan. Stressor yang terjadi pada tahanan lebih banyak berasal dari faktor psikologis dan sosial. Hal tersebut disebabkan karena adanya tekanan dari lingkungan sosial dan dalam diri individu tersebut. Stressor sosial pada tahanan terkait dengan perubahan lingkungan dan aktivitas sosial yang berbeda jika dibandingkan dengan keadaan saat para tahanan belum berada di dalam rumah tahanan. Faktor ketidaknyamanan lingkungan baru juga dapat menyebabkan tahanan mengalami stres yang berasal dari stressor sosial. Selain itu, pandangan negatif dari masyarakat sekitar terhadap mereka sehingga secara pergaulan sosial mereka menjadi dijauhi atau bahkan tidak diterima di lingkungan masyarakat. Akibat dari stressor sosial tersebut maka stres yang dialami oleh tahanan semakin diperparah, selain stres utama yaitu akibat kasus hukum yang sedang mereka hadapi. Stres tersebut menyebabkan tahanan mengalami depresi dan kecemasan yang berlebihan. Di samping itu, selama berada di rumah tahanan, para tahanan harus menunggu vonis dari hakim yang belum dijatuhkan atas kasus hukum yang dihadapi dan juga adanya beban pikiran mengenai bagaimana nasib keluarga atau pekerjaan yang ditinggalkannya karena harus ditahan selama waktu
SKRIPSI
GAMBARAN HUBUNGAN STRES ...
IRA ANGGAR KUSUMA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang tidak dapat ditentukan. Stressor psikologis dan sosial itulah yang menyebabkan kebanyakan tahanan mengalami stres psikososial. Stres psikososial yang dialami oleh tiap tahanan akan berbeda. Perbedaan itu dapat ditinjau dari jenis kelamin, usia, status pernikahan, dan lama tinggal tahanan selama di rumah tahanan. Ditinjau dari jenis kelamin, wanita cenderung lebih stres daripada pria. Hal tersebut karena wanita mempunyai peran sebagai ibu yang harus merawat dan mengasuh anaknya. Selain itu, ada juga wanita yang selain sebagai ibu juga sebagai pencari nafkah dalam keluarga, serta adanya stressor khusus yang berasal dari faali tubuh seperti menstruasi, menopause, dan kehamilan. Ditinjau dari usia, seseorang yang mempunyai usia yang matang akan mempunyai emosi yang lebih stabil, sehingga memiliki tingkat stres yang lebih rendah. Ditinjau dari status pernikahan, seseorang yang telah menikah akan lebih stres daripada yang belum menikah. Hal ini disebabkan karena adanya kewajiban bagi orang yang telah menikah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, serta kewajiban untuk mendidik dan merawat anak. Ditinjau dari lama tinggal, seseorang yang telah lama berada dalam situasi yang menyebabkan dirinya mengalami stres, maka orang tersebut akan mengadakan adaptasi dengan cara melakukan coping stress dan akhirnya menemukan coping stress yang tepat untuk mengatasi masalah penyebab stres tersebut sehingga tingkat stres juga cenderung lebih rendah.
SKRIPSI
GAMBARAN HUBUNGAN STRES ...
IRA ANGGAR KUSUMA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Stres psikososial yang terjadi pada tahanan dapat mempengaruhi keadaan psikologis dan fisiologis mereka. Pengaruh psikologis yang terjadi pada tahanan adalah terjadinya adaptasi dengan mengadakan coping untuk mengatasi stres psikososial yang sedang dialami. Coping merupakan suatu cara seseorang yang sedang mengalami stres untuk beradaptasi. Secara umum coping stres terbagi menjadi 2 macam yaitu emotional focused coping dan problem focused coping. Emotional focused coping merupakan coping yang cenderung menggunakan avoidance strategies yaitu usaha seseorang untuk mengalihkan perhatian dari stres yang dihadapi dengan melakukan kegiatan lain. Sementara itu, problem focused coping merupakan coping yang menggunakan approach strategies yaitu usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi penyebab stres sehingga stres dapat berakhir. Selain mempengaruhi psikologis tahanan, stres psikososial juga dapat mempengaruhi kondisi fisiologis. Secara fisiologis, saat seseorang sedang mengalami stres seperti depresi dan kecemasan, maka orang tersebut akan menjadi lebih peka terhadap rasa nyeri. Rasa nyeri tersebut dapat terjadi di perut, otot, kepala, bahkan gigi. Rasa peka terhadap nyeri akibat stres terjadi saat gigi mendapatkan rangsangan yang mengganggu maka rangsangan tersebut akan diteima oleh nosiseptor pada serabut saraf aferen Aδ dan C yang terdapat pada bagian pulpa gigi. Rangsangan tersebut dapat berupa termal, mekanik, kimia, maupun listrik. Selanjutnya rangsangan tersebut dihantarkan melalui ganglion trigeminalis ke tanduk dorsal medulla pada susunan saraf pusat melalui penglepasan substansi
SKRIPSI
GAMBARAN HUBUNGAN STRES ...
IRA ANGGAR KUSUMA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P. Dari tanduk dorsal medulla, rangsangan akan disampaikan melalui jalur asenden untuk dipersepsikan. Jalur asenden terdiri dari korteks somatosensorik untuk menentukan lokasi, thalamus untuk mempersepsikan sebagai rasa nyeri, dan formasio retikularis berperan meningkatkan derajat kewaspadaan terhadap rangsangan yang diterima. Ketika seseorang mengalami stres psikososial maka akan terjadi respon di daerah hipotalamus, Hubungan antara thalamus dan formasio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbik akan menghasilkan stres psikososial yang menimbulkan rasa nyeri pada gigi. Stres psikososial yang dialami dapat menyebabkan peningkatan aktivitas saraf simpatik serta pelepasan hormon epinefrin di terminal simpatik, meningkatkan aktivitas hormon asetilkolin pada motor endplate, dan memicu kaskade sehingga menyebabkan nilai ambang nyeri menurun.
SKRIPSI
GAMBARAN HUBUNGAN STRES ...
IRA ANGGAR KUSUMA