BAB 3 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1 Kajian Teori 3.1.1
Teori Stakeholders Definisi stakeholder menurut Freeman (1884) adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan
kepada
pihak
mana
saja
perusahaan
bertanggungjawab (Freeman, 1984). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan
kebutuhan
stakeholder-nya,
terutama
stakeholder
yang
mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007). Munculnya teori stakeholders sebagai paradigma dominan semakin menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggung jawab tidak hanya kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para pemangku kepentingan atau stakeholder. Dalam mengembangkan stakeholder theory, Freeman (1984) dalam Susanto dan Tarigan (2013) memperkenalkan konsep 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
stakeholder dalam dua model yaitu: (1) model kebijakan dan perencanaan bisnis; dan (2) model tanggung jawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder. Pada model pertama, fokusnya adalah mengembangkan dan mengevaluasi persetujuan keputusan strategis perusahaan
dengan
kelompok-kelompok
yang
dukungannya
diperlukan untuk kelangsungan usaha perusahaan. Dapat dikatakan bahwa, dalam model ini, stakeholder theory berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan perusahaan dengan stakeholder-nya. Sementara dalam model kedua, perencanaan perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukkan pengaruh eksternal yang mungkin berlawanan bagi perusahaan. Kelompok-kelompok yang berlawanan ini termasuk badan regulator (government) dengan kepentingan khusus yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan sosial. Sustainability report merupakan laporan yang digunakan untuk menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Terdapat 2 macam Stakeholders menurut Clarkson Centre for Business Ethics (1999) dalam Magness (2008) yaitu : 1. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko. Contoh :investor, kreditor,karyawan, pemerintah, komunitas local 2. Secondary stakeholders dimana sifat hubungan keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini. Contoh adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya. 3.1.2
Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan suatu teori yang menjelaskan hubungan antara agen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan prinsipal sebagai pihak pemilik keduanya terikat dalam sebuah kontrak. Pemilik atau prinsipal adalah pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi, dan agen adalah sebagai pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil keputusan (Jensen-Meckling, 1976) Dalam situasi tersebut, antara prinsipal dan agen keduanya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya sehingga tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
terdapat alasan untuk percaya bahwa agen akan selalu bertidak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Karena perbedaan kepentingan tersebut munculah agency problem. Agency problem merupakan suatu permasalahan yang terjadi karena agen tidak bertindak dengan tujuan untuk mensejahterakan prinsipal. Contohnya adalah jika agen memiliki wewenang mengatur didalam suatu entitas seperti dalam mengatur pengeluaran, menentukan bonus, dll maka akan mudah bagi agen untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal kepada agen (Godfrey et al, 2010). Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak menyebabkan agen memberikan atau menahan infomasi yang diminta prinsipal bila menguntungkan bagi agen, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agen untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh prinsipal (Putra dan Thohiri, 2013). Jadi dalam teori keagenan ini setiap pihak atau setiap individu memiliki kepentingan sendiri. Pemegang saham yang bertindak sebagai principal mengharapkan dari dana yang mereka investasikan tersebut akan mendapatkan penghasilan dari return yang ada atau dari dividen yang mereka dapatkan. Sedangkan untuk agen mereka akan bekerja sebaik mungkin dan mengharapkan imbalan yang sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan biaya keagenan atau agency cost sebagai berikut : 1. Monitoring Cost merupakan biaya yang timbul karena mekanisme pengawasan dan memonitor perilaku agent agar tidak melakukan tindakan penyimpangan, biaya tersebut ditanggung oleh pihak principal. 2. Bonding Cost adalah biaya yang ditanggung oleh pihak manajemen sebagai agent untuk menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal dan tidak akan mengambil tindakan yang dapat membahayakan pihak principal. 3. Residual Loss merupakan penurunan tingkat kesejahteraan yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dan perbedaan tindakan yang dilakukan oleh agent dan principal pada hubungan keagenan. 3.1.3
Teori Sinyal (Signalling theory) Isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Tamboto,dkk, 2014). Di pasar modal manajemen perusahaan diasumsikan memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan, informasi yang dihasilkan oleh pihak manajemen dapat berdampak pada keputusan yang diambil oleh investor dan nantinya akan berdampak pada harga saham perusahaan (Godfrey et.al: 2010). Dalam signalling theory jika pihak manajemen berekspektasi perusahaan akan mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi, mereka akan mencoba untuk memberikan sinyal-sinyal kepada investor melalui akun-akunnya (Godfrey et al: 2010). Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah penyampaian laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen, seperti dalam situasi perusahaan mendapatkan keuntungan manajemen perusahaan tersebut akan menggunakan informasi untuk memberikan sinyal kepada investor agar mendukung kelangsungan posisi manajemen saat ini dan kompensasi yang lebih tinggi pada manajemen (Srimindarti: 2008). Jadi dengan teori signal ini, perusahaan akan memberikan sinyal kepada para investor untuk dapat menanamkan modal pada perusahaam tersebut. 3.1.4
Dividen Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen (Jogiyanto, 1998). Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Deviden akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi deviden tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan deviden (Sartono, 2001). Dividen merupakan pembayaran yang diberikan kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan di dalam perusahaan. Dalam hubunganya dengan jumlah pajak yang dibayarkan, maka pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena dividen tidak dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan (Syamsuddin, 2011). Sehingga dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Dividen merupakan salah satu kebijakan yang penting dalam perusahaan, karena menyangkut pemegang saham yang notabene merupakan sumber modal dari perusahaan tersebut. Investor dalam menginvestasikan dananya kedalam instrumen saham tentunya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
menginginkan return yang tinggi. Return dari saham dapat diperoleh dari capital gain maupun dari dividen. Dividen menurut Ang (1997) yang dibagikan oleh perusahaan memiliki beberapa bentuk : 1. Dividen Tunai (Cash Dividend) Keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk tunai (cash). Pemberian dividend dalam bentuk tunai bertujuan untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang merupakan return dari para pemegang saham dibandingkan dividen saham. 2. Dividen Saham (Stock Dividend) Keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham yang bertujuan untuk menahan kas untuk membiayai aktivitas perusahaan yang dihubungkan dengan pertumbuhan perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Borzykowski et al (2012) menyatakan beberapa tanggal penting dalam dividen yaitu: 1. Tanggal Pengumuman Tanggal ini adalah tanggal ketika perusahaan melaporkan dividen kuartalan dan tanggal pembayaran berikutnya. Tanggal
pengumuman
benar-benar
hanya
tanggal
pengumuman. Jika investor membeli saham sebelum, pada, atau setelah tanggal pengumuman, hal itu tidak penting dalam hal menerima dividen kuartalan saham. Tanggal yang penting adalah tanggal pencatatan. 2. Tanggal Perdagangan Tangga ini adalah hari investor benar-benar memulai transaksi saham (membeli atau menjual). Jika investor berhubungan dengan pihak ketiga untuk membeli saham, maka hari ini adalah tanggal perdagangan, atau tanggal di mana investor melakukan perdagangan. Investor tidak memiliki saham pada tanggal perdagangan, itu hanya hari investor masukkan ke dalam pesanan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
3. Tanggal Penyelesaian Tanggal ini adalah tanggal dimana perdagangan tersebut selesai, yang biasanya terjadi tiga hari kerja untuk mengubah tanggal pelaksanaan. Penutupan tanggal saham mirip dalam konsep penutupanreal estate. Pada tanggal penutupan, investor resmi menjadi pemilik baru saham. 4.
Tanggal Pencatatan Tanggal ini digunakan untuk identitas pemegang saham yang memenuhi syarat untuk menerima dividen pada saat diumumkan. Perusahaan menetapkan cut-off date dengan mengumumkan tanggal pencatatan. Semua investor yang memegang saham resmi pada tanggal dinyatakan dicatat menerima dividen pada tanggal pembayaran, bahkan jika mereka berencana untuk menjual saham setiap waktu antara tanggal atau pernyataan dan tanggal pencatatan.
5. Ex-dividend date Ex-dividend
date berarti
tanpa
dividen.
Karena
membutuhkan waktu tiga hari untuk memproses pembelian saham sebelum investor menjadi pemilik resmi saham, investor harus memenuhi syarat (yaitu, investor harus memiliki atau anak saham) sebelum periode tiga hari. Bahwa
periode
tiga
hari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
disebut
pinjaman "ex-
35
dividend periode". Ketika investor membeli saham selama jangka waktu yang singkat investor tidak berada di buku catatan, karena tanggal penyelesaian jatuh setelah tanggal pencatatan. 6. Tanggal Pembayaran Hari itu perusahaan membayar dividen kepada investor pemegang saham. 3.1.5
Kebijakan Dividen Sartono (2001), mendefinisikan kebijakan dividen sebagai: Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam retained earnings guna membiayai investasi di masa datang. Kebijakan dividen yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaraan dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaraan dividen. Menurut Riyanto (2001) ada beberapa kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
1. Kebijakan dividen yang stabil. Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan perlembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, besar dividen per lembar saham dapat dinaikkan dalam jangka waktu yang relative panjang. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal
ditambah
dengan
jumlah
ekstra
tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunya, meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak, apabila kondisi keuangan perusahaan baik, maka pemodal akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan. Apabila kondisi keuangan perusahaan memburuk kembali, maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal saja. 3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan. Perubahan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio pada jumlah tertentu, misalnya 50%. Hal itu berarti, jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang dipeoleh setiap tahunnya. Ada beberapa teori mengenai kebijakan dividen yaitu, 1. The Bird in The Hand Theory Myron Gordon dan John Lintner tidak sependapat dengan asumsi dalam pendapat MM bahwa kebijakan deviden tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan investor. Menurut Gordon dan Lintner, biaya modal sendiri perusahaan akan naik sebagai akibat penurunan pembayaran deviden. Investor merasa lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran deviden yang lebih pasti daripada menunggu capital gains yang lebih beresiko. Pendapat Gordon – Lintner oleh MM diberi istilah “the bird in the hand fallacy”. Gordon – Lintner berpendapat bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. 2. Dividend Irrelevance Theory Menurut Modigliani dan Miller (MM) , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak ( EBIT ) dan
kelas
risiko
perusahaan.
Jadi
menurut
MM,
oleh Litzenberger
dan
dividen adalah tidak relevan 3. Tax Preference Theory Teori
ini
diajukan
Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. 4. Clientele Theory Teori ini menyatakan bahwa kelompok ( clientele ) pemegang
saham
yang
berbeda
akan
memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
pemegang
saham
yang
membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok
pemegang
membutuhkan uang perusahaan
saham saat
menahan
ini
sebagian
yang
tidak
begitu
lebih
senang
besar
laba
jika bersih
perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanut usia dikenai pajak lebih ringan ) maka pemegang saham menyukai
capital
yang dikenai pajak tinggi lebih gains
karena
dapat
menunda
pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. 3.1.6
Dividend Payout Ratio Dividend payout ratio menurut Jannah (2014) menyatakan bahwa : “dividend payout ratio adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”. Menurut Suhartono dan Fadlillah (2009) mengatakan bahwa Dividend Payout Ratio adalah dividen perlembar saham dibagi dengan laba perlembar saham rasio dapat digunakan untuk melihat pertandingan
antara
laba
perlembar
saham
yang
didapatkan
perusahaan dengan laba yang dibagikan sebagai dividen. Dengan melihat rasio ini akan dapat mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen dan kenapa perusahaan tidak membagikan semua labanya dalam bentuk dividen. Sebagian laba perusahaan yang tidak dibagikan dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengembangan perusahaan yang dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
menjadi investasi prospektif sehingga menarik minat para investor lebih lagi untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut. 3.1.7
Free Cash Flow Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas sebagai kas yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif dilakukan. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru.
3.1.8
Size of Company Ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar – kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuiti, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan. Chen dan Jiang (2001)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
menyatakan
bahwa
perusahaan
besar
cenderung
melakukan
diversifikasi usaha lebih banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran
perusahaan
sering
dijadikan
indikator
bagi
kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal, serta menunjukkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage. 3.1.9
Profitability Profitabiltias adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dividen adalah merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan hanya jika perusahaan
memperoleh
keuntungan.
Keuntungan
yang layak
dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya, yaitu beban bunga dan pajak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Hardinugroho
(2012)
menyatakan
bahwa
profitabilitas
merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam memprediksi DPR. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembali invesatasi (return) semakin besar). 3.1.10 Financial Leverage Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan. Utang dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu (Riyanto, 2001) : 1. Utang jangka pendek (short-term debt), yaitu hutang yang jangka waktunya kurang dari satu tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
kredit yang diperlukan untuk dapat menyelengggarakan usahanya, meliputi kredit rekening koran, kredit dari penjual (levancier crediet), kredit dari pembeli (afnemers crediet), dan kredit wesel. 2. Utang jangka menengah (intermediate-term debt), yaitu hutang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Kebutuhan membelanjai usaha melalui kredit ini karena adanya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi melalui kredit jangka pendek maupun kredit jangka panjang. Bentuk utama dari hutang jangka menengah adalah term loan dan lease financing. 3. Utang jangka panjang (longterm debt) yaitu hutang yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang
ini
digunakan
untuk
membiayai
ekspansi
perusahaan. Bentuk utama dari hutang jangka panjang adalah pinjaman obligasi (bonds-payable) dan pinjaman hipotik (mortage). 3.1.11 Growth Growth menunjukkan aset perusahaan dimana aset merupakan aktiva yang digunakan dalam aktiva operasional perusahaan. Apabila
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
pertumbuhan
perusahaan
meningkat,
maka
perusahaan
akan
membutuhkan dana yang lebih besar. Indikator yang digunakan dalam growth yaitu total aset yang menunjukkan pertumbuhan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Kebutuhan
yang
diperlukan
perusahaan
akan
semakin
bertambah dengan tingginya tingkat pertuumbuhan yang semakin pesat. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan memerlukan dana lebih besar daripada perusahaan dengan tingkat keperluan yang lebih rendah. Kebutuhan dana disebabkan banyak kegiatan perusahan yang harus dijalankan untuk mendukung keberlanjutan perusahaan (Riyanto, 2001). Tingkat pertumbuhan perusahaan (growth) akan berakibat pada tingkat ekspansi yang terjadi. Semakin besar dana yang dikeluarkan di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkan sebagai dividen. Oleh sebab itu, pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu hal yang menentukan kebijakan inisiasi dividen. 3.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang telah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan dividend payout ratio. Lopolusi (2013) telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
melakukan penelitian dengan menggunakan variabel profitabilitas, likuiditas, hutang, pertumbuhan dan free cash flow negative dan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sedangkan untuk variabel size memiliki pengaruh negative dan signifikan. Deitina (2009) telah melakukan penelitian dengan menggunakan variabel Debt Equity Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Inventory Turnover (IT) yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan untuk variabel Earning per share (EPS), Price Earnings Ratio (PER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Ranti (2013) melakukan penelitian dengan menggunakan variabel financial performance, size of firms, dan board independence mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio. Al-Malwaki (2008) melakukan penelitian terkait dividend policy dengan menggunakan variabel Agency cost yang tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Sedangkan variabel Firm Size, Profitability, Financial Leverage, dan Growth and investment opportunities berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Arfan dan Trilas (2013) juga melakukan penelitian dengan menggunakan variabel Collateralizable assets, arus kas bebas, dan kebijakan hutang yang telah berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Graha (2014) telah melakukan penelitian dengan menggunakan variabel Profitabilitas, Arus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
kas, Growth, dan Pajak yang tidak mempengaruhi kebijakan dividen. Sedangkan Leverage, dan rasio pasar memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Rahmawati (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan Current Ratio, Return on Assets tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan variabel kebijakan hutang dan size berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hardinugroho (2012) melakukan penelitian dengan variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan leverage dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
3.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) studi pada perusahaan-perusahaan yang ada di indeks Kompas 100 pada tahun 20102014. Variabel independen pada penelitian ini adalah free cash flow, size of company, profitability, financial leverage dan growth. Berikut adalah hubungan penelitian yang dijelaskan dalam kerangka pemikiran berikut : Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Free Cash Flow
Size of Company
Profitability
Kebijakan Dividen (DPR)
Financial Leverage Growth
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
3.4 Hipotesis 3.4.1
Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen Aliran kas bebas atau Free Cash Flow adalah adalah aliran kas yang
merupakan
sisa
dari
pendanaan
seluruh
proyek
yang
menghasilkan Net Present Value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free Cash Flow merupakan gambaran perusahaan dari arus kas yang tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah dikurangi dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya. kas Bebas inilah yang sering menjadi pemicu konflik karena perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Hal ini menyebabkan kas bebas ini dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio. Arfan (2013) dan Rosdini (2005) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H1 : Free Cash Flow (FCF) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
3.4.2
Pengaruh Size of Company terhadap Kebijakan Dividen Suatu perusahaan besar akan memiliki akses yang lebih besar untuk masuk dalam pasar modal, sementara perusahaan yang baru atau kecil akan mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam pasar modal. Akses masuk ke dalam pasar modal cukup penting, hal ini terkait dengan kemampuan memperoleh dana yang lebih besar disbanding dengan tidak masuk ke dalam pasar modal. Dana investasi yang baru akan membuat dividend payout ratio perusahaan akan mengalami kenaikan dan akan menarik minat investor untuk menanamkan modal mereka. Hardinugroho (2012) dan Arifanto (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa firm size berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio, Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H2 : Size of Company berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
3.4.3
Pengaruh Profitability terhadap Kebijakan Dividen Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba yang dianggap juga sebagai indikator dari keberhasilan
perusahaan
tersebut.
Perusahaan
yang
memiliki
profitabilitas juga akan mempengaruhi tingkat saham perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
tersebut yang dapat digunakan sebagai sinyal untuk menarik para investor menanamkan modal mereka. Akhadiyah (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa Profitabilitas berpengaruh signifikan negative terhadap kebijakan dividen. Hardinugroho (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap kebijakan dividen. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H3 : Profitability berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. 3.4.4
Pengaruh Financial Leverage terhadap Kebijakan Dividen Perusahan dengan tingkat utang yang cukup tinggi cenderung memiliki agency cost yang rendah. Esensi hutang akan membuat kontrol dan proses keuangan yang dilakukan oleh manajer dan pemegang saham semakin tinggi. Hutang juga membuat pemegang saham mengurangi ketergantungan terhadap kebijakan inisiasi dividen perusahaan. Pemegang saham akan menerapkan perjanjian hutang untuk melindungi kepentingan mereka. Leverage yang semakin tinggi akan menyebabkan kebijakan inisiasi dividen semakin menurun, begitu pula sebaliknya semakin rendah leverage yang digunakan oleh perusahaan karena menipisnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
hutang yang dibayarkan maka laba yang didapatkan semakin meningkat (Akhadiyah, 2015). Akhadiyah (2015) dan Al-Malwaki (2008) dalam penelitianya menemukan bahwa leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan dividen. Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H4 : Financial Leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. 3.4.5
Pengaruh Growth terhadap Kebijakan Dividen Pertumbuhan perusahaan akan menjadi hal yang sangat penting dalam untuk menentukan kebijakan dividen. Pertumbuhan yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak baik kepada jangka panjang dan masa hidup perusahaan, karena akan membuka peluang untuk terus berkembang dan semakin menjadi besar. Hal ini juga akan berdampak pada masa sekarang dimana akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk melakukan ekspansi yang dapat juga berdampak kepada dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Malik (2013) dalam penelitiannya menemukan growth berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Al-Malwaki (2008) dalam penelitianya menemukan bahwa growth berpengaruh signifikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
positif terhadap kebijakan dividen Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah : H5 : Growth berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/