(' ) * + & #$% !"
28 Bab 28 Marah Pada Saat Memberikan Pengarahan dan Pelajaran Jika Dipandang ada Suatu Perkara yang Dibenci Penjelasan : Adakalanya seorang pendidik untuk memberikan pelajaran kepada para muridnya bahwa suatu perkara yang menyimpang dari syariat ketika dikerjakan akan membuat kemurkaan Allah , sehingga sang pendidik tersebut juga menampakan kemarahannya sebagai peringatan kepada muridnya agar menjauhi perbuatan tersebut. Al Qur’an juga telah menceritakan kisah Nabi Musa yang berkata dengan marah kepada kaummnya, ketika sekembalinya Nabi Musa dari munajat kepada Rabbnya, ternyata mendapati kaumnya telah melakukan kesyrikan dengan beribadah kepada patung anak sapi. Allah berfirman :
C
D B $ *@ A% ) & $ ' ? $ => < & 9:''5 ; 7
8 6 0 45. $ 1 2 3 / & 0 " .'& , - %
QP > D 9 M N O' 9L: @'B + J' K 9:@5 . H B I1" H$@ < 6 0 / " (' G)? ' + / ;$ F $ ) E ; $
R
I H B , & 9L ? O
“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampirhampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim"” (QS. Al A’raf (7) : 150). Berkata Imam Bukhori :
J[ '7 & $ < HX ] V $ < \ 0 < >[ ; $ < < 1@ 5 .' :) 2 ; $ 6 0 Y X ZK <' >' W
&' LU>V 90 h 2L M ' +$% b 1` f @ L 6@ Ag +' & e f ^ d' % J $@ J' K$ c b / I 6 '.% + a` -' % 6 0 6 0 A#% ^:_P
F L Ih
< b 1 )' n5L &' *@ :" b F ' L mG+$ » 6 B E[ 8& + < & k2
3 >j $ [ & . / i « - W ! o
r
+) ' m I1q b o n5p
' 32). 32). Hadits no. no. 90 “Haddatsanaa Muhammad bin Katsiir ia berkata akhbaronaa Sufyan dari Ibnu Abi Khoolid dari Qois bin Abi Haazim dari Abu Mas’ud Al Anshori ia berkata, seorang sahabat berkata : ‘wahai Rasulullah hampir saja aku tidak jadi mengerjakan sholat karena panjangnya waktu sholat yang dilakukan oleh fulan yang mengimami kami’. Aku tidak melihat Nabi dalam memberikan nasehat sangat marah selain pada hari tersebut. Nabi bersabda : “wahai manusia, sesungguhnya kalian membuat orang lari, barangsiapa yang mengimami manusia hendaknya ia meringankannya, karena didalamnya terdapat orang yang sakit, lemah dan keperluan yang mendesak”. Ditakhrij juga oleh Imam Muslim no. 466 Penjelasan biografi perowi hadits :
Semuanya perowinya telah berlalu keterangannya, kecuali : 1.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama Hubungan Rowi
5.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama Hubungan Rowi
: : : :
Abu Abdillah Muhammad bin Katsiir Lahir 133 H wafat 223 H Bashroh Ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban. Imam Abu Hatim menilainya, shoduq. Imam Ibnu Ma’in melemahkannya. : Sufyan Ats-Tsauriy adalah salah seorang gurunya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi. : : : : :
Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah Wafat lebih dari 40 H Madinah Shahabat pernah ikut perang Badar bersama dengan Rasulullah .
(Catatan : Semua biografi rowi dirujuk dari kitab tahdzibul kamal Al Mizzi dan Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar)
Kedudukan sanad: Sebagaimana terlihat didalam sanad ini terdapat perowi yang dilemahkan oleh Imam Jarh wa Ta’dil yang handal Imam Yahya bin Ma’in, beliau berkata tentang Muhammad bin Katsiir :
. BZ <*+ u : 60 b /L 2*O c “Jangan kalian tulis haditsnya, lalu berkata : ‘ia tidak tsiqoh’”. Ibnul Junaid pernah berkata :
/L *+ 1$ a}7 <*+ u : 6B b /L MD. | z /5{ /:DK z y5$ /Z+>V x 1K : R& < < b >Lw < 60 “dari Ibnu Ma’in ia berkata : ‘dalam hadits (Muhammad bin Katsiir) ada lafadz-lafadz (sepertinya Ibnu Ma’in melemahkannya)’. Kemudian aku (Ibnu Junaid) bertanya kepada beliau tentang rowi ini, Beliau rohimahulloh menjawab : ‘jangan sekali-sekali bagi yang bertanya untuk menulis haditsnya’”. (penilaian Ibnu Ma’in ini dinukil dari Tahdzibain). Namun dalam “At-Taqriib” Al Hafidz membela rowi Muhammad ini, kata beliau rohimahulloh : “
” (tsiqoh, tidak benar orang
yang melemahkannya). Barangkali menurut Al-Hafidz karena rowi ini telah ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban dan penilaian shoduq oleh Imam Abu Hatim serta dua Amirul Mukminin fill Hadits Imam Bukhori dan Imam Muslim telah menulis haditsnya. Namun terlepas dari itu semua, bahwa hadits ini memiliki penguat (syahid) dari Abu Huroiroh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori-Muslim dalam shahihnya, bahwa Nabi bersabda :
6 Ag ' / 7 ~ 5 L K@ >' V $ Ih
!" b Y
2* B7 o
' m' L & I1q b o n5p
' F L K@ >' V $ Ih
!" QP j & “Jika kalian mengimami manusia, maka hendaknya diperingan, karena ada diantara mereka yang lemah, sakit dan berusia lanjut. Jika sholat sendirian, maka panjangkanlah sekehendaknya”. Kemudian kisah dalam haditsnya Muhammad bin Katsiir diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam “As-Sunan” (no. 1039), sanadnya dishahihkan oleh Imam Al-Albani dari Jabir ia berkata :
/' L !` &' ) 2; D@ I^
L& a` -' %
) ^
: m 6 g Q~ N e f h
/ Wh D G#% ^:_P aX 2 - <' !@ &' Ih
!` &' /' 6 0 & (' ) 2 ; D . / i h / I 6 '.% a ; J a -' )
! . L&' /' :" 6 B
W{ ' \ N $ ) 0 F L M
Ih
!" !@ &' + k: 1 @*O 1 $ >' +)O'$ » . / i h G2L 6 B «
A% . $ ) 0 N + !" a I _P
A% .
A2.
“Muadz bin Jabal mengimami teman-temannya pada waktu sholat Isya, beliau memanjangkannya, maka salah seorang dari kami berpaling dari jamah. Lalu Muadz diberitahu perihal ini, maka kata beliau : ‘ia orang Munafik’. Ketika hal ini sampai kepada laki-laki yang berpaling tersebut, ia menemui Nabi dan menceritakan apa yang telah dikatakan oleh Muadz . Maka Nabi bersabda kepada Muadz (setelah bertemu dengan Muadz ) : “apakah engkau akan membuat fitanh wahai Muadz, jika engkau mengimami manusia, maka bacalah surat Adh-Dhuha, surat Al-A’laa, surat Al-Lail dan surat Iqroo”. Laki-laki yang dikatakan munafik oleh Shahabat Muadz , bernama Shahabat Hazm bin Abi Ka’ab , kata Al-Hafidz dalam “Al-Fath”. Penjelasan Hadits : 1. Bagi para Imam hendaknya memperhatikan kondisi jama’ahnya, agar tidak membuat mereka lari dari sholat berjamaah. 2. Kemarahan ketika larangan Allah dilanggar adalah suatu hal yang disyariatkan, sekalipun bukan berarti kemarahan tersebut tidak terkendali yang menyebabkan larangan Allah yang lainnya dilanggar. 3. Kemarahan Nabi bukan kemarahan yang membabi buta, namun itu adalah kemarahan wahyu Illahi. Allah berfirman :
(4) V'+ 9 V I" ' 1 " (3) # m < ' g L + &
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An Najm (53) : 3-4). 4. Metode pengajaran dari Nabi yang selayaknya ditiru oleh para pendidik, yaitu dapat bersikap sesuai dengan situasi dan kondisi dalam rangka mengajak manusia ke jalan Allah dan ini adalah sikap hikmah dalam berdakwah. Allah berfirman :
<' 7
V $ 9 9I m' J - L 7
W
* W
A% a 2. " ' J “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An Nahl (16) : 125). Dalam catatan kaki terjemah Al Qur’an DEPAG RI tertulis :
“845]. Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.”.
Berkata Imam Bukhori :
$ < % < GL+> 6X f <' 1@ .' LU>V 6 0 )X & '$ LU>V 6 0 >[ W
&' <' / I >' 2 LU>V 91 a` -' % /' D. . / i h 2L I1$ ALm ? ' >[ ; < > +] < 2 L ' & > ++ < < V ) > 2
QP - 1 q b m , . U@ b 4 L . m A) U@ b mh
5 QP 6 0 $ QP K ) » 6 B g B <
& » 6 B /' m' - ) V 6 0 $ (' L - ) V V
a ~ @ I 6 0 . « / " AJD mG%
6 0 L @ I 6 0 . « mG% B + V % E b ) ?
N ) O
b QP J' ) O b ' EV ' B. m & m
« } nE $
;_P $
» 33). Hadits no. no. 91 “Haddatsanaa Abdullah bin Muhammad ia berkata, haddatsanaa Abu ‘Aamir ia berkata, haddatsanaa Sulaiman bin Bilaal Al Madiiniy dari Rabii’ah bin Abdur Rakhman dari Yaziid maula Al-Munba’atsi dari Zaid bin Khoolid Al Juhniy bahwa Nabi ditanya oleh seseorang tentang barang temuan. Maka Nabi bersabda : “kenalilah tali bejananya –atau Nabi bersabda- bejananya dan tutup bejananya, lalu diumumkan selama setahun, baru kemudian dimanfaatkan, jika datang pemiliknya, maka kembalikan kepadanya”. Fadholah berkata : ‘kalau Unta (bagaimana?) maka Nabi marah hingga memerah pipinya –atau memerah wajahnya-, Nabi bersabda : “apa urusanmu! Ia memiliki tempat air, alas kaki yang bisa digunakan untuk mencari air dan mencari makan di pepohonan, maka biarkan Unta tersebut hingga bertemu dengan pemiliknya”. Fadholah bertanya lagi : ‘(bagaimana dengan) Kambing?’, Nabi menjawab : “itu untukmu atau untuk saudaramu atau untuk Serigala”. Muslim meriwayatkannya no. 1722. Penjelasan biografi perowi hadits :
Semuanya perowinya telah berlalu keterangannya, kecuali : 1.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama Hubungan Rowi
: : : : :
Abu Abdur Rokhman Zaid bin Khoolid Wafat 68 atau 78 H Madinah Sahabat Masyhur Beliau yang membawa bendera untuk suku Juhainah pada waktu penaklukan Mekkah.
(Catatan : Semua biografi rowi dirujuk dari kitab tahdzibul kamal Al Mizzi dan Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar)
Penjelasan Hadits : 1. Shahabat yang bertanya dalam hadits ini, kata Al-Hafidz dalam “Al-Fath” adalah Umair ayahnya Malik. 2. Nabi marah dengan pertanyaan Fadholah , karena bisa jadi bahwa memungut Unta yang hilang telah dilarang sebelumnya, sebagaimana kata Al Hafidz. 3. Penjelasan lebih lanjut pada babnya Insya Allah . Berkata Imam Bukhori :
G2L a 8.' 6 0 .'& $ < e J ) ' $ < >[ +) ' < & .$@ '$ LU>V 6 0 Q~ f <' >' W
&' LU>V 92 . « '8 j :@. » F L 6 0 U@ b
3 / ) ZK $@ b m ) K QP j $ < . / i h 2 j & . d '$ » 6 B / I 6 '.% + $ < & 6 B )' ; H B . « @ EV' d '$ » 6 0 $ < & a` -' % 6 0 Ia- / I " ' ': :" b / I 6 '.% + 6 0 / m - & )' ' #$% . « 34). 34). Hadits no. no. 92 “Haddatsanaa Muhammad ibnu ‘Alaa ia berkata, haddatsanaa Abu Usamah dari Yazid dari Abi Burdah dari Abi Musa , Nabi ditanya tentang sesuatu yang tidak disukainya, maka ketika banyak yang bertanya tentang hal tersebut, Nabi marah dan berkata : “Tanyalah kepadaku apa yang kalian kehendaki” berkata seseorang : ‘siapa bapakku?’, Nabi menjawab : “bapakmu Khudzafah”. Yang lain berdiri lagi lalu bertanya : ‘siapa bapakku wahai Rasulullah?’. Nabi menjawab : “bapakmu Saalim maula Syaibah”. Maka ketika Umar melihat sesuatu di wajah Nabi , beliau berkata : ‘Wahai Rasulullah, kami bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla. Imam Muslim mentakhrijnya no. 2360
Penjelasan biografi perowi hadits :
Semuanya perowinya telah berlalu keterangannya
Penjelasan Hadits : 1. Nabi sebenarnya tidak suka ditanyai tentang suatu perkara, diantaranya berkaitan dengan hari kiamat, sebagaimana dijelaskan Al Hafidz dalam “Al-Fath”. namun karena mereka bertanya terus, akhirnya Nabi meluluk (bs. jawa) mereka agar mereka bertanya sekehendaknya, sehingga sebagian para Shahabat yang tidak paham bertanya banyak perkara, namun dengan kedalaman pemahamannya, Shahabat Umar bin Khothob melihat bahwa Nabi tidak senang banyak ditanyai hal tersebut, sehingga Shahabat Umar mengajak sahabat lainnya untuk bertaubat kepada Allah dari mendapatkan kemurkaan Rasulullah yang notabene akan berakibat kepada kemurkaan Allah . Nabi bersabda :
6 {" b 6 G7 e ) Z K b 6 0 a 0 < mL + 1 K “Beliau melarang dari gosip, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta” (Muttafaqun ‘Alaih). 2. Al Hafidz dalam “Al-Fath” menyebutkan sebuah isykal, bahwa Nabi pernah melarang seorang hakim untuk memutuskan perkara pada saat sedang marah, sebagaimana sabda Nabi :
1@ 2 3 < L U < * V < B + c “tidak boleh seorang hakim mengadili perkara diantara dua orang dalam keadaan marah” (Muttfaqun ‘Alaih). Namun dalam riwayat bab ini, Nabi marah-marah kepada sebagian Shahabatnya, maka dapat dijawab : 1. Bahwa hadits dalam bab ini berbicara mengenai pengajaran, sehingga marahnya Nabi merupakan metode jitu agar orang yang keliru segera kembali dari kesalahannya, karena dapat menyebabkan kemarahan Rasulnya. 2. Dalam hadits no. 92 disana disebutkan bahwa ketika Nabi menjawab pertanyaan Abdullah bin Khudzafah dan sahabat lainnya, tentang siapa bapaknya, Beliau memutuskan bahwa bapaknya ‘fulan, fulan’. Maka hal ini termasuk bab qodho (keputusan). Maka mudah mengkompromikannya, bahwa sekalipun Nabi marah, maka tidak keluar dari lisannya kecuali kebenaran, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Najm ayat 3 & 4 yang telah dinukil sebelumnya, dan dikuatkan juga dengan hadits, diantaranya dari Abdullah bin ‘Amr , beliau berkata :
+) 0@ L m L /' 5 V >' +%$@ . / i h / I 6 '.% < & /' ' . $ Q j IaK@ ' 'K $ M ' L K@ {A)
' I* + ) N
. / i h / I 6@ '.% /' ' 7 O Q j IaK@ ' '* O $ @0
6 B / " / 2'h D@ D& D . / i h / I 6 '.)
! ' ) K E * < M ' * 7
& D « V Ic" /' L & ' )' p + & ( > ~75 : #EI 'K » “aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah untuk aku hapal. Orang-orang Quraisy melarangku, mereka berkata : ‘apakah kamu menulis semua yang kamu dengar dari Rasulullah Beliau adalah manusia biasa yang kadang berbicara dalam keadaan marah atau ridho?’. Maka aku menahan diri dari menulis, lalu aku sebutkan hal tersebut kepada Rasulullah , maka Beliau mengisyaratkan jarinya ke mulutnya dan bersabda : “tulislah, demi dzat yang jiwaku berada ditangannya, tidaklah keluar dari (mulut Beliau ) kecuali kebenaran” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Imam Al-Albani). 3. Pemahaman yang mendalam dari para sahabat , karena jika mereka tidak segera bertaubat, mereka dikhawatirkan akan menjadi kafir, sebagaimana umat terdahulu yang menjadi kafir, karena banyak bertanya menentang Nabinya . Allah berfirman :
*@ > 2 O' 1@ P ) B@ 6@ L +' R
V mL @D7 O 1 " K@ 7 ' O *@ > 2 O' 1 " QP j $ < @D7 O 'L& P < +EI mG+$ + (102) < +) K m 'W2 h $ U@ *@ 2 0 < & H 0 mD. > 0 (101) V % @53 /' I mL /' I 5
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya” (QS. Al Maidah (5) : 101-102). Berkata tim penerjemah Depag RI : ‘Maksudnya: sesudah diterangkan kepada
mereka hukum-hukum yang mereka tanyakan itu, mereka tidak menaatinya, hal ini menyebabkan mereka menjadi kafir’.